Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

(Rahmat, Iriani Bahar)

Terdapat beberapa penyebab gangguan nafas pada bayi baru lahir,

salah satu diantaranya adalah sindrom aspirasi mekonium. Mekonium adalah

kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna hijau gelap yang

terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan skeresi usus (misalnya: cairan

empedu) yang dikeluarkan pertama kali oleh bayi baru lahir. Sekresi usus, sel

mukosa, dan elemen padat dari cairan amnion yang tertelan merupakan 3

elemen padat utama mekonium. Air merupakan elemen cair utama terdiri dari

85-95% dari mekonium.1

Angka kelahiran, morbiditas dan mortalitas neonatus masih merupakan

masalah yang cukup serius terutama di Negara berkembang. Kurang lebih ¾

kematian neonatus ini terjadi pada tujuh hari pertama kehidupan. Masalah

respirasi mengambil peranan penting dalam tingginya kematian pada minggu

pertama ini. Salah satu masalah respirasi yang paling sering ialah sindrom

aspirasi mekonium.2

Hipoksia akut maupun kronik dapat mengakibatkan keluarnya

mekonium intrauterin. Sindrom aspirasi mekonium (SAM) disebabkan

aspirasi cairan amnion yang mengandung mekonium. 3

Kejadian SAM merupakan masalah yang paling sering dihadapi

spesialis anak dan spesialis kebidanan. Di Amerika Serikat diperkirakan

520.000 (12% dari kelahiran hidup) dipersulit dengan adanya pewarnaan dari

1
air ketuban keruh bercampur mekonium dan 35% diantaranya akan

berkembang menjadi SAM (sekitar 4% dari kelahiran hidup). Sekitar 30%

neonatus dengan SAM akan membutuhkan ventilasi mekanik, 10%

berkembang menjadi pneumotoraks, dan 4% meninggal. Enampuluh enam

persen dari seluruh kasus hipertensi pulmonal persisten berkaitan dengan

SAM.4

Cairan amnion yang terwarnai-mekonium ditemukan pada 5-15 %

kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada bayi cukup bulan atau lewat

bulan. Pada 5% bayi yang demikian berkembang pneumonia aspirasi, dimana

30% darinya memerlukan ventilasi mekanis dan 5-10 persennya dapat

meninggal. Biasanya tapi tidak selalu, kegawatan janin dan hipoksia terjadi

bersama dengan masuknya meonium kedalam cairan amnion. Bayi dengan

aspirasi mekonium bisa mengalami depresi serta memerlukan resusitasi pada

saat lahir.Angka kejadian sindrom aspirasi mekonium diperkirakan sekitar 9-

15% dari kelahiran hidup. Penyakit ini jarang terjadi pada kehamilan kurang

dari 37 minggu, sebaliknya paling sering terjadi pada kehamilan lebih dari 42

minggu. 5,6

Untuk pencitraan saluran napas anak, foto polos toraks merupakan

teknik paling sederhana namun sangat bermanfaat untuk menegakkan

diagnosis penyakit saluran pernapasan.Temuan radiologis pada anak sangat

berbeda dengan orang dewasa karena perkembangan fisiologis yang belum

sempurna.7

2
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya

berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru

terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan

mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus.

Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi

menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut

bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang

yang disebut mediastinum. 8

Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi

menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput

yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput

yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga

yang disebut kavum pleura.12

Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.

Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut.

Pada Groove terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang

disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi 2

yaitu esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan

bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal

bronchi dan cabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio

berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir

3
dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Alveoli

bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi,

pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus

sampai pertumbuhan somatic berhenti. 8,12

Gambar 1. Anatomi paru 8

Sitem pernafasan dapat dibagi ke dalam sitem pernafasan bagian atas


12
dan pernafasan bagian bawah.

1. Pernafasan bagian atas meliputi, hidung, rongga hidung, sinus

paranasal, dan faring.

2. Pernafasan bagian bawah meliputi, laring, trakea, bronkus,

bronkiolus dan alveolus paru. Pergerakan dari dalam ke luar paru

terdiri dari dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi

adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan

ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar

4
proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik

pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru.

B. DEFINISI

Mekonium adalah kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental


berwarna hijau gelap yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan
skeresi usus (misalnya: cairan empedu) yang dikeluarkan pertama kali oleh
bayi baru lahir.6

Sindroma aspirasi mekonium (MAS) adalah gangguan pernafasan pada


bayi baru lahir yang disebabkan oleh adanya mekonium di saluran udara
tracheobronchial. Terjadi pada bayi baru lahir dengan cairan amnion
bercampur mekonium yang memiliki gambaran radiologis yang khas dan
gejalanya tidak dapat dijelaskan.8

Gangguan nafas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernafasan


yang ditandai dengan : 9

1. Takipnea

2. Retraksi interkosta dan atau substernal

3. Nafas cuping hidung

4. Merintih atau grunting

5. Sianosis

6. Apnu atau henti nafas

7. Dalam beberapa jam sesudah lahir didapatka gejala distress


respirasi (takipnea, retraksi, nafas cuping hidung, dan grunting)

5
8. Bila takipnea, retraksi, pernafasan cuping hidung, dan grunting
menetap beberapa ja msetelah lahir, ini merupakan indikasi adanya
gangguan nafas yang harus dilakukan tindakan segera.

C. EPIDEMIOLOGI

Angka yang dikutip untuk bayi yang lahir dengan aspirasi mekonium

di negara maju adalah 8-25% kelahiran setelah 34 minggu masa kehamilan.

MAS terjadi pada sekitar 1-3% kelahiran hidup. Di negara berkembang,

kejadian MAS lebih tinggi dan dikaitkan dengan tingkat kematian yang lebih

tinggi.10

Biasanya, hanya neonatus cukup bulan atau lebih bulan dengan

asfiksia yang mengaspirasi mekonium. Sekitar 80% bayi cukup bulan yang

lahir dengan aspirasi mekonium yang menunjukkan tanda kurang gizi; 2%

dengan tanda infeksi. 80% bayi preterm dengan aspirasi mekonium

menunjukkan tanda infeksi intrauteri.11

Induksi persalinan umur kehamilan 41 minggu telah terbukti terkait

dengan penurunan kejadian MAS yang signifikan dan kematian perinatal yang

lebih sedikit.10

D. ETIOLOGI

Faktor-faktor seperti insufisiensi plasenta, hipertensi ibu,

preeklampsia, oligohidramnion atau penyalahgunaan obat-obatan oleh ibu

(tembakau, kokain) meningkatkan jumlah mekonium in utero.10

6
Aspirasi mekonium dapat terjadi di dalam rahim apabila janin

mengalami stress pernapasan (gasping), atau pada waktu lahir, ketika tarikan

nafas kehidupan pertama. MAS didefinisikan sebagai distres pernapasan yang

berkembang tak lama setelah kelahiran, dengan bukti radiografi aspirasi

pneumonitis dan adanya cairan amnion mekonium.10,13

Mekonium terdiri dari sekresi gastrointestinal, hati dan pankreas,

puing-puing seluler, cairan amnion yang tertelan, lanugo, vernix caseosa dan

darah mulai muncul di usus janin pada minggu ke 10 kehidupan secara

bertahap meningkat dalam jumlah mencapai 200 gram saat lahir. Namun

karena kurangnya peristaltik yang kuat, sfingter ani yang baik, rendahnya

kadar motilin dan tutup mekonium kental di rektum, mekonium jarang

ditemukan pada jalur rahim sampai masalah kehamilan cukup. pada hipoksia

dalam uterus dan asidosis memicu respons vagal sehingga terjadi peningkatan

peristaltik dan relaksasi sfingter mengakibatkan keluarnya keluarnya

mekonium yang akan bercampur dengan cairan amnion. Respon vagal ini

dipengaruhi oleh maturitas kehamilan dan jarang terjadi pada kehamilan yang

aterm.8

E. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya sindrom aspirasi mekonium Mekonium diduga

sangat toksik bagi paru karena berbagai macam cara. Sulit menentukan

mekanisme mana yang paling dominan dalam suatu saat. Mekanisme

terjadinya SAM diduga melalui mekanisme, obstruksi mekanik saluran napas,

7
pneumonitis kimiawi, vasokonstriksi pembuluh darah vena, dan surfaktan

yang inaktif.4

Obstruksi Mekanik

Setelah lahir, mekonium dalam trakeadan orofaring diaspirasi ke

dalam jalan napas distal. Pernapasan berikutnya menarik mekonium ke dalam

jalan napas kecil dan alveolus. Perubahan ini meningkatkan upaya pernapasan

dan menyebabkan ventilasi paru yang tidak merata. Bukti yang terkahir

mengesankan bahwa ventilasi yang tidak merata mungkin disebabkan oleh

inaktivasi survaktan.11

Obstruksi jalan nafas total oleh mekonium menyebabkan atelektasis.

Obstruksi parsial menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi alveoli,

umumnya dikenal dengan istilah ball-valve effect. Hiperdistensi alveoli terjadi

dari ekspansi jalan nafas selama inhalasi dan kolaps jalan nafas sekitar

mekonium yang mengeras pada jalan nafas, menyebabkan tahanan meningkat

selama ekspirasi. Udara yang terperangkap (paru hiperinflasi) dapat pecah ke

pleura (pnemotoraks), mediastinum (pneumomediastinum), atau pericardium

(pneumoperikardium).4,11

Pneumonitis Kimiawi

Mekonium pada jalan napas dapat menyebabkan reaksi inflamasi

dimana mekonium memiliki efek terhadap fungsi neutrofil dengan

menghambat oksidasi dan fagositosis. Enzim, asam empedu, dan lemak pada

mekonium mengiritasi saluran nafas dan parenkim, menyebabkan pelepasan

8
sitokin dan menyebabkan pneumonitis luas yang dapat dimulai dalam

beberapa jam setelah aspirasi.8

Inaktifasi Surfaktan
Mekonium mendeaktivasi surfaktan dan dapat menghambat sintesis

surfaktan. Beberapa komponen mekonium, terutama asam lemak bebas

(misalnya :palmatic, stearic, oleic), memiliki tekanan permukaan yang lebih

minimal dibanding surfaktan dan menyebabkan atelektasis luas.8,13

Vasokonstruksi pulmonal
Semua mekanisme ini menyebabkan hipoksemia, asidosis dan

hypercapnea yang menyebabkan vasokonstriksi paru. Hipertensi pulmonal

terjadi kemudian yang pada gilirannya memperburuk hipoksemia dan asidosis

yang menciptakan lingkaran setan.8

Aspirasi mekonium dapat terjadi pada saat bayi megap-megap

(gasping) dalam kandungan ataupun pada saat aspirasi pascapersalinan dengan

napas awal bayi, sulit untuk membedakan mekanisme mana yang bertanggung

jawab dalam kasus tertentu. Namun, bayi yang dengan gejala klinis yang lebih

parah cenderung mengalami aspirasi dalam kandungan, mengalami depresi

pada saat lahir dan mengalami distres pernapasan lebih awal.8

9
Bagan 1. Patofisiologi Sindrom Aspirasi Mekonium8

F. DIAGNOSIS

Diagnosis sindrom aspirasi mekonium membutuhkan adanya air ketuban

atau neonatus bercampur mekonium, distress pernafasan, dan kelainan

radiografi.6

Bayi-bayi dengan sindrom aspirasi mekonium biasanya lahir cukup

bulan atau lebih bulan. Jarang sekali bayi dengan penyakitini lahir kurang

bulan.9

10
1. Manifestasi klinis

Bayi-bayi dengan sindrom aspirasi mekonium biasanya lahir

cukup bulan atau lebih bulan, yaitu kecil masa kehamilan, kuku

panjang, kulit terkelupas, dan pewarnaan kuning-hijau pada kulit.

Jarang sekali bayi dengan penyakit ini lahir kurang bulan.9

Lebih dari 50 % neonatus yang lahir dengan cairan amnion

yang terwarnai mekonium memiliki mekonium dalam trakeanya pada

saat lahir. Jika neonatus bernapas atau megap-megap sebelum bahan

ini dikeluarkan dari trakea dan bronkus utama, mekonium akan masuk

ke dalam jalan napas kecil dan menyebabkan obstruksi. Ini

memperlambat pengeluaran cairan paru dan menyebabkan gawat

napas, yang tampak dengan peningkatan retraksi interkosta dan

sternum, dengkur saat ekspirasi, dan sianosis progresif. 11

Pada mulanya, neonatus ini hiperventilasi dan hipokapnea.

Kemudian dalam perjalanan penyakit, bayi yang sakit berat

menunjukkan hipoventilasi dan memerlukan ventilasi mekanik.

Kelenturan paru rendah, dan ventilasi serta perfusi sangat tidak

seimbang. Kebanyakan neonatus dengan aspirasi mekonium membaik

dalam 24-48 jam. Hiperventilasi dan alkalosisrespiratorik biasanya

berlanjut selama usia 1 minggu pertama, bahkan dengan aspirasi

mekonium berat sring menderita hipertensi pulmonal menetap, yang

menyebabkan sianosis berat dan asidosis metabolik berat.11

11
Urin berwarna hijau dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan

sindrom aspirasi mekonium kurang dari 24 jam setelah kelahiran.

Pigmen mekonium dapat diserap oleh paru dan dieksresikan melalui

urin. (MAS insight) Kuku jari tangan, tali pusar dan kulit berwarna

kuning kehijauan dapat ditemukan.9,11

2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium6,7,9

a. Status Asam Basa

Ventilation-perfusion (V/Q) mismatch dan stress perinatal

umum terjadi dan penilaian status asam basa sangat penting.

Asidosis metabolik dari stress perinatal dikomplikasikan dengan

asidosis respiratorik dari penyakit parenkim dan hipertensi

pulmonal persisten pada bayi baru lahir.

Analisa gas darah yaitu pengukuran pH, tekanan parsial

karbon dioksida (pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2), dan

pengukuran oksigen kontinu dengan pulse oximetry penting untuk

tatalaksana yang sesuai.

b. Elektrolit

Konsentrasi sodium, potasium, dan kalsium dalam 24 jam

kehidupan pada bayi dengan sindrom aspirasi mekonium penting

untuk didapatkan, karena syndrome of inappropriate secretion of

12
antidiuetic hormone (SIADH) dan gagal ginjal akut merupakan

komplikasi yang sering pada stress perinatal.

c. Darah Lengkap

Kehilangan darah intrauterin atau perinatal, dan juga infeksi

berperan pada stress postnatal. Kadar hemoglobin dan hematokrit

harus cukup untuk memastikan kapasitas pembawa hemoglobin

adekuat. Trombositopenia meningkatkan resiko perdarahan pada

neonatus. Neutropenia atau neutrofilia dengan pergeseran ke kiri

pada hitung jenis dapat mengindikasikan infeksi bakteri perinatal.

Polisitemia dapat hadir sekunder terhadap hipoksia fetus

akut atau kronik. Polisitemia berhubungan dengan penurunan

aliran darah paru dan dapat memperburuk hipoksia berhubungan

dengan sindrom aspirasi mekonium dan hipertensi pulmonal

persisten pada bayi baru lahir.

3. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Pemeriksaan radiografi konvensional memegang peranan

penting dan merupakan jalan terbaik dalam membantu

menegakkan diagnosis. Keuntungan lain pemeriksaan ini ialah

dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan penyakit atau

hasil terapi.7

13
Adanya hipoksia pada janin dapat menyebabkan defekasi

dan aspirasi. Keluarnya mekonium ke dalam uterus atau

intrapartum memungkinkan terjadinya aspirasi. Gambaran

radiologi yang ditemukan berupa bercak-bercak yang tersebar di

kedua paru, kadang-kadang disertai atelektasis.7

Secara spesifik, gambaran rontgent menunjukkan kedua

lebih opak, hiperinflasi dengan daerah yang emfisematous (air

trapping), tidak ada bronkhogram. Disamping itu juga dapat terjadi

pneumotoraks/pneumomediastinum spontan ringan, dan dapat

disertai sedikit efusi pleura. 6

Gambar 2. Radiografi pada bayi baru lahir dengan aspirasi


mekonium.
Gambaran radiologi menunjukkan perselubungan perihilar pada
paru. Tampak lebih berat pada daerah kanan berbanding
kiri.Tampak paru Hyperinflasi.14

14
Gambar 3. Gambaran radiologi menunjukkan aspirasi mekonium
yang berat.
Gambar radiologi menunjukkan perselubungan yang kasar pada
parenkim paru dengan hiperekspansi yang berat. Terdapat
pneumomediastinum dikanan paru (ditunjuk dengan panah) dibatasi
oleh lobus kanan dari thymus.14

Gambar 4. Gambaran radiologis follow-up pada pasien.


Hasil didapatkan setelah memasukkan bilateral thoracostomy tube
pada pneumothoraks dan menunjukkan pneumopericardium (panah)
dan gambar yang sangat lucent dari paru. Hasil menunjukkan pada
pasien ini terjadi pulmonary interstitial emphysema.13

15
Pemeriksaan radiografi lain

Pada kasus Sindrom Aspirasi Mekonium setelah kondisi bayi cukup

stabil, pemeriksaan radiologis otak seperti MRI, CT scan atau USG cranial.

Diindikasikan jika pemeriksaan neurologis bayi menunjukkan adanya kelainan.4

Pemeriksaan lain

Ekokardigrafi perlu dilakukan pada kasus-kasus berat seperti distress

pernafasan yang berkepanjangan untuk mengevaluasi fungsi jantung pada

persistent pulmonary hypertension the newborn (PPHN) dan masalah kongenital

kardiovaskular.4

G. DIAGNOSIS BANDING

1. Pneumonia Neonatal

Inflamasi yang mengnai parenkim paru pada neonatus dengan

menyajikan gambaran klinis dari gangguan pernapasan terkait dengan

temuan radiologi. terdapat patchy opacities yang berupa konsolidasi dan

efusi pleura yang ditemukan pada 2/3 kasus. Volume paru normal namun

lapangan paru mungkin dapat terjadi hyperinflated.13

2. Transient tachypnue of the new born (TTN)

Transient tachypnue of the new born (TTN) adalah suatu penyakit

pada neonatus yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang

mengalami gawat napas segera setelah lahir akibat gangguan penyerapan

di alveoli. gambaran radiografi dengan foto thoraks ditemukan berupa

hiperinflasi kedua paru,garis prominen diperihiler, pemesaran jantung

ringan hingga sedang, diafragma datar, dapat dilihat dari lateral, cairan

16
difisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura. Foto radiografi

control akan menunjukkan infiltrate yang menghilang, berbeda dengan

sindrom aspirasi mekonium atau pneumonia.13

3. Respirasi distress syndrome

Respirasi distress syndrome atau penyakit membrane hialin pada

bayi yang kurang bulan (BKB) terjadi karena pematangan paru yang

belum sempurna akibat kekurangan surfaktan. Tanpa surfaktan alveoli

menjadi kolaps pada akhir respirasi, sehingga menyebabkan gagal nafas

pada neonatus.pada gambaran radiologis, ditemukan gambaran radiopaque

yang seragam. Ground-glass dan penurunan volume parukarena terjadi

kolaps alveolus. Gambaran air bronchogram juga dapat dilihat namun

efusi pleura jarang terjadi. Sindrom ini biasnya terjadi pada bayi preterm

yang berbeda dengan sindrom aspirasi mekonium.13

Tabel 1. Perbedaan TTN, RDS, dan SAM 13


Pembeda TTN RDS SAM
Etiologi Cairan paru Defisiensi surfaktan Iritasi dan
persisten Paru belum obstruksi paru
berkembang
sempurna
Waktu Kapan saja Preterm Aterm atau post-
persalinan term
Faktor resiko Section cessarea, jenis kelamin laki- Cairan amnion
makrosomia, jenis laki, diabetes pada mekonial,
kelamin laki-laki, ibu, kelahiran kelahiran post-term
asma pada ibu,
preterm
diabetes pada ibu

17
Gambaran Takipneu, sering Takipneu, hypoxia, Takipneu, hipoxia
klinis kali tanpa hipoksia sianosis
maupun sianosis
Temuan infiltrat pada infiltrat homogenus, Patchy atelectasis,
radiologis parenkim, ”siluet air bronchogram, konsolidasi
toraks basah” di sekeliling penurunan volume
jantung, paru,
penumpukan cairan
intralobar
Keterangan :
TTN = takipneu transien pada neonatus (transient tachypnea of the newborn =
TTN); SDR = sindroma distres respirasi (RDS = respiratory distress syndrome);
SAM = sindroma aspirasi mekonium (MAS = meconium aspiration syndrome)

H. TATALAKSANA

Segera setelah lahir, maka sisa-sisa mekonium yang masih tersisa

dalam mulut dan saluran nafas harus segera dihisap. Untuk menghindari

resiko berlanjutnya teraspirasi mekonium,maka sisa mekonium yang terdapat

pada rongga hidung, mulut, atau tenggorokan segeradikeluarkan, dengan

menggunakan pengisap (suction). Jika terdapat tanda-tanda distres, mekoniu

myang telah masuk ke dalam trakhea dikeluarkan melalui trakheal tube.

Sebaiknya, dilakukanpengisapan sampai saluran pernafasan yang lebih dalam


6
sampai tidak ada lagi mekonium yangkeluar di dalam suction.

Bila bayi tidak memperlihatkan pernafasan spontan atau depresi

pernafasan, tonus ototberkurang, dan denyut jantung bayi kurang dari 100 kali

18
per menit, maka sesegera mungkin dilakukan laringoskopi untuk pengisapan

sisa mekonium dari hipofaring (dengan penglihatan langsung),

kemudian dilakukan intubasi dan pengisapan trakhea. 6

Apabila bayi mengalami distres respirasi, maka perlu segera diberikan

oksigen. Untu kmemepertahankan oksigenasi yang adekuat, PaO2

dipertahankan antara 50-80 mmHg, untuk memenuhi kebutuhan normal fungsi

jaringan dan mencegah asidosis dan kemungkinan terjadinya syok. Untuk

mempertahankan keadaan tersebut, dapat dicapai dengan pemberian oksigen

dengan menggunakan head box atau CIPAP atau pernafasan buatan,

tergantung hasil analisis gas darah. Bila denyut jantung bayi dan pernafasan

mengalami depresi sangat berat, lebih baik dilakukan ventilasi tekanan positif

meskipun masih didapatkan mekonium pada saluran nafas. Bayi yang

tercemar mekonium dan kemudian mengalami apneu (henti nafas) atau distres

pernafasan(pernafasan sulit), maka harus dilakukan pengisapan trakhea

terlebih dahulu sebelum diberikan ventilasi tekanan positif, maskipun pada

awalnya bayi aktif. 6,8

Kandungan mekonium terdiri dari sejumlah bakteriostatik normal dari

cairan amnion. Ketika sulit membedakan antara aspirasi mekonium dengan

pneumonia, maka bayi dengan gambaraninfiltrat pada rongent thoraks harus

diberikan antibiotik. Pada kasus kelainan paru yang berat, perludigunakan

ventilator untuk mempertahankan saturasi oksigen dan kestabilan pernafasan.8

19
I. PROGNOSIS

Tingkat kematian pada bayi dengan mekonium lebih tinggi

dibandingkan dengan bayi tanpa mekonium; aspirasi mekonium cukup

terhitung dalam proporsi yang signifikan terhadap kematian bayi. Masalah

paru residu jarang terjadi, namun batuk, mengi, dan hiperinflasi persisten

dapat terjadi 5-10 tahun. Bayi dengan penyakit yang berat memiliki resiko

sebesar 50% mengalami penyakit jalan nafas pada 6 bulan pertama

kehidupan.6,9

Prognosis bergantung pada kerusakan susunan saraf pusat akibat

asfiksia dan adanya masalah yang berhubungan seperti hipertensi pulmonal.

Kejadian prenatal dan intrapartum yang merangsang pengeluaran mekonium

dapat menyebabkan bayi mengalami defisit neurologis jangka panjang,

termasuk kerusakan sistem saraf pusat, retardasi mental dan cerebral palsy.9

20
J. KAJIAN ISLAM

Menyelesaikan permasalahan akan sebuah penyakit dengan mencari

diagnosa yang tepat dan melalui pengobatan medis, Islam mengajarkan untuk

tidak putus asa akan sebuah penyakit. HR. Bukhari dan Muslim

meriwatyatkan :

“Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui

oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orag yang mengerti”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian jelas sabda Rasulullah yang dijelaskan bahwa kesempatan

manusia untuk sembuh dari sebuah penyakit, cuma bagaimana manusia untuk

mencari obatnya. Semua yang terjadi dalam kehidupan manusia dan mahlik

lainnya, semuanya dalam kuasa Sang Maha Pencipta. Apayang manusia alami

merupakan sebuah kehendak-Nya, tetapi tidak mungkin nasib manusa berubah

di saat tidak melakukan apa-apa, seperti dijelasanpada Al-Quran surah Ar-

ra’du: 11 yang berbunyi :

21
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan dibelakangnya, maka menjaganya atas perintah

Allah. Sesungguhnya Allah tidak Merobah keadaan suatu kaum sehingga

mereka merobah keadaan pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat

menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Manusia wajib berusaha dalam merubah keadaan agar menjadi lebih

baik. Seorang muslim, apabila dirinya mendapati penyakit, maka ia wajib

berikhtiar mencari pengobatan unuk kesembuhannya. Dalam hal ini jika

terjadi pada bayi yang belum mengetahui apa-apa maka kewajiban orang

terdekatnya lah yang harus mencari ikhtiar tersebut, dan ini juga termasuk

tenaga medis yang senantiasa harus siap dan sedia memberikan pertolongan

semaksimal mungkin. Akan tetapi dalam berikhtiar atau berusahaa mencari

pengbatan tersebut, tidak boleh dilakukan dengan cara yang diharamkan oleh

agama, seperti halnya melakukan pengobatan ke dukun ataupun paranormal.

“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan (dari penyakit)

kalian pada apa-apa yang haram” (HR. Abu Ya’la dan Ibnu Hibban)

Dengan demikian, sebuah pengobatan dan penyembuhan yang

dilakukan secara baik terhadap penyakit, dan dilandasi denagn keimanan,

maka penyembuhan tersebut akan mendapatkan kesembuhan dari Allah SWT,

dan terhindar dari perbuatan syirik dan dosa sangat besar.

22
K. KESIMPULAN

Sindroma aspirasi mekonium (MAS) adalah gangguan pernafasan pada

bayi baru lahir yang disebabkan oleh adanya mekonium di saluran udara

tracheobronchial. Terjadi pada bayi baru lahir dengan cairan amnion

bercampur mekonium.

Aspirasi mekonium dapat terjadi di dalam rahim apabila janin

mengalami stress pernapasan (gasping), atau pada waktu lahir, ketika tarikan

nafas kehidupan pertama.

Diagnosis sindrom aspirasi mekonium membutuhkan adanya air

ketuban atau neonatus bercampur mekonium, distress pernafasan, dan

kelainan radiografi yang khas.

Secara spesifik, gambaran rontgent menunjukkan kedua lebih opak,

hiperinflasi dengan daerah yang emfisematous (air trapping), tidak ada

bronkhogram. Disamping itu juga dapat terjadi

pneumotoraks/pneumomediastinum spontan ringan, dan dapat disertai sedikit

efusi pleura.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Clark MB. Meconium Aspiration Syndrome. [homepage on the Internet].

2012]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/974110-

overview. Terakhir diakses tanggal 27 November 2017

2. Malino I Y, Artana W D. Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut

Neonatus di Unit Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah. 2013 juni :

1[2].

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta 2011.

Hal 14-17.

4. Kosim MS. Infeksi Neonatal Akibat Air Ketunan Keruh. Sari Pediatri.

2009. Hal. 212-217

5. Behrman RE, Kliegman RM & Jenson HB Nelson Textbook of Pediatrics.

6th ed. New Delhi: Thomson Press; 2006. Hal. 600-602

6. Bakhtiar. Tatalaksana Bayi Baru Lahir yang Mengalami Sindrom

Mekoneum. Bagian ilmu Kesehatan Anak Universitas Syiah Kuala. Banda

Aceh. 2005

7. Rasad SR et al. Radiologi Diagnostik. 2nd ed. Jakarta : Balai Penerbit FK

UI. 2009. Hal. 395-397

8. Raju AC, Sondhi MV, Patnaik M. Meconium Aspiration Syndrome : An

Insight. Kanpur : Paediatric, Air Force Hospital. 2010

9. Kosim MS, Yunanto A & Dewi R Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan

Penerbit IDAI; 2008

24
10. Newson L. Article : Meconium Aspiration. 2015 [cited 2017]. Available

from: Patient.info/doctor/meconium-aspiration. Diakses tanggal 7

November 2017

11. Alpers, Ann. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Vol 3. Edisi 20,. Jakarta : EGC.

2006. Hal. 1763-1764

12. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.

Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2006

13. Clark. M. B. meconiumaspiration syndrome. 2010.

www.medscape.com/http://_portal_neonatal.com.br/outras

especialidades_/argulvos/_meconiumasprationsyndrome.pdf Terakhir

diakses tanggal 27 November 2017

14. Leu M. meconium Aspiration Imaging. 2011.

http://emedicine.medscape.com/article/410756-overview#a22. Diakses

tanggal 7 November 2017

25

Anda mungkin juga menyukai