Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL SKRIPSI

SISTEM INFORMASI LETAK POSISI (Base Transceiver


Station ) BTS DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh :
YOGIE ANGGRIAWAN
09010144

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
INFORMATICS AND BUSINESS INSTITUTE DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2013
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telekomunikasi merupakan alat bantu seseorang untuk berkomunikasi dengan


orang lain. Saat ini, telekomunikasi sangat diperlukan oleh banyak orang karena
kebutuhan setiap orang semakin bertambah. Oleh karena itu telekomunikasi
sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Base Transceiver Station
(BTS) saat ini mulai populer di era seluler. BTS berfungsi menjembatani
perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain.

Oleh karena itu, perlu adanya fasilitas sinyal yang memadai untuk bisa mencakup
semua wilayah. Sistem Informasi Geografis Penempatan BTS di provinsi
Lampung ini dibuat dengan menggunakan Arcview 3.2 sebagai interface utama,
Avanue sebagai bahasa pemrograman serta databasenya. Program ini
memungkinkan user untuk input, edit, hapus, pencarian dan pencetakan data ke
media kertas. Data yang diinput berupa data BTS. Sedangkan output yang
dihasilkan sistem informasi geografis ini berupa laporan blank spot ( daerah
kosong di luar jangkauan daerah pancar ). Sistem Informasi Geografis BTS ini
dapat menjadi slah satu solusi yang dapat digunakan untuk mempermudah
mengetahui informasi penempatan BTS di provinsi Lampung dan mengetahui
dimana wilayah yang termasuk blank spot (daerah kosong diluar jangkauan
daerah pancar) agar nantinya dapat menambahkan kinerja dari pihak BTS itu
sendiri.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka penulis membuat sistem informasi


letak posisi agar dapat mengatasi permasalahan dan mempermudah
masyarakat dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Maka dari latar
belakang tersebut dapat diusulkan suatu pemecahan masalah yang diangkat
3

dalam sebuah judul penelitian yaitu “SISTEM INFORMASI LETAK


POSISI (Base Transceiver Station ) BTS DI PROVINSI LAMPUNG “.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan yang ada

dalam penelitian ini yaitu bagaimana membuat aplikasi sistem informasi letak bts

menggunakan Arcview.

1.3. Batasan Masalah

Untuk memberikan ruang lingkup pada skripsi ini agar lebih terarah, maka

diberikan batasan masalah sebagai berikut:

a. Penyebaran informasi ini disajikan di dalam situs sistem informasi letak

posisi bts berupa pemberian informasi .


b. Pembuatan aplikasi ini menggunakan Arcview 9.3 yang merupakan

aplikasi pendukung untuk pembuatan peta.

1.4 Tujuan

Tujuan penulisan ilmiah ini adalah membuat suatu sistem informasi letak posisi

bts di provinsi. SIG ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui dimana

saja letak posisi bts dan mana saja yang belum terjangkau bts agar seluruh

kabupaten memiliki bts dan semua sinyal akan terpenuhi.

1.5 Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh dengan adanya sistem ini yaitu:

a. Mempermudah para pengguna untuk mengakses yang dituju.


4

b. Menjadi referensi bagi kegiatan penelitian yang berhubungan dengan Sistem

Informasi.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan ilmiah ini dibuat berdasarkan sistematika penulisan yang sudah

ditentukan, dengan tujuan untuk mempermudah dan memproses bagaimana

penulisan ilmiah ini disusun.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi penjelasan tentang teori-teori yang digunakan dalam penulisan.

Teori ini meliputi pengertian sistem informasi geografis, ArcView 3.3, MapView

Svg 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini berisi Analisa dan Pembahasan, pada bab ini membahas tentang

struktur navigasi web SIG.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil, implementasi, analisis dan pembahasan penelitian.

Hasil dan implementasi dapat berupa gambar alat/program dan aplikasinya. Untuk
5

penelitian lapangan hasil dapat berupa data (kualitatif maupun kuantitatif).

Analisis dan pembahasan berupa hasil pengolahan data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran dapat dijadikan pertimbangan bagi pembaca yang

ingin mengembangkan aplikasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Geografis


6

Sistem Informasi (SI) adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas
orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan
manajemen. Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering
digunakan merujuk kepada interaksi antara orang, proses algoritmik, data, dan
teknologi. Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya
pada penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tetapi
juga untuk cara di mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam
mendukung proses bisnis

2.1.1 Model Data

Base Transceiver Station (BTS) adalah bagian dari network element GSM yang
berhubungan langsung dengan Mobile Station (MS). BTS berhubungan dengan
MS melalui air-interface dan berhubungan dengan BSC dengan menggunakan A-
bis interface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transciver) sinyal
komunikasi dari/ke MS serta menghubungkan MS dengan network element lain
dalam jaringan GSM (BSC, MSC, SMS, IN, dsb) dengan menggunakan radio
interface. Secara hirarki, BTS akan terhubung ke BSC, dalam hal ini sebuah BSC
akan mengontrol kerja beberapa BTS yang berada di bawahnya. Karena fungsinya
sebagai transceiver, maka bentuk pisik sebuah BTS pada umumnya berupa tower
dengan dilengkapi antena sebagai transceiver, dan perangkatnya.Sebuah BTS
dapat mecover area sejauh 35 km (hal ini sesuai dengan nilai maksimum dari
Timing Advance (TA)).

Fungsi dasar BTS adalah sebagai Radio Resource Management, yaitu melakukan
fungsi-fungsi yang terkait dengan :

1. meng-asign channel ke MS pada saat MS akan melakukan pembangunan


hubungan.

2. menerima dan mengirimkan sinyal dari dan ke MS, juga


mengirimkan/menerima sinyal dengan frekwensi yang berbeda-beda dengan
hanya menggunakan satu antena yang sama.

3. mengontrol power yang di transmisikan ke MS.


7

4. Ikut mengontrol proces handover.

5. Frequency hopping

1. Module Transmitter/Receiver : Module ini berfungsi untuk menerima dan


mengirimkan signal dari/ke MS dan dari/ke BSC. Proces-proces digital sinyal
processing seperti modulasi dan demodulasi juga dilakukan di modul ini.

2. Module Operation dan Maintenance (O&M) : Module ini paling tidak terdiri
dari sebuah central unit yang mengatur kerja seluruh perangkat BTS. Untuk tujuan
penaturan kerja ini, module ini dihubungkan dengan BSC dengan menggunakan
channel O&M. Hal ini menagakibatkan module O&M dapat memproces
command yang diberikan dari BSC atau dari MSC dan melaporkan hasilnya.
Module O&M juga memiliki sebuah Human Machine Interface (HMI) yang
memungkinkan petugas untuk melakukan maintenance dan control BTS secara
lokal (tanpa melalui BSC atau MSC).

3. Module Clock : Module ini sebenarnya termasuk bagian dari module O&M.
Fungsi module ini adalah sebagai module yang men-generate dan
mendistribusikan clock. Walaupun lebih banyak keuntungannya bila
menggunakan reference clock dari sinyal PCM pada A-bis interface, tapi
penggunaan internal clock di BTS adalah sebuah keharusan (mandatory), hal ini
khususnya diperlukan bila sebuah BTS harus di-restart dalam kondisi standalone
(tanpa koneksi ke BSC) atau ketika terjadi link failure yang mengakibatkan clock
PCM-nya tidak tersedia.

4. Filter Input &Output : Module ini terdiri dari filter input dan filter output yang
fungsinya untuk membatasi bandwidth sinyal yang diterima dan ditarnsmisikan
oleh BTS. Filter input pada dasarnya adalah sebuah wideband filter yang non-
adjustable (tidak dapat diatur-atur). Artinya pada arah uplink (dari MS ke BTS)
filter input ini akan menerima dan melewatkan semua sinyal yang berada dalam
rentang frekwensi GSM, baik itu frekwensi GSM 900, DCS 1800, ataupun PCS
1900. Berbeda dengan filter output yang berkerja pada arah downlink (dari BTS
ke MS). Filter output adalah sebuah filter wideband yang adjustable, dimana filter
ini akan membatasi bandwidth sinyal yang ditansmisikan oleh BTS dalam rentang
200 kHz. Filter output juga dapat mengatur besar frekwensi yang akan digunakan
8

oleh BTS untuk men-transmisikan sinyal ke MS. Perubahan besarnya frekwensi


yang digunakna ini dapat dilakukan melalui module O&M.

B. Jenis dan Kelas BTS

Dalam istilah BTS juga dikenal berbagai pembagian Jenis dan kelas. Misalnya
untuk penempatan BTS, dibagi kedalam kelas indoor dan outdoor.

BTS indoor mempunyai spesifikasi desain yang lebih ramping atau simpel, dan
relatif lebih awet karena ditempatkan di dalam ruangan. Namun BTS indoor juga
memiliki kelemahan pada penempatan ruangan tersendiri yang harus dilengkapi
AC (Air Conditioner) sebagai pendingin. Rentang suhu yang dapat diterima
komponen BTS antara -5 hingg 55 derajat celcius. Umumnya perangkat BTS ini
yang terdapat di dalam shelter dan mall-mall.

BTS outdoor yang mempunyai spesifikasi tidak memerlukan ruangan khusus.


Dapat ditempatkan pada dinding (wall mounted), terowongan, dan pinggir jalan.
Sifatnya yang lebih fleksibel, tapi punya kelemahan desain yang lebih besar dan
berat. Perbedaan biasanya hanya pada rack, tapi isi module-nya hampir sama
dengan BTS indoor.

Menurut Hendarmin, kemampuan BTS juga dipengaruhi kapasitas yang tersedia.


Kapasitas dalam hal ini menyangkut daya tampung Trx (Tranceiver) atau
frekuensi. Biasanya dalam satu tower BTS terdiri dari 3 cell. Jika 1 cell memiliki
3 Trx, dimana 1 Trx tersebut memiliki 8 time slot. Artinya time slot inilah yang
digunakan oleh subscriber atau pelanggan untuk melakukan komunikasi selular.
Dari 8 time slot, 1 time slot khusus digunakan untuk signaling yang berfungsi
untuk membawa informasi tentang parameter cell. Sisanya tujuh time slot biasa
digunakan untuk komunikasi voice dan GPRS. Jadi satu cell yang memiliki tiga
Trx (3 x 8 slot) – 1 time slot, artinya terdapat 23 time slot yang bisa digunakan
komunikasi oleh 23 pelanggan secara bersamaan. Singkatnya 69 percakapan suara
dapat di cover bersamaan oleh 1 tower BTS dengan 3 cell yang ada.

Hubungan Antara Cell dan Converage


9

Cell dalam BTS mempunyai kaitan erat dengan converage (area layanan). Besar
kecilnya cell tentu berpengaruh pada performa jaringan yang diterima oleh
pelanggan.Penyediaan cell pun tidak terlepas dari faktor kontur permukaan bumi.
Seperti tanah lapang, pegunungan dan daerah gedung bertingkat mempunyai
pengaruh tersendiri dalam pemasangan cell BTS. Berikut ini dijelaskan beberapa
tipe cell, dan luas converage yang mampu dicakup.

Macro cell – jenis ini yang paling gampang dilihat, sebab ditempatkan di atas
gedung tinggi atau tower dengan ketinggian sekitar 50 meter. Ciri macro cell
yakni memiliki transmit power yang lebih tinggi, dan converage lebih luas.
Umumnya macro cell banyak ditempatkan di daerah pinggiran kota yang
mempunyai kepadatan rendah (low traffic) dan sesuai bagi pelanggan yang
membutuhkan mobilitas tinggi. Jarak jangkauan bisa berbeda antar operator,
tergantung desain yang dibutuhkan. Maksimum macro cell mempunyai jangkauan
hingga 35 km, pada realitanya macro cell hanya beroperasi hingga 20 km saja. Ini
disebabkan adanya halangan-halangan yang mengganggu penetrasi signal.

Micro cell – jenis ini biasanya ditempatkan di pinggiran jalan atau di sela-sela
pojok gedung. Macro cell dirancang bagi komunikasi pelanggan dengan
kepadatan tinggi, namun bermobilitas rendah. Ciri micro cell yakni converage nya
kecil namun kapasitas besar dengan transmit power yang rendah. Biasanya
antenanya cukup dipasang di plafon atau langit-langit suatu ruangan, ada juga
tanpa antena alias ditempel pada dinding.Micro cell sendiri dibagi ke dalam micro
cell standar, pico cell, dan nano cell.Maksimum micro cell mempunyai jangkauan
antara 500 meter hingga 1 km.

C. Instalasi BTS

Didalam instalasi BTS harus memperhatikan VSWR. VSWR adalah rasio dari
tegangan yang keluar dari antena dengan tegangan pantulan.nilai VSWR yang
baik adalah nilai VSWR yang kecil mendekati 1, nilai 1,5 : 1 pada pita frekwensi
yang dipakai merupakan batasan maksimum Selama periode bulan juli-oktober.
Ketika akan melakukan pemasangan BTS maka frekuensi harus diperhatikan, ada
beberapa perangkat yang harus dipersiapkan, diantaranya sebagai berikut :

1. Antena Sektoral (alpha, beta, gama)


10

dari prinsip (panjang gelombang = kecepatan cahaya/frekuensi) otomotis ukuran


antena berubah semakin besar frekuensi dimensi antena semakin kecil dan
sebaliknya.

2. Feeder dengan rata-rata diamete 1 , 1 1/4

3. perangkat BTS, telkom mencoba untuk melakukan migrasi terhadap perangkat


BTS dari produk siemens (swedia) ke produk huawei (cina) dimana produk yang
baru menawarkan kualitas yang hampir sama dan harga yang relatif lebih murah
Sebelum semua BTS di on-kan secara serentak maka perlu dicek dahulu apakah
proses instalasi pada tahap 1 sudah memenuhi syarat VSWR.

VSWR adalah rasio dari tegangan yang keluar dari antena dengan tegangan
pantulan.nilai VSWR yang baik adalah nilai VSWR yang kecil mendekati 1, nilai
1,5:1 pada pita frekwensi yang dipakai merupakan batasan maksimum.

pengukuran VSWR antena menggunakan SWR analyzer jika telah memenuhi


standar VSWR yang telah ditentukan, maka tahap selanjutnya yaitu pengukuran
daya dengan wattmeter.

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan memang sebuah BTS, sebagai berikut

1. Antenna BTS untuk GSMA maupun CDMA biasanya berbentuk panjang


didalamnya terdapat dua antenna yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver.
Panjang dari antenna tergantung dari frekuensinya, semakin besar besar frekuensi
dimensi antenna semakin kecil dan sebaliknya (dari prinsip dipole antenna = 1/2
lambda). Antenna BTS secara umum ada dua type : OMNI antenna dan PANEL
antenna.

Pada antenna Microwave (MW) Radio, yang bentuknya seperti rebana genderang,
itu termasuk jenis high performance antenna.Biasanya ada 2 brand, yaitu Andrew
and RFS.Ciri khas dari antenna high performance ini adalah bentuknya yang
seperti gendang, dan terdapat penutupnya, yang disebut radome. Fungsi radome
11

antara lain untuk melindungi komponen antenna tsb, dari perubahan cuaca
sekitarnya.

2. Koneksi dari BTS ke BSC itu biasanya pake MW radio, karena biasanya cuma
butuh 1×2MBps (E-1). Sedangkan dari BSC ke MSC, biasanya menggunakan
Microwave dengan kapasitas besar, sampai 1xSTM-1, atau menggunakan koneksi
FO (untuk kota-kota besar).

3. Feeder antenna mempunyai diameter rata-rata 1 ¼, dengan panjang tergantung


dari letak antenna diletakkan di tower, semakin panjang feeder redamannya
semakin besar.

4. Perangkat yang ada didalam Shelter site : BTS, Microwave indoor unit dan
Rectifier system. Hrs menggunakanAC dengan tujuan untuk menjaga suhu
didalam ruangan pada suhu optimum (+20C) sehingga life time equipment akan
terjaga. Selain itu terdapat sistem alarm keamanan…alarm banjir, alarm
kebakaran, alarm infrared.

5. BTS biasanya dicatu dengan DC supply (-48 V), yang dihasilakn oleh Rectifier
system. Rectifier system ini dilengkapi dengan battery yang akan memback-up
systam bial main PLN mati, biasanya back-up time berkisar antara 2 – 4 jam
tergantung dari desainnya

6. Karena BSC merupakan “Controller” dari BTS, jadi BSC ini dikoneksikan
dengan beberapa BTS, sehingga yang “agak tampak dari luar” adalah BSC site
biasanya punya Antenna MW transmisi yang lebih banyak. Juga Site BSC
biasanya lebih besar, dengan adanya perangkat Genset, TRS yang lebih banyak dst

7. Grounding BTS biasanya berbeda dg penangkal petir. Fungsi utama untuk


menjaga impedansi tetap stabil, mencegah kebocoran rambatan listrik Mungkin
Anda sering mendengar nama BTS, ya BTS yang merupakan singkatan dari Base
Transceiver Station ini merupakan komponen jaringan dai sistem komunikasi
mobile yang menerima dan mengirim sinyal. Sebuah BTS dikendalikan oleh
pengontrol base station dan fungsinya memfasilitasi komunikasi nirkabel antara
user equipment (UE) /peralatan pengguna dan jaringan. UE /UES merupakan
12

perangkat yang digunakan pengguna misalnya ponsel, telepon WLL, komputer


dengan aktivitas internet nirkabel, WiFi dan WiMAX gadget.

Masyarakat Indonesia sering menyebut Base Transceiver Station (BTS) sebagai


menara seluler tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai SUTET meskipun
sangat berbeda. Rasanya kurang tepat jika BTS disebut sebagai SUTET, karena
SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) merupakan penyalur energi
listrik yang jauh dari pusat pembangkitnya menuju pusat-pusat beban sehingga
penyaluran enegi listrik menjadi lebih efisien, SUTET biasanya dibangun oleh
PLN sedangkan BTS oleh para penyedia layanan telekomunikasi.

Istilah lain dari Base Transceiver Station adalah radio base station (RBS, node B
(pada jaringan 3G atau juga hanya base station (BS) saja. Meskipun BTS berlaku
untuk semua standar komunikasi nirkabel, pada umumnya BTS terkait dengan
teknologi komunikasi mobile seperti GSM dan CDMA.

Dalam hal ini, sebuah Base Transceiver Station merupakan bagian dari
perkembangan base station subsistem (BSS) untuk sistem manajemen. BTS juga
mungkin memiliki peralatan untuk mengenkripsi dan mendekripsi komunikasi,
seperti alat penyaringan spektrum (band pass filter), antena dan lain sebagainya
sehingga dianggap sebagai komponen BTS, karena komponen-kompone tersebut
memiliki andil dalam memfasilitasi fungsi BTS.

Umumnya, Base Transceiver Station memiliki beberapa transceiver* (TRXs) yang


memungkinkan BTS untuk melayani beberapa frekuensi berbeda dengan sektor
yang berbeda pula dari sel (dalam kasus sectorised BTS). Sebuah BTS
dikendalikan oleh pengontrol base station melalui fungsi base station control
(BCF).

BCF merupakan unit berlainan yang tergabung dalam TRX di base station yang
tersusun rapat. BCFmenyediakan koneksi operations dan maintenance (O & M)
ke sistem manajemen jaringan /network management system (NMS), mengelola
wilayah operasional TRX masing-masing serta menangani software dan koleksi
13

alarm. Struktur dasar dan fungsi dari setiap BTS pada dasarnya sama terlepas dari
teknologi nirkabel.

Anda mungkin juga menyukai