Tugas Kansa
Tugas Kansa
Jakarta:
1. Memberi kontribusi terhadap proses pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil
berorientasi pada keberlanjutan dan lingkungan hidup.
2. Memperkuat dan memfasilitasi AMDAL
3. Mendorong pendekatan atau cara baru untuk pengambilan keputusan
Sadler, B (2005) Strategic Environmental Assessment at the Policy Level: Recent Progress, Current
Status and Future Prospect. Editor. Ministry of The Environment, Czech Republic. Praha.
Edra Satmaidi. 2015. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam Menjamin
Terpeliharanya Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH) bagi
Pembangunan Berkelanjutan International Jurnal of Dialectics Vol.5 No.3. Bandung:
Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Menurut UULH 2009, KLHS harus menjadi dasar dan terintegrasi dalam KRP pembangunan
yang berpotensi menimbulkan dampak dan/risiko lingkungan hidup. Integrasi KLHS dalam KRP
pembangunan merupakan hal yang mendasar untuk memastikan agar prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan atau pertimbangan-pertimbangan lingkungan hidup sebagai hasil
KLHS dimuat dalam KRP pembangunan. KLHS menjadi instrumen untuk menentukan apakah
daya dukung dan daya tampung lingkungan sudah terlampaui atau belum sehingga suatu KRP
perlu diperbaiki atau tidak dan apakah suatu kegiatan masih dimungkinkan atau dimoratorium.
KLHS merupakan upaya terobosan yang berupa rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh
dan partisipatif, untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sudah
diintegrasikan dalam kebijakan, rencana dan/atau program. Pelaksanaan KLHS berdasarkan
Permen LH No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS.
Koesrijanti, Atiek dkk. 2007. Buku Pegangan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Jakarta:
Deputi Bidang Tata Lingkungan
Ada dua faktor utama yang menyebabkan kehadiran KLHS dibutuhkan saat ini di berbagai
belahan dunia: pertama, KLHS mengatasi kelemahan dan keterbatasan AMDAL, dan kedua,
KLHS merupakan instrumen yang lebih efektif untuk mendorong pembangunan berkelanjutan
(Briffetta et al, 2003 dalam Koesrijanti, Atiek dkk).
Degradasi kualitas lingkungan hidup yang lajunya kian meningkat memaksa pengambil
keputusan untuk menetapkan langkah-langkah perlindungan lingkungan yang lebih progresif.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (selanjutnya disebut sebagai KLHS) kemudian muncul untuk
menjawab permasalahan dan tantangan tersebut, yang pengaturannya muncul dalam rezim
berlakunya UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UU PPLH). Undang-undang tersebut mewajibkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
membuat KLHS guna memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program
(selanjutnya disingkat KRP). Pengaturan mengenai KLHS di dalamnya belum komprehensif dan
masih bersifat umum. Untuk itu, undang-undang ini memerintahkan agar dibentuk peraturan
pemerintah yang mengatur lebih rinci mengenai tata cara penyelenggaraan KLHS. Peraturan
pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) UU PPLH baru muncul beberapa
tahun setelahnya, yakni pada tahun 2016 melalui PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).