Anda di halaman 1dari 35

USULAN PENELITIAN S2

PENERAPAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DAN BORDA


SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELOMPOK UNTUK
PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN

Oleh :
Beta Yudha Mahindarta
NIM. 16/403668/PPA/05185

PROGRAM STUDI S2 ILMU KOMPUTER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GAJAH MADA, YOGYAKARTA
2017

HALAMAN PERSETUJUAN

USULAN PENELITIAN S2
PENERAPAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DAN BORDA
SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELOMPOK UNTUK
PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN

Diusulkan Oleh

Beta Yudha Mahindarta


NIM. 16/403668/PPA/05185

Telah disetujui

Pembimbing

Drs. Retantyo Wardoyo M.Sc., Ph.D.

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Penerapan Analytic Network Process (ANP) Dan BORDA Sebagai
Sistem Pendukung Keputusan Kelompok Untuk Pemilihan Lokasi
Pembangunan Perumahan
Nama : Beta Yudha Mahindarta
NIM. : 16/403668/PPA/05185

Proposal sebagai pengganti ujian tengah semester matakuliah Metode Penelitian

Semester 2.

Yogyakarta, November 2017

Pengusul

Beta Yudha Mahindarta


NIM. 16/403668/PPA/05185

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
iv
1. Latar Belakang dan Permasalahan
..............................................................................................................
..............................................................................................................
1
2. Rumusan Masalah
...............................................................................................................
...............................................................................................................
3
3. Batasan Masalah
...............................................................................................................
...............................................................................................................
3
4. Tujuan Penelitian
...............................................................................................................
...............................................................................................................
3
5. Manfaat Penelitian
...............................................................................................................
...............................................................................................................
4
6. Keaslian Penelitian
...............................................................................................................
...............................................................................................................
4

iv
7. Tinjauan Pustaka
...............................................................................................................
...............................................................................................................
4
8. Landasan Teori
...............................................................................................................
...............................................................................................................
11
8.1 Sistem Pendukung Keputusan

11
8.2 Perumahan

16
8.3 Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP)

17
8.4 Penerapan Analytic Network Process (ANP)

20
8.5 Penerapan Simple Additive Weighting (SAW)

22
8.6 Penerapan BORDA

24
9. Metode Penelitian
...............................................................................................................
...............................................................................................................
26
10. Jadwal Penelitian
...............................................................................................................
...............................................................................................................
30
Daftar Pustaka
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
31

v
1. Latar Belakang dan Permasalahan
Perwujudan rumah yang memiliki nilai kehidupan dan sosial budaya yang
baik dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan tempat masyarakat tinggal.
Sehingga lokasi perumahan menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan
dalam membangun rumah.
Salah satu kota di Indonesia yang sedang berkembang adalah kota
Surakarta. Kota ini mengalami perubahan dalam penggunaan lahan, diantaranya
disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk dan masuknya para pendatang, yang
berakibat bertambahnya tekanan terhadap kebutuhan lahan. Salah satunya adalah
lahan perumahan dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Hal ini mengakibatkan
pemukim cenderung memilih lahan untuk perumahan tanpa memperhatikan
kondisi fisik lahan, infrastruktur, sosial ekonomi dan Tata Ruang Kota, sehingga
banyak lahan perumahan yang berpotensi terhadap banjir, lingkungan air kurang
bersih, padat penduduknya, bahkan lahan yang mahal harganya tapi kondisinya
tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan sebuah solusi yaitu
diterapkannya sistem pendukung keputusan. Sistem pendukung keputusan (SPK)
dapat memberikan informasi dan juga dapat membantu menyediakan berbagai
alternatif yang dapat ditempuh dalam proses pengambilan keputusan oleh
Developer (perorangan atau perusahaan perumahan) khususnya dalam pemilihan
lokasi perumahan di Kota Surakarta. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah
sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah
maupun kemampuan komunikasi untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur
dan tak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan
dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak
seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Turban,
2001).
Sistem pendukung keputusan terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, salah satunya adalah ANP. Analytic Network Process (ANP)
merupakan generalisasi dari Analytic Hierarchy Process (AHP), dengan
mempertimbangkan ketergantungan antara unsur-unsur hirarki. Banyak masalah
keputusan tidak dapat terstruktur secara hirarki karena mereka melibatkan
interaksi dan ketergantungan elemen- tingkat yang lebih tinggi dalam hirarki pada
elemen tingkat yang lebih rendah. Oleh karena itu, ANP diwakili oleh jaringan,

1
2

bukan hirarki. Struktur umpan balik tidak memiliki bentuk atas kebawah hirarki
tetapi lebih mirip jaringan, dengan siklus menghubungkan komponen elemen,
yang tidak dapat disebut sebagai tingkatan.
Metode Analytic Network Process (ANP) adalah salah satu metode yang
mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan
mempertimbangkan saling keterkaitan antar kriteria dan sub kriteria yang ada.
Dalam metode ini memerlukan interaksi dan ketergantungan dengan
menggunakan network. ANP mengizinkan adanya interaksi dan umpan balik dari
elemen-elemen dalam cluster (inner dependence) dan antar cluster (outer
dependence). ANP merupakan metode pemecahan suatu masalah yang tidak
terstruktur dan adanya ketergantungan hubungan antar elemennya. Sistem ini
memiliki kemampuan dalam memberikan rekomendasi pemilihan lokasi
perumahan mana yang paling bagus dan berpotensi, dan berguna bagi Developer
sebagai pendukung keputusan dalam menentukan lokasi pembangunan
perumahan.
Sistem Analytic Network Process menghasilkan beberapa keputusan
terbaik yang telah di ranking, namun untuk menentukan satu dari beberapa pilihan
yang terbaik diperlukan metode lanjutan yaitu Borda. Metode Borda untuk
memilih pemenang yang mempunyai point terbanyak. Borda memberikan suatu
jumlah point tertentu untuk masing-masing kandidat sesuai dengan rangking yang
telah diatur oleh masing-masing pengambil keputusan. Pemenang akan ditentukan
oleh banyaknya jumlah point yang dikumpulkan atau diperoleh dari masing-
masing kandidat (Mahdi, 2013).
Salah satu cara alternatif dalam mengetahui pemilihan lokasi Perumahan
dilaksanakan dengan mengintegrasikan metode ANP dan Borda. Metode ANP
digunakan untuk mengobyektifkan pembobotan terhadap kriteria yang digunakan
sedangkan metoda Borda diperlukan untuk memilih satu diantara beberapa
kelompok rangking yang diperoleh dari metoda ANP.
Berdasarkan pemaparan tersebut perlu dilakukan penelitian dengan judul “
PENERAPAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DAN BORDA
SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELOMPOK UNTUK
PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN”

2. Rumusan Masalah
3

Berdasarkan permasalahan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah bagaimana penerapan Analytic Network Process (ANP) dan Borda sebagai
sistem pendukung keputusan kelompok untuk pemilihan lokasi pembangunan
perumahan?

3. Batasan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka cakupan masalah akan
dibatasi sebagai dasar pertimbangan yang akan dijadikan parameter, sebagai
berikut:
1. Kondisi Lahan yang meliputi potensi banjir, daya dukung tanah
2. Infrastruktur yang meliputi jaringan air limbah, jaringan air bersih, jaringan
listrik, jaringan jalan, jarak pencapaian
3. Sosial dan ekonomi yang meliputi kepadatan penduduk, intensitas
penggunaan lahan, harga lahan
4. Ketersediaan lahan berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)
Surakarta tahun 2016, yaitu berupa lahan kosong.
5. Belum adanya Sistem Pendukung Keputusan yang belum digunakan oleh
Developer (perorangan atau perusahaan perumahan) dalam menentukan lokasi
perumahan, oleh karena itu dalam penelitian ini akan diterapkan model
Analytic Network Process ANP dan BORDA dalam menentukan pemilihan
lokasi pembangunan perumahan

4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kelompok ini yaitu:
Merancang dan mengimplementasikan Sistem Pendukung Keputusan dengan
metode Analitical Network Process (ANP) dan Borda untuk menentukan
pemilihan lokasi pembangunan perumahan.

5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Sistem pendukung keputusan ini dapat menjadi salah satu alternatif
pengambilan keputusan yang lebih objektif, tepat, dan cepat dalam proses
menentukan pemilihan lokasi pembangunan perumahan.
b. Membantu pengguna dalam mencari informasi dan menentukan pilihan
perumahan yang sesuai dengan keinginan.
4

c. Dapat menjadi acuan bagi para pengembang perumahan untuk memberikan


yang terbaik, baik produk maupun layanan

6. Keaslian Penelitian
Penelitian Sistem Pendukung Keputusan dengan metode Analitical
Network Process (ANP) dan Borda untuk menentukan pemilihan lokasi
perumahan di Kota Surakarta hingga kini belum pernah dilakukan. Penelitian
yang telah dilakukan Binandita dan Ahmadi (2016) hanya menggunakan metode
Entropy, Vikor dan Borda dalam penentuan lokasi Perumahan TNI AL.

7. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka mengenai metode, Adapun penelitian yang terkait
dengan penelitian ini yaitu :
a. Penelitian yang dilakukan oleh (Ilham dan Mulyana, 2017)
Penjelasan Penelitian:
Penempatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang tepat untuk
mahasiswa merupakan suatu hal yang sangat penting, karena bisa
memaksimalkan kemampuan dan bakat dari setiap mahasiswa sehingga
menghasilkan mahasiswa lulusan yang siap bersaing di dunia kerja. Dalam
pemilihan tempat PKL mahasiswa di Politeknik Aceh Selatan, masalah yang
sering terjadi adalah ketidaksesuaian kompetensi dari segi kebutuhan
perusahaan tempat PKL, maupun kebutuhan mahasiswa akan tempat PKL.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu sistem komputer berupa
sistem pendukung keputusan kelompok (GDSS) yang dapat membantu
Politeknik Aceh Selatan untuk pemilihan tempat PKL yang tepat bagi
mahasiswa. Sistem pendukung keputusan kelompok yang dikembangkan
dalam penelitian ini menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) dan Borda untuk penentuan keputusan kelompok. Metode AHP
digunakan untuk penentuan bobot kriteria dan subkriteria dari setiap alternatif
perusahaan tempat PKL hingga perangkingan alternatif perusahan untuk
masing-masing mahasiswa dari setiap pengambil keputusan. Metode Borda
digunakan untuk penggabungan hasil perangkingan yang didapat oleh setiap
pengambil keputusan sehingga mendapatkan perangkingan akhir dan
menentukan rekomendasi tempat PKL mahasiswa.
Hasil akhir dari Sistem pendukung keputusan kelompok berupa
perankingan dari nilai kriteria mahasiswa terhadap alternatif perusahaan
5

tempat PKL. Dan alternatif perusahaan yang mendapatkan hasil tertinggi


dijadikan sebagai rekomendasi pengambilan keputusan penempatan PKL
mahasiswa prodi teknik komputer politeknik aceh selatan.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Agmelina dan Ariasta (2017)


Pembangunan apartemen di Surabaya Metropolitan Area merupakan
salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
perumahan. Secara harfiah apartemen yang mendukung konsep urban
compactness mayoritas dibangun di pusat perkotaan. Namun, perkembangan
apartemen saat ini cenderung menyebar. Berdasarkan penelitian terdahulu
pengembang belum memperhatikan preferensi penghuni dalam pembangunan
apartemen sehingga apartemen terbangun bebas mengikuti lahan yang
dimiliki oleh pengembang. Selain itu, pemerintah belum memiliki regulasi
spesifik mengenai pengaturan lokasi apartemen namun pemerintah tetap
memberikan peluang besar terhadap pembangunan apartemen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa belum ditemukan adanya faktor preferensi mengenai
penentuan lokasi apartemen yang sama-sama disetujui oleh ketiga
stakeholders yaitu pemerintah, pengembang, dan masyarakat. Oleh karena itu,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan faktor prioritas dalam
menentukan lokasi pembangunan apartemen di Surabaya.
Metropolitan Area berdasarkan preferensi pemerintah. Penelitian ini
menggunakan dua teknik analisis yaitu Analytic Network Process dan analisis
deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah faktor pemilihan lokasi apartemen
yang disetujui oleh pemerintah yaitu jarak ke jalan utama, kesesuaian dengan
RTRW, harga lahan, dan jarak ke pusat pelayanan kota.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Binandita, dkk (2016)


Penjelasan Penelitian :
Penelitian ini untuk mengetahui alternatif dalam mengetahui seleksi
pemilihan Pengembang Perumahan TNI AL oleh Tim PPMD dilaksanakan
dengan mengintegrasikan metode Entropy, VIKOR (Visekriterijumsko
Kompromisno Rangiranje) dan Borda. Metode Entropy merupakan metode
yang dapat memberikan bobot terhadap suatu data yang kualitatif maupun
kuantitatif. Metode ini menggambarkan nilai alternatif pada kriteria dalam
Decision Matrix (DM). Metode VIKOR berfokus pada peringkat dan
6

pemilihan dari sekumpulan alternatif dan kriteria yang saling bertentangan


untuk dapat mengambil keputusan untuk mencapai keputusan akhir. Metode
Borda menentukan pemenang dari suatu pemilihan dengan memberikan nilai
atau point tertentu untuk setiap alternatif dari masing-masing decision
making. Solusi terbaik adalah solusi dengan jumlah nilai tertinggi.
Dari hasil penelitian ketiga kelompok bobot awal kriteria-kriteria
dalam pemilihan lokasi Perumahan oleh ahli yang subyektifnya tinggi diolah
dengan metode Entropy, sehingga dihasilkan tiga kelompok bobot Entropy
yang lebih obyektif. Ketiga Bobot Entropy yang didapat diolah dengan
metode VIKOR dan menghasilkan pemilihan yaitu tiga kelompok rangking
lokasi Perumahan TNI AL. Metode Borda digunakan untuk pengambilan
keputusan diantara tiga kelompok rangking lokasi Perumahan TNI AL.
7

d. Penelitian yang dilakukan oleh Sadeghi, Rashidzadeh, Soukhakian (2012)


Penjelasan Penelitian :
Saat ini produk dan layanan perusahaan yang paling dibutuhkan
supplier melalui perusahaan lain. Outsourcing sebagai pendekatan baru
memiliki peran penting dalam literatur manajemen. Pemasok harus dipilih
oleh eksekutif, ketika perusahaan memutuskan untuk memperoleh produk
atau layanan dari perusahaan lain. Mengenai pemilihan pemasok, para
manajer harus mempertimbangkan lebih dari satu faktor atau kriteria, yang
mungkin tidak konsisten dan kontradiktif. Oleh karena itu, pemilihan
pemasok adalah pengambilan keputusan multi-kriteria. Analytic network
process (ANP) adalah teknik untuk memecahkan masalah pengambilan
keputusan multi-kriteria dimana kriteria saling mempengaruhi dan memiliki
korelasi non linier. Dalam penelitian ini, tujuan menggunakan ANP untuk
memilih pemasok dalam pengambilan keputusan kelompok.

e. Penelitian yang dilakukan oleh Susilo dan Azhari (2012)


Penjelasan Penelitian :
Tujuan didirikannya armada bus Transjogja adalah untuk mengurai
permasalahan kemacetan, polusi dan transportasi umum yang memadai.
Untuk memberikan layanan yang terbaik, salah satu hal yang diusahakan
adalah menempatkan shelter pada posisi yang tepat. Dinas perhubungan
bekerja sama dengan instansi lain dalam pengumpulan aspirasi eksekutif
untuk penentuan lokasi shelter baru.
Kombinasi Metode Brown-Gibson dan Borda memungkinkan
digunakan untuk pemilihan lokasi secara kelompok. Metode ini digunakan
untuk memilih alternatif lokasi berdasarkan ukuran preferensi tertentu
(preference measurement) dengan mempertimbangkan faktor obyektif dan
faktor subyektifnya. Faktor obyektif berupa efektifitas biaya yaitu jumlah
total biaya yang dikeluarkan untuk satu alternatif lokasi. Faktor subyektif
berupa pembobotan para pengambil keputusan terhadap kriteria-kriteria yang
disyaratkan dalam penentuan lokasi shelter baru. Kriteria tersebut antara lain
lahan, posisi, akses ruang, persaingan, transportasi dan keamanan. Dalam
penilaian faktor subyektif menggunakan borda.
Hasil dari penelitian ini adalah GDSS dengan menggunakan metode
Brown-Gibson dan borda terbukti dapat mengakomodasi preferensi dari
8

banyak pembuat keputusan. Dengan keluaran berupa nilai preferensi lokasi


dan rangking memudahkan DM menentukan pemilihan lokasi. Lokasi yang
paling banyak memiliki rangking tertinggi lebih berpotensi sebagai lokasi
shelter baru.

f. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Singgih (2010)


Penjelasan Penelitian :
Semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
mengakibatkan tingginya persaingan di antara penyedia jasa layanan
kesehatan. Laboratorium Klinik X, salah satu penyedia jasa layanan
kesehatan, merupakan sebuah laboratorium klinik yang sedang berkembang
pesat dan ikut bersaing di antara penyedia jasa lainnya. Dalam lingkungan
yang sangat kompetitif, pemilihan lokasi cabang baru yang memiliki daya
saing tinggi merupakan prioritas utama. Untuk itu perlu dilakukan analisa
lokasi untuk mendapatkan lokasi yang dapat memberikan keuntungan
maksimal dan daya saing tinggi sesuai dengan tujuan perusahaan. Lima
kecamatan alternatif ditentukan dengan menggunakan teori target market,
pairwise comparison, perhitungan rating kecamatan, dan perhitungan nilai
terbobot hingga terpilih Kecamatan Wonokromo, Semampir, Sawahan,
Simokerto, dan Tambaksari sebagai kecamatan alternatif. Kriteria dan sub
kriteria pemilihan diidentifikasi berdasarkan pada Model Porter’s Diamond.
Perhitungan kelayakan investasi dilakukan sebagai salah satu criteria dalam
model Porter’s Diamond, dimana Kecamatan Wonokromo memiliki
kelayakan investasi paling tinggi dengan NPV sebesar Rp. 60.646.579.867,
-IRR sebesar 29%, dan payback period selama 5 tahun 4 bulan. Metode P-
Median digunakan untuk mengetahui kelurahan optimal dari masing-masing
lokasi alternatif.
Penilaian dengan menggunakan ANP dilakukan oleh beberapa orang
ahli sehingga didapat bobot untuk masing-masing, Kecamatan Wonokromo
sebesar 0.2038, Tambaksari dengan bobot 0.0942,Simokerto 0.0782,
Semampir 0.0726, dan Kecamatan Sawahan 0.0502. Sebagai kecamatan
dengan bobot tertinggi, Kecamatan Wonokromo terpilih sebagai lokasi
cabang baru Laboratorium Klinik X.

Tabel 1. Tinjauan Pustaka


9

NO. PENELITI METODE KETERANGAN


1. Ilham dan Mulyana, AHP (Analytical Metode AHP digunakan
(2017) Hierarchy untuk penentuan bobot
Process) dan kriteria dan subkriteria dari
Borda setiap alternatif, hingga
perangkingan alternatif.
Metode Borda digunakan
untuk penggabungan hasil
perangkingan yang didapat
oleh setiap pengambil
keputusan sehingga
mendapatkan perangkingan
akhir.
2. Agmelina dan Analytic Network merumuskan faktor prioritas
Ariasta (2017) Process dan dalam menentukan lokasi
analisis deskriptif. pembangunan apartemen di
Surabaya
3. Binandita, dkk Entropy, VIKOR Metode Entropy
(2016) (Visekriterijumsko menggambarkan nilai
Kompromisno alternatif pada kriteria dalam
Rangiranje) dan Decision Matrix (DM).
Borda. Metode VIKOR berfokus
pada peringkat dan
pemilihan dari sekumpulan
alternatif dan kriteria yang
saling bertentangan untuk
dapat mengambil keputusan
untuk mencapai keputusan
akhir. Metode Borda
menentukan pemenang dari
suatu pemilihan dengan
memberikan nilai atau point
tertentu untuk setiap
10

alternatif dari masing-masing


decision making
4. Sadeghi, Analytic network Analytic network process
Rashidzadeh, process (ANP) (ANP) adalah teknik untuk
Soukhakian (2012) memecahkan masalah
pengambilan keputusan
multi-kriteria dimana kriteria
saling mempengaruhi dan
memiliki korelasi non linier.
5. Susilo dan Azhari Metode Brown- Metode ini digunakan untuk
(2012) Gibson dan Borda memilih alternatif lokasi
berdasarkan ukuran
preferensi tertentu
(preference measurement)
dengan mempertimbangkan
faktor obyektif dan faktor
subyektifnya. Hasil dari
penelitian ini adalah GDSS
6. Handayani dan Model Porter’s Kriteria dan sub kriteria
Singgih (2010) Diamond dan pemilihan diidentifikasi
Analytic network berdasarkan pada Model
process (ANP) Porter’s Diamond. ANP
digunakan untuk pengambil
keputusan sehingga
mendapatkan perangkingan
akhir.

8. Landasan Teori
8.1 Sistem Pendukung Keputusan
a. Definisi Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) didefinisikan sebagai suatu
peralatan komputer yang terintegrasi yang memungkinkan bagi
pengambilan keputusan (decision maker) untuk berintegrasi langsung
dengan komputer dalam menciptakan informasi yang berguna dalam
11

membuat keputusan baik yang bersifat terstruktur maupun yang tidak


terstruktur (Waluya, 1997).
Menurut Kusrini (2007), sistem pendukung keputusan (SPK)
merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi,
pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem itu digunakan untuk
membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan
situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti
bagaimana keputusan seharusnya dibuat.
Tujuan SPK menurut Turban dalam Kusrini (2007) adalah:
1) Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi
terstruktur.
2) Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya
dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3) Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih
daripada perbaikan efisiensinya.
4) Kecepatan komputasi.
5) Peningkatan produktivitas. Sistem bisa meningkatkan kualitas siswa
yang dipilih lebih unggul atau lebih baik dari siswa yang lainnya
dalam satu kelompok pemilihan.
6) Pendukung kualitas.
7) Berdaya saing.
8) Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.

b. Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan


Menurut Turban dalam Kusrini (2007) karakteristik sistem
pendukung keputusan yaitu:
1) Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semi
terstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia
dan informasi terkomputerisasi. Masalah-masalah tersebut tidak bisa
dipecahkan oleh sistem computer lain atau oleh metode atau alat
kuantitatif standar.
2) Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai
manajer lini.
3) Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang
terstruktur sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen
dan tingkat organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi
lain.
12

4) Dukungan untuk keputusan independen dan/atau sekuensial.


Keputusan bisa dibuat satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam
interval yang sama).
5) Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: intelegensi,
desain, pilihan, implementasi.
6) Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
7) Adaptitas sepanjang waktu. Peengambilan keputusan seharusnya
reaktif, bisa menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan
mengadaptasi Decision Support System (DSS) untuk memenuhi
perubahan tersebut. DSS bersifat fleksibel. Oleh karena itu, pengguna
bisa menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau
menyusun kembali elemen-elemen dasar. DSS juga fleksibel dalam hal
bisa dimodifikasi untuk memecahkan masalah lain yang sejenis.
8) Pengguna merasa seperti di rumah. Ramah-pengguna, kapabilitas
grafis yang sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin yang interaktif
dengan satu bahasa alami bisa sangat meningkatkan efektivitas DSS.
9) Peningkatan efektivitas pengambilan keputusan (akurasi, timelines,
kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan
keputusaan). Ketika DSS disebarkan, pengambilan keputusan sering
membutuhkan waktu lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik.
10) Kontrol penuh oleh pengambil keputusan dalam memecahkan suatu
masalah. DSS secara khusus menekankanutnuk mendukung
pengambilan keputusan, bukannya menggantikan.
11) Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem
sederhana. Sistem yang lebih besar bisa dibangun dengan bantuan ahli
sisteminformasi. Perangkat lunak OLAP dalam kaitannya dengan
warehouse memperbolehkan pengguna untuk membangun DSS yang
cukup besar dan kompleks.
12) Biasanya, model-model digunakan untuk menganalisis situasi
pengambilan keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan
eksperimen denngan berbagai strategi berbeda di baah konfigurasi
yang berbeda.
13) Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, tipe, mulai dari
sistem informasi geografis (SIG) sampai sistem berorentiasi objek.
14) Dapat digunakan sebagai alat standalone oleh seorang pengambil
keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di suatu organisasi
13

secara keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai


persediaan. Dapat diintegrasikan dengan DSS lain dan atau aplikasi
lain, serta bisa didistribusikan secara internal dan eksternal
menggunakan networking dan teknologi Web.

c. Komponen Sistem Pendukung Keputusan


Menurut Turban dan Aronson (2011: 85-88), sistem pendukung
keputusan terdiri dari empat komponen yaitu subsistem manajemen data,
subsistem manajemen model, subsistem antarmuka pengguna, dan
subsistem manajemen berbasis pengetahuan. Komponen SPK tersebut
dapat digambarkan seperti gambar 1 berikut ini.

Sumber: Turban dan Aronson (2011)


Gambar 1. Komponen Sistem Pendukung Keputusan

1) Subsistem manajemen data


Subsistem manajemen data adalah memasukkan satu database
yang berisi data yang relevan untuk suatu situasi dan dikelola oleh
perangkat lunak yang disebut sistem manajemene database (DBMS/
Data Base Management System). Subsistem manajemen data bisa
diinterkoneksikan dengan data warehouse perusahaan, suatu
14

repository untuk data perusahaan yang relevan dengan pengambilan


keputusan.
2) Subsistem manajemen model
Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model
keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang
memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang
tepat. Perangkat lunak itu sering disebut sistem manajemen basis
model (MBMS). Komponen tersebut bisa dikoneksikan ke
penyimpanan korporat atau eksternal yang ada pada model.
3) Subsistem antarmuka pengguna
Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan sistem
pendukung keputusan melalui subsistem tersebut. Pengguna adalah
bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Para peneliti menegaskan
bahwa beberapa kontribusi unik dari sistem pendukung keputusan
berasal dari interaksi yang intensif antara computer dan pembuat
keputusan.
4) Subsistem manajemen berbasis pengetahuan
Subsistem tersebut mendukung semua subsistem lain atau
bertindak langsung sebagai suatu komponen independen dan bersifat
opsional. Selain memberikan intelegensi untuk memperbesar
pengetahuan si pengambil keputusan, subsistem tersebut bisa
diinterkoneksikan dengan repositori pengetahuan perusahaan (bagian
dari sistem manjemen pengetahuan), yang kadang-kadang disebut
basis pengetahuan organisasional
d. Langkah-langkah Pemodelan dalam SPK
Kusrini (2007), menyebutkan bahwa tahapan rancang bangun SPK
terdiri dari:
1) Studi kelayakan (Intelligence)
Pada langkah ini, sasaran ditentukan dan dilakukan pencarian
prosedur, pengumpulan data, identifikasi masalah, identifikasi
kepemilikan masalah, klasifikasi masalah, hingga akhirna terbentuk
sebuah pernyataan masalah. Kepemilikan masalah berkaitan dengan
bagian apa yang akan dibangun oleh DSS dan tugas dari bagian
tersebut sehingga model tersebut bisa relevan dengan kebutuhan si
pemilik masalah.
2) Perancangan (Design)
15

Pada tahapan ini akan diformulasikan model yang akan digunakan dan
criteria-kriteria yang ditentukan. Setelah itu, dicari alternative model
yang bisa menyelesaikan perasalahan tersebut. Langkah selanjtnya
adalah memprediksi keluaran yang mungkin. Kemudian, ditentukan
variabel-variabel model.
3) Pemilihan (Choice).
Setelah pada tahap design ditentukan berbagai alternatif model beserta
variabel-variabelnya, pada tahapan ini akan dilakukan pemilihan
modelnya, termasuk solusi dari model tersebut. Selanjutnya, dilakukan
analisis sensitivitas, yakni dengan mengganti beberapa variabel.
4) Membuat DSS
Setelah menentukan modelnya, berikutnya adalah mengimplementasi-
kannya dalam aplikasi DSS.

8.2 Perumahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perumahan adalah kumpulan
dari rumah-rumah yang digunakan untuk berlindung bagi keluarga yang layak
huni (dilengkapi dengan sarana dan prasarana).
Pemukiman pada garis besarnya terdiri dari berbagai komponen
(Sianturi , 2006):
1. Lahan atau tanah yang diperuntukkan untuk pemukiman itu, dimana
kondisi tanah akan mempengaruhi harga satuan rumah yang akan
dibangun diatas lahan itu.
2. Prasarana pemukiman, yaitu jalan lokal, saluran drainase, saluran air
kotor, saluran air bersih, serta jaringan listrik yang semuanya juga
menetukan kualitas pemukiman yang akan dibangun.
3. Perumahan (tempat tinggal) yang akan dibangun.
4. Fasilitas umum dan fasilitas sosial yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan,
peribadatan, lapangan bermain, dan lain-lain dalam lingkungan
pemukiman itu.
Menurut Gallian Artur B. dan Eisner Simon, suatu pemukiman disebut
“baik”, jika memenuhi ketentuan berikut (Sianturi, 2006) :
1. Lokasinya sedemikian rupa, sehinggan tidak terganggu oleh kegiatan lain
seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pencemaran
udara atau pencemaran lainnya.
2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan
pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
16

3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan


cepat dan tidak menimbulkan genangan air walaupun hujan.
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang
siap disalurkan ke tiap rumah.
5. Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor yang dapat dibuat
dengan sistem individual yakni tangki septik dan lapangan rembesan atau
tangki septik komunal.
6. Pemukiman harus dilayani dengan fasilitas pembuangan sampah secara
teratur agar lingkungan tetap nyaman.
7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,
lapangan atau taman, tempat ibadah, pendidikan, dan kesehatan sesuai
dengan skala besarnya pemukiman.
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon

8.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)


Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode pendukung
pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L., Saaty pada
tahun 1980. AHP merupakan alat pengambil keputusan yang menguraikan
suatu permasalahan kompleks dalam struktur hierarki dengan banyak
tingkatan yang terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Hierarki
didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur Multilevel dimana level pertama adalah tujuan,
yang diikuti level faktor, kriteria, subkriteria, dan seterusnya ke bawah hingga
level terakhir dari alternatif (Astradanta, dkk. 2016). Dengan hierarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya
yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan
akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
Dalam menggunakan metode AHP terdapat beberapa langkah atau
tahap yang harus dilakukan. Adapun tahapan-tahapan itu adalah:
1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita
pecahkan secara jelas, detil dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada
kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut.
Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut
nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2) Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
17

Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun


level hierarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok
untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang
berbeda-beda. Hierarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin
diperlukan)
3) Membuat matriks perbandingan berpasangan
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat
untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin
dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu
menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda
dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan
dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria
dari level paling atas hierarki misalnya K dan kemudian dari level di
bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1, E2, E3,
E4, E5.

A1 A2 … An
A1 a11 a12 … a1n
A2 a21 a22 … a2n
A= .
.
.
An an1 an2 … ann
Gambar 2. Matriks Perbandingan Berpasangan
4) Mendefinisi kan perbandingan berpasangan
18

Mendefinisikan perbandingan berpasangan dilakukan agar diperoleh


jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah
banyaknya elemen yang dibandingkan.
5) Menghitung nilai eigen matriks
Untuk mendapatkan nilai eigen ada dua cara yang dapat digunakan yakni:
a. Menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai
dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh
normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata
(Gunawan, 2014).
b. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasazgan, hitung jumlah
nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks.
6) Ulangi langkah c, d dan e untuk semua tingkat hierarki.
7) Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan
dengan rumus :
Aw = λ max
Merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen
pada tingkat hierarki terendah sampai mencapai tujuan.
8) Memeriksa konsistensi hierarki.
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks
konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati
sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun
sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang
dari atau sama dengan 10 %. Berikut adalah cara menghitung rasio
konsistensi.
Menghitung konsistensi indeks (CI) dengan rumus.
  maks  n 
CI  n  1 

λmax adalah jumlah hasil kali perkalian jumlah kolom dengan eigen
faktor utama dan n adalah jumlah kriteria.
Menghitung rasio konsistensi CR
CI
CR=
RI
Persamaan 3 Konsistensi Rasio
Dengan IR adalah nilai random indeks sesuai dengan ordo matriks
9) Memeriksa konsistensi hierarki.
Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus
diperbaiki, namun jika rasio konsistensi kurang atau sama dengan 0.1,
maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar
19

8.4 Analytical Network Process (ANP)


Menurut Saaty (2003), Analytic Network Process (ANP) adalah bentuk
yang lebih umum dari Analytic Hierarchy Process (AHP), yang
menggabungkan umpan balik dan hubungan saling ketergantungan antar
elemen keputusan dan alternatif. Hal ini memberikan pendekatan yang lebih
akurat ketika memodelkan masalah keputusan yang kompleks. AHP adalah
kasus khusus dari ANP. Baik AHP dan ANP menurunkan skala prioritas relatif
angka mutlak dari penilaian individu dengan membuat perbandingan
berpasangan dari elemen–elemen pada properti umum atau kriteria kontrol.
Perbedaan pertama terletak pada struktur kerangka model yang berbentuk
hierarki pada AHP dan berbentuk jaringan pada ANP. Hal ini membuat ANP
dapat diaplikasikan lebih luas dari ANP. Bentuk jaringan ANP juga bisa sangat
bervariasi dan lebih dapat mencerminkan permasalahan seperti keadaan yang
sesungguhnya.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam ANP adalah sebagai berikut
(Percin,2008; Bayazit, 2006; dan Perera, Melon, Bautista, & Fernando, 2010):
1) Pembuatan Konstruksi Model
Langkah pertama adalah membuat model yang akan dievaluasi dan
menentukan satu set lengkap jaringan kelompok (Komponen) dan
elemenelemen yang relevan dengan tiap kriteria kontrol. Selanjutnya
untuk masing-masing kriteria kontrol, tentukan semua elemen di tiap
kelompok dan hubungan mereka sesuai dengan pengaruh ketergantungan
dari luar dan dari dalam kelompok. Hubungan tersebut menunjukkan
adanya aliran pengaruh antar elemen. Anak panah yang menghubungkan
suatu kelompok dengan kelompok lain yang menunjukkan pengaruh
elemen suatu kelompok terhadap elemen kelompok yang lain. Selain itu,
kelompok dari elemen memiliki loop di dalam diri merka sendiri jika
elemen-elemennya saling bergantung satu sama lain. Menurut Kasirian &
Yusuff (2009).
Tabel 2.1 Check List Hubungan Saling Ketergantungan Antar Kriteria
20

Pada tabel reponden diminta untuk menentukan hubungan ketergantungan


antar kriteria, yang terdiri Total SCM Cost (TSC), Value Added
Productivity (VAP), Warranty Cost (WC), Cost Of Goods Sold (COGS),
Factory Audit (FA), Customer Rejection (CR), dan Defect Rate (DR). Dari
hasil penilaian, seorang responden menganggap bahwa ada pengaruh dari
Factory Audit (FA) terhadap Defect Rate (DR) dan tidak ada pengaruh
dari Factory (FA) terhadap Customer Rejection (CR).

2) Pembuatan Supermatriks
Vektor prioritas yang berasal dari matriks perbandingan berpasangan
dimasukkan sebagai sub kolom dari kolom yang sesuai pada supermatriks.
Supermatriks merepresentasikan prioritas pengaruh dari elemen di sebelah
kiri matriks terhadap elemen di atas matriks. Hasil dari proses ini adalah
supermatriks yang tidak tertimbang (unweighted supermatrix). Kemudian,
supermatriks yang tertimbang (weighted supermatrix) diperoleh dengan
mengalikan semua elemen di blok dari unweighted supermatrix dengan
bobot kelompok yang sesuai. Weighted Supermatrix, dimana masing-
masing kolom dijumlahkan jadi satu, dikenal sebagai kolom matriks
stokastik. Weighted supermatrix kemudian dinaikan sampai batas
kekuatan untuk memperoleh prioritas akhir dari semua elemen dalam
matriks limit. Kemudian, hasil sintesis dari prioritas ini dinormalkan untuk
memilih alternatif prioritas tertinggi. Tabel 2.3 dibawah ini merupakan
struktur umum dari supermatriks.
21

Sumber : Perera, Melon, Bautista, & Ferrando (2010)

8.5 Simple Additive Weighting (SAW)


Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot.
Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating
kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Langkah-langkah metode
dalam metode SAW adalah (Wibowo dkk, 2008) :
1. Membuat matriks keputusan Z berukuran m x n, dimana m = alternatif
yang akan dipilih dan n = kriteria .
2. Memberikan nilai x setiap alternatif (i) pada setiap kriteria ( j) yang sudah
ditentukan, dimana, i=1,2,…m dan j=1,2,…n pada matriks keputusan Z,

χ11 χ12 ... χ1n


. .
Z= .
.
.
.
χm1 χm2 ... χmn
3. Memberikan nilai bobot preferensi (W) oleh pengambil keputusan untuk
masing-masing kriteria yang sudah ditentukan.
W = [W1 W2 W3 . . . Wn]
4. Melakukan normalisasi matriks keputusan Z dengan cara menghitung nilai
rating kinerja ternormalisasi (rij) dari alternatif Ai pada atribut Cj.
22

Dengan ketentuan :
a. Dikatakan atribut keuntungan apabila atribut banyak memberikan
keuntungan bagi pengambil keputusan, sedangkan atribut biaya
merupakan atribut yang banyak memberikan pengeluaran jika nilainya
semakin besar bagi pengambil keputusan.
b. Apabila berupa atribut keuntungan maka nilai (xij) dari setiap kolom
atribut dibagi dengan nilai (MAX xij) dari tiap kolom, sedangkan untuk
atribut biaya, nilai (MIN xij) dari tiap kolom atribut dibagi dengan
nilai (xij) setiap kolom.
5. Hasil dari nilai rating kinerja ternormalisasi (rij) membentuk matriks
ternormalisasi (N)

r11 r12 ... r1n


. .
N= . .
. .
rm1 rm2 ... rmn
6. Melakukan proses perankingan dengan cara mengalikan matriks
ternormalisasi (N) dengan nilai bobot preferensi (W).
7. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) dengan cara
menjumlahkan hasil kali antara matriks ternormalisasi (N) dengan nilai
bobot preferensi (W).

8. Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai merupakan


alternatif terbaik.

8.6 Borda
23

Metode Borda merupakan metode voting yang dapat menyelesaikan


pengambilan keputusan kelompok, dimana dalam penerapannya masing-
masing decision maker memberikan peringkat berdasarkan alternatif pilihan
yang ada, proses pemilihan dalam metode Borda, masing-masing voter
diberikan alternatif pilihan. Di misalkan ada n kandidat pilihan, kandidat atau
alternatif pertama diberikan n poin oleh voter atau decisian maker. Kandidat
kedua diberikan poin n-1 dan seterusnnya. Penentuan pemenang atau
alternatif terbaik berdasarkan poin yang tertinggi. Alternatif dengan nilai
tertinggi merupakan bahan pertimbangan yang akan dipilih . Implementasi
metode Borda dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Implementasi metode Borda


Voter / Decision Maker Kandidat / Alternatif Ranking Poin
Pilihan
A B C D
1 2 1 4 3 1 3
2 3 1 4 2 2 2
3 1 2 3 4 3 1
Perhitungan Metode Borda 6 8 1 3 4 0

Masing-masing Decision Maker melakukan analisa alternatif pilihan


yang ada. Alternatif pilihan dengan peringkat pertama diberikan poin
tertinggi, misalnya peringkat pertama diberikan poin 3, peringkat kedua
diberikan poin 2, peringkat 3 diberikan poin 1, peringkat keempat diberikan
poin 0. Nilai poin dari hasil pengambilan keputusan masing-masing decision
maker dijumlahkan secara keseluruhan. Hasil perhitungan metode Borda
dengan melibatkan nilai poin alternatif A yaitu (2+1+3) = 6, alternatif B
(3+3+2) = 8, alternatif C (0+0+1) = 1 dan alternatif D (1+2+0) = 3.
Berdasarkan hasil perhitungan metode Borda diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa nilai poin tertinggi adalah alternatif pilihan B.
24
25

9. Metode Penelitian
9.1 Analisis Desain Penelitian
Analisis desain penelitian merupakan sistematika tahapan yang dilakukan
untuk menentukan perangkingan pada setiap Decision Maker Individu.
Berikut penjelasan dari Analisis Desain Penelitian yang digambarkan dalam

Gambar 3. Analisis Desain Penelitian


Berdasarkan gambar 3 Analisis Desain Penelitian meliputi bebeapa tahap,
yaitu:
1) Decision Maker Individu memilih Kriteria yang dibutuhkan untuk
perangkingan. Kriterianya antara lain : potensi banjir, kondisi tanah,
jaringan air limbah, jaringan listrik, jaringan air bersih, jalan raya,
26

jarak pencapaian / jarak tempuh, kepadatan penduduk, harga lahan,


kegunaan lahan, desain rumah, daya listrik.
2) Decision Maker Individu melakukan pembobotan dengan metode AHP.
3) Menentukan ketergantungannya menggunakan matrix
ketergantungannya yang selanjutnya menerapkan dengan metode ANP.
4) Memilih Alternatif dan Data berdasarkan Kriteria yang telah
ditentukan.
5) Menerapkan dengan metode SAW

9.2 Kriteria Yang Bergantung


Kriteria Yang Bergantung merupakan sistematika tahapan yang dilakukan
Decision Maker dalam mengumpulkan perangkingan kelompok dengan
menggunakan metode BORDA. Berikut penjelasan dari Kriteria Yang
Bergantung yang digambarkan dalam diagram alur (flowchart).

Gambar 4. Kriteria Yang Bergantung


Berdasarkan gambar 4 Kriteria Yang Bergantung menjelaskan bahwa setelah
masing-masing Decision Maker menghasilkan keputusan dengan SPK
Individu kemudian diterapkan Metode BORDA untuk menghasilkan
Keputusan Kelompok.

9.3 Metodologi penelitian merupakan sistematika tahapan penelitian yang harus


27

dilakukan selama pembuatan tesis. Berikut merupakan penjelasan dari


metodologi penelitian yang digambarkan dalam diagram alur (flowchart).

Gambar 5. Flowchart metodologi penelitian


Berdasarkan gambar 5 metodologi penelitian dalam pengerjaan tugas
akhir meliputi lima tahapan, yaitu :
1) Perumusan Masalah
Pada penelitian ini, masalah yang akan diidentifikasi adalah bagaimana
merancang dan membangun sebuah Sistem Pendukung Keputusan penentuan
lokasi pembangunan perumahan menggunakan metode ANP dan Borda.
2) Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka, yaitu dengan mempelajari buku-buku, serta sumber lainnya
yang menerangkan dan membahas tentang Sistem Pendukung Keputusan,
metode ANP dan Borda, bahasa Pemrograman Visual Basic, serta database
Microsoft Access.
28

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi


secara langsung dengan pihak yang terkait. Wawancara dilakukan untuk
menentukan lokasi pembangunan perumahan, dalam hal ini yaitu pihak
developer.
3) Tahap Penganalisaan
Yaitu melakukan proses analisa setelah pengumpulan data-data, agar
selanjutnya mulai merancang sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan
lokasi pembangunan perumahan. Yang antara lain meliputi :
a. Menganalisa sistem lama yang sedang berjalan saat ini dalam penentuan
lokasi pembangunan perumahan.
b. Menganalisa sistem yang akan dibuat (sistem baru) dalam penetuan lokasi
perumahan, meliputi : penentuan Kriteria, pembobotan AHP, pembobotan
ANP, Alternatif Kriteria, menghasilkan SAW.
4) Tahap Perancangan
Yaitu proses perancangan sistem yang akan dibuat setelah melakukan analisa
sistem. Proses ini meliputi pembuatan context diagram, flowchart system, data
flow diagram (DFD), dan perancangan antar muka (design interface).
5) Tahap Implementasi dan Pengujian
Yaitu pembuatan program atau coding berdasarkan analisa dan perancangan,
dengan menggunakan bahasa pemograman VB dan database Access, dan
melakukan tes uji terhadap keberhasilan sistem yang telah dirancang, apakah
masih terdapat error sistem atau tidak.
6) Tahap Kesimpulan dan Saran
Yaitu berisi kesimpulan mengenai hasil evaluasi dari seluruh kegiatan yang
dilakukan dalam melakukan penelitian terhadap analisa dan penerapan metode
Analitycal Network Process dan Borda dalam pemilihan lokasi pembangunan
perumahan. Pada tahap ini juga diberikan saran-saran untuk pengembangan
dan pengelolaan sistem lebih lanjut.
10. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Maret 2018
sampai September 2018 dengan tahapan kegiatan dan alokasi waktu seperti pada tabel
2.5

Table 2.5 Jadwal penelitian


29

Nama
No Target Waktu
Kegiatan
Persiapan Tersusunnya proposal dengan baik dan telah 04/03/2018 –
1
proposal disetujui. 04/04/2018
Pengumpulan Pengumpulan dan pemrosesan Data di Kota 12/04/2018 –
2
Data Surakarta 15/05/2018
Perancangan Sebuah rancangan sistem yang sudah siap 30/05/2018 –
3
Sistem untuk diimplentasikan 12/06/2018
Sebuah aplikasi yang sudah sesuai dengan 23/06/2018 –
4 Implementasi
rancangan yang dibuat. 11/07/2018
Pengujian Tidak ada lagi kesalahan dari sistem yang
15/07/2018 –
5 dan dibuat dan sistem sudah siap untuk
12/08/2018
perbaikan digunakan.
Penyusunan
Laporan penelitian sudah tersusun dengan 15/08/2018 –
6 laporan
baik. 27/09/2018
penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, H. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perumahan


Menggunakan Metode Ahp Berbasis Web. Journal Of Informatics And
Technology. Vol. 2 No. 3, 50-58.
30

Astradanta, dkk. 2016. Pengembangan Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan


Tempat Kuliner Dengan Menggunakan Metode AHP Dan SAW Studi Kasus :
Kecamatan Buleleng. KARMAPATI. Volume 5, Nomor 2.
Fauziah, Wakhidatul. 2015. Penerapan Metode Simple Additive Weighting Dalam
Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Laboratorium Komputer SMP Dan
SMA Negeri Untuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan
Sukorejo. Semarang : Fakultas Teknik.
Fitriyani. 2012 . Penerapan Ahp Sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan
Pemilihan Rumah Bersalin Contoh Kasus Kota Pangkalpinang. JSM Stmik
Mikroskil, 103-111.
Gunawan, A. 2014. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Perekrutan Karyawan
Dengan Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Study
Kasus Pada PT.Valprisma Jaya Abadi.
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan.Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Rais, Muhammad Sandi, 2016. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan
Lokasi Perumahan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Riau
Journal Of Computer Science, Vol.2 No.2, Hal. 59 – 72.
Rubiati Rofiqo, 2009. Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Lokasi
Pembangunan Perumahan Dengan Metode Analitycal Hierarchy Process
(AHP). Tugas Akhir. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
Sianturi, Kris R. Nataline, 2006, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian Rumah pada Perumahan Citra Wisata Medan. Tesis ,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Turban, J. E. 2001. Decision Support Systems And Intelligent Systems. 6th Edition.
New Jersey: Prentice Hall.
Usito, Nugroho Joko. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Proses Belajar
Mengajar Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW). Tesis.
Semarang : UNDIP.
Waluya H. 1997. Sistem Informasi Komputer dalam Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.
Wibowo S, Henry., Amalia, Riska., Fadlun M, Andi., Arivanty, Kurnia. 2008. Sistem
Pendukung Keputusan Untuk MenentukanPenerima Beasiswa Bank BRI
Menggunakan FMADM (Studi Kasus: Mahasiswa Fakultas Teknologi
Industri Unversitas Islam Indonesia). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi, Yogyakarta, 62 -67.

Anda mungkin juga menyukai