Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
UU nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradapan
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang briman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara Indonesia yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pada saat ini telah muncul masalah-masalah yang dapat mengancam
ketahanan bangsa Indonesia, diantaranya maraknya korupsi, kenakalan
remaja, kebodohan, lemahnya integritas, munculnya budaya instan yang
tidak sesuai dengan karakter dan budaya bangsa Indonesia serta banyak
terjadinya penyimpangan dan perilaku yang negatif di lingkungan
masyarakat sekitar.
Mengapa persoalan-persoalan itu terjadi? Persoalan-persoalan itu
muncul disebabkan karena lemahnya nilai-nilai karakter bangsa. Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan yang terwujud
dalam perkataan, perbuatan, sikap, perilaku, yang berdasarkan pada norma
agama, hukum, sosial, dan budaya serta adat istiadat.
Berdasarkan gambaran di atas, penulis selaku pelaku pendidikan
khususnya jenjang pendidikan dasar memiliki andil yang besar dalam
mencegah permasalahan-permasalahan yang muncul diatas . Dalam hal ini
penulis selaku kepala sekolah sekaligus menejer di SD Negeri Joho 01
memiliki tanggungjawab dalam membentuk karakter yang kuat terhadap
akses bangsa dimasa depan yaitu peserta didik khususnyan di SD Negeri
Joho 01. Sekolah Dasar adalah jenjang pendidikan formal terendah

1
dimana pendidikan penguatan karakter sangat diperlukan untuk
membentuk pribadi yang kuat dan tangguh dan menjadi fondasi yang
berpengaruh terhadap perilaku, watak, dan kebiaasaan anak dimasa
mendatang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan
Negara (Kemendiknas. 2003)
Pendidikan sebagai sarana preventif karena melalui pendidikan akan
dibentuk generasi baru yang lebih baik. Menyikapi pentingnya pendidikan
karakter itulah maka penulis sebagai kepala sekolah sekaligus seorang
menegerial di SD Negeri Joho 01 perlu menanamkan karakter pada anak
didik melalui kegiatan pembiaasaan sekolah. Karakter tidak bisa dibentuk
secara instan, tetapi harus dilatih berulang-ulang dan serius serta
proposional agar mencapai bentuk yang ideal. Apabila peserta didik
memiliki karakter yang kuat maka prestasi dan mutu SD Negeri Joho 01
akan meningkat, karena melalui pendidikan karakter diharapkan peserta
didik dapat secara berdikari meningkatkan dan memakai pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter
dan akhlak mulia sampai terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Namun harapan itu masih terkenda oleh suatu masalah yaitu
lemahnya karakter yang dimiliki oleh peserta didik. Penguatan 5 karakter
utama yakni Religius, Nasionalis, Kemandirian, gotong royong, dan
integritas masih belum dilaksanakan secara inten. Pengembangan
pendidikan karakter di sekolah perlu dilakukan secara terencana dan
diimplementasikan secara nyata dalam berperilaku. Berdasarkan nilai-nilai
karakter yang ada diatas, diharapkan siswa memiliki perilaku yang
terdapat dalam kelima karakter itu. Sikap Religi diukur dengan kemauan
siswa untuk melaksanakan sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah,
membaca doa sebelum dan sesudah pelajaran, gemar berinfak, memiliki
sikap toleransi, dan sopan. Sikap Nasionalis dapat diukur dengan kemauan

2
siswa untuk mengikuti upacara dengan khidmad, menyanyikan lagu-lagu
nasional dan lagu daerah, mematuhi peraturan sekolah, peduli lingkungan,
disiplin, dan berprestasi. Kemandirian diukur dengan perilaku siswa yang
menunjukkan sikap kerja keras, tangguh, kreatif, percaya diri, dan
memiliki keberanian. Gotong Royong diukur dengan kemauan siswa untuk
melaksanakan piket kelas, kerja bakti, tolong menolong, memiliki sikap
empati, anti kekerasan dan bermusyawarah mufakat. Integritas diukur
dengan perilaku siswa yang memiliki sifat jujur, tanggung jawab, adil,
setia,dan cinta akan kebenaran.
Untuk menguatkan karakter pada peserta didik harus ada program
kegiatan pembiasaan yang harus dilaksanakan secara rutin, terprogram
dan proposional. Disamping itu sekolah juga harus memberdayakan
stakeholder yang ada di sekolah termasuk wali murid dan komite sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan penguatan karakter di SD Joho 01 melalui
kegiatan pembiasaan sekolah?
2. Bagaimanakah dampak dari penguatan karakter melalui kegiatan
pembiasaan di SD Negeri Joho 01?
C. Tujuan
1. Mendeskrepsikan penerapan penguatan karakter melalui kegiatan
pembiaasaan di SD Negeri Joho 01.
2. Meningkatkan mutu pendidikan SD Negeri Joho 01 melalui kegiatan
pembiasaan.
D. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis selaku kepala sekolah di SD Negeri Joho 01
sebagai tolak ukur untuk mengetahui kemampuan dan ketepatan
dalam mengatasi permasalahan yang ada disekolah khususnya tentang
lemahnya karakter pada siswa.
2. Manfaat bagi internal warga SD Negeri Joho 01 dapat
mengembangkan profesi pendidik dan membangun komitmen
bersama untuk menguatkan karakter siswa melalui pembiasaan untuk
meningkatkan mutu sekolah.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Karakter
1. Pengertian Karakter
Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, Charassein yang
berarti to egrave atau mengukir. Membentuk karakter diibaratkan
seperti mengukir di atas batu permata atau permukaa besi yang keras.
Dari sanalah kemudian berkembang pengertian karakter yang diartikan
sebagai tanda khusus atau pola perilaku (an individual’s pattern of
behavior…his moral constitution)
Sedangkan Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin
“Charakter”, yang artinya antar lain: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
budi pekerti, kepribadian, atau akhlak. Sedangkan secara istilah,
karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana
manusia mempunyai banyak yang tergantung dari faktor kehidupannya
sendiri
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘karakter’ diartikan
sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Ki Hadjar Dewantara
memandang karakter segagai watak atau budi pekerti. Menurutnya budi
pekerti adalah bersatunya antara gerak fikiran, perasaan,dan kehendak
atau kemauan yang kemudian menimbulkan tenaga.
Dari beberapa defisi karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah watak, sifat, akhlak atau kepribadian yang membedakan
seorang individu dengan individu yang lain. Atau karakter merupakan
sebagai keadaan yang sebenarnya dari dalam individu, yang
membedakan antara dirinya dengan individu lain.
Kelima nilai karakter itu bukanlah nilai yang berdiri sendiri dan
berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama
lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan
pribadi. Kelima karakter utama itu adalah:

4
a) Religius
Religius berasal dari kata religios yang berarti sifat religi yang
melekat pada diri seseorang. Religius sebagai salah satu nilai
karakter dideskripsikan oleh Suparlan sebagai sikap dan perilaku
yang patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dianut, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain. Karakter religius ini sangat dibutuhkan siswa
dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal
ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berperilaku dengan
ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan dan
ketetapan agama. Nilai-nilai yangterkandung dalam karakter
Religius antar lain: toleransi, cinta damai, persahabatan,teguh
pendirian, penyayang, santun, percaya diri, cinta lingkungan, dan
tulus.
b) Nasionalis
Sikap karakter nasionalis merupakan cara
berpikir,bersikap,dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingungan
fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya. Sikap Nasional ditunjuk melalu disiplin rela
berkorban, berprestasi, peduli lingkungan, menghargai perbedaan,
dan apresiasi budaya bangsa.
c) Kemandirian
Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang artinya self
atau pribadi dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata
“independen” yang diartikan sebagai suatu kodisi dimana seseorang
tidak tergantung pada orang lain dalam menentukan keputusan dan
adanya sikap percaya diri(Champlin, 2011:343) Secara garis besar
kemandirian dapat diartikan sebagai usaha sesorang untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan melepaskan diri

5
dari orang tua atau orang dewasa untuk mengerjakan sesuatu atas
dorongan diri sendiri dan kepercayaan diri tanpa adanya pengaruh
dari lingkungan dan orang lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam
karakter Mandiri adalah tanggung jawab, kreatif, kerja keras,
keberanian, daya juang, dan tangguh.
d) Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan
menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesikan
persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan atau pertolongan pada orang yang membutuhkan. Sikap
yang menunjukkan karakter gotong royong adalah bekerja sama,
berkomitmen, tolong menolong, musyawarah mufakat, empati, rasa
solidaritas, anti kekerasan dan sikap kerelawanan.
e) Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai
kemanusiaan dan moral. Sikapyangterkandung dalam integritas
adalah kejujuran, keadilan, keteladanan, kesetiaan, anti korupsi,
tanggung jawab, cinta pada kebenaran.
B. Pembiasaan
1. Pengertian Pembiasaan
Menurut az-Za’lawi dalam bukunya menyebutkan bahwa
pembiasaan berasal dari kata ‘ada, kebanyakanartikatatersebut adalah “
berkisar seputar pengulangan sesuatu beberapa kali dengan cara yang
sama sehingga menjadi kebiasaan sesorang, dan perilakunya tidak
terpisah dari hal itu”. Sedangkan menurut istilah, Beliau mengartikan
pembiasaan sebagai pengulangan sesuatu secara terus menerus atau
dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa
hubungan akal. Pembiasaan juga adalah sesuatu yang tertanam di dalam
jiwa dari ha-hal yang berulang kali terjadi dan diterima tabiat.

6
Pembiasaan menurut E. Mulyasa, merupakan metode yang paling
tua. Beliau mengartikan pembiasaan adalah sesuatu yang secara sengaja
dilakukan berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.
Dalam metode pembiasaan dikenal dengan istilah operant conditioning.
Pembiasaan akan membangkitkan intrnalisasi nilai dengan cepat.
Internalisasi adalah upaya mengahayati dan mendalami nilai, agar
tertanam dalam diri manusia. Karena pendidikan karakter berorientasi
pada pendidikan nilai, maka perlu internalisasi tersebut.
Dari berbagai redaksi yang berbeda di atas pada prinsipnya
pengertian pembiasaan mempunyai substansi yang sama yang pada
intinya pembiasaan itu dilakukan secara bertahap dan diulang secara
terus menerus untuk membentuk kepribadian sesorang. Dalam
pengaplikasiannya, pembiasaan ini sangat tepat digunakan untuk
membentuk pribadi seorang anak sejak dini mengingat sifat seorang
anak yang cenderung meniru tanpa mengerti tujuannya. Dan yang
terpenting, dalam pelaksanaannya diperlukan pengertian, kasabaran,
dan keteladanan orangtua maupun pendidik.
Kegiatan pembiasaan disekolah dapat dilakukan dengan
membiasaakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Pengembangan karakter melaui pembiasaan ini dapat dilakukan secara
terjadwal baik di dalam maupun diluar kelas. Kegiatan pembiasaan di
sekolah terdiri dari kegiatan rutin, spontan, terprogram, dan
keteladanan.
a) Kegiatan rutin
Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara regular
dan terus menerus di sekolah. Tujuannya untuk membiasakan siswa
melakukan sesuatu yang baik. Kegiatan pembiasan yang termasuk
kegiatan rutin antara lain: berdoa sebelum memulai pelajaran atau
kegiatan,upacara bendera, apel pagi, sholat dhuha dan dhuhur
berjamaah, dan infaq dll.

7
b) Kegiatan spontan
Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan tanpa dibatasi
oleh waktu, tempat, dan ruang. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pendidikan secara spontan terutama dalam membiasakan bersikap
sopan santun dan sikap terpuji lainnya. Kegiatan yang termasuk
pembiasaan spontan antara lain: membiasakan memberi salam dan
bersalaman kepada guru dan sesame siswa, membiasakan bersikap
santun, membiasakan membuang sampah pada tempatnya,
membiasakan antri, membiasakan memintaizin masuk/keluar kelas
atau ruangan.
c) Kegiatan terprogram
Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
bertahap disesuaikan dengan kalender pendidikan atau jadwal yang
telah ditentukan. Membiasakan kegiatan ini artinya membiasakan
kegiatan sekolah sesuai dengan kemampuan dan bidangnya masing-
masing. Kegiatan ini diantaranya adalah kegiatan memperingati hari-
hari besar, kegiatan class meeting, kegiatan pesantren kilat, kegiatan
lomba.
d) Kegiatan keteladanan
Kegiatan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku
sehari-hari yang dapat dijadikan contoh (idola). Kegiatan
pembiasaan ini antara lain adalah membiasakan berpakaian rapi,
membiasakan datang tepat waktu, membiasakan berbahasa dengan
baik, membiasakan sikap ramah.
C. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan terdiri dari dua kata yaitu mutu dan pendidikan.
Mutu dalam bahasa Inggris “quality artinya mutu, kualitas”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah (ukuran), baik dan buruk
suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb)”. Secara
istilah mutu adalah “Kualitas memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan”. Dengan demikian mutu adalah tingkat kualitas yang telah

8
memenuhi atau bahkan dapat melebihi dari yang diharapkan.
Berdasarkan UU Sisdiknas No. II Tahun 2003 pendidikan adalah:
‘Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan Susana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara’.

Berdasarkan tinjauan mutu pendidikan dari segi proses dan hasil


mutu pendidikan dapat dideteksi dariciri-ciri sebagai berikut:
kompetensi, relevensi, fleksibelitas, efisiensi, berdaya hasil, kredibilitas.
Mutu pendidikan menurut Mujamil adalah “Kemampuan lembaga
pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin”.
Berdasarkan beberapa pendapat itu dapat disimpulkan bahwa mutu
pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses
pengubahan sikap tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
melalui upaya bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu dibidang
pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input
pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan
bermutu apabila mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif
, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
2. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
Untuk meningkatkan mutu pendidikan menurut Sudarwan Danim
melibatkan lima faktor yang dominan yaitu: (1) Kepemimpinan Kepala
Sekolah; (2) Siswa/anak sebagai pusat; (3) Pelibatan guru secara
maksimal; (4) Kurikulum yang dinamis; (5) Jaringan kerjasama. Kepala
sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu
dan mau bekerja keras, mempunyai etos kerja yang tinggi, tekun dan
tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan memiliki
disiplin yang kuat. Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada
lingkungan sekolah dan masyarakat semata, melainkan dengan
organisasi atau instansi terkait lainnya.

9
BAB III
METODE

A. Metode
Metode yang digunakan penulis pada laporan best practice ini adalah
dengan metode diskriptif interpretatif. Data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui,
wawancara dengan siswa, orangtua, guru dan komite sekolah. Data
sekunder berupa observasi langsung dari pembiasaan –pembiasaan yang
dilakukan peserta didik SD Negeri Joho 01. Analisis data menggunakan
deskriptif interpretatif.
1. Strategi Pemecahan Masalah
Mengacu pada permasalahan yang muncul di SD Negeri Joho 01
yakni masih rendahnya nilai karakter yang dimiliki oleh anak maka
penulis memilih suatu alternatif pemecahan masalah untuk menanamkan
nilai karakter pada warga sekolah melalui:
1. Kegiatan pembiasaan
Kegiatan pembiasaan Yang dilaksanakan yaitu dengan :
a). Pembiasaan Rutin
b). Pembiasaan Spontan
c). Pembiasaan Terprogram
d). Pembiasaan Keteladanan
2. Kegiatan lain yang dapat menunjang terlaksananya penguatan karakter
pada siswa, yaitu pembuatan sarana ibadah (mushola) yang memadai
dengan dana swadana dari guru-guru,wali murid, komite sekolah, alumni
dan masyarakat umum.
B. Tahapan Operasional Pelaksanaan
1. Membentuk tim yang terdiri dari dewan guru untuk melakukan evaluasi
tentang kondisi yang ada di sekolah.
2. Membuat program pelaksanaan kegiatan pembiasaan yang melibatkan
guru dan peserta didik di sekolah.

10
3. Menjalin hubungan kerja sama dengan wali murid, komite dan lembaga
lain yang terkait.
4. Memberikan layanan bimbingan dan pendampingan dalam
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat meraih
prestasi yang optimal dibidang akademik dan non akademik serta prestasi
dalam mengikuti perlombaan.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah


Sebelum penulis menjabarkan alasan pemilihan strategi pemecahan
masalah dalam laporan ini akan penulis laporkan kondisi awal SD Negeri
Joho 01 . Berdasarkan hasil pengumpulan data dari pengamatan perilaku
siswa , berikut adalah hasil initial evaluation (evaluasi awal) kondisi awal di
SD Negeri Joho 01.
Tabel 1. Kondisi awal di SD Negeri Joho 01 ( Januari-April 2017)
No Kondisi awal di SD Negeri Joho 01
1. Gedung dan bangunan dari luar tampak kokoh, tetapi dibagian dinding
dan plafon sudah banyak yang rusak.
2. Sarana ibadah yang kurang memenuhi syarat dari segi fisik dan luas
ruangan yang tidak mencukupi untuk sholat berjamaah bagi kelas yang
jumlah siswanya diatas 30 orang, sehingga guru agama dengan terpaksa
memanfaatkan teras sekolah untuk melaksanakan sholat dhuhur
berjamaah apabila tiba giliran kelas yang jumlah muridnya 34 yakni
kelas 5 pada waktu itu.
3. Pada waktu sholat berjamaah dhuha dan dhuhur masih ada beberapa
anak yang enggan melaksanakannya.
4. Lingkungan sekolah terkesan kumuh, banyak sampah berserakan di
halaman sekolah, banyak rumput liar tumbuh di halaman sekolah.
5. Kedisiplinan dan tanggung jawab siswa masih sangat rendah, masih
banyak siswa yang datang terlambat dan siswa enggan untuk
melaksanakan piket kelas.
6. Kepedulian guru dan siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah
kurang terbukti siswa membuang sampah sembarangan, guru kurang
memotivasi siswa untuk melaksanakan piket dan menjaga kebersihan
kelas.
7. Sopan santun siswa terhadap kepala sekolah dan guru masih rendah.
8. Pendidikan akhlak dan karakter hanya dibebankan kepada guru agama

12
saja.
9. Pada saat melaksanakan upacara bendera masih banyak anak-anak yang
ramai sendiri.
10. Belum dilaksanakan apel pagi di halaman setiap hari.
11. Masih banyak anak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
12. Kepedulian komite sekolah dan wali murid terhadap sekolah kurang.
Berdasarkan kondisi awal tersebut penulis memilih Strategi
pemecahan masalah dalam penguatan karakter anak melalui kegiatan
pembiasaan, karena kegiatan pembiasaan adalah kegiatan yang dilakukan
secara berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan yang sulit
ditinggalkan dan akan terus terbawa sampai di hari tua. Sesuai dengan
Armai Arief ( 2002:110) ciri dari pembiasaan adalah kegiatannya dilakukan
berkali-kali dari suatu hal yang sama supaya asosiasi antara stimulus dengan
suatu respon menjadi sangat kuat.
Untuk menunjang kegiatan pembiasaan yang berkaitan dengan nilai
religious agar dalam beribadah dengan khusu’ dan nyaman, maka penulis
bersama dewan guru SD Negeri Joho 01 mengadakan pertemuan dengan
wali murid dan komite sekolah bermusyawarah dalam rangka program
pembuatan mushola.
Dalam membiasakan siswa untuk berlaku jujur SD Negeri Joho 01
mengadakan kantin kejujuran karena dengan adanya kantin kejujuran anak
benar-benar dituntut untuk jujur pada diri sendiri dengan meletakkan uang
pembayaran pada kotak yang tersedia, jika uangnya berlebih maka harus
mengambil kembalian sendiri. Dengan kantin kejujuran menjadi salah satu
metode untuk menanamkan anti korupsi sejak dini.
B. Penerapan Kegiatan Pembiasaan di SD Negeri Joho 01
1. Kegiatan Pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses pembentukan perilaku yang relatif dan
menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-
ulang dan dilaksanakan di luar jam pelajaran. Kegiatan pembiasaan di SD
Negeri Joho 01adalah sebagai berikut:
1.1 Kegiatan Rutin

13
Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara regular dan
terus menerus di sekolah. Kegiatan rutin yang dilaksanakan
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Sebelum pelajaran
dimulai guru membuka dengan salam kemudian siswa
dipimpin ketua kelas berdoa membaca surat alfateha dan doa
belajar begitu juga apabila selesai pelajaran siswa membaca
doa penutup pelajaran kemudian guru menutup dengan
salam siswa berjabat tangan dengan guru.
b. Sholat dhuha berjamaah untuk kelas I dan II dengan
dibimbing oleh guru agama, sholat dhuhur berjamaah untuk
kelas III-VI sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
mengingat kapasitas mushola hanya bisa menampung siswa
2 kelas.
c. Upacara bendera setiap hari Senin dengan petugas upacara
digilir untuk kelas V dan VI juga pembina upacara digilir
sesuai dengan daftar urutan kepangkatan.
d. Melaksanakan apel pagi.
e. Melaksanakan senam pagi bersama murid dan guru setiap
hari Jumat.
f. Membaca surat-surat pendek setiap hari selasa saat apel
pagi.
g. Pemeriksaan kebersihan badan (kuku dan rambut) setiap hari
Rabu setelah pelaksanaan apel pagi.
h. Mendengarkan kultum pagi setiap hari Kamis saat apel pagi
dengan petugas dari bapak ibu guru sesuai jadwal.
i. Melaksanakan senam pagi bersama murid dan guru setiap
hari Jumat
j. Menyanyikan lagu nasional saat apel pagi setiap hari Sabtu
k. Infaq rutin setiap hari Selasa dan Jumat yang dikoordinir
oleh ketua kelas masing-masing.

14
l. Berjabat tangan setelah melaksanakan apel pagi untuk
kemudian secara tertib masuk ke kelas masing-masing.
m. Melaksanakan piket kelas untuk membersihkan kelas sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat.
n. Melaksanakan jumat bersih pada minggu terakhir pada
setiap bulan.
o. Melaksanakan literasi (10 menit) sebelum pelajaran dimulai
setiap pagi.
1.2 Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan kegiatan yang tidak terikat oleh ruang dan
waktu,dengan tujuan untuk menanamkan pendidikan spontan
terutama bersikap disiplin dan sopan santun. Kegiatan spontan
yang ditanamkan pada siswa adalah sebagi berikut:
b. Membiasakan salam, senyum dan sapa saat bertemu
dengan bapak ibu guru.
c. Mengucapkan salam sebelum masuk ruangan guru
atau kepala sekolah.
d. Membuang sampah pada tempatnya dengan istilah
Gerakan Pungut Sampah (GPS) .
e. Membiasakan antri saat ambil wudhu, antri saat
bersalaman dengan guru setelah apel pagi.
f. Membiasakan minta izin saat keluar/masuk ruangan
kelas.
g. Mengadakan insidentil berupa pengumpulan
sumbangan pada saat ada teman yang sakit.
h. Membiasakan membantu atau menolong teman
yang membutuhkan pertolongan.
1.3 Kegiatan Terprogram.
Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan kalender pendidikan atau jadwal yang
telah ditentukan. Tujuan kegiatan ini agar membiasakan kegiatan
sekolah sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing.

15
Kegiatan terprogram yang dilaksanakan di SD Negeri Joho 01
adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan class meeting setiap jeda akhir semester.
b. Mengadakan rekreasi edukasi setiap akhir semester
untuk kelas V.
c. Kegiatan memperingati hari –hari besar nasional,
dengan melaksanakan upacara bendera dan lomba –
lomba (baca puisi, mewarnai, pada saat HUT
Guru).
d. Kegiatan kemah setiap bulan Agustus dalam rangka
HUT Pramuka.
e. Kegiatan pesantren kilat pada bulan Ramadhan
untuk kelas III-VI kegiatan ini dilaksanakan selama
3 dan pada hari terakhir diadakan buka bersama.
f. Kegiatan ekstrakurikuler seni tari setiap hari Sabtu,
pramuka setiap hari Jumat sore.
1.4 Kegiatan Keteladanan.
Kegiatan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku
sehari-hari yang dapat dijadikan contoh (idola).
Kegiatan keteladanan meliputi :
a. Berpakaian rapi.
b. Datang tepat waktu.
c. Berbicara dengan bahasa yang baik.
d. Bersikap sopan santun.
e. Membuang sampah pada tempatnya.
f. Suka menolong.
2. Kegiatan Lain Yang Menunjang lainnya
Kegiatan lain yang menunjang penguatan karakter yaitu
pembuatan mushola. Untuk menunjang penanaman nilai religius penulis
selaku kepala sekolah di SD Joho 01 membuat mushola dengan swadana
dari guru, wali murid, komite, alumni, dan masyarakat umum.

16
Dengan dibuatnya mushola maka kegiatan sholat berjamaah bisa
terlaksana dengan baik dan tertib serta nyaman. Untuk pengelolaan
selanjutnya sekolah mengadakan MOU dengan masyarakat sekitar
melalui ketua RT untuk memanfaatkan mushola sekolah agar dapat
dipergunakan oleh masyarakat sekitar.
Untuk penanaman nilai kejujuran sekolah membuat kantin
kejujuran dalam rangka membentuk karakter siswa anti korupsi.
C. Hasil dan Dampak dari Penguatan Karakter Melalui Kegiatan Pembiasaan
Hasil dari kegiatan pembiasaan dalam membentuk karakter anak sudah
tampak secara signifikan, terbukti terlihatnya kebiasaan-kebiasaan anak
yang menjadi lebih baik dibanding sebelum diadakan kegiatan
pembiasaan. Hasil peningkatan nilai-nilai karakter anak dapat dilihat dari
table berikut ini.
Tabel 2. Tingkat peningkatan Nilai Karakter anak melalui Kegiatan
Pembiasaan.
No Kondisi setelah adanya Kegiatan Pembiasaan di SD Negeri Joho 01
1. Setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan dengan
mengajukan permohonan rehap maka kondis ifisik gedung tampak
lebih baik dan megah.
2. Sarana ibadah (mushola)sudah ada nyaman dan memadai
3. Sholat berjamaah dhuha dan dhuhur rutin dikerjakan sesuai jadwal
dan anak antusias sekali
4. Sudah dilaksanakan apel pagi setiap hari Selasa,Rabu, Kamis, dan
Sabtu sesuai dengan petugas dan materi yang telah ditentukan.
5. Anak sudah mengikuti upacara bendera dengan khidmat.
6. Tanggung jawab anak terhadap kebersihan kelas sudah ada dengan
melaksanakan piket kelas dengan tertib
7. Kepedulian anak terhadap lingkungan sekolah sudah terlihat dengan
membuang pada tempatnya.
8. Kemandirian anak sudah terlihat mengerjakan tugas guru dengan baik
9. Sopan santun anak sudah baik terlihat selalu membiasakan
salam,sapa dan senyum setiap bertemu dengan guru.

17
10. Lingkungan sekolah sudah terlihat bersih dan asri dengan dibuatnya
taman di halaman sekolah
Bukti penunjang lihat pada lampiran.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan untuk menguatkan karakter anak
juga berpengaruh terhadap mutu kelululusan dan prestasi di SD Negeri Joho
01. Kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri
Joho 01 meningkat terbukti Pada tahun pelajaran 2018/2019 jumlah siswa
SD Negeri Joho 01 menjadi 144 dari 134 pada tahun pelajaran 2017/2018.
Berikut adalah hasil prestasi akademik yang telah dicapai oleh SD Negeri
Joho 01 selama dua tahun terakhir selama penulis menjabat sebagai kepala
sekolah di SD Negeri Joho 01.
Tabel 3. Prestasi yang diperoleh SD Negeri Joho 01
No Jenis Lomba Tahun Prestasi
1 TIKI Putra 2017 Juara 1 Kab.
2. TIKI putri 2017 Juara 2 Kec.
3. Karya Tulis Islami 2017 Juara 3 Kec.
4. Scoting Skill 2017 Tergiat 2 Putri Jambore Kwaran
5. Scoting Skill 2017 Tergiat 3 Putra Jambore Kwaran
6. Seni Budaya 2017 Tergiat 2 Putra Jambore Kwaran
7. TIKI Putra 2018 Juara 1 Kec.Mojolaban
8. OSN IPA 2018 Juara 1 Kec.Mojolaban
9. OSN Matematika 2018 Juara 1 Kec.Mojolaban
10. Basa Jawa 2018 Juara 2 Kab Sukoharjo
11. LCC 2018 Juara 1 Kab Sukoharjo
12. Siswa berprestasi 2018 Juara 1 Kab Sukoharjo
Untuk bukti penunjang lihat pada lampiran.

18
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN
1. Penguatan karakter dengan kegiatan pembiasaan sangat efektif karena
melalui pembiasaan akan membentuk sikap dan perilaku yang relatif
menetap dan bersifat otomatis melalui pembelajaran yang berulang-ulang
sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan.
2. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan di SD Negeri Joho 01 adalah
melalui pembiasaan rutin, spontan, terprogram, dan keteladanan .
3. Untuk menunjang keberhasilan penanaman karakter pada anak partisipasi
dari wali murid, komite, dan masyarakat sangat diperlukan.
4. Kondisi lingkungan yang kondusif, saling menghormati, dan nyaman
membuat program penguatan karakter berjalan secara optimal sesuia dengan
harapan.
B. REKOMENDASI
Mengacu pada hasil laporan pada best practice penguatan karakter
melalui pembiasaan maka penulis akan merekomendasikan agardapat
dijadikan masukan kepada pihak-pihakyang terkait .
1.Sebaiknya Kepala Dinas Pendidikan memfasilitasi pendidikan penguatan
karakter pada peserta didik melalui pelatihan pendidikan karakter pada
guru dan kepala sekolah
2. Kepala sekolah diharapkan dapat menjadi generator dalam membentuk
karakter peserta didik dengan membuat program-program yang sekolah
yang lebih menitik beratkan nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
dengan melibatkan komponen yang ada disekolah, masyarakat dan
lembaga terkait lainnya.
3. Dalam pendidikan penguatan karakter pada peserta didik guru
diharapkan menjadi idola bagi peserta didik baik dari segi penampilan
maupun dari sikap perilakunya.

19
20

Anda mungkin juga menyukai