Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat

modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang

dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang

mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada

usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat

stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain

itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar

glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara

patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan

pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat

stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena

terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang

merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di

Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang

terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah

pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke

berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) 2 dibandingkan dengan

perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan

lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Berdasarkan

1
data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke

di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan

12,1 per mill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus

stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di

Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%.

Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes,

2013).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang disusun dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana Pengertian Stroke?

2. Bagaimana Manifestasi Klinik Stroke Hemoragik?

3. Bagaimana Etiologi Stroke Hemoragik?

4. Bagaimana Patofisiologi Stroke Hemoragik?

5. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik?

6. Bagaimana Komplikasi Stroke Hemoragik?

7. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini disusun sebagai berikut.

1. Mengetahui Pengertian Stroke

2. Mengetahui Manifestasi Klinik Stroke Hemoragik

3. Mengetahui Etiologi Stroke Hemoragik

4. Mengetahui Patofisiologi Stroke Hemoragik

5. Mengetahui Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik

2
6. Mengetahui Komplikasi Stroke Hemoragik

7. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik dan EBPnya

3
BAB II

KONSEP TEORITIS

A. Pengertian Stroke

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkanoleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah

kulminasi penyakitserebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer and Bare,

2002).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi

cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam

atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan

oleh gangguan peredarana darah otak non traumatik. (Arif Mansjoer, 2000)

Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah kebagian otak, sering ini adalah

kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Brunner and

Suddarth).

Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal

maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan

peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya

pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan

zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan

memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan

memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).

4
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga

menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu

daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).

B. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002), antara lain:

defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit

kognitif dan defisit emosional.

1. Defisit Lapang Pandangan

a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan

b. Kesulitan menilai jarak

c. Diplopia

2. Defisit Motorik

a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama).

b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama).

c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki.

d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit

dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab

untuk menghasilkan bicara.

e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)

3. Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh

4. Defisit Verbal

a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami)

b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)

c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)

5
5. Defisit Kognitif

a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang

b. Penurunan lapang perhatian

c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi

d. Perubahan penilaian

6. Defisit Emosional

a. Kehilangan kontrol diri

b. Labilitas emosional

c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres

d. Depresi

e. Menarik diri

f. Rasa takut, bermusuhan dan marah

g. Perasaan isolasi

C. Etiologi

Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau

pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau

menutupi ruang - ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau

menutupi ruang - ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan

sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa

terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage)

atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak

(subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan

sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut

usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah

6
rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karena

faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor

keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena

mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau

arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan

darah tinggi.

Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraseberum

mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau

langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat

menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular (Berry)

dan malformasi arteriovena (MAV). Selain lesi vaskular anatomik, penyebab

stroke hemoragik adalah hipertensi, gangguan perdarahan, pemberian

antikoagulan yang terlalu agresif (terutama pada klien berusia lanjut), dan

pemakaian anfetamin dan kokain intranasal karena zat-zat ini dapat

menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau subaraknoid.

(Price & Wilson, 2006; 1119)

Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :

1. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan

arteriovenosa.

2. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti

payudara, kulit, dan tiroid.

3. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam

dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih

besar.

7
4. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

D. Patofisiologi

Tahapan patofisologi terjadinya stroke adalah kerusakan pembuluh darah

otak, pembuluh darah tidak mampu mengalirkan darah atau pembuluh darah

pecah dan bagian otak yang memperoleh darah dari pembuluh yang rusak tadi

fungsinya menjadi terganggu hingga timbul gejala-gejala stroke.

Tahapan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat.Pada tahap pertama

dimana dinding pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak mula-mula

terkena berupa aterosklerosis pada pembuluh-pembuluh yang kecil. Penebalan

dinding pembuluh darah ini terjadi berangsung-angsur dan diakibatkan oleh

hipertensi, DM, peninggian kadar asam urat atau lemak dalam darah, perokok

berat dll.

Proses penebalan timbul berangsur-angsur dalam waktu beberapa tahun

atau akhirnya suatu saat terjadi sumbatan dimana aliran darah yang terjadi

cukup ditolerir oleh otak. Akhirnya karena sempitnya lumen pembuluh darah

tersebut tidak cukup lagi memberi darah pada pembuluh darah otak ini

menyebabkan kerapuhan dan pembuluh darah menjadi pecah dan timbul

perdarahan. Pada saat dimana pembuluh darah tersebut pecah atau tersumbat

hingga aliran darah tidak cukup lagi memberi darah lalu timbul gejala-gejala

neurologik berupa kelumpuhan, tidak bisa bicara atau pingsan, diplopia secara

mendadak. Sumbatan pembuluh darah otak dapat juga terjadi akibat adanya

bekuan-bekuan darah dari luar otak (jantung atau pembuluh besar tubuh) atau

dari pembuluh darah leher (karotis) yang terlepas dari dinding pembuluh

tersebut dan terbawa ke otak lalu menyumbat. Karena fungsi otak bermacam-

8
macam, maka gejala stroke juga timbul tergantung pada daerah mana otak yang

terganggu. Penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah secara mendadak dapat

menimbulkan gejala dan tanda-tanda neurologik yang memiliki sifat, mendadak,

tidak ada gejala-gejala dini atau gejala peningkatan dan timbulnya iskemi atau

kerusakan otak,gejala neurologik yang timbul selalau terjadi pada satu sisi

badan, gejala-gejala klinik yang timbul mencapai maksimum beberapa jam

setelah serangan . Umumnya kurang dari 24 jam, jadi misalnya pagi hari

serangan stroke timbul berupa kelemahan pada badan sebelah kanan kemudian

berangsur-angsur menjadi lumpuh sama sekali.

Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada intraserebral

dan subarachnoid. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya

mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Pecahnya

pembuluh darah otak terutama karena hipertensi ini mengakibatkan darah

masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan

jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang

terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena

herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen,

talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis

mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa

lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.

Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar

permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang

subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya

aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).

9
Pathway Stroke Hemoragik

Peningkatan
tekanan sistemik
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Aneurisma / APM
Vasospasme Arteri
serebral
Perdarahan
Arakhnoid/ventrikel
Iskemik/infark
otak

Deficit neurologi
Hematoma serebral

Hemisfer Kanan Hemisfer Kiri


Peningkatan
TIK/herniasis
serebral Hemiparase/plegi Hemiparase/plegi
kiri kanan
Penurunan Kesadaran

Penekanan saluran
pernafasan Deficit perawatan Hambatan
diri Mobilitas fisik

Bersihan jalan
Risiko gangguan Risiko
nafas tidak efektif
integritas kulit ketidakseimbangan
nutrisi

Area Gocca Kerusakan kontrol


syaraf motorik

Kerusakan fungsi N
VII dan N XII Kontrol spingter
ani menhilang

Hambatan
Inkontinensia
komunikasi verbal
urine/retensi urine

Gangguan
Risiko jatuh Eliminasi Urine

10
E. Penatalaksanaan Medis

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :

1. Posisikan kepala dan badan atas 20 – 30o, posisi miring jika muntah dan

boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.

2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu

diberikan oksigen sesuai kebutuhan

3. Tanda-tanda vital usahakan stabil

4. Bedrest dan Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia

5. Kandung kemih yang penuh kosongkan, bila perlu lakukan katerisasi

6. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari

penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik

7. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang dapat

meningkatkan TIK

8. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, jika kesadaran

menurun atau gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.

Penatalaksanaan medis secara spesifik berupa :

1. Mengobati penyebabnya,

2. Neuroprotektor maupun Tindakan pembedahan

3. Menurunkan TIK yang tinggi

F. Komplikasi

Komplikasi stroke hemoragik meliputi ( Smeltzer & Bare,2001) :

1. Hipoksia Serebral.

2. Penurunan Darah Serebral.

3. Luasnya Area Cedera.

11
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,

pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil.

2. Keluhan utama

Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan

kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak

dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada

saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,

muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan

separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan

perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum

terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsif,

dan koma.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,

riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat – obat

antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.

Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti

12
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.

Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat

kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari

riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih

jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,

atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.

6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a. Bernafas

Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.

b. Nutrisi

Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat

mengunyah makanan keras bahkan dipasang NGT.

c. Eliminasi

Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat

menyebabkan pasien mengalami konstipasi.

d. Aktivitas

Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota

gerak. Disarankan bed rest total.

e. Istirahat

Pasien istirahat dengan normal.

f. Pengaturan Suhu

Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.

13
g. Kebersihan/Hygiene

Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat

kelemahan yang dialami.

h. Rasa aman

Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang

terjadi seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.

i. Rasa Nyaman

Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang

mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.

j. Sosial

Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang

disekitarnya.

k. Pengetahuan/Belajar

Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa

pemicu munculnya stroke tersebut.

l. Rekreasi

Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena

disarankan bed rest total.

m. Prestasi

n. Spiritual

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami

gangguan yaitu sukar dimengerti kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda

14
– tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.

b. Sistem integument

Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan

warna kulit; muka tampak pucat.

c. Kepala

Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.

d. Muka

Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.

e. Mata

Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,

sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat

dievalusai,mata tampak cowong.

f. Telinga

Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal

g. Hidung

Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping

hidung tidak ada.

h. Mulut dan faring

Biasanya terpasang NGT

i. Leher

Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.

j. Thoraks

Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),

perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus

15
tidak teridentifikasi.

k. Jantung

Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2

sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan

S2 tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary refill 2

detik .

l. Abdomen

Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.

m. Genitalia-Anus

Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid, terpasang

kateter.

n. Ekstremitas

Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak disadari ,

atropi atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau tidak.

B. Diagnosa Keperawatan

Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual

maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam

mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi

keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah

kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.

1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran

darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot

facial atau oral.

16
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular

4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan.

5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.

6. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan

dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.

7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.

8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan

penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk

berkomunikasi.

9. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.

17
C. Intervensi Keperawatan

EBP ( Evidence
No Diagnosa NOC NIC Based Practice)
1. Gangguan perfusi NOC : 1. NIC : Pencarian jurnal
jaringan cerebral 2. Peripheral dilakukan dengan
berhubungan dengan 1. Circulation status Sensation menggunakan
gangguan aliran 2. Tissue Prefusion : cerebral Management mesin pencarian
darah sekunder Kriteria Hasil : (Manajemen google schoolar
akibat peningkatan sensasi perifer) dengan kata kunci :
1. Mendemonstrasikan status
tekanan intracranial. 3. Monitor adanya Asuhan
sirkulasi yang ditandai
daerah tertentu Keperawatan
dengan :
yang hanya peka Stroke Hemorragik
a. Tekanan systole dan
terhadap
diastole dalam rentang
panas/dingin/tajam  Pada jurnal
yang diharapkan dikemukakan
/tumpul
b. Tidak ada ortostatik bahwa untuk
4. Monitor adanya
hipertensi menurunkan
paretese
c. Tidak ada tanda tanda tekanan
5. Instruksikan
peningkatan tekanan intracranial dapat
keluarga untuk
intrakranial (tidak lebih juga diberikan
mengobservasi
dari 15 mmHg) intervensi heads
kulit jika ada lsi
2. Mendemonstrasikan up 300 dengan
atau laserasi
kemampuan kognitif yang posisi
6. Gunakan sarun
ditandai dengan: netral/elevasi 30
tangan untuk
a. Berkomunikasi dengan derajat yang tidak
proteksi
jelas dan sesuai dengan diberikan dalam
7. Batasi gerakan
kemampuan perencanaan
pada kepala, leher
b. menunjukkan perhatian, keperawatan ini.
dan punggung
konsentrasi dan orientasi
8. Monitor
c. memproses informasi
kemampuan BAB
d. membuat keputusan
9. Kolaborasi
dengan benar
pemberian
e. menunjukkan fungsi
analgetik
sensori motori cranial
10. Monitor adanya
yang utuh : tingkat
tromboplebitis
kesadaran mambaik,
11. Diskusikan
tidak ada gerakan
menganai
gerakan involunter
penyebab
perubahan
sensasi
2 Gangguan NOC NIC Pencarian jurnal
komunikasi verbal 1. Anxiety self control Communication dilakukan dengan
berhubungan dengan 2. Coping Enhancement : menggunakan
kehilangan kontrol 3. Sensory function : hearing Speech Deficit. mesin pencarian
otot facial atau oral. & vision 1. Gunakan google schoolar
4. Fear self control penerjemah, jika dengan kata kunci :
Kriteria hasil : diperlukan Asuhan

18
1. Komunikasi : penerimaan, 2. Beri satu kalimat Keperawatan
interpretasi, dan ekspresi simple setiap Stroke Hemorragik
pesan lisan, tulisan, dan bertemu, jika
non verbal meningkat. diperlukan  Pada jurnal
2. Komunikasi ekspresif 3. Dorong pasien dikemukakan
(kesulitan berbicara) : untuk bahwa untuk
ekspresif pesan verbal dan berkomunikasi membantu pasien
atau non verbal yang secara perlahan dengan gangguan
bermakna. untuk komunikasi dapat
3. Komunikasi resptif mengulangi berkolaborasi
(kesulitan mendengar) : permintaan dengan ahli terapi
penerimaan komunikasi 4. Berikan pujian wicara
dan interpretasi pesan positif
verbal dan/atau non Communication
verbal. Enhancement :
4. Gerakan terkoordinasi : Hearing Defisit
mampu mengkoordinasi Communication
gerakan dalam Enhancement :
menggunakan isyarat Visual defisit
5. Pengolahan informasi : Ansiety Reduction
klien mampu untuk Active Listening
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmapuan berbicara
7. Mampu manajemen
kemampuan fisik yang
dimiliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuha dengan
lingkungan.

D. Pelaksanaan

Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada

uraian rencana keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan di rencana

tindakan.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal

maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan

peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya

pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan

zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan

memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan

memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).

Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau

pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau

menutupi ruang - ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau

menutupi ruang - ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan

sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa

terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage)

atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak

(subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan

sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut

sampai kematian.

Pentingnya pelaksanaan EBP untuk melihat perkembangan dan

kefektifan intervensi keperawatan. Sehingga dalam memberikan pelayanan

keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.

20
B. Saran

Perawat sebaiknya harus pandai dalam melakukan EBP yang bertujuan

sebagai improvisasi pelayanan keperawatan kearah yang lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan

Stroke. Penerbit Dianloko, Yogyakarta

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3 Jakarta :

EGC

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Junaidi, I. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi, Yogyakarta

Marilynn, E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.

Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran. EGC

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.EGC

Nanda Nic-Noc.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan Nanda,Jilid 1.Jakarta:MediaActionPublishing

22

Anda mungkin juga menyukai