Penyediaan air minum dan sanitasi (PAB&S) dibahas bersama, karena sebagian besar, kurang lebih 80% dari air bersih yang digunakan manusia akhirnya akan menjadi air buangan/limbah. Bagi manusia, air minum adalah satu kebutuhan utama. Manusia menggunakan air untuk keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi pangan, sandang, dan papan. Mengingat bahwa penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama PAB&S bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan bahwa semakin banyak cakupan/liputan masyarakat dengan air bersih dan sanitasinya, semakin turun morbiditas penyakit bawaan air ini (Soemirat, 2014: 129). Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitasnya sebelum didistribusikan pada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Tergantung kualitas air bakunya, pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman, maka desinfeksi saja sudah cukup. Apabila air baku semakin jelek kualitasnya, maka pengolahannya harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Ataupun mungkin diperlukan suatu pra-pengolahan seperti pra-khlorinasi, dan seterusnya (Soemirat, 2014: 130). 1. Kualitas dan Standar Air Minum Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (water-bome-diseases). Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan PAB dapat tercapai (Soemirat, 2014: 130). Menurut Notoatmodjo (2003, 153) agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan- persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut: a. Syarat fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari hari. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar. b. Syarat Bakreriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen. adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan. c. Syarat Kimia Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain sebagai berikut: Jenis Bahan Kadar yang dibenarkan (mg/liter) Flour (F) 1-1,5 Chlor (Cl) 250 Arsen (As) 0,05 Tembaga (Cu) 1,0 Besi (Fe) 0,3 Zat organik 10 pH (Keasaman) 5,5-9,0 CO2 0
2. Pengolahan Air Minum Secara Sederhana
Seperti telah disebutkan, bahwa air minum yang sehat harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak terlindung (protected), sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Menurut Notoatmodjo (2003, 155-156) ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut: a. Pengolahan Secara Alamiah Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dan' berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya. Di dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi kongulasi dari zat-zat yang terdapat di dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap. b. Pengolahan Air dengan Menyaring Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh P.A.M. (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum. c. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam, yakni zat kimia yang berfungsi untuk kongulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan, (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air, misalnya chlor). d. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air. e. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga.
Dapus Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Soemirat, Juli. 2014. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press