SIANIDA
Oleh :
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2017
A. Pengertian
Sianida merupakan bahan kimia yang sangat toksik dengan berbagai
kegunaan, misalnya untuk analisis lab, sintesis kimiawi, dan metal plating. Nitril
alifatik (akrilonitril dan propionitril) yang digunakan dalam pembuatan plastik
dimetabolisme menjadi sianida. Obat vasodilator nitroprusida melepaskan sianida
jika terpapar cahaya atau melalui metabolisme. Sumber alami sianida (amygdalin
dan glikosida sianogenik lainnya) ditemukan pada apricot pits, cassava, dan biji
tanaman lainnya (Olson 2012).
Hidrogen sianida adalah gas yang terbentuk dengan mencampur asam
dengan garam sianida, juga merupakan hasil dari pembakaran plastik, wool, dan
bahan alami atau sintetik lainnya. Keracunan hidrogen sianida merupakan
penyebab kematian dari kebakaran bangunan, dan paparan sianida (melalui garam
sianida) juga menjadi salah satu instrumen yang digunakan untuk bunuh diri dan
pembunuhan (Olson 2012).
Pada suhu ruangan hidrogen sianida mudah menguap (volatil), pada suhu di
bawah 78°F berbentuk cairan tidak berwarna atau biru pucat (disebut asam
hidrosianat). Berubah dengan cepat menjadi gas yang dapat menyebabkan kematian
dalam hitungan menit jika dihirup (NIOSH 2005).
Sifat-sifat fisika : bau almond (tetapi 20-40% populasi tidak bisa mencium
bau tersebut).
Bobot molekul : 27,03 dalton
Titik didih : 25,6°C
Titik beku : -13,4°C
Bobot jenis : 0,69 (air = 1)
Densitas gas : 0,94 (udara = 1)
Kelarutan : larut air
Flammable range : 5.6–40% (konsentrasi di udara)
Inkompatibilitas : hidrogen sianida bereaksi dengan amin, asam, sodium
hidroksida, kalsium hidroksida, sodium karbonat, dan
ammonia.
(ATSDR 2006)
B. Etiologi
1. Menghirup asap
Menghirup asap yang berasal dari pembakaran di rumah maupun dari
industri adalah penyebab keracunan sianida paling sering ditemukan di
Amerika. Keracunan lewat asap ini, biasanya menunjukkan perubahan
status mental, hipotensi dan kadar sianida dalam darah yang tinggi
(konsentrasi sianida darah >40 mmol/L atau kurang lebih 1 mg/L). Banyak
produk yang mengandung nitrogen dan karbon, dalam pengolahannya akan
menghasilkan hidrogen sianida (HCN) ketika dibakar. Beberapa senyawa
alami, seperti wol dan sutra, juga akan menghasilkan HCN ketika terbakar.
Produk plastik rumah tangga, seperti melamin dalam alat makan,
polyurethane dalam busa furniture dan banyak senyawa sintetik lainnya
dalam berbagai produk, dapat menghasilkan konsentrasi siandia yang
mematikan ketika terbakar di bawah kondisi oksigen dan temperatur yang
tepat.
2. Terpapar Industri
Banyak sekali indsutri–industri yang menggunakan sianida dalam
prosesnya. Industri seperti pengolahan logam, pertambangan, pembuat
perhiasan, industri cat, fotografi, dan agrikultur adalah contoh-contoh
industri yang intensif menggunakan sianida. Dalam pembuatan plastik,
sianida digunakan sebagai bahan reaktif intermediate dalam sintesis kimia
dan sebagai pelarut (dalam bentuk nitril). Keterpajanan terhadap garam dan
sianogen secara langsung jarang menjadi sebab keracunan, namun
seringkali resiko yang signifikan karena terpapar dengan asam mineral yang
menghasilkan gas HCN sebagai produk sampingannya.
3. Terpapar via latrogenik (dalam perawatan medis)
Obat vasodilator, sodium nitroprusside, ketika digunakan dalam dosis
tinggi atau periode lama, dapat menghasilkan konsentrasi sianida dalam
darah yang toksik. Pasien dengan kadar thiosulfat rendah (seperti pada
keadaan malnutrisi atau post operasi), berisiko tinggi untuk mendapat gejala
keracunan meski menggunakan obat sodium nutroprusside dalam dosis
terapi yang normal. Pasien yang mengamuk dan kebingungan akibat
keracunan siandia dari obat ini, seringkali disalah artikan sedang terkena
sindrom ICU (sundwoning syndrome). Pemeriksaan lab yang teliti dan
kemudian diterapi dengan hidroksikobalamin dan sodium thiosulfat, dapat
mengatasi keadaan ini.
4. Menelan suplemen atau tanaman yang mengandung sianida
Menelan suplemen yang mengandung sianida jarang terjadi. Suplemen
Amygdalin (sintetik: laetril), biasa dipasarkan sebagai vitamin B-17,
mengandung sianida. Amygdalin banyak dijumpai dalam berbagai jenis
buah-buahan seperti aprikot dan pepaya serta berbagai kacang-kacangan
mentah. Amygdalin akan mengalami hidroksilasi dan menghasilkan
hidrogen sianida. Konsumsi bahan makanan yang mengandung amygdalin
dalam jumlah banyak, akan menyebabkan keracunan akibat efek sianida.
Tanaman yang mengandung sianida biasanya akan berbau seperti buah
almond pahit, namun hanya 40% orang yang secara genetik mampu
membauinya.
(Hamel 2011)
C. Mekanisme toksisitas
Sianida merupakan asphyxiant kimia (senyawa yang dapat menyebabkan
berkurangnya oksigen), berikatan dengan sitokrom oksidase seluler, menghambat
penggunaan oksigen aerob. Sianida yang tidak terikat didetoksifikasi dengan
metabolisme oleh enzim rhodanase di hati menjadi thiocyanate, senyawa yang lebih
tidak toksik yang diekskresikan melalui urin (Olson 2012).
Mekanisme toksisitas sianida adalah dengan menghambat transport elektron
di sitokrom kompleks a-a3, menyebabkan penurunan fatal metabolisme oksidatif
dan hipoksia seluler yang langsung mempengaruhi otak dan jantung (Moffat et al.
2011). Sianida dengan cepat menghambat fosforilasi oksidatif mitokondria dengan
mengikat Fe3+ pada sitokrom oksidase a3. Akibatnya sel tidak dapat menggunakan
oksigen untuk respirasi aerob. Sianida juga berikatan dengan Fe2+ hemoglobin
membentuk sianohemoglobin yang tidak dapat mentransport oksigen (Reilly and
Stawicki 2008). Penghambatan metabolisme oksidatif memicu terjadinya glikolisis
anaerob, yang menyebabkan produksi asam laktat dan dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan asam-basa (ATSDR 2006).
Mekanisme toksisitas sianida (Reilly and Stawicki 2008)
D. Rute paparan
Melalui inhalasi HCN siap diabsorbsi dari paru-paru, gejala keracunan
muncul dalam hitungan detik ataupun menit. Sekitar 20-40% populasi tidak dapat
mendeteksi bau hidrogen sianida. Hidrogen sianida lebih ringan daripada udara
(denssitas gas 0,94). Paparan hidrogen sianida pada kulit dan mata dapat
menyebabkan iritasi. Absorpsi kulit dan mata berlangsung cepat dan berkontribusi
dalam keracunan sistemik. Setelah paparan pada kulit, onset gejala dapat terjadi
cepat atau tertunda selama 30-60 menit (ATSDR 2006).
E. Dosis toksik
Paparan terhadap gas hidrogen sianida bahkan pada konsentrasi rendah
(150-200 ppm), dapat berakibat fatal. Konsentrasi pada udara yang dianggap
immediately dangerous to life or health (IDLH) adalah 50 ppm. Batas paparan yang
diperbolehkan menurut The Occupational Safety & Health Administration (OSHA)
adalah 10 ppm. Rekomendasi untuk workplace ceiling limit adalah 4,7 ppm (5
mg/m3 untuk garam sianida). Sianida dalam larutan dapat diabsorpsi melalui kulit.
Orang dewasa yang mengkonsumsi 200 mg garam natrium atau kalium
sianida dapat berakibat fatal. Keracunan sianida akut akibat infus nitroprusida (pada
kecepatan infus normal) relatif jarang terjadi atau setelah konsumsi biji yang
mengandung amygdalin (kecuali jika biji dihancurkan menjadi serbuk (Olson
2012). Estimasi dosis fatal adalah sekitar 100 mg HCN atau 300 mg potassium
sianida (Moffat et al. 2011).
F. Clinical presentation
ATSDR, 2006. Toxicological Profile for Cyanide. U.S. Department of Health and
Human Services: Agency for Toxic Substances and Disease Registry.
Hamel, J., 2011. A review of acute cyanide poisoning with a treatment update.
Critical Care Nurse, 31 (1), 72–82.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., and Widdop, B., 2011. Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons. Fourth Edi. Italy: Pharmaceutical Press.
NIOSH, 2005. NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards. The National Institute
for Occupational Safety and Health.
NIOSH, 2008. Remote Health Atlas – Clinical Protocol Cyanide Poisoning. The
National Institute for Occupational Safety and Health.
Olson, K.R., 2012. Poisoning & drug overdose. Sixth Edit. New York: McGraw-
Hill Companies, Inc.
Reilly, E.F. and Stawicki, S.P., 2008. High-yield toxicology : Essential facts for the
critical care boards, 2, 33–38.