Pada praktikum kali ini untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan
tunas lateral digunakan tiga kecambah yang telah berumur 5 hari. Kecambah
tersebut dipotong pada bagian pucuknya dan selanjutnya dioleskan pasta IAA.
Sedangkan tiga kecambah lainnya dibiarkan begitu saja untuk dijadikan sebagai
kontrol.
Auksin merupakan hormon yang berperan dalam penghambatan tunas lateral dan
menunjang dominansi apical. Sifat penting dari auksin ialah dapat merangsang
dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan sel,
perbanyakan sel dan pemanjangan sel. Auksin terdapat pada bagian pucuk apikal
tanaman (Wattimena 1998).
Semakin banyak jumlah auksin yang diebrikan maka akan semakin terhambat pert
umbuhan tunas lateral. Penutupan ujung batang dengan plastik hitam akan lebih
mengaktifkan kerja auksin karena auksin bekerja optimal dengan keadaan tidak ad
acahaya matahari. Alhasil batang tumbuh dengan keadaan menguning dan kura
ng kuat. pengaruh auksin yang dibentuk pada tanaman yang tidak dipotong (a
uksin alami) lebih cepat dibandingkan auksin yang batangnya dipotong (auksin
sintetik) sehingga tunas lateral tumbuh lambat pada auksin sintetik. Hal ini diseb
abkan auksinalami bekerja lebih aktif dan adaptif dengan keadaan tanaman seh
ingga auksinbekerja optimal.berebda dengan auksin sintetik yang bekerja kurang a
ktif terhaddappenghambatan tunas lateral dan kurang adaptif dengan keadaan tan
aman sehingga untuk bekerja optimal auksin sintetik harus beradaptasi dahulu t
erhadap lingkunganinternal tanaman. Auksin merupakan hormon pertumbuhan
pada tumbuhan yang mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya,
dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam
perubahan dan pemanjangan sel. hormon auksin diproduksi secara endogen pada
bagian pucuk apikal tanaman. Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu
dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun
pertumbuhan batang.
Percobaan dilakukan di keadaan tertutup yaitu di dalam kardus. Hal ini dilakukan
agar merangsang pembentukan auksin pada kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus). Setelah 5 hari kecambah mengalami pertumbuhan ke atas yang sangat
cepat sehingga terjadi pemanjangan sel. Kemudian dilakukan pemotongan pada
pucuk kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan diberi IAA pada ujungnya,
sedangkan kecambah yang lain digunakan sebagai tanaman control yang tidak
diolesi dengan IAA. Pucuk kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang
dipotong akan menghentikan kerja auksin, sedangkan kecambah kacang hijau
(Phaseolus radiatus)yang dijadikan sebagai tanaman control tetap mengaktifkan
kerja auksin. Ketika kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) diolesi dengan
IAA akan mengaktifkan kerja auksin kembali, karena IAA ialah pengganti auksin.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, kecambah yang diolesi pasta IAA
dibagian pucuknya awalnya memiliki panjang rata-rata 18 cm, akan tetapi setelah
14 hari kemudian rata-rata panjangnya menjadi 27.95 cm dan ditandai munculnya
tunas baru tanpa daun lateral sedangkan untuk kecambah yang dijadikan kontrol
awalnya memiliki panjang rata-rata 27.25 cm dan setelah 14 hari rata-rata
panjangnya menjadi 34.1 cm.
Dari data hasil pengamatan, diperoleh hasil yang kurang sesuai dengan literatur
yang ada. Hasi pengamatan menunjukan panjang tunas lateral yang paling tinggi
ada pada tanaman yang dipotong dan diberi IAA, sedangkan tanaman kontrol
memiliki panjang tunas lateral yang paling pendek, yang seharusnya tanaman
kontrol tersebut memiliki panjang tunas lateral paling panjang diantara kedua
perlakuan yang lainnya. Tanaman yang telah diolesi oleh pasta lanolin + IAA
memiliki mekanisme berupa dominasi tunas apikal yang tidak berkurang. Tunas
lateral akan tetap dorman dengan suplai/cadangan auksin yang tetap tersedia dari
bagian atas tumbuhan, maka seharusnya tanaman tersebut memiiki panjang tunas
lateral yang paing rendah rendah dari . Lain halnya dengan tanaman kontrol dan
tanaman yang diolesi pasta lanolin saja. Tanaman tersebut cenderung untuk
membentuk tunas lateral setelah pengaruh dari auksin menghilang akibat
terpotongnya tunas apikal. Pengaruh konsentrasi auksin dalam konsentrasi rendah
pada tunas lateral ternyata mampu membuatnya tumbuh lebih pesat dan
menunjukkan sensivitasnya, maka seharusnya tanaman tersebut memiiki panjang
tunas lateral yang lebih tinggi. Begitu juga dengan data diameternya secara
keseluruhan tidak menunjukkan asumsi yang sesuai dimana seharusnya diameter
kontrol lebih besar dari perlakuan IAA dan perlakuan Lanolin. Hal tersebut bisa
terjadi mungkin karena kesalahan pada praktikan yang kurang teliti dalam
melakukan pengamatan, selain itu bisa juga terjadi akibat beberapa faktor seperti
kurang perawatan dari praktikan, suhu lingkungan, kelembaban media tanam,
unsur hara dan mineral yang kurang (Wattimena 1998).
Pada tanaman yang dipotong dan diberi pasta IAA, pertumbuhan tunas lateral
tanaman tersebut menjadi terhambat bahkan tidak tumbuh sama sekali. Hal terjadi
karena dengan memotong bagian pemanjangan pada koleptil atau batang dikotil,
kemudian menumbuhkannya dengan menambahkan auksin, yaitu berupa
groowton. Jika groowton ditambahkan pada sisa batang yang terpotong, maka
perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang tegak akan
terhambat.
Dari data percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kecambah yang ujung
batangnya diolesi pasta IAA memiliki rata-rata pertumbuhan panjang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kecambah yang dijadikan sebagai kontrol. Hal
tersebut dikarenakan pasta IAA termasuk jenis auksin yang bersifat memacu
dominansi apikal.
.
DAFTAR PUSTAKA
Hopkins. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York: John Willey and
Sons, Inc.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung: ITB Press.