Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN


Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral Dan Dominasi
Tunas Apikal

NAMA : NIA WIDYARSIH


NIM : F05112062
KELAS B REG A

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ABSTRAK

Pada praktikum mengenai Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan Dominansi


Tunas Apikal bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan
tunas lateral. Pada praktikum ini menggunakan kecambah kacang
hijau (Phaseolus radiatus) dalam cawan petri, serta pasta IAA 400 ppm. Alat
yang digunakan yaitu pisau silet, sudip, gelas preparat, gelas penutup dan
mikoskop. Mulanya 3 kecambah yang berumur 5 hari dipotong pucuknya dan
diolesi pasta IAA. Sedangkan 3 nya lagi dijadikan sebagai kontrol. Setelah
dibiarkan selama 14 hari didapat rata-rata panjang kecambah yang diolesi pasta
sebesar 18 cm sedangkan rata-rata panjang kecambah yang dijadikan kontrol
sebesar 27,5 cm. Jadi dari hasil yang didapatkan terbukti bahwa auksin memberi
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Auksin yang terdapat dalam
konsentrasi tinggi pada bagian apikal akan terdistribusi pada akhirnya menuju
tunas lateral yang menyebabkan pertumbuhan tunas lateral menjadi terhambat.
Sebaliknya hal ini memicu terjadinya dominansi apikal. Namun bila konsentrasi
auksin berkurang maka pertumbuhan tunas lateral akan berlangsung lebih cepat
sebaliknya peristiwa dominansi apikal dapat terhambat.

Kata kunci: Auksin, , Dominansi Apikal, IAA,Tunas Lateral.


PENDAHULUAN

Pada setiap tumbuhan melakukan pertumbuhan, pertumbuhan merupakan


proses adanya perubahan pada suatu tumbuhan, baik itu perubahan panjang,
volume, maupun berat dari tumbuhan tersebut. Pada proses pertumbuhan terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhinya diantara faktor-faktor tersebut ialah suhu,
cahaya matahari, keadaan air dan hormon. Satu diantaranya adalah Zat Pengatur
Tumbuh ( ZPT ) pada tanaman ( plant regulator ). Contoh zat pengatur tumbuh itu
antara lain adalah auksin. Auksin dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar
yang berfungsi pada pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh
cepat), akibat dari dominansi apikal, yaitu terhambatnya pertumbuhan tunas
lateral ( tunas ketiak daun ). Untuk itu pemangkasan tunas apikal perlu dilakukan
agar tunas lateral dapat tumbuh. Pertumbuhan tunas lateral menimbulkan
terbentuknya cabang batang yang cukup banyak pada ketiak batang utama. Akan
tetapi perkembangan tunas lateral tidak saja dapat dirangsang dengan
menghilangkan tunas apikal, tetapi juga dengan memberikan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau dengan memberikan lingkungan fisik tertentu yang dapat
menurunkan kandungan auksin tumbuhan. Berdasarkan hal tersebut, tujuan
praktikum ini yaitu meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Dari tujuan tersebut dapat diteliti perbandingan yang diberi perlakuan dengan
kontrol pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral pada kecambah
kacang hijau ( Phaseolus radiatus ).
Pada sebagian besar tanaman, apabila pertumbuhan batang sudah cukup,
secara alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian bawah yang cukup
jauh dari ujung batang, hal ini disebabkan karena semakin jauh dari ujung batang
pengaruh dominansi apikal semakin berkurang. Berdasarkan kekuatan dominansi
apikal, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apikal yang kuat seperti
pada tanaman Kalanchoe dan Bryophyllum. Dominansi apikal yang lemah seperti
pada Solanum tubersum dan Solanum lycopersicu. Dominansi apikal dan
pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi
hormon. ( Khrishnamoorthy, 1981 ) .
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk(puncak) batang.
Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan
konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas
pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas
pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu
dari pucuk. (Morris, 2006 ) .
Dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang di difusikan tunas pucuk
ke bawah ( polar ) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk
apikal merupakan tempat memproduksi auksin. ( Dahlia, 2001 ) .
Penghentian dominansi apikal sementara dengan memotong pucuk akan
memengaruhi kondisi hormon tanaman. Melalui perlakuan ini, auksin yang
terakumulasi pada daerah pucuk akan terdistribusi ke bagian meristem yang lain
seperti buku di daerah dekat mata tunas. ( Sutisna, 2010 ) .
Auksin merupakan hormon pertama yang ditemukan dan disintesis dalam
batang, akar apeks dan di transportasikan di aksis tanaman. Hormon auksin
diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominansi apikal
biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pertumbuhan
akar, batang, dan daun. ( Hopkins, 1995 ) .
Dominansi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk
tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat
bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral atau ketiak
daun. Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA
yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan
lateralnya(Salisbury, 1995) .
Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat
pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi
tunas apikal, dengan demikian tunas lateral tetap dominan. ( Katuuk, 1989 ) .
Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang mengalami
pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama pada ujung batang. Auksin
yang disintesisi pada ujung batang ini akan ditransport secara basipetal ke bagian
batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabakan terakumulasinya auksin pada
ketiak daun dibawahnya yang berakibat inisiasi pembentukantunas lateral pada
ketiak daun terhambat atau terjadi dormansi tunas apikal, karena inisiasi
pembentukan tunas lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang lebih rendah
dibandingkan konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan memanjang
batang. ( Darmanti, 2009 ) .
Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong
atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana
IAA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat sintesa
IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport ke bagian bawah batang sehingga
menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua tidak cukup
kuat dihambat kerena konsentrasi IAA yang rendah dan dapat berkembang
menjadi cabang. ( Suwasono Heddy, 1983 ) .
Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat
sampai jarak tertentu dari pucuk. Pada batang sebagian besar, kuncup apikal
memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap tunas lateral dengan
mencegah atau menghambat perkembangannya. Produksi kuncup yang tidak
berkembang mengandung pertahanan pasif karena bila kuncup rusak kuncup
samping akan tumbuh dan menjadi tajuk. ( Hilman, 1984 ) .
METODELOGI

Praktikum Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan Dominansi Tunas


Apikal ini di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN dimulai pada hari
Kamis, 24 april 2014 dari pukul 12.30 sampai selesai. Menggunakan alat yaitu
pisau silet, sudip, gelas preparat, gelas penutup, dan mikroskop. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dalam pot
(cawan petri) , dan pasta IAA 400 ppm.

Mula-mula praktikan menyediakan 6 kecambah kacang hijau berumur 5 hari


dalam pot ( cawan petri). Perkecambahan ini dilakukan di ruang gelap pada suhu
25 °C. Kemudian praktikan memotong pucuk tiga kecambah tepat dibawah
pasangan daun pertama dengan pisau silet dan ujung sisanya diberi pasta IAA dan
tiga kecambah sisa dibiarkan sebagai kontrol. Setiap kecambah diberi perlakuan
yang sudah ditentukan. Selanjutnya pot disimpan di ruang gelap. Kemudian
setelah 5 hari pasta IAA dibersihkan dan diganti dengan yang baru. Setelah 14
hari, diukur panjang tanaman seutuhnya dan amati dibawah mikroskop
penampang melintang batang kontrol dan ujung batang yang mendapat perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut hasil Pengamatan pengukuran Panjang Tumbuhan Biji Kacang Hijau (


Phaseolus radiatus )
Panjang Sesudah
Panjang Sebelum di
Perlakuan (cm)
beri IAA (5 Hari)
(14 Hari)
Kontrol 1 28,5 cm 30,7 cm ( Tidak Ada )
Kontrol 2 26 cm 37,5 cm ( Tidak Ada )
Rata-rata 27,25 cm 34,1 cm
33,7 cm (tanpa daun
IAA 1 20 cm lateral tapi muncul tunas
baru )
22,2 cm (tanpa daun
IAA 2 16 cm lateral tapi sudah muncul
tunas baru)
Rata-rata 18 cm 27,95 cm

Perbandingan Panjang Tunas Lateral Sebelum dan Sesudah Perlakuan


No Perlakuan Sebelum Sesudah
1 Kontrol I 0 0
2 Kontrol II 0 0
3 IAA I 0 0,1
4 IAA II 0 0,1

Pada praktikum kali ini untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan
tunas lateral digunakan tiga kecambah yang telah berumur 5 hari. Kecambah
tersebut dipotong pada bagian pucuknya dan selanjutnya dioleskan pasta IAA.
Sedangkan tiga kecambah lainnya dibiarkan begitu saja untuk dijadikan sebagai
kontrol.

Auksin merupakan hormon yang berperan dalam penghambatan tunas lateral dan
menunjang dominansi apical. Sifat penting dari auksin ialah dapat merangsang
dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan sel,
perbanyakan sel dan pemanjangan sel. Auksin terdapat pada bagian pucuk apikal
tanaman (Wattimena 1998).

Semakin banyak jumlah auksin yang diebrikan maka akan semakin terhambat pert
umbuhan tunas lateral. Penutupan ujung batang dengan plastik hitam akan lebih
mengaktifkan kerja auksin karena auksin bekerja optimal dengan keadaan tidak ad
acahaya matahari. Alhasil batang tumbuh dengan keadaan menguning dan kura
ng kuat. pengaruh auksin yang dibentuk pada tanaman yang tidak dipotong (a
uksin alami) lebih cepat dibandingkan auksin yang batangnya dipotong (auksin
sintetik) sehingga tunas lateral tumbuh lambat pada auksin sintetik. Hal ini diseb
abkan auksinalami bekerja lebih aktif dan adaptif dengan keadaan tanaman seh
ingga auksinbekerja optimal.berebda dengan auksin sintetik yang bekerja kurang a
ktif terhaddappenghambatan tunas lateral dan kurang adaptif dengan keadaan tan
aman sehingga untuk bekerja optimal auksin sintetik harus beradaptasi dahulu t
erhadap lingkunganinternal tanaman. Auksin merupakan hormon pertumbuhan
pada tumbuhan yang mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya,
dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam
perubahan dan pemanjangan sel. hormon auksin diproduksi secara endogen pada
bagian pucuk apikal tanaman. Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu
dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun
pertumbuhan batang.

Percobaan dilakukan di keadaan tertutup yaitu di dalam kardus. Hal ini dilakukan
agar merangsang pembentukan auksin pada kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus). Setelah 5 hari kecambah mengalami pertumbuhan ke atas yang sangat
cepat sehingga terjadi pemanjangan sel. Kemudian dilakukan pemotongan pada
pucuk kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan diberi IAA pada ujungnya,
sedangkan kecambah yang lain digunakan sebagai tanaman control yang tidak
diolesi dengan IAA. Pucuk kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang
dipotong akan menghentikan kerja auksin, sedangkan kecambah kacang hijau
(Phaseolus radiatus)yang dijadikan sebagai tanaman control tetap mengaktifkan
kerja auksin. Ketika kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) diolesi dengan
IAA akan mengaktifkan kerja auksin kembali, karena IAA ialah pengganti auksin.

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, kecambah yang diolesi pasta IAA
dibagian pucuknya awalnya memiliki panjang rata-rata 18 cm, akan tetapi setelah
14 hari kemudian rata-rata panjangnya menjadi 27.95 cm dan ditandai munculnya
tunas baru tanpa daun lateral sedangkan untuk kecambah yang dijadikan kontrol
awalnya memiliki panjang rata-rata 27.25 cm dan setelah 14 hari rata-rata
panjangnya menjadi 34.1 cm.
Dari data hasil pengamatan, diperoleh hasil yang kurang sesuai dengan literatur
yang ada. Hasi pengamatan menunjukan panjang tunas lateral yang paling tinggi
ada pada tanaman yang dipotong dan diberi IAA, sedangkan tanaman kontrol
memiliki panjang tunas lateral yang paling pendek, yang seharusnya tanaman
kontrol tersebut memiliki panjang tunas lateral paling panjang diantara kedua
perlakuan yang lainnya. Tanaman yang telah diolesi oleh pasta lanolin + IAA
memiliki mekanisme berupa dominasi tunas apikal yang tidak berkurang. Tunas
lateral akan tetap dorman dengan suplai/cadangan auksin yang tetap tersedia dari
bagian atas tumbuhan, maka seharusnya tanaman tersebut memiiki panjang tunas
lateral yang paing rendah rendah dari . Lain halnya dengan tanaman kontrol dan
tanaman yang diolesi pasta lanolin saja. Tanaman tersebut cenderung untuk
membentuk tunas lateral setelah pengaruh dari auksin menghilang akibat
terpotongnya tunas apikal. Pengaruh konsentrasi auksin dalam konsentrasi rendah
pada tunas lateral ternyata mampu membuatnya tumbuh lebih pesat dan
menunjukkan sensivitasnya, maka seharusnya tanaman tersebut memiiki panjang
tunas lateral yang lebih tinggi. Begitu juga dengan data diameternya secara
keseluruhan tidak menunjukkan asumsi yang sesuai dimana seharusnya diameter
kontrol lebih besar dari perlakuan IAA dan perlakuan Lanolin. Hal tersebut bisa
terjadi mungkin karena kesalahan pada praktikan yang kurang teliti dalam
melakukan pengamatan, selain itu bisa juga terjadi akibat beberapa faktor seperti
kurang perawatan dari praktikan, suhu lingkungan, kelembaban media tanam,
unsur hara dan mineral yang kurang (Wattimena 1998).

Pada beberapa tanaman pertumbuhan ujung batang sering mendominasi


pertumbuhan bagian lain sehingga pembentukan cabang lateral dihambat,
penomena ini disebut sebagai dominansi apical. Pada perlakuan kecambah kacang
hijau yang dipotong dan diberi IAA (konsentrasi auksin bertambah) seharusnya
mengalami inisiasi pada bagian basipetal sehingga merangsang pembentukan
tunas lateral (Darmanti, dkk., 2009).
KESIMPULAN

Pada tanaman yang dipotong dan diberi pasta IAA, pertumbuhan tunas lateral
tanaman tersebut menjadi terhambat bahkan tidak tumbuh sama sekali. Hal terjadi
karena dengan memotong bagian pemanjangan pada koleptil atau batang dikotil,
kemudian menumbuhkannya dengan menambahkan auksin, yaitu berupa
groowton. Jika groowton ditambahkan pada sisa batang yang terpotong, maka
perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang tegak akan
terhambat.

Dominasi apikal adalah suatu prinsip distribusi auksin dalam organisasi


tumbuhan, dengan menekankan pertumbuhan ke arah atas (apikal) dan
mengesampingkan percabangan (lateral). Dominasi apikal dipicu oleh produksi
auksin pada bagian tunas apikal tanaman. Pemotongan tunas apikal akan
menyebabkan tunas lateral menjadi tumbuh, akibat auksin yang bergerak ke
bawah. Apabila ujung apikal yang telah terpotong diberikan campuran pasta
+IAA, maka auksin akan kembali tersedia dan tunas lateral menjadi tidak
terbentuk kembali.

Dari data percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kecambah yang ujung
batangnya diolesi pasta IAA memiliki rata-rata pertumbuhan panjang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kecambah yang dijadikan sebagai kontrol. Hal
tersebut dikarenakan pasta IAA termasuk jenis auksin yang bersifat memacu
dominansi apikal.

.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.

Darmanti. 2009. Struktur Dan Perkembangan Daun AcalyphaindicaL Yang


Diperlakukan Dengan Kombinasi IAA Dan GA PadaKonsentrasi
Yang Berbeda. Jurnal ( Vol 11 ) No. 1 Hal:40-
45. http://eprints.undip.ac.id/1999/1/BiomadarmantiJuni_2009.pdf.
Diakses tanggal 23 Mei 2014

Hopkins. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York: John Willey and
Sons, Inc.

Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala.

Katuuk. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman.


Jakarta: Departemen Pendidikan.

Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Substances Including Applications In


Agriculture. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company
Limited.

Morris. 1996. Exogenous Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated


Shoots. Jounals Annals of
Botany 78: 255 ± 266.http://aob.Oxfordjournals.org/content/78/2/255.ful
l.pdf. diakses tanggal 23 Mei 2014

Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung: ITB Press.

Sutisna. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan Tunas Lateral untuk


Perbanyakan Vegetativ Anthurium dengan Aplikasi GA3dan BA. ( Vol.
15 ) No. 2.hal: 56-
59. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VdzueSYV
GngJ:pustaka.litbang.deptan.go.id/p0.ublikasi/bt152105.pdf+dominasi+t
unas+apikal+pdf&hl=en. Diakses tanggal 23 Mei 2014

Suwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV. Rajawali.

Wattimena. 1998. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar


Universitas Bogor.

Anda mungkin juga menyukai