Wrap-Up Rekam Medis
Wrap-Up Rekam Medis
WRAP-UP SKENARIO 1:
Kelompok A-5
Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI
2014
Polisi Enggan Beberkan Rekam Medis Cicit Soeharto
Agar cicit penguasa Orde Baru itu dapat kembali ke rutan narkoba Polda Metro Jaya,
penyidik masih menunggu keterangan dari dokter soal kondisi kesehatan Putri.
“Sekarang masih di rumah sakit nanti kalau sudah ada surat dari dokter, apakah dia sudah
layak dikembalikan ke sini tentu penyidik segera menjemputnya,” terang Kepala Bidang
Huma Polda Metro Jaya Kombes Pol Baharudin Djafar, senin (11/4).
Baharuddin mengatakan, penyidik Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya sudah
menerima rekam medis milik Putri. Namun, Baharudin berdalih bahwa hasil rekam medis itu
tidak sepenuhnya harus di ketahui oleh publik.
“kita kana da, medical record kan kita ambil. Itu medical record kita dapat. Untuk yang
pertama kali di masukkan, dia dalam keadaan muntah-muntah dan tidak semua keadaan ini
kita sampaikan pada public,” kata Baharudin.
Seperti yang sudah diberitakan, Putri Aryani Haryowibowo ditangkap jajaran Reserse
Narkoba Polda Metro Jaya karena mengonsumsi narkotika jenis sabu di Hotel Maharani,
Jakarta Selatan beberapa waktu yang lalu.
Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2011/04/11/217029/37/5/Polisi-Enggan-
Beberkan-Rekam-Medis-Cicit-Soeharto
1
I. LANGKAH I
A. KATA SULIT
B. PERTANYAAN SKENARIO
2
C. JAWABAN PERTANYAAN
D. HIPOTESA
Rekam medis adalah dokumen tertulis bersifat sementara yang dibuat oleh pelayanan
kesehatan terkain rekam jejak penyakit pasien dan pengobatan yang telah diberikan
sesuai hokum dan KODEKI dengan tujuan mendapatkan informasi dari pasien agar
mempermudah diagnosa tanpa melanggar ajaran Islam.
E. SASARAN BELAJAR
3
2.2.2 Kewajiban terhadap pasien
2.2.3 Kewajiban terhadap teman sejawat
2.2.4 Kewajiban tehadap diri sendiri
3. Hak dan kewajiban pasien
3.1. Hak
3.2. Kewajiban
4. Hukum yang menerangkan tentang menjaga kerahasiaan pasien dalam ajaran Islam
4
II. LANGKAH II
Menurut Permenkes no. 269 tahun 2008, rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Fungsi komunikasi
Rekam medis disimpan untuk komonikasi diantara dua orang yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan pasien untuk kebutuhan pasien saat
ini dan yang akan datang.
Rekaman bersejarah
Rekam medis merupakan contoh yang menggambarkan tipe dan metode
pengobatan yang dilakukan pada waktu tertentu.
Medikolegal
Rekam medis merupakan bukti dari opini yang yang bersifat prasangka
menegnai kondisi, sejarah dan prognosi pasien.
Tujuan statistik
Rekam medis dapat digunakan untuk menghitung jumlah penyakit, prosedur
pembedahan dan insiden yang ditemukan setelah pengobatan khusus.
5
Tujuan penelitian dan pendidikan
Rekam medis di waktu yang akan datang dapat digunakan dalam penelitian
kesehatan
Menurut Amir & Hanafiah (2007), kegunaan rekam medik antara lain:
Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya
yang ikut ambil bagian dalam memberi pelayan, pegobatan,
perwatan pasien
Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada pasien
Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit,
dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit
Sebagai dasar analisis, studi, dan evaluasi terhadap mutu pelayanan
yang diberikan kepada pasien
Melindungi kepentingan hukum bagi pasien rumah sakit maupun
dokter dan tenaga kesehatan lainnya
Menyediakan data – data khusus yang sangat berguna untuk
keperluan penelitian dan pendidikan
Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan
medik pasien
Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai
bahan pertanggungjawaban dan laporan
Dasar hukum:
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis
Sanksi Pidana Pasal 322 KUHP
Sanksi Perdata Pasal 1365 KUHP
Sanksi Pidana pasal 48 KUHP
Sanksi Pidana pasal 50 KUHP
Sanksi Pidana pasal 51 KUHP
Sanksi Pidana pasal 112 KUHP
6
1.5. Bentuk dan penyimpanan rekam medis
Bentuk dapat berupa tertulis apatupun elektronik (Permenkes no. 269 tahun
2008). Untuk penyimpanan, tertulis dalam Permenkes no. 269 tahun 2008
pada bab IV:
Pasal 8
1. Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitunug dari tanggal
terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
2. Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang
dan persetujuan tindakan medik.
3. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.
4. Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dan, ayat (3), dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 9
1. Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung
dari tanggal terakhir pasien berobat.
2. Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui,
rekam medis dapat dimusnahkan.
Pasal 3
5. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
7
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan;
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
6. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu nari
sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
j. Ringkasan pulang (discharge summary);
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, dan;
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
9. Isi rekam medís untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
8
10. Pelayanan yang díberikan dalam ambulans atau pengobatan masal
dicatat dalam rekam medís sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada
ayat (3) dan disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang
merawatnya.
Pencatatan:
Data pasien dikelompokan menjadi dua, yaitu data medis dan data social.
Data social didapat dari tempat pendaftaraan penerimaan pasien, sedangkan
data medis didapat setelah pasien memasuki unit pelayanan kesehatan.
Pengelolaan:
Dari hasil pencatatan, dilakukan pengolahan untuk selanjutnya dipakai
sebagai bahan laporan rumah sakit. Sebelum dilakukan pengolahan, berkas
rekam medis diteliti kelengkapannya.
Penyimpanan:
a. Sentralisasi: Menyimpan Rekam Medis pasien rawat jalan dan pasien
dirawat inap yang dilakukan dalam satu kesatuan.
b. Desentralisasi: Pemisahan antara Rekam Medis pasien rawat jalan dan
Rekam Medis pasien dirawat inap. Rekam Medis poliklinik disimpan
ditempat penyimpanan sedangkan Rekam Medis pasien dirawat
disimpan pada bagaian pencatatan medis.
3.1 Hak
Menurut Amir & Hanafiah (2007) dan Soeparto (2006), hak-hak dokter
adalah sebagai berikut:
Melakukan praktik setelah mendapatkan Surat Izin Dokter (SID) dan
Surat Izin Praktek (SIP);
Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien/keluarga
tentang penyakitnya;
Bekerja sesuai standar profesi berdasarkan hak otonomi;
9
Menolak melakukan tindakan medic yang bertentangan dengan
etika, hukum, agama dan hati nuraninya;
Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika menurut
penilaiannya kerja sama pasien dengannya tidak berguna lagi,
kecuali dalam keadaan darurat;
Menolak pasien yang bukan bidang spesialisnya, kecuali dalam
keadaan darurat atau tidak ada dokter lain yang mampu
menanganinya;
Hak atas kebebasan pribadi (privacy) dokter;
Ketentraman bekerja;
Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter;
Menerima imbalan jasa;
Mendapatkan perlindungan hukum;
Menjadi anggota perhimpunan profesi, dan;
Hak membela diri.
3.2 Kewajiban
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
10
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 7a
Pasal 7b
Pasal 7c
11
Pasal 7d
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat,
kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur
yang etis.
Pasal 16
Pasal 17
4.1 Hak
Menurut Amir & Hanafiah (2007), hak-hak dari pasien adalah sebagai
berikut:
Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati
secara wajar;
Mendapatkan pelayanan keodkteran sesuai dengan standar profesi;
Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis
yang akan dilakukan dokter;
13
Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada
keraguan.
Bisa mendapat informasi rekam medis.
Dirujuk kepada dokter spesialis bila diperlukan;
Berhubungan dengan keluarga, penasihat ataupun rohaniwan, dan;
Mendapatkan rincian biaya perawatan.
4.2 Kewajiban
Menurut Amir & Hanafiah (2007) dan Soeparto (2006), kewajiban pasien
adalah sebagai berikut:
Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang
masalah kesehatannya;
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter;
Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan,
dan;
Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
5 Hukum yang menerangkan tentang menjaga kerahasiaan pasien dalam ajaran Islam
Abu Umar Al Bankawy
“Rahasia adalah perkara tersembunyi yang terjadi di antara diri kita dan orang
lain. Menjaga rahasia adalah dengan tidak menyebarkannya atau bahkan
sekedar menampakkannya. Menjaga rahasia hukum asalnya adalah wajib
karena rahasia termasuk janji yang harus ditunaikan. Allah berfirman,
14
III. LANGKAH III
A. KESIMPULAN
Rekam medis adalah dokumen tertulis bersifat sementara yang dibuat oleh pelayanan
kesehatan terkait rekam jejak penyakit pasien dan pengobatan yang telah diberikan
sesuai hokum dan KODEKI dengan tujuan mendapatkan informasi dari pasien agar
mempermudah diagnosa dengan segala hukum dan ketentuan yang mengaturnya. Dan
segala sanksi baik pidana,moral dan etik. Dan sesuai dengan segala ajaran islam tanpa
melanggar ajaran Islam.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A. & Hanafiah, J. (2007). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Edisi 4. EGC,
Jakarta
Hendrik. (2012). Etika & Hukum Kesehatan. EGC, Jakarta
Soeparto, P. (Ed.), dkk. (2006). Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan. Airlangga University
Press, Surabaya
Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008
KODEKI IDI
www.kki.go.id/assets/data/arsip/Buku_MKDKI.pdf
www.kki.go.id/.../Perkonsil_No_4_Tahun_2011[smallpdf.com]_.pdf
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/view/3540
http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/viewFile/8265/6167
http://salafy.or.id/blog/2012/05/10/menjaga-rahasia/
16