Anda di halaman 1dari 17

BLOK ETIKA, MORAL & PROFESSIONALISME

WRAP-UP SKENARIO 1:

POLISI ENGGAN BEBERKAN REKAM MEDIS CICIT SOEHARTO

Kelompok A-5

Ketua : Cakra Karim Narendra (1102014060)

Sekretaris : Amelina Ratih Lisyaningrum (1102014018)

 Antania Saraswati Hartanto (1102014036)


 Arief Himawan Affandi (1102014037)
 Aulia Asa Carlos (1102014048)
 Ayu Retno Bashirah (1102014053)
 Dira Adhitiya Ningrum (1102014077)
 Farha Muftia D.S. (1102014092)
 Febrian Alam Vedaxena (1102014098)
 Ika Tri Rahayu (1102014124)

Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI
2014
Polisi Enggan Beberkan Rekam Medis Cicit Soeharto

JAKARTA—MIKOM: Tersangka kasus penyalahgunaan narkotika jenis sabu, Putri Aryani


Haryowibowo, 21, masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Polri Keramat Jati, Jakarta
Timur.

Agar cicit penguasa Orde Baru itu dapat kembali ke rutan narkoba Polda Metro Jaya,
penyidik masih menunggu keterangan dari dokter soal kondisi kesehatan Putri.

“Sekarang masih di rumah sakit nanti kalau sudah ada surat dari dokter, apakah dia sudah
layak dikembalikan ke sini tentu penyidik segera menjemputnya,” terang Kepala Bidang
Huma Polda Metro Jaya Kombes Pol Baharudin Djafar, senin (11/4).

Baharuddin mengatakan, penyidik Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya sudah
menerima rekam medis milik Putri. Namun, Baharudin berdalih bahwa hasil rekam medis itu
tidak sepenuhnya harus di ketahui oleh publik.

“kita kana da, medical record kan kita ambil. Itu medical record kita dapat. Untuk yang
pertama kali di masukkan, dia dalam keadaan muntah-muntah dan tidak semua keadaan ini
kita sampaikan pada public,” kata Baharudin.

Seperti yang sudah diberitakan, Putri Aryani Haryowibowo ditangkap jajaran Reserse
Narkoba Polda Metro Jaya karena mengonsumsi narkotika jenis sabu di Hotel Maharani,
Jakarta Selatan beberapa waktu yang lalu.

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2011/04/11/217029/37/5/Polisi-Enggan-
Beberkan-Rekam-Medis-Cicit-Soeharto

Penulis: Rizki Syarief

Senin, 11 April 2011 14:36 WIB

1
I. LANGKAH I

A. KATA SULIT

1. Narkotika : Zat dari tanaman / tanaman sintetis / bukan sintetis yang


menyebabkan penurunan / perubahan kesadaran, hilang rasa, nyeri dan
menimbulkan ketergantungan.
2. Medical Record : Kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesa,
pemeriksaan catatan segala kegiatan para pelayanan kesehatan atas pasien dari
waktu ke waktu.
3. Berdalih : Beralasan.
4. Penyidik : Pejabat, Polisi RI/PNS pemeriksaan penyelidikan dengan keterangan
undang-undang.
5. Reserse : Polisi yang bertugas mencari info rahasia.
6. Rutan : Rumah tahanan / penjara
7. Orde baru : Masa pimpinan soeharto 1967-1998.
8. Tersangka : Seseorang yang tertuduh karena tindakanya.

B. PERTANYAAN SKENARIO

1. Apa itu rekam medis?


2. Siapa saja yang dapat melihat/mengetahui rekam medis?
3. Apa tugas reserse?
4. Apa hak dan kewajiban dokter?
5. Mengapa hasil rekam medis tidak sepenuhnya diketahui oleh public?
6. Apa manfaat rekam medis?
7. Apa saja kode etik dokter pada pasien?
8. Siapa yang membuat rekam medis?
9. Siapa yang berhak mengarsipkan rekam medis dan bagaimana bentuk arsipnya?
10. Apakah penyidik boleh melihat rekam medis?
11. Apa hak dan kewajiban pasien?
12. Apa hukum yang mengatur untuk menjaga rahasia pasien dalam islam?

2
C. JAWABAN PERTANYAAN

1. Kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesa, pemeriksaan catatan


segala kegiatan para pelayanan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu.
2. Pelayan kesehatan dan pasien.
3. Mencari informasi yang rahasia.
4. Polisi yang bertugas mencari info rahasia.
5. Hak dan kewajiban dokter mengamalkan sumpah dokter, mengupayakan
kesehatan pasien dengan baik, melakukan pertolongan darurat dan bersifat mawas
diri. Haknya ialah berhak menolak tindakan medis apa bila bukan dibidangnya
dan mendapatkan imbalan jasa.
6. Rekam medis merupakan rahasia medis. Isi rekam medis dapat diketahui apabila
ada persetujuan pasien atau pihak yang bersangkutan memberi keterangan sebagai
saksi ahli.
7. Manfaat rekam medik yang utama adalah untuk mendapatkan informasi dari
pasien agar mempermudah diagnosa.
8. Dokter dan pelayan kesehatan lainnya.
9. Dokter dan tenaga medis. Dalam bentuk tertulis atau elektronik.
10. Boleh namun harus dengan persetujuan pasien atau pihak keluarga pasien.
11. Hak pasien mendapatkan kerahasian dari rekam medis. Kewajiban pasien untuk
memberikan informasi yang benar kepada pelayan kesehatan.
12. Adanya hadist nabi yang menyatakan keharusan kita menjaga aib sesama umat.

D. HIPOTESA

Rekam medis adalah dokumen tertulis bersifat sementara yang dibuat oleh pelayanan
kesehatan terkain rekam jejak penyakit pasien dan pengobatan yang telah diberikan
sesuai hokum dan KODEKI dengan tujuan mendapatkan informasi dari pasien agar
mempermudah diagnosa tanpa melanggar ajaran Islam.

E. SASARAN BELAJAR

1. Menjelaskan dan memahami rekam medis


1.1 Definisi rekam medis
1.2 Tujuan rekam medis
1.3 Manfaat rekam medis
1.4 Hukum yang mengatur rekam medis
1.5 Bentuk dan penyimpanan rekam medis
1.6 Isi rekam medis
1.7 Pelaksanaan rekam medis
2. Hak dan kewajiban dokter
2.1 Hak
2.2 Kewajiban
2.2.1 Kewajiban umum

3
2.2.2 Kewajiban terhadap pasien
2.2.3 Kewajiban terhadap teman sejawat
2.2.4 Kewajiban tehadap diri sendiri
3. Hak dan kewajiban pasien
3.1. Hak
3.2. Kewajiban
4. Hukum yang menerangkan tentang menjaga kerahasiaan pasien dalam ajaran Islam

4
II. LANGKAH II

1. Menjelaskan dan memahami rekam medis


1.1. Definisi rekam medis

Menurut Permenkes no. 269 tahun 2008, rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Menurut UU no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 46,


menyebutkan bahwa rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan
dan dokumen yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaan yang telah
dilakukan, pengobatan yang diberikan oleh dokter.

1.2. Tujuan rekam medis

Fungsi komunikasi
Rekam medis disimpan untuk komonikasi diantara dua orang yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan pasien untuk kebutuhan pasien saat
ini dan yang akan datang.

Kesehatan pasien yang berkesinambungan


Rekam medis dihasilkan atau dibuat untuk penyembuhan pasien setiap
waktu dan sesegera mungkin.

Evaluasi kesehatan pasien


Rekam medis merupakan salah satu mekanisme yang memungkinkan
evaluasi terhadap standar penyembuhan yang telah diberikan.

Rekaman bersejarah
Rekam medis merupakan contoh yang menggambarkan tipe dan metode
pengobatan yang dilakukan pada waktu tertentu.

Medikolegal
Rekam medis merupakan bukti dari opini yang yang bersifat prasangka
menegnai kondisi, sejarah dan prognosi pasien.

Tujuan statistik
Rekam medis dapat digunakan untuk menghitung jumlah penyakit, prosedur
pembedahan dan insiden yang ditemukan setelah pengobatan khusus.

5
Tujuan penelitian dan pendidikan
Rekam medis di waktu yang akan datang dapat digunakan dalam penelitian
kesehatan

1.3. Manfaat rekam medis

Menurut Amir & Hanafiah (2007), kegunaan rekam medik antara lain:
 Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya
yang ikut ambil bagian dalam memberi pelayan, pegobatan,
perwatan pasien
 Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada pasien
 Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit,
dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit
 Sebagai dasar analisis, studi, dan evaluasi terhadap mutu pelayanan
yang diberikan kepada pasien
 Melindungi kepentingan hukum bagi pasien rumah sakit maupun
dokter dan tenaga kesehatan lainnya
 Menyediakan data – data khusus yang sangat berguna untuk
keperluan penelitian dan pendidikan
 Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan
medik pasien
 Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai
bahan pertanggungjawaban dan laporan

1.4. Hukum yang mengatur rekam medik

Dasar hukum:
 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis
 Sanksi Pidana Pasal 322 KUHP
 Sanksi Perdata Pasal 1365 KUHP
 Sanksi Pidana pasal 48 KUHP
 Sanksi Pidana pasal 50 KUHP
 Sanksi Pidana pasal 51 KUHP
 Sanksi Pidana pasal 112 KUHP

6
1.5. Bentuk dan penyimpanan rekam medis

Bentuk dapat berupa tertulis apatupun elektronik (Permenkes no. 269 tahun
2008). Untuk penyimpanan, tertulis dalam Permenkes no. 269 tahun 2008
pada bab IV:

Pasal 8
1. Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitunug dari tanggal
terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
2. Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang
dan persetujuan tindakan medik.
3. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.
4. Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dan, ayat (3), dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 9
1. Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung
dari tanggal terakhir pasien berobat.
2. Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui,
rekam medis dapat dimusnahkan.

1.6. Isi rekam medis

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


269/MENKES/PER/III/2008 BAB II tentang Jenis dan Isi Rekam Medis

Pasal 3
5. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;

7
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan;
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.

6. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu nari
sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
j. Ringkasan pulang (discharge summary);
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, dan;
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

7. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya


memuat:
a. Identitas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c. Identitas pengantar pasien;
d. Tanggal dan waktu;
e. Hasli anamesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic;
g. Diagnosis;
h. Pengobatan dan/atau tindakan;
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit
gawat darurat dan rencana tindak lanjut;
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain, dan;
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;

8. Isi rekam medís pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah dengan:
a. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan
b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal
c. Identitas yang menemukan pasien;

9. Isi rekam medís untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

8
10. Pelayanan yang díberikan dalam ambulans atau pengobatan masal
dicatat dalam rekam medís sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada
ayat (3) dan disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang
merawatnya.

1.7. Pelaksanaan rekam medis

Pencatatan:
Data pasien dikelompokan menjadi dua, yaitu data medis dan data social.
Data social didapat dari tempat pendaftaraan penerimaan pasien, sedangkan
data medis didapat setelah pasien memasuki unit pelayanan kesehatan.

Pengelolaan:
Dari hasil pencatatan, dilakukan pengolahan untuk selanjutnya dipakai
sebagai bahan laporan rumah sakit. Sebelum dilakukan pengolahan, berkas
rekam medis diteliti kelengkapannya.

Penyimpanan:
a. Sentralisasi: Menyimpan Rekam Medis pasien rawat jalan dan pasien
dirawat inap yang dilakukan dalam satu kesatuan.
b. Desentralisasi: Pemisahan antara Rekam Medis pasien rawat jalan dan
Rekam Medis pasien dirawat inap. Rekam Medis poliklinik disimpan
ditempat penyimpanan sedangkan Rekam Medis pasien dirawat
disimpan pada bagaian pencatatan medis.

Prinsip percatatan Rekam Medis:


a. Catatan secara tepat.
b. Hindari pencatatan dengan sistem blok (mencatat semua informasi
pasien dalam satu waktu).
c. Catat segera setelah pemberian tindakan.
d. Isi bagian format pencatatan yang masih kosong.

3 Hak dan kewajiban dokter

3.1 Hak

Menurut Amir & Hanafiah (2007) dan Soeparto (2006), hak-hak dokter
adalah sebagai berikut:
 Melakukan praktik setelah mendapatkan Surat Izin Dokter (SID) dan
Surat Izin Praktek (SIP);
 Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien/keluarga
tentang penyakitnya;
 Bekerja sesuai standar profesi berdasarkan hak otonomi;

9
 Menolak melakukan tindakan medic yang bertentangan dengan
etika, hukum, agama dan hati nuraninya;
 Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika menurut
penilaiannya kerja sama pasien dengannya tidak berguna lagi,
kecuali dalam keadaan darurat;
 Menolak pasien yang bukan bidang spesialisnya, kecuali dalam
keadaan darurat atau tidak ada dokter lain yang mampu
menanganinya;
 Hak atas kebebasan pribadi (privacy) dokter;
 Ketentraman bekerja;
 Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter;
 Menerima imbalan jasa;
 Mendapatkan perlindungan hukum;
 Menjadi anggota perhimpunan profesi, dan;
 Hak membela diri.

3.2 Kewajiban

Menurut KODEKI, Kewajiban dokter dapat dibagi menjadi empat, yaitu


kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap teman
sejawat dan kewajiban terhadap diri sendiri.

3.2.1 Kewajiban umum

Pasal 1

Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan


mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.

Pasal 2

Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan


profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku
profesional dalam ukuran yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak


boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.

10
Pasal 4

Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang


bersifat memuji diri.

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya


tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/
keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan
pasien tersebut.

Pasal 6

Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan


atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang
belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat


yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 7a

Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan


pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b

Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan


pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan.

Pasal 7c

Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman


sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga
kepercayaan pasien.

11
Pasal 7d

Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya


melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib


memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial-
kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
sejati masyarakat.

Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral


di bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling
menghormati.

3.2.2 Kewajiban terhadap pasien

Pasal 10

Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan


seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien,
yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, atas persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

Pasal 11

Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar


senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya,
termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi
lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya


tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia.

12
Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu


wujud ugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
bersedia dan mampu memberikannya.

3.2.3 Kewajiban terhadap teman sejawat

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia


sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat,
kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur
yang etis.

3.2.4 Kewajiban tehadap diri sendiri

Pasal 16

Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat


bekerja dengan baik.

Pasal 17

Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.

4 Hak dan kewajiban pasien

4.1 Hak

Menurut Amir & Hanafiah (2007), hak-hak dari pasien adalah sebagai
berikut:
 Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati
secara wajar;
 Mendapatkan pelayanan keodkteran sesuai dengan standar profesi;
 Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis
yang akan dilakukan dokter;

13
 Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
 Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
 Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada
keraguan.
 Bisa mendapat informasi rekam medis.
 Dirujuk kepada dokter spesialis bila diperlukan;
 Berhubungan dengan keluarga, penasihat ataupun rohaniwan, dan;
 Mendapatkan rincian biaya perawatan.

4.2 Kewajiban

Menurut Amir & Hanafiah (2007) dan Soeparto (2006), kewajiban pasien
adalah sebagai berikut:
 Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang
masalah kesehatannya;
 Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter;
 Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan,
dan;
 Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

5 Hukum yang menerangkan tentang menjaga kerahasiaan pasien dalam ajaran Islam
 Abu Umar Al Bankawy
“Rahasia adalah perkara tersembunyi yang terjadi di antara diri kita dan orang
lain. Menjaga rahasia adalah dengan tidak menyebarkannya atau bahkan
sekedar menampakkannya. Menjaga rahasia hukum asalnya adalah wajib
karena rahasia termasuk janji yang harus ditunaikan. Allah berfirman,

‫إن ْالعَ ْهدَ َكانَ َم ْسؤوال‬


َّ ‫ُوال َوأ َ ْوفوا ِب ْالعَ ْه ِد‬
“Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan.” (Al
Isra’: 34)

 Surah Al-An’am ayat 119

َّ َ‫علَيْك ْم َح َّر َم َما لَك ْم ف‬


‫ص َل َوقَ ْد‬ َ ‫ِإلَ ْي ِه اضْط ِر ْرت ْم َما ِإال‬

"padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang


diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".

14
III. LANGKAH III

A. KESIMPULAN

Rekam medis adalah dokumen tertulis bersifat sementara yang dibuat oleh pelayanan
kesehatan terkait rekam jejak penyakit pasien dan pengobatan yang telah diberikan
sesuai hokum dan KODEKI dengan tujuan mendapatkan informasi dari pasien agar
mempermudah diagnosa dengan segala hukum dan ketentuan yang mengaturnya. Dan
segala sanksi baik pidana,moral dan etik. Dan sesuai dengan segala ajaran islam tanpa
melanggar ajaran Islam.

15
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A. & Hanafiah, J. (2007). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Edisi 4. EGC,
Jakarta
Hendrik. (2012). Etika & Hukum Kesehatan. EGC, Jakarta
Soeparto, P. (Ed.), dkk. (2006). Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan. Airlangga University
Press, Surabaya
Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008

Permenkes No.585 Tahun 1989 tentang Persetujuan Rekam Medis

Permenkes No.749a Tahun 1989 Pasal 17-19

UU Kesehatan No.23 tahun 1992 Pasal 53

UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

UU No.29 Tahun 2004 Pasal 46-47 dan 50-51

KUHP Pasal 322

Peraturan Mentri Kesehatan RI No.55 Tahun 2013

PP No.10 Tahun 1966

KODEKI IDI

SE Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan No.HK.00.06.1.501160 tentang petunjuk teknis Rekam


Medis

www.kki.go.id/assets/data/arsip/Buku_MKDKI.pdf

www.kki.go.id/.../Perkonsil_No_4_Tahun_2011[smallpdf.com]_.pdf

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/view/3540

http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/viewFile/8265/6167

http://salafy.or.id/blog/2012/05/10/menjaga-rahasia/

16

Anda mungkin juga menyukai