MAKALAH AIDS Kuliah 2018
MAKALAH AIDS Kuliah 2018
PENDAHULUAN
Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi
masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun
2012, penemuan kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012
mencapai 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita meninggal karena AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000 penderita berusia di bawah 15 tahun
(WHO, 2012).
HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya karena tidak saja
membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia namun juga pada 4 negara secara
keseluruhan Menurut Price & Wilson, 1995 HIV (Human immunodeficiency virus) adalah
virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut
sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy
Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini
membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam
deoksiribonukleat (DNA).
Menurut Muma, Richard., dkk. (1997) Virus ini memiliki kemampuan unik untuk
mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang
disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi (dari DNA ke
RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV Centers for Disease Control
(CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami
infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang
mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV
(Samsuridjal Djauzi, 2004).
1
3. Apa penyebab penyakit AIDS?
4. Bagaimana penularan penyakit AIDS?
5. Apa saja tanda dan gejala penderita AIDS?
6. Bagaimana terapi untuk penderita AIDS?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari imunodefisiensi.
2. Mengetahui definisi dari penyakit AIDS.
3. Mengetahui penyebab penyakit AIDS.
4. Mengetahui cara penularan penyakit AIDS.
5. Mengetahui tanda dan gejala penderita AIDS.
6. Mengetahui terapi untuk penderita AIDS.
1.4 Manfaat
Untuk memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar
dan generasi muda tentang AIDS, sehingga dengan demikian kita semua berusaha untuk
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja menyebabkan penyakit AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Virus. Virus HIV merupakan retrovirus. Retrovirus adalah virus RNA yang mempunyai
enzim reverse transcriptase. Dengan menggunakan enzim reverse transcriptase, virus ini
menggunakan RNA sebagai cetakan untuk membuat DNA komplementer yang dapat
berintegrasi dengan DNA induk.
Sesuai dengan namanya, virus HIV hanya menyerang manusia khususnya sistem
kekebalan tubuh manusia yang melindungi tubuh dari infeksi. Sel imun yang terinfeksi
adalah CD4+ sel T, makrofag, dan sel dendritik. CD4+ sel T secara langsung maupun tidak
langsung dihancurkan oleh virus tersebut. Infeksi HIV menyebabkan sistem kekebalan tubuh
akan semakin lemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa jenis
penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang sehat. Penyakit tersebut disebut sebagai infeksi oportunistik.
Jika seseorang di diagnosis terinfeksi HIV (HIV positif), orang tersebut dapat tetap
sehat tanpa gejala klinis sehingga disebut penyakit HIV tanpa gejala. Setelah timbul gejala,
maka disebut sebagai infeksi HIV bergejala atau penyakit HIV lanjutan. Namun pasien HIV
positif tidak langsung di diagnosis menderita AIDS. AIDS itu sendiri merupakan kumpulan
gejala dan infeksi akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV. Beberapa negara mempunyai kriteria tertentu dalam mendiagnosis pasien AIDS. Di
Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, seseorang didiagnosis menderita AIDS ketika
HIV membunuh CD4+ sel T hingga jumlah CD4+ sel T dalam darah kurang dari 200 sel/µL
darah akibatnya kekebalan seluler menjadi hilang. Sedangkan di Kanada, orang yang
terinfeksi HIV di diagnosis menderita AIDS ketika muncul infeksi oportunistik.
3
Tanpa terapi antiretroviral, rata-rata waktu infeksi HIV berubah menjadi penyakit
AIDS adalah sekitar 9 hingga 10 tahun dan rata-rata harapan hidup penderita AIDS adalah
9,2 bulan. Bagaimanapun perkembangan klinis masing-masing pasien bervariasi, mulai dari 2
minggu hingga 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini,
misalnya kemampuan tubuh untuk melawan HIV yang bekaitan dengan sistem imun tubuh.
Pasien AIDS yang lebih tua mempunyai sistem imun tubuh yang lebih lemah dari pada pasien
muda sehingga resiko perkembangan penyakit AIDS menjadi lebih besar. Akses yang sulit
untuk mencapai pelayanan kesehatan dan kehadiran agen infeksi seperti TBC juga dapat
memperburuk perkembangan penyakit.
Gambar 2. Gambaran umum hubungan antara multiplikasi HIV dan jumlah CD4 pada
infeksi HIV yang tidak diobati.
Keterangan :
4
transcriptase yang dimiliki oleh HIV. DNA pro-virus tersebut kemudian di integrasikan ke
dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
Sistem imun manusia dibagi menjadi dua yaitu sistem imun spesifik dan sistem imun
non spesifik. Virus HIV menyerang sistem imun spesifik yaitu sistem imun selular khususnya
adalah T helper CD4. Sel T helper CD4 adalah sel T yang telah disintesis dari kelenjar timus
dan akan terbawa sirkulasi darah sehingga masuk ke dalam limfa dan bermigrasi ke dalam
jaringan limfatik, kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi darah, hingga suatu saat
terjadi terstimulasi oleh antigen tertentu dengat ikatan pada molekul MHC kelas II. Apabila
virus HIV masuk dalam badan,dia akan mulai merusakkan sel T helper CD4. Sel CD4
bertindak sebagai utusan kepada sel-sel sistem pertahanan tubuh badan yang lain,
memberitahu mereka untuk melawan mikroorganisme yang berbahaya. HIV melekat dan
menjangkiti sel CD4 dan mejadikan sel CD4 sebagai tempat untuk menggandakan virus HIV.
Dalam proses ini, sel CD4 yang telah terjangkit kehilangan kekuatannya untuk melawan
penyakit.
Vagina, rectum, uretra, mulut dan tenggorokan semuanya dilapisi oleh lapisan sel-
sel spongiosa (seperti busa) disebut membrane mukosa. Dibawah membrane mukosa adalah
pembuluh darah. Bila seseorang melakukan hubungan sek vagina, anal, atau oral HIV dalam
darah, semen, atau cairan vagina dari orang yang terinfeksi dapat mengalir kedalam mukosa
5
tersebut seperti halnya air yang diserap oleh busa. Lapisan dari vagina terbentuk dari banyak
lapisan membrane mukosa, dan pembuluh darah yang terdapat didalamnya terletak jauh
dipermukaan dalam.
Tidak seperti vagina, rectum tidak dapat meregang dengan mudah ketika melakukan
hubungan seks anal, sangat mudah bagi virus HIV untuk masuk kedalam alran darah melalui
lapisan membrane mukosa yang tipis dan sangat mudah mengakibatkan luka pada lapisan
tersebut. Virus HIV pada semen laki-laki yang terinfeksi dapat menggunakan luka tersebut
sebagai jalan masuk ke dalam aliran darah pasangannya. Hubungan seks anal kemungkinan
merupakan hubungan seks yang paling beresiko.
Orang menggunakan obat terlarang dengan banyak cara, salah satu yang paling
berbahaya dengan menyuntikkan obat apalagi ketika jarum itu terinfeksi oleh HIV, apalagi
jika digunakan dengan bersama-sama. Setelah seseorang dengan HIV menggunakan jarum
atau alat suntik untuk menyuntik, setetes kecil darah terinfeksi tertinggal dalam jarum dan
alat suntikan. Maka bila anda menggunakan alat yang sama tidak menutup kemungkinan
anda akan tertular.
Tranfusi darah adalah ketika anda mendapatkan darah atau komponen darah yang
diberikan (didonorkan) oleh orang lain. Sebelum tahun 1985, sejumlah orang mendapakan
tranfusi darah karena mereka diberikan darah yang terinfeksi oleh HIV.
Wanita hamil dapat menularkan virus pada bayi yang ada didalam kandungannya.
Janin mendapatkan makanan dari ibunya melalui plasenta dan tali pusat, sekelompok
pembuluh darah yang menghubungakan bayi pada bunya pada pusat bayi (dibawah perut).
Bila wanita yang hamil memiliki HIV dalam darahnya, akan memungkinkan.bahwa wannita
tersebut akan menularkan virus pada jannin nya selama kehamilan atau selama kelahiran bayi
tersebut bayinya akan terlahir dengan HIV. Walauupun kurang umum juga memungkinkan
bahwa ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus pada anaknya bila ia menyusui bayinya,
karena HIV juga terdapat dalam ASI.
6
Tahapan yang terjadi dalam Penularan AIDS meliputi :
Ditandai oleh viremia transien, masuk kedalam jaringan limfosit, terjadi penurunan
sementara dari CD4 sel T diikuti pengaturan replikasi virus dengan dihasilkan CD8 sel T
antivirus. Secara klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan nyeri
tenggorok, mialgia, non – spesifik, dan meningitis aseptic. Kesembuhan klinis dalam jumlah
CD4 sel T menjadi normal terjadi dalam waktu 6 – 12 minggu.
Berupa keadaan panas secara klinis dengan replikasi virus yang rendah khusunya dijaringan
limfoit, dan hitungan CD4 secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami pembesaran
kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa tahun.
Pada akhir tahap ini, terjadi demam, kemerahan kulit, kelelahan, dan viremi. Tahap kronik
dapat berakhir antara 7 – 10 tahun.
7
Pada penderita AIDS, kurun waktu 5 tahun meningkat 85%. Selanjutnya dapat
meningkat sampai 100%.
2.5 Tanda dan Gejala Penderita AIDS
Gejala AIDS beraneka ragam dan tergantung pada manifestasi khusus penyakit
tersebut. Sebagai contoh, pasien AIDS dengan infeksi paru dapat mengalami demam dan
keluar keringat malam sementara pasien tumor kulit akan menderita lesi kulit. Gejala non
spesifik pada pasien AIDS mencakup rasa letih yang mencolok, pembengkakan kelenjar
leher, ketiak serta lipat paha, penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya dan diare yang
berlarut-larut.
Karena gejala-gejala yang belakangan ini dapat dijumpai pada banyak kondisi
lainnya, maka hanya kalau kondisi ini sudah disingkirkan dan gejala tersebut tetap ada,
barulah diagnosis AIDS di pertimbangkan, khususnya pada orang-orang yang bukan
termasuk kelompok resiko tinggi.
8
o Sering merasa gelisah dan panik secara mendadak.
o Cenderung untuk keasyikan dengan penyakit atau gejala fisik.
o Peningkatan pemakaian obat-obat tertentu termasuk alkohol.
o Tidak mampu berkosentrasi dan kehilangan energi.
o Tidak mampu melakukan tugas-tugas ditempat kerja atau dirumah.
o Tidak mampu menikmati kehidupan sosial atau seksual.
o Menolak perawatan medis yang diperlukan.
o Keinginan untuk bunuh diri.
9
merupakan integrasi hubungan antara kepekaan mikroba dengan farmakokinetik pasien.
Untuk menjamin tercapainya target terapi, interaksi farmakodinamik antara antimikroba dan
target mikroba harus tercapai.
b. Penggolongan ARV
Analog nukleosida
Analog thymin:zidovudin (ZDV/AZT)dan stavudin (d4T)
Analog cytosin : lamivudin (3TC) dan zalcitabin (ddC)
Analog adenin : didanosine (ddI)
Analog guanin : abacavir(ABC)
Analog nukleotida analog adenosin monofosfat: tenofovir.
Nevirapin (NVP)
Efavirenz (EFV)
Saquinavir (SQV)
Indinavir (IDV) dan nelfinavir (NFV)
Bekerja dengan cara berikatan dengan subunit GP41 selubung glikoprotein virus
sehingga fusi virus ke target sel dihambat. Satu-satunya obat penghambat fusi ini
adalah enfuvirtid.
10
o Reverse Transcriptase Inhibitor (RTI)
Analog nukleosida ( NRTI)
NRTI diubah secara intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3 gugus fosfat) dan
selanjutnya berkompetisi dengan natural nukleotida menghambat RT sehingga
perubahan RNA menjadi DNA terhambat. Selain itu NRTI juga menghentikan
pemanjangan DNA.
d. Farmakokinetik ARV
Konsep farmakokinetik Absorpsi obat yang dberikan per oral tidak lengkap atau
terhambat dan obat akan mengalami metabolisme lintas pertama sehingga bioavaibilitas
(F) obat akan lebih rendah dibandingkan dengan obat yang diberikan secara intravena.
Distribusi obat akan dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak dan ikatan dengan
protein plasma. Volume distribusi (Vd) menggambarkan distribusi obat dalam
kompartemen tubuh. Obat yang terutama terdistribusi di plasma akan mempunyai Vd
yang relatif kecil dan konsentrasinya tinggi di plasma. Obat yang terdistribusi luas ke
11
berbagai kompartemen tubuh akan mempunyai Vd yang besar dan konsentrasinya
relatif rendah di plasma. Vd diperlukan untuk menghitung loading dose. Loading dose
dapat digunakan untuk mencapai konsentrasi terapi dengan segera.
Eliminasi obat umumnya melalui ginjal, walau ada juga yang melalui ekskresi
empedu. Klirens/Clearence (Cl) obat menggambarkan banyaknya darah per satuan
waktu yang dibersihkan dari obat tersebut. Tanpa membedakan rute eliminasi,
kecepatan eliminasi obat dari tubuh dinyatakan sebagai waktu paruh obat. Waktu paruh
obat dapat digunakan untuk menentukan kondisi steady state yaitu suatu kondisi
dimana.
Efek samping obat adalah salah satu penyebab morbiditas, dirawatnya pasien
dan mortalitas. Hal tersebut juga berpengaruh pada kepatuhan pasien terhadap
rencana terapi. Karena itu pendeteksian dini efek samping adalah hal kritis dan dalam
hal ini apoteker dapat ikut berperan.
12
NNRTI Hepatotoksisitas dan rash
PI Gangguan metabolik ganda (insulin resistensi, hiperlipidemia,
lipodistropi), hepatotoksisitas, gangguan tulang, peningkatan
perdarahan pada penderita hemofilia.
13
atau tanpa ruam). Bila gejala
hilang, segera mulai
NVP:gejala
dengan ARV baru.
sistemik, demam
mialgia, atralgia,
hepatitis,
eosinofilia dengan
atau tanpa ruam
5 Neuropati perifer ddl (Didanosin), Nyeri, kesemutan, Stop NRTI yang
berat d4T (Stavudin), tangan dan kaki dicurigai, ganti
3TC (Lamivudin) kebal, bagian ujung dengan NRTI lain
tubuh hilang rasa, yang tidak
lemah otot, tidak menyebabkan
ada refleks neurotoksisitas
misalnya ZDV,
ABC
Gejala umumnya
hilang dalam
waktu 2-3 minggi
setelah pemutusan
obat
Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk periode waktu yang adekuat dengan harga yang paling
murah untuknya dan masyarakat. (WHO, 1985). Secara praktis, penggunaan obat
dikatakan rasional bila memenuhi kriteria:
1. Tepat diagnosa
14
2. Tepat indikasi penyakit
4. Tepat dosis
Toksisitas utama yang dapat terjadi pada pemberian rejimen ARV lini-pertama
ini adalah: intoleransi gastrointestinal dari ZDV, anemia,netropenia; hepatotoksisitas
NVP, dan ruam kulit berat.
Rejimen ARV lini-kedua bagi ODHA dewasa/remaja diberikan pada kegagalan terapi
pada rejimen lini-pertama, sebagai berikut :
Catatan :
a. Dosis ddl harus dikurangi menjadi 250 mg bila diberikan bersama TDF.
15
b. LPV/r dan SQV/r memerlukan cold chain (Cold chain adalah semacam container
untuk membawa obat/vaksin yang harus dalam keadaan suhu sekitar 50 C)
Toksisitas
Kegagalan Terapi
h. Resistensi Obat
Jika ART tidak dilaksanakan dengan baik, HIV dapat mengalami mutasi gen
atau mengubah struktur kimia serta struktur genetiknya sehingga resisten atau tidak lagi
mempan oleh obat ARV.
16
Secara umum resistensi obat ARV meningkat bila ARV diberikan sebagai obat
tunggal. Namun hal ini tidak berarti bahwa ODHA tidak dapat minum obat ARV itu
lagi. Resistensi akan timbul lebih lambat bila viral load rendah dan CD4 masih tinggi.
Sebaliknya, HIV akan lebih cepat resisten bila viral load tinggi.
Salah satu penemuan baru dalam melawan AIDS adalah dengan pencangkokan
sum-sum tulang. Dengan ini, para dokter tidak hanya berhasil mencegah aktivitas HIV,
bahkan mereka berhasil melenyapkan sama sekali virus tersebut dari tubuh penderita.
2.6.2 Daftar Obat-Obat Yang Dianggap Paling Sesuai Untuk Penderita AIDS
17
Obat / Pabrik Keterangan
AZTBurroughs Wellcome Obat yang pertama kali bisa dipakai untuk memperpanjang
hidup penderita AIDS. Terutama mereka yang masih dalam
tahap dini. Mampu menahan proses pembiakan virus AIDS,
namun bisa menimbulkan akibat sampingan, yakni
munculnya penyakit anemia.
DDC Hofman-la Roche Obat sejenis AZT, yang dalam percobaan di laboratorium
memperlihatkan hasil menggembirakan. Walaupun baru
dicoba pada sembilan penderita, para ahli yakin DDC akan
lebih ampuh, dan tidak menimbulkan akibat sampingan.
Alpha Interferon Biogen Terbukti cukup efektif untuk mengobati sarcoma Kaposi,
/Schering-plough Hofmann- kanker kulit yang merupakan petunjuk penyakit AIDS.
La Roche/Genentch Sekarang sedang diteliti kemungkinan kombinasi dengan
AZT untuk melawan AIDS
Cyclosporine Sandoz Obat ini sangat beracun, dipakai untuk mencegah penolakan
organ tubuh yang dicangkok, mampu menahan penyebaran
virus AIDS pada stadium dini.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
o Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun
normal.
o AIDS merupakan hasil infeksi yang parah oleh virus yang disebut HIV.
o Penyebab AIDS adalah karena kemampuan tubuh merubah RNA menjadi DNA, yang
merupakan proses terbalik dari apa yang biasanya terjadi di dalam sel (biasanya DNA
dirubah menjadi RNA oleh inti sel untuk menyampaikan perintah kepada bagian sel
lainnya). Bila virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel hospes) maka RNA virus diubah
menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV. DNA pro-virus
tersebut kemudian di integrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan
untuk membentuk gen virus.
o Penularan AIDS
HIV/AIDS dapat tertular dengan melakukan hubungan Seksual yang tidak
terlindung melalui hubungan vagina, anal atau oral dengan seseorang yang
terinfeksi.
HIV/AIDS dapat tertular dengan menggunakan jarum hypodermis atau peralatan
dari seseorang yang terinfeksi.
Melalui tranfusi darah
Wanita hamil pengidap HIV/AIDS
Gejala klinis :
(Kelelahan yang berkepanjangan yang bukan dikarenakan aktivitas fisik atau
tekanan emosi.
Diare yang parah dan menetap.
Kehilangan berat yang drastic tanpa diketahui sebabnya ( lebih dari 10%).
Gejala psikologis :
Kesedihan dan perasaan tanpa harapan yang menetap.
19
Mudah tersinggung dan rasa gelisah, takut berlebihan.
Sering merasa gelisah dan panik secara mendadak.
o Terapi :
Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Terapi ARV (Anti Retroviral Theraphy)
3.2 Saran
Diharapkan hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan yang
bisa menambah wawasan tentang HIV/AIDS.
20
DAFTAR PUSTAKA
21