Anda di halaman 1dari 21

(Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Ekonomi)

Disusun Oleh

Nama : Gia Primana


Kelas : X – D
(Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Geografi)

Disusun Oleh :

Nama Anggota :
1. Gia Primana
2. Iqbal Muhamad Fajar Nuralam
3. Nur Nurhidayat
Kelas : XD
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
Oleh Ibu Nunik Yudaningsih, S.Pd.

Disusun Oleh

Nama : Gia Primana


Kelas :X–D

Indeks Harga Saham Gabungan


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga
Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar
saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)).
Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga
saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham
preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10
Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham
tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.[1]

Posisi tertinggi yang pernah dicapai IHSG adalah 4.193,44 poin yang tercatat pada 01
Agustus 2011.[2]

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Metode perhitungan
 2 Sejarah nilai IHSG
 3 Indeks BEJ lainnya
 4 Komponen IHSG
 5 Referensi

 6 Lihat pula

[sunting] Metode perhitungan

Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada
tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat
(kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di
BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:

dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler,x adalah Jumlah Saham, dan
d adalah Nilai Dasar.

Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi


melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi
perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham.
Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue),
partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal
terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena
Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG
adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan
sistem lelang.[1]

Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap
harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali
atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan
otomasi diimplementasikan dengan baik.[1]

[sunting] Sejarah nilai IHSG


Nilai IHSG Tanggal Sumber
100 10 Agustus 1982
[3]
637 27 Desember 1996
[4]
401 30 Desember 1997
398 Akhir Desember 1998 [5]
676 Akhir Desember 1999
[6]
416 24 Desember 2000
392 Akhir Desember 2001 [7]
424 Akhir Desember 2002 [8]
679 Akhir Desember 2003 [9]
1.000 Akhir Desember 2004 [10]
[11]
1.162 28 Desember 2005
1.813 Akhir Desember 2006 [12]
[13]
2.745 28 Desember 2007
[14]
1.355 30 Desember 2008
[15]
2.534 30 Desember 2009
[16]
3.703 30 Desember 2010
[17]
3.821 30 Desember 2011

Indeks harga konsumen (bahasa Inggris: consumer price index) adalah nomor indeks
yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga
(household). IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga
sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya.
Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa depan, ekonom menggunakan indeks harga
produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat
produknya.
Artikel bertopik ekonomi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu
Wikipedia dengan mengembangkannya.

Pengertian dan definisi indeks harga

My Important Documents

Indeks harga Indeks harga sangat diperlukan dalam kegiatan ekonomi suatu negara, Sebab
kenaikan harga atau penurunan harga merupakan informasi penting untuk mengetahui
perkembangan ekonomi . Harga yang berlaku di pasar merupakan indeks harga konsumen
yang sangat penting untuk menentukan kebijakan perekonomian dewasa yang akan
datang . 1.Pengertian indeks harga Angka indeks merupakan suatu ukuran statistik yang
menunjukkan peubahan suatu variabel atau sekumpulan variabel yang berhubungan satu..

Inflasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
tingkat inflasi di dunia

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling
sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Penyebab
 2 Penggolongan
 3 Mengukur inflasi
 4 Dampak
 5 Peran bank sentral
 6 Lihat pula
 7 Pranala luar

 8 Referensi

[sunting] Penyebab

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau
distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya
distribusi).[rujukan?] Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari
peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah
(Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan
total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.
Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi
tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan
harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment
dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain
yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak
ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi
ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut
akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi
akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan,
dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb,
aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait
tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam
hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu :

kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS
akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

[sunting] Penggolongan

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi
mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat
naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri
tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi
itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi
pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open
Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat
harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih
lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali
(Hiperinflasi).

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)


2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

TEST

[sunting] Mengukur inflasi

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks
harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

 Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
 Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
 Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-
barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering
digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga
bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan
harga barang-barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-
komoditas tertentu.
 Indeks harga barang-barang modal
 Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,
barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

[sunting] Dampak
Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi
tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya
tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak
dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di
perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas
bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan
dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada
saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami
kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat
peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka
produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan
produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi,
usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,


mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
[sunting] Peran bank sentral

Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu
negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.
Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa
kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk
pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral
yang kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan
menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong
tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga
sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai
sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun
eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di
seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.

Deflasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan
nilai uang bertambah.[1] Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat
banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya
jumlah uang yang beredar. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan
menaikkan tingkat suku bunga.
Rangkuman :
1. Indeks Harga
Sebelum membahas tentang indeks harga, kita harus terlebih dahulu mengetahui pengertian
dari angka indeks. Angka indeks adalah sebuah rasio yang pada umumnya dinyatakan
dalam persentase yang mengukur satu variabel pada kurun waktu/lokasi tertentu relatif
terhadap besarnya variabel yang sama pada waktu atau lokasi lainnya. Tujuan pembuatan
angka indeks adalah untuk mengukur secara kuantitatif terjadinya perubahan dalam
periode waktu yang berlainan. Angka indeks yang paling banyak dibicarakan adalah indeks
harga.
a. Jenis-Jenis Indeks Harga
1) Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen mengukur perubahan harga sekelompok besar barang yang dibeli
oleh konsumen. IHK mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut :
a) Memungkinkan konsumen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan harga
terhadap tingkat daya beli mereka.
b) Merupakan salah satu indikator dalam mengetahui tingkat inflasi dan tingkat
keberhasilan kegiatan ekonomi.
c) Menentukan daya beli mata uang tertentu.
2) Indeks Harga Perdagangan Besar
Indeks harga perdagangan besar berguna untuk mengukur perubahan harga pada dua
periode. Yang diukur dalam indeks harga perdagangan besar adalah bahan mentah dan
barang jadi yang diperjualbelikan di pasar primer dan harga yang digunakan adalah harga
produsen.
3) Indeks Harga yang Dibayar dan Diterima Petani
Indeks harga yang dibayar dan diterima petani adalah indeks harga barang-barang yang
dibeli dan dibayar oleh petani untuk melakukan proses produksi dan mencukupi kebutuhan
hidup. Indeks harga yang dibayar petani digunakan untuk mengukur perubahan harga dan
dipengaruhi oleh perubahan kualitas barang-barang yang disimpan oleh para pedagang.
b. Metode Penghitungan Angka Indeks
Metode yang digunakan dalam penghitungan angka indeks adalah sebagai berikut :
1) Indeks Harga Agregatif Tidak Tertimbang
Indeks harga ini membandingkan perubahan harga rata-rata pada tahun tertentu terhadap
harga pada tahun-tahun sebelumnya yang dijadikan sebagai tahun dasar. Pada indeks harga
ini, keseluruhan harga pada tahun tertentu dinyatakan sebagai persentase dari keseluruhan
harga komoditi dalam satu tahun.
Rumus untuk menghitung indeks harga agregatif tidak tertimbang dinyatakan sebagai
berikut.

Selasa, 04 Mei 2010

Inflasi dan Indeks Harga


Pengertian Inflasi
Dalam ekonomi, inflasi memiliki pengertian suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu).
Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Dianggap inflasi jika terjadi
proses kenaikan harga yang terus-menerus dan saling memengaruhi.
Penggunaan inflasi digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang, yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga.
Penyebab Inflasi
Tarikan permintaan (Demand pull inflation)
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan
bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya
permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi
meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan
total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal
dengan istilah demand pull inflation.
Desakan biaya (Cost push inflation)
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)
sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang
dihasilkan ikut naik.
Teori-teori Infasi
Teori Kuantitas (Irving Fisher)
Inflasi diakibatkan oleh dua faktor, yaitu
jumlah uang yang beredar;
psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa
mendatang.
Teori Keynes
Inflasi terjadi karena:
keinginan masyarakat untuk hidup di luar batas kemampuan
ekonominya;
adanya perebutan rezeki antarkelompok.
Teori Strukturalis
Penyebab inflasi ialah:
kekakuan (ketidakelastisan) penerimaan ekspor;
kekakuan (ketidakelastisan) penawaran bahan makanan.
Cara Menghitung Laju Inflasi
Untuk menghitung besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks
Harga, sebagai berikut.
Laju inflasi = x 100%
Keterangan:
IHt = Indeks Harga tahun tertentu (dihitung)
IHt–1 = Indeks Harga tahun sebelumnya
Contoh
Diketahui:
Indeks Harga Konsumen bulan Maret 2005 = 150,65
Indeks Harga Konsumen bulan Februari 2005 = 145,15
Besarnya laju inflasi bulan Maret 2005 adalah:
Laju Inflasi =
150,65 – 145,15 x 100%
145,15
= 3,79%
Termasuk inflasi ringan.
Mengenai Indeks Harga dijelaskan di akhir Bab ini.
Laju inflasi = x 100%
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asal timbulnya inflasi
Inflasi berasal dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat terjadinya
defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang
baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan
menjadi mahal.
Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat naiknya
harga barang impor. Hal ini terjadi akibat biaya produksi barang di
luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Berdasarkan cakupan pengaruh kenaikan harga Jika kenaikan harga secara
umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara
kontinu disebut inflasi tertutup (closed inflation), dan apabila kenaikan
harga terjadi secara keseluruhan disebut inflasi terbuka (open inflation),
sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya dan setiap saat
harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat
menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut
inflasi yang tak terkendali (hyperinflation).
Berdasarkan parah atau tidaknya inflasi
Berdasarkan parah atau tidaknya, inflasi dapat digolongkan:
inflasi ringan (di bawah 10% setahun),
inflasi sedang (antara 10%–30% setahun),
inflasi berat (antara 30%–100% setahun), dan
inflasi tak terkendali (di atas 100% setahun)
Dampak Inflasi
Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif,
tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru
mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan
investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi
inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau
dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat
kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena
harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap,
seperti pegawai negeri atau karyawan swasta, serta kaum buruh akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi pemilik pendapatan tetap dan tidak tetap
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat
merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri
tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di tahun 2003 atau tiga
belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal
setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti
pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga
dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti
tingkat inflasi.
Bagi para penabung
Inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai
mata uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan
bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap
menurun. Jika orang tidak menabung, dunia usaha dan investasi
akan sulit berkembang karena untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan
masyarakat.
Bagi debitur dan kreditur
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi
menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan
uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian
lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan Jika pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Jika hal ini
terjadi, produsen terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, jika inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya
merugikan produsen, produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen dapat menghentikan produksinya untuk
sementara waktu, bahkan jika tidak sanggup mengikuti laju inflasi,
dapat gulung tikar (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Bagi perekonomian nasional
Investasi berkurang.
Mendorong tingkat bunga.
Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif.
Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan.
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang
akan datang.
Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang.
Menimbulkan defisit neraca pembayaran.
Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Peran Bank Sentral
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan
inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha
mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank
sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian
bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank
sentral, termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan sejumlah studi
menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen—salah
satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan
menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian—
akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar
dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan
harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat
nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan nilai sebuah mata
uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) ataupun
eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh
bank sentral di seluruh dunia, tidak kecuali Bank Indonesia.
Cara-cara Mengatasi Inflasi
Kebijakan Moneter
Seperti yang telah disebutkan di atas, peran bank sentral dalam
mengatasi inflasi adalah dengan mengatur jumlah uang yang beredar.
Kebijakan yang diambil oleh bank sentral tersebut dinamakan kebijakan
moneter, yaitu dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut.
Politik Diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk
memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan
menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan tingkat bunga
diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan
berkurang karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya
di bank daripada menjalankan investasi.
Politik Pasar Terbuka (open market policy) dijalankan dengan
membeli dan menjual surat-surat berharga. Dengan menjual
suratsurat berharga diharapkan uang akan tersedot dari
masyarakat.
Politik Persediaan Kas (cash ratio policy) adalah politik Bank Sentral
untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan
dan menurunkan persentase persediaan kas dari bank. Dengan
dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan jumlah
kredit akan berkurang.
Pengawasan kredit secara selektif.
Kebijakan Fiskal
Selain kebijakan moneter, pemerintah dapat juga memberlakukan
kebijakan fiskal yaitu kebijakan yang berhubungan dengan pengaturan
penerimaan dan pengeluaran Negara. Jadi yang diatur dalam kebijakan
fiskal adalah
pengaturan pengeluaran pemerintah (APBN) dan
peningkatan tarif/pajak.
Kebijakan Nonmoneter
Selain dua kebijakan di atas ada juga yang disebut kebijakan
nonmoneter yang mengatur hal-hal berikut.
Peningkatan produksi.
Kebijakan upah.
Pengawasan harga.
Indeks Harga
Pengertian Indeks Harga (Price Index)
Untuk menghitung besar laju inflasi, sebelumnya kita harus mengetahui
dulu besarnya Indeks Harga, yaitu perbandingan perubahan harga tahun
tertentu (given year) dengan tahun dasar (based year). Indeks harga
biasa digunakan untuk mengetahui ukuran perubahan variabel-variabel
ekonomi sebagai barometer keadaan perekonomian, memberi
gambaran yang tepat mengenai kecenderungan perdagangan dan
kemakmuran. Beberapa macam indeks harga adalah sebagai berikut.
Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka yang menggambarkan
perbandingan perubahan harga barang dan jasa yang dihitung
dianggap mewakili belanja konsumen, kelompok barang yang
dihitung bisa berubah-ubah disesuaikan dengan pola konsimsi
aktual masyarakat.
Indeks harga produsen (IHP) adalah perbandingan perubahan barang
dan jasa yang dibeli oleh produsen pada waktu tertentu, yang
dibeli oleh produsen meliputi bahan mentah dan bahan setengah
jadi. Perbedaannya dengan IHK adalah kalau IHP mengukur tingkat
harga pada awal sistem distribusi, IHK mengukur harga langsung
yang dibayar oleh konsumen pada tingkat harga eceran. Indeks
harga produsen biasa disebut juga indeks harga grosir (wholesale
price index).
Indeks harga yang harus dibayar dan diterima oleh petani. Indeks
harga barang-barang yang dibayar oleh petani baik untuk biaya
hidup maupun untuk biaya proses produksi, apabila dalam
menghitung indeks dimasukkan unsur jumlah biaya hipotek, pajak,
upah pekerja yang dibayar oleh petani, indeks yang diperoleh
disebut indeks paritas. Rasio antara indeks harga yang harus
dibayar oleh petani dengan indeks paritas dalam waktu tertentu
disebut rasio paritas (parity ratio).
Ciri-ciri Indeks Harga
Indeks harga mempunyai ciri-ciri di antaranya adalah sebagai berikut.
Indeks harga sebagai standar sebagai perbandingan harga dari
waktu ke waktu.
Penetapan indeks harga didasarkan pada data yang relevan.
Indeks harga ditetapkan oleh sampel, bukan populasi.
Indeks harga dihitung berdasarkan waktu yang kondisi ekonominya
stabil.
Penghitungan indeks harga menggunakan metode yang sesuai dan
tepat.
Penghitungan indeks harga dilakukan dengan cara membagi harga
tahun yang akan dihitung indeksnya dengan harga tahun dasar
dikali 100.
Metode penghitungan Indeks Harga
Metode penghitungan indeks harga tidak tertimbang Penghitungan
indeks harga tidak tertimbang ada dua macam, yaitu indeks
harga tidak tertimbang sederhana (komoditi tunggal) hanya satu
barang dan indeks harga tidak tertimbang dengan banyak
komoditi (gabungan).
Rumus indeks harga tidak tertimbang sederhana:
IHTT = . 100
IP = . 100

Rumus indeks harga tidak tertimbang gabungan:


IHTTG = . 100
Pn = harga pada tahun tertentu (ke–n)
Po = harga pada tahun dasar
Metode penghitungan indeks harga yang banyak digunakan Metode
enghitungan indeks harga yang sering digunakan dalam
menghitung inflasi adalah metode tertimbang, yaitu:
Metode Laspeyres
Metode Laspeyres adalah metode penghitungan angka
indeks yang ditimbang dengan menggunakan faktor
penimbang kuantitas pada tahun dasar (Qo) dengan rumus
IH Laspeyres.
IL = . 100
Metode Paasche
Metode penghitungan angka indeks yang ditimbang dengan
menggunakan faktor penimbang kuantitas barang pada
tahun yang dihitung angka indeksnya. (Qn = Kuantitas tahun
tertentu) Rumusnya sebagai berikut.
IP = . 100
Keterangan:
IL = Indeks Harga Laspeyres
IP = Indeks Harga Paasche
Po = Harga tahun dasar
Pn = Harga tahun n (tertentu)
Qo = Kuantitas tahun dasar
Qn = Kuantitas tahun tertentu
RANGKUMAN
Pendapatan nasional dapat dihitung baik dengan pendekatan/metode
produksi, yaitu menghitung jumlah seluruh barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu, pendekatan/
metode pengeluaran, yaitu dengan menghitung jumlah pengeluaran
seluruh pelaku ekonomi di suatu negara selama periode tertentu,
ataupun pendekatan/metode pendapatan dengan menghitung jumlah
pendapatan yang diterima seluruh pemilik faktor produksi di suatu
negara selama periode tertentu.
Berdasarkan besarnya pendapatan nasional per kapita, penduduk
(pendapatan per kapita) negara-negara di dunia dapat digolongkan dalam
kelompok negara berpendapatan rendah, menengah ke bawah,
menengah ke atas hingga tinggi.
Terdapat permasalahan, seperti inflasi dan ketimpangan distribusi
pendapatan, yang harus selalu diperhatikan pemerintah dalam kaitan
untuk meningkatkan level pendapatan nasional negaranya.

Indeks Harga dan Tingkat Inflasi

Indeks harga

Suatu angka yang menggambarkan sejauh mana harga-harga dalam perekonomian pada
suatu tahun tertentu telah mengalami perubahan jika dibandingkan dengan tingkat harga
pada tahun dasar-yaitu yang menjadi dasar perbandingan dalam penentuan indeks harga.
Indeks harga konsumen menggambarkan kenaikan/perubahan harga-harga barang
konsumsi. Indeks harga produsen menggambarkan kenaikan/perubahan harga-harga
barang pada ketika barang tersebut dijual produsen-produsen.

Kenaikan harga-harga dari satu waktu ke waktu lainnya tidak berlaku secara seragam.
Kenaikan tersebut biasanya berlaku ke atas kebanyakan barang, tetapi tingkat kenaikan-
kenaikannya berbeda. Ada yang tinggi persentasinya dan ada yang rendah. Disamping itu
sebagian barang tidak mengalami kenaikan. Berlakunya tingkat perubahan harga yang
berbeda tersebut menyebabkan indeks harga perlu dibentuk untuk menggambarkan
tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam suatu negara. Untuk mengukur tingkat
inflasi, indeks harga yang selalu digunakan adalah indeks harga konsumen, atau lebih
dikenal dengan istilah: Consumer Price Index (CPI) yaitu indeks harga dari barang-
barang yang selalu digunakan para konsumen.

Tingkat inflasi

Kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu periode ke
periode lainnya. Tingkat inflasi adalah persentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun
tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.
Tingkat inflasi terutama dimaksudkan untuk menggambarkan perubahan harga-harga yang
berlaku dari satu tahun ke satu tahun lainnya. Untuk menentukannya perlu diperhatikan
data indeks harga konsumen dari suatu tahun tertentu dan seterusnya dibandingkan dengan
indeks harga pada tahun sebelumnya.

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Anda mungkin juga menyukai