Anda di halaman 1dari 5

oksigen (pO2) di jaringan selalu lebih

rendah dari darah arteri sistemik dengan


perbandingan 40 mmHg dan 104 mmHg
(Tarwoto, 2015).
2. Mekanisme Pernapasan
Pernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan
proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru.
Proses bernapas terdiri dari dua fase yaitu
inspirasi (periode ketika aliran udara luar masuk
1. Respirasi ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara
Respirasi adalah proses pertukaran gas meninggalkan paru-paru ke luar atmosfer).
oksigen dan karbondioksida baik yang terjadi Tekanan yang berperan dalam proses bernapas
di paru-paru maupun di jaringan adalah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal
a. Respirasi Eksternal atau intraalveoli, dan tekanan intrapleura.
Merupakan proses pertukaran gas a. Tekanan atmosfer, yaitu tekanan udara
oksigen dan karbondioksida di paru- luar yang besarnya 760 mmHg.
paru dan kapiler pulmonal dengan b. Tekanan intrapulmonal atau intraalveoli,
lingkungan luar. Konsentrasi gas di yaitu tekanan yang terjadi dalam alveoli
atmosfer terdiri atas nitrogen 78,62 %, paru-paru. Saat inspirasi tekanan
oksigen 20,84 %, karbon dioksida 0,04 intrapulmonal 759 mmHg dan saat
%, dan air 0,5 %. ekspirasi 761 mmHg. Tekanan
Ekspirasi eksternal melibatkan intrapulmonal akan meningkat ketika
kegiatan-kegiatan berikut: bernapas maksimum yang pada saat
1) Pertukaran udara dari luar atau inspirasi -30 mmHg dan ekspirasi +100
atmosfer dengan udara alveoli mmHg.
melalui aksi mekanik yang c. Tekanan intrapleura, yaitu tekanan
disebut ventilasi. yang terjadi pada rongga pleura -4
2) Pertukaran oksigen dan karbon mmHg atau sekitar 756 mmHg.
dioksida antara alveoli dengan kapiler (Tarwoto, 2015)
pulmonal melalui proses difusi. 3. Pertukaran dan Transpor Gas Pernapasan
3) Pengangkutan oksigen dan karbon -Ventilasi
dioksida oleh darah dari paru-paru ke Merupakan pergerakan udara yang masuk
seluruh tubuh dan sebaliknya. dan keluar dari paru-paru.
4) Pertukaran oksigen dan karbon -Perfusi paru
dioksida darah dalam pembuluh Merupakan pergerakan aliran darah melalui
kapiler jaringan dengan sel-sel sirkulasi pulmonal. Kekuatan utama
jaringan melalui proses difusi. distribusi perfusi paru-paru adalah
(Tarwoto, 2015) gravitasi, tekanan arteri pulmonal dan
b. Respirasi Internal tekanan alveolus
Merupakan proses pemanfaatan -Difusi
oksigen dalam sel yang terjadi di Merupakan proses pertukaran oksigen dan
mitokondria untuk metabolisme dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler
produksi karbon dioksida. Tekanan parsial pulmonal melalu membran, dari area
dengan konsentrasi tinggi ke area dengan Tuberkulosis adalah penyakit
konsentrasi rendah menular langsung yang disebabkan oleh
a. Pengendalian pernapasan oleh sistem kuman TB (Myobacterium tuberculosis).
persarafan Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
1) Korteks serebri: berperan dalam tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
pengaturan pernapasan yang bersifat lainnya. (Depkes RI, 2013).
volunter sehingga memungkinkan kita
dapat mengatur napas dan menahan ETIOLOGI
napas, misalnya pada saat bicara atau Tuberculosis paru disebabkan oleh
makan mycobacterium tuberculosis
2) Medulla oblongata: berperan dalam
pernapasan otomatis dan spontan TANDA Dan gejala
3) Pons: terdapat 2 pusat pernapasan yaitu Gejala utama pasien TB paru adalah batuk
pusat apneutik (mengoordinasi transisi berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
antara inspirasi dan ekspirasi dengan
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
cara mengirimkan rangsangan impuls sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
pada area inspirasi dan menghambat menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
ekspirasi) dan pusat pneumotaksis
demam meriang lebih dari satu bulan
(menghambat aktivitas neuron inspirasi (Depkes, 2006).
sehingga inspirasi dihentikan dan
ekspirasi pun terjadi) yang berfungsi Epidemiologi
sebagai membatasi durasi inspirasi Pada tahun 2015, diperkirakan setiap tahun terjadi
(Tarwoto, 2015). sekitar 9 juta penderita dengan kematian tiga juta
orang (WHO, 2015 Di indonesia pada tahun yang
DEFINISI sama, hasil survey kesehatan rumah tangga
Tuberkulosis (TB) adalah (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit
penyakit infeksius, yang terutama tuberkulosis merupakan penyebab kematian
menyerang penyakit parenkim paru nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit
(Brunner & Suddarth, 2002). infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok
Tuberkulosis adalah suatu usia, dan nomor satu dari golongan penyakit
penyakit infeksius yang menyerang paru- infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun
paru yang secara khas ditandai oleh menjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan
pembentukan granuloma dan menimbulkan kematian sekitar 140.000.secara kasar
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia
menahun dan dapat menular dari penderita terdapat 130 penderita baru tuberkulosis dengan
kepada orang lain (Santa, dkk, 2013). BTA positif.
Komplikasi Diagnosis TB menurut Depkes (2012):

-Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas 1. Diagnosis TB paru


bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan a. Semua suspek TB diperiksa 3
nafas. spesimen dahak dalam waktu 2
hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu
-Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. (SPS).

-Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan b. Diagnosis TB Paru pada orang


fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses dewasa ditegakkan dengan
pemulihan atau reaktif) pada paru. ditemukannya kuman TB (BTA).
Pada program TB nasional,
-Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga penemuan BTA melalui
pleura) spontan : kolaps spontan karena pemeriksaan dahak mikroskopis
kerusakan jaringan paru. merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto
-Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, toraks, biakan dan uji kepekaan
tulang, ginjal dan sebagainya. dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan
-insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary
indikasinya.
Insufficiency).
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
A. Pemeriksaan diagnostik
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga merupakan cara yang praktis untuk menemukan
sering terjadi overdiagnosis. lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis
umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak lobus atas atau segmen apikal lobus bawah),
selalu menunjukkan aktifitas penyakit. tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur paru.
diagnostik untuk suspek TB paru.
-Pemeriksaan Laboratorium
2. Diagnosis TB ekstra paru.
> Darah: Pemeriksaan ini kurang mendapat
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang perhatian, karena hasilnya kadang-kadang
terkena, misalnya kaku kuduk pada meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit
(Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri.
superfisialis pada limfadenitis TB dan Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju
deformitas tulang belakang (gibbus) pada endap darah mulai meningkat. Bila penyakit
spondilitis TB dan lainlainnya. mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal
dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan darah mulai turun ke arah normal lagi.
sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat >Sputum: Pemeriksaan sputum adalah penting
(presumtif) dengan menyingkirkan karena dengan ditemukannya kuman BTA,
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.
diagnosis tergantung pada metode Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
pengambilan bahan pemeriksaan dan memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang
ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya sudah diberikan.
uji mikrobiologi, patologi anatomi,
serologi, foto toraks dan lain-lain. >Tes Tuberkulin: Tes tuberkulin hanya
menyatakan apakah seseorang individu sedang
Diagnosis TB menurutAsril Bahar (2012): atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae,
M. Bovis, vaksinasi BCG dan Myobacteria
-Pemeriksaan Radiologis patogen lainnya.

dengan kategori pengobatan. Jangan


gunakan OAT tunggal (monoterapi) .
B. Penatalaksanaan Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT – KDT) lebih
1. Tujuan Pengobatan menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Pengobatan TB bertujuan untuk 4. Untuk menjamin kepatuhan pasien


menyembuhkan pasien, mencegah kematian, menelan obat, dilakukan pengawasan
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai langsung (DOT = Directly Observed
penularan dan mencegah terjadinya Treatment) oleh seorang Pengawas
resistensi kuman terhadap OAT. Menelan Obat (PMO)

2. Prinsip pengobatan 5. Pengobatan TB diberikan dalam 2


tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan
prinsip - prinsip sebagai berikut: 1) Tahap awal (intensif)

3. OAT harus diberikan dalam bentuk a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat
kombinasi beberapa jenis obat, dalam obat setiap hari dan perlu diawasi secara
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai
langsung untuk mencegah terjadinya a) Pada tahap lanjutan pasien
resistensi obat. mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut lebih lama
diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun b) Tahap lanjutan penting untuk
waktu 2 minggu. membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif kekambuhan
menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan. b. Jenis, sifat dan dosis OAT

2) Tahap Lanjutan

A. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


b.d bronkopasme kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan
intake nutrisi, dypsneu
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti
paru, hipertensi pulmonal. 5. Resiko infeksi b.d organisme purulen

3. Hipertermia b.d reaksi inflamasi

Anda mungkin juga menyukai

  • RAPOR MURID MAMAH - Fix
    RAPOR MURID MAMAH - Fix
    Dokumen157 halaman
    RAPOR MURID MAMAH - Fix
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Transfusi
    Reaksi Transfusi
    Dokumen14 halaman
    Reaksi Transfusi
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen19 halaman
    Bab Iii
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi Reri
    Halusinasi Reri
    Dokumen4 halaman
    Halusinasi Reri
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Icu
    Format Pengkajian Icu
    Dokumen4 halaman
    Format Pengkajian Icu
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Perioperatif
    Format Askep Perioperatif
    Dokumen16 halaman
    Format Askep Perioperatif
    Nomy
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • BAB I.docx DHF
    BAB I.docx DHF
    Dokumen9 halaman
    BAB I.docx DHF
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Transfusi
    Reaksi Transfusi
    Dokumen14 halaman
    Reaksi Transfusi
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • BAB I.docx DHF
    BAB I.docx DHF
    Dokumen9 halaman
    BAB I.docx DHF
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Transfusi
    Reaksi Transfusi
    Dokumen14 halaman
    Reaksi Transfusi
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • BAB I.docx DHF
    BAB I.docx DHF
    Dokumen9 halaman
    BAB I.docx DHF
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • LP Syok Anafilaktik
    LP Syok Anafilaktik
    Dokumen27 halaman
    LP Syok Anafilaktik
    Anastasia Indriyani Girsang
    Belum ada peringkat
  • Nama Obat
    Nama Obat
    Dokumen5 halaman
    Nama Obat
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • LP Hiperaktif
    LP Hiperaktif
    Dokumen11 halaman
    LP Hiperaktif
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Transfusi
    Reaksi Transfusi
    Dokumen14 halaman
    Reaksi Transfusi
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Hanya Untuk Download Scribd
    Hanya Untuk Download Scribd
    Dokumen1 halaman
    Hanya Untuk Download Scribd
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Hallo Teman
    Hallo Teman
    Dokumen1 halaman
    Hallo Teman
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • BAB I.docx DHF
    BAB I.docx DHF
    Dokumen9 halaman
    BAB I.docx DHF
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Hanya Untuk Download Scribd
    Hanya Untuk Download Scribd
    Dokumen1 halaman
    Hanya Untuk Download Scribd
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • 113063C114029 References
    113063C114029 References
    Dokumen4 halaman
    113063C114029 References
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • 113063C114029 References
    113063C114029 References
    Dokumen4 halaman
    113063C114029 References
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • Makalah Anak DHF Fix
    Makalah Anak DHF Fix
    Dokumen33 halaman
    Makalah Anak DHF Fix
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat
  • BAB I.docx DHF
    BAB I.docx DHF
    Dokumen5 halaman
    BAB I.docx DHF
    Ria Aryanti Putri II
    Belum ada peringkat