Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Pengertian
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, yang akan
berlangsung selama 40 hari atau 9 bulan menurut kalender
internasional (Prawirohardjo, 2010; h. 213).
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga
ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo, 2010; h. 213).
2. Tanda Gejala
3. Perubahan Fisiologis
a. Sistem reproduksi
1) Hormonal
a) Human chorionic gonadotropin
Pada hari ke-8 sampai ke-9 setelah ovulasi hormon ini dapat
diukur dalam darah ibu, sekresi tercepat hingga maksimal
yaitu pada hari ke-10 sampai ke-12 setelah ovulasi dan akan
menurun sampai kadar yang lebih rendah menjelang minggu
ke-16 sampai ke-20 setelah ovulasi, serta berlanjut selama
sisa masa kehamilan. Fungsi penting hormon ini untuk
mencegah involusi normal dari korpus luteum pada akhir
siklus seksual wanita yang menyebabkan sekresi hormon
esterogen dan progesteron meningkat selama masa
kehamilan dan mempengaruhi korpus luteum sehingga
ukurannya menjadi dua kali lipat dari ukuran awal,
mempertahankan desi dua endometrium bagi perkembangan
fetus awal dan pada fetus pria berpesarn pada pembentukan

6
testoteron yang menyebabkan tumbuhnya organ kelamin
pria dan menyebabkan desensus tentis ke dalam skrotum.
b) Esterogen
Selama kehamilan kadarnya meningkat menyebabkan
perbesaran uterus, pembesaran payudara, serta struktur dari
duktus payudara dan pembesaran organ genetalia eksterna
ibu. Selain itu esterogen juga berperan dalam merelaksasi
berbagai ligamen panggul ibu sehingga sendi sakro iliaka
menjadi relatif lentur dan simfisis pubis menjadi elastis yan
memungkinkan janin dapat melalui jalan lahir.
c) Progesteron
Sebelum implantasi konsepsi berpera dalam perkembangan
hasil konsepsi dengan meningkatkan sekresi saluran tuba
dan uterus untuk memberi makan morula dan blastula.
Selanjutnya hormon ini disekresioleh plasenta dalam jumlah
besar, selama kehamilan mengalami peningkatan 10 kali
lipat dibanding saat dihasilkan oleh korpus luteum. Selain itu
progesteron menurunkan kontraksi saat hamil dan
bekerjasama dengan esterogen juga chorionic
somatomammotropin mempersiapkan payudara dalam
proses laktasi.
d) Human chorionic somatomammotropin/ human placental
lactogen
Disekresi pada minggu ke-5 kehamilan oleh plasenta dan
meningkat sepanjang sisa masa kehamilan.fungsinya
dianggap sama dengan prolaktin dan juga sebagai hormon
pertumbuhan dengan kerja lemah. Selain itu hormon ini juga
menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan
menurunkan penggunaan glukosa ibu sehinga fetus akan
mendapatkan glukosa yang lebih besar, serta menigkatkan

7
pelepasan asam lemak bebas dari cadangan lemak ibu yang
akan menjadi sumber energi pengganti metabolisme ibu.
2) Uterus
Pada usia 12 minggu uteru naik keluar panggul dan masuk dlam
abdomen dan akan lebih condong kesisi kanan. Pada usia
kehamilan 24 minggu mencapai umbilikus dan 36 minggu
mencapai processus xiphoideus, kemudian setelah usia 36
minggu uterus mulai turun ke panggul.
(Prawirohardjo, 2011)
Tabel Perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan Trimester III
Sistem Perubahan

Reproduksi Uterus Uterus semula biasanya 30 gr akan mengalami


hipertropi dan hyperplasia menjadi 1000 gr, dengan
panjang 20 cm dan dapat merasakan tanda turgor pada
saat dipalpasi. Sehingga pada pengukuran TFU
kehamilan 28 minggu yaitu 3 jari diatas pusat (27
cm), kehamilan usia 32 minggu yaitu pertengahan
pusat-processus xypoideus (30 cm), kehamilan 36
minggu yaitu sekitar 1 jari dibawah processus
xypoideus (33 cm), kehamilan 40 minggu yaitu 3 jari
dibawah processus xypoideus (30 cm).

Serviks mengalami remodelling dan destruksi.

Vagina mengalami peningkatnya ketebalan mukosa,


pengendoran jaringan ikat, dan hipertrofi otot polos.

Kardiovaskular Pembesaran uterus menekan vena kava inferior dan aorta bawah
ketika dalam posisi terlentang dan mengakibatkan hipotensi arterial
yang dikenal syndrome hipotensi supine, pada keadaan cukup
beratmengakibatkan hilangnya kesadaran.

Traktus digestivus Penurunan motilitas usus besar mengakibatkan konstipasi hingga


hemoroid. Gusi lebih hiperemis dan lunak sehingga muncul epulis.

Traktus urinarius Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintuatas panggul
sehingga keluhan sering BAK akan timbul kembali.

Muskuloskeletal Terjadi Lordosis yang akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke


posisi anterior, yang menggeser pusat daya berat ke belakang.

Sumber : Varney, 2007; h. 501

4. Perubahan Psikologis

8
Trimester ketiga disebut periode penantian. Pada periode ini akan
muncul perasaan cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya
sendiri, merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan
dukungan dari pasangannya.
5. Asuhan Kehamilan pada Kunjungan Antenatal (ANC)
Menurut Ari Sulistyawati (2009: h.4), kunjungan pada ibu
hamil minimal dilakukan 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester I (usia
kehamilan 0-13 minggu), 1 kali pada trimester II (usia kehamilan 14-
27 minggu) dan 2 kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40
minggu).
Kebijakan pemerintah menurut Emi Nurjasmi (2016: h.51-56)
untuk kunjungan ANC bidan harus melakukan “10 T”, yaitu: timbang
tinggi badan/ berat badan ibu, ukur tekanan darah, nilai status gizi
(ukur lingkar lengan atas/ LILA), ukur tinggi fundus uteri, tentukan
presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status
imunisasi Tetanus dan berikan Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan,berikan tablet tambah darah (tablet besi/ Fe), periksa
laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana/ penanganan kasus, temu
wicara (konseling).
Menurut Kemenkes (2010), dalam pelayanan ANC dilakukan
10T dan diikuti dengan KIE Efektif yang meliputi kesehatan ibu;
perilaku hidup bersih dan sehat; peran suami/ keluarga dalam
kehamilan dan perencanaan persalinan; tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi; asupan gizi seimbang; gejala penyakit menular dan tidak
menular; penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di
daerah tertentu; inisiasi menyusi dini dan pemberian ASI eksklusif;
KB paska persalinan; imunisasi;peningkatan kesehatan intelegensia
pada kehamilan.
6. Tanda Bahaya Kehamilan pada Trimester III

9
Selama kehamilan beberapa tanda bahaya yang dialami dapat
dijadikan sebagai data dalam deteksi dini komplikasi akibat
kehamilan. Menurut Poedji Rochjati (2003; h.138-156), Kartu Skor
Poedji Rochjati (KSPR) digunakan untuk menentukan tingkat resiko
pada ibu hamil (lihat lampiran 1). Tanda bahaya yang perlu
diwaspadai oleh ibu hamil trimester III yaitu perdarahan pervaginam,
sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan
jari-jari tangan, keluar cairan pervagina, gerakan janin tidur terasa
serta nyeri perut yang hebat (Ari Sulistyawati, 2009; h.155-162).

B. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan


1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut Varney (1997) dalam Asri Hidayat Mufdlilah dan Ima
Kharimaturrahmah (2012; h.110), manajemen kebidanan adalah
proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan dengan 7 Langkah Varney
Menurut Varney (1997) dalam Asri Hidayat Mufdlilah dan Ima
Kharimaturrahmah (2012; h.111-119), langkah-langkah manajemen
kebidanan terdiri dari 7 langkah, yaitu:
a. Langkah I Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama dalam manajemen kebidanan yaitu
mengumpulkan data dasar yang dilakukan dengan pengkajian
kepada klien secara lengkap. Pengumpulan data pada langkah ini
terdiri dari 2 data, yaitu data subyektif dan data obyektif. Didalam
pengumpulan data subyektif harus mengembangkan hubungan
antar personal yang efektif dengan pasien, lebih memperhatikan
keluhan utama pasien untuk mendapatkan data yang sangat
penting dalam kaitannya dengan masalah pasien.

10
Pengumpulan data obyektif harus memperhatikan ekspresi
pasien, mengamati kalainan fisik, melakukan pemeriksaan fisik
secara tepat sesuai dengan keluhan pasien.
b. Langkah II Interpretasi Data Dasar
Langkah untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik.
c. Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Langkah untuk mengidentifikasikan rangkaian masalah dan
diagnosa potensi lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan terjadinya diagnosa potensial.
Bidan harus melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya diagnosa potensial.
d. Langkah IV Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Langkah ini mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan untuk dikonsultasikan dan segera ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V Merencanakan Asuhan yang Komprehensif
Langkah kelima mengembangkan rencana perawatan yang
komprehensif yang ditentukan oleh langkah sebelumnya. Suatu
rencana perawatan yang komprehensif meliputi hal-hal yang
diindikasikan oleh kondisi pasien dan masalah lain yang
berkaitan. Apapun yang berkaitan dengan aspek apapun dari
perawatan harus disetujui oleh kedua pihak baik oleh bidan atau
wanita tersebut agar bersifat efektif.
f. Langkah VI Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan

11
Pada langkah keenam, dari rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan
secara efisien dan aman.
g. Langkah VII Evaluasi
Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan apakah benar-
benar telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah.
3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP
Menurut Muslihatun, Wafi Nur, Mufdlilah dan Nanik Setyawati
(2010: h.122-125), dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara
tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang
hasil pemeriksaan, serta terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
Langkah-langkah pendokumentasian dalam bentuk SOAP, yaitu:
a. S (Subyektif)
Data subyektif adalah data yang diambil dari hasil anamnesa
pasien. Pada data subyektif dapat menguatkan diagnosis yang akan
disusun.
b. O (Data Obyektif)
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui hasil dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan diagnostik lainnya.
c. A (Assessment)
Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi dari data subyektif dan data obyektif. Dalam
assessment langkah selanjutnya yaitu dilakukan tindakan yang
sesuai dengan kebutuhan.
d. P (Penatalaksanaan)
Penatalaksanaan merupakan tindakan yang dilakukan setelah
adanya diagnosa yang mendukung dari data subyektif dan data
obyektif.
4. Aplikasi Teori Asuhan Kebidanan

12
a. Aplikasi Teori Asuhan Kebidanan Kunjungan Awal TM III
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan
dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Asuhan kehamilan dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir sampai ibu menggunakan alat kontrasepsi.
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
1) Pengkajian
a) Nama
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk
mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama
(Romauli,2011;h.16).
b) Usia
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia
aman untuk hamil dan bersalin adalah 20-35 tahun
(Ambarwati, 2008; h.131).
c) Agama
Tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran,
perasaan tentang jenis kelamin tentang kesehatan dan pada
beberapa kasus, penggunaan darah. (Marmi,2014;h. 155)
d) Pendidikan
Pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang rendah
kadang ketika tidak mendapatkan cukup informasi
mengenai kesehatannya maka tidak mengetahui cara yang
benar melakukan perawatan pada kehamilannya
(Sulistyawati,2009;h.104). Menurut hasil penelitian
Hidayatun (2016), perilaku ibu untuk mempersiapkan
persalinan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu.
Selain itu, berdasarkan penelitian Corneles & Fredika
(2015) berjudul “Hubungan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang kehamilan resiko tinggi” dengan

13
hasil tingkat pendidikan responden sebagian besar rendah
(72%) dan sebagian besar pengetahuannya cukup (54%).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil memiliki
hubungan dalam kehamilan resiko tinggi.
e) Pekerjaan
Pekerjaan akan menggambarkan aktivitas dan tingkat
kesejahteraan ekonomi yang akan diperoleh
(Sulistyawati,2009;h.105). Hal ini untuk mengetahui taraf
hidup dan sosial ekonomi agar nasihat kita sesuai. Pekerjaan
ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada pengaruh
pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan,
dll (Romauli,2011;h.163).
f) Suku / Bangsa
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang
mempengaruhi perilaku kesehatan. (Romauli, 2011;h.162)
g) Alamat
Alamat rumah klien diketahui untuk lebih memudahkan saat
pertolongan persalinan dan untuk mengetahui jarak rumah
dengan tempat rujukan (Walyani, 2015; h.119).
2) Data Subyektif
a) Alasan Datang
Alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata - katanya sendiri
(Hani,2010;h.87). Apakah alasan kunjungan ini karena ada
keluhan atau hanya untuk memeriksa kehamilannya
(Romauli, 2011;h.163).
b) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati,2009;h. 167).
Keluhan pada ibu berupa ketidaknyamanan pada kehamilan

14
trimester III yakni peningkatan frekuensi berkemih, nyeri
ulu hati, konstipasi, hemoroid, edema ekstermitas bawah,
varises dan nyeri punggung bagian bawah. (Varney,2007;h.
538-542)
c) Riwayat Kesehatan
Ditanyakan untuk mengetahui karakteristik personal
termasuk hubungan klien dengan orang lain, riwayat
pengobatan termasuk apakah klien mempunyai riwayat
penyakit menular atau keturunan. (Mufdlillah, 2009;h.11)
(1) Riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu
(a) Penyakit kardiovaskuler
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit :
i. Jantung
Penyakit jantung terjadi pada 1-4% dari
kehamilan pada perempuan-perempuan yang
tanpa gejala kelainan jantung sebelumnya.
Keadaan-keadaan tersebut membuat dokter
harus waspada akan kesulitan-kesulitan yang
timbul ketika hamil (Saifuddin,2010;h.767).
Peningkatan curah jantung selama kehamilan
meningkatkan risiko kompensasi pada wanita
yang mempunyai riwayat penyakit jantung.
(Varney,2007; h.628)
ii. Hipertensi
Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan
diastolik ≥140/90 mmHg. (Saifuddin, 2008;
h.207). Wanita dengan hipertensi yang sudah
ada sebelumnya mengalami peningkatan resiko
terjadinya preeklampsi selama kehamilan
(Varney,2007; h. 131). Keadaan ibu mungkin
berkembang menjadi preeklamsi atau

15
mengalami abrupsio plasenta (plasenta pecah),
kadang-kadang gagal ginjal merupakan
komplikasi. Janin juga beresiko karena
kurangnya sirkulasi plasenta, yang dapat
menyebabkan kejadian Intra Uterin Growth
Retardation (IUGR) dan hipoksia (Marmi, 2015;
h.65)
(b) Penyakit darah
i. Anemia
Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi (Saifuddin, 2008; h. 281). Dampak
anemia defisiensi zat besi pada kehamilan
resiko kematan maternal, anga
prematuritas,berat badan lahir rendah dan angka
kematian perinatal meningkat (Rukiyah. 2010;
h.15).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Intan (2016) berjudul “Strategi dalam
penanggulangan pencegahan anemia pada
kehamilan” yaitu pasien yang resiko menderita
anemia harus mendapat makanan cukup gizi
dengan biovallabilitas cukup, pengobatan
penyakit infeksi yang bisa memperbesar resiko
anemia, dan penyediaan pelayananan yang
mudah dijangkau serta tersediaanya tablet Fe
dalam jumlah sesuai.
(c) Penyakit Sistem Pernafasan
i. Tuberculosis (TBC)

16
Pada kehamilan dengan infeksi TBC risiko
prematuritas, IUGR, dan berat badan lahir
rendah meningkat, serta risiko kematian
perinatal meningkat 6 kali lipat.
(Saifuddin,2010;h. 807)
ii. Asma Bronkhial
Wanita yang memiliki riwayat penyakit asma
berat sebelum hamil terbukti akan terus
mengalaminya dan menjadi semakin buruk
selama masa hamil. Asma dihubungkan dengan
peningkatan angka kematian perinatal,
hiperemesis gravidarum, kelahiran preterm,
hipertensi kronis, preeklampsia, bayi berat lahir
rendah dan perdarahan pervaginam.
(Varney,2007;h. 629-630).
(d) Penyakit Sistem Hepar
i. Hepatitis
Pengaruh infeksi hati terhadap kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan
prematur dan kematian janin dalam rahim
(Manuaba,2010;h.342). Kehamilan tidak akan
memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi
jika terjadi infeksi akut pada kehmilan bisa
mengkibatkan terjadinya hepatitis fulminan
yang dapat menimbulkan mortlitas yang tinggi
pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat menimbulkan
abortus dan terjadinya perdarahan pasca
persalinan karena gangguan pembekuan darah
akibat gangguan fungsi hati. (Saifuddin,
2010;h.906).
(e) Penyakit Endokrin

17
i. Diabetes Mellitus Gestasional
Menurut Varney (2008;h.917) ibu yang
menderita diabetes dapat menyebabkan bayi
besar, trauma, hiperbilirubinemia, ataupun lahir
mati. Komplikasi terhadap ibu yaitu infeksi
saluran kemih, hidramnion, hipertensi kronik,
PE, kematian ibu. Pada janin abortus spontan,
kelainan kongenital, insufisiensi plasenta,
makrosomia, kematian intra uterin (Marmi.
2015;h.117). Menurut Sofian (2012;h.125)
pengaruh diabetes terhadap kehamilan yaitu
abortus dan partus prematurus, hidramnion,
preeklamsi, kesahalan letak janin, insufisiensi
plasenta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniasari & Arifandini (2015) berjudul
“Hubungan usia, paritas dan DM pada
kehamilan dengan kejadian preeklamsia pada
ibu hamil”, bahwa usia ibu hamil <20 tahun atau
>35 tahun memiliki peluang 15,5 kali terjadinya
preeklampsia daripada usia 20-30 tahun, ibu
dengan primipara memiliki peluang 4, 21 kali
mengalami preeklampsia dibandingkan dengan
multipara, dan ibu dengan DM memiliki
peluang 14,37 kali mengalami preeklampsia
dibandingkan dengan ibu yang tidak DM. Dapat
disimpulkan bahwa selain usia, DM juga
menjadi faktor terjadinya preeklampsia pada
ibu.
ii. Penyakit kelenjar tiroid dalam kehamilan

18
Pada ibu yang memiliki kelebihan tiroksin akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklamsi,
kegagalan jantung dan keadaan perinatal yang
buruk. Keadaan hipotiroid pada ibu hamil dapat
menghambat perkambangan neurofisiologik
janin. (Saifuddin,2010;h.848-850). Namun,
menurut Sofian (2012;h.126) Pengaruh
kehamilan terhadap penyakit yaitu kehamilan
dapat membuat struma tambah besar dan
keluhan penderita bertambah berat. Pengaruh
terhadap kehamilan yaitukehamilan sering
berakhir abortus.
(f) Penyakit Ginjal
i. Infeksi Saluran Kemih
Identifikasi dan terapi infeksi saluran kemih
sangat diperlukan selama kehamilan karena
kedua hal ini berhubungan dengan persalinan
preterm, bayi berat lahir rendah, hipertensi,
preeklampsia, anemia pada ibu.
(Varney,2007;h.621).
(g) Penyakit Reproduksi
i. Kista Ovari
Kista ovarium dalam kehamilan dapat
menyebabkan nyeri perut oleh karena putaran
tangkai, pecah atau perdarahan
(Saifuddin,2008;h.269). Bahaya melangsungkan
kehamilan bersamaan dengan kista ovari adalah
dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang
akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam
rahim. (Manuaba,2010;h.367)
ii. Mioma uteri

19
Pengaruh mioma pada kehamilan yaitu infertilitas
bila menutup lumen tuba falopii, mengganggu
tumbuh-kembang hasil konsepsi yang telah
berimplantasi (terjadi abortus, persalinan
prematur) karena terjadi gangguan vaskularisasi
sehingga plasenta tidak mampu memberi nutrisi
yang cukup. Saat in partu dapat terjadi inersia
uteri primer atau sekunder sehingga persalinan
memerlukan intervensi medis (Manuaba, 2010;
h.368).
(h) Penyakit Kelamin
i. Sifilis
Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam
bentuk persalinan prematuritas atau kematian
dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk plak
kongenital (Pemfigus sifilitus, deskuamasi kulit
telapak tangan dan kaki terdapat kelainan pada
mulut dan gigi). (Manuaba,2010;h.338).
Menurut Saifuddin (2008;h.236) sifilis dapat
menyebabkan kelahiran prematur atau gangguan
pertumbuhan intrauterin ataupun dapat
menimbulkan cacat berat.
ii. Gonorea
N Gonorrhoeae juga berdampak pada terjadinya
pecah ketuban prematur dan
persalinan/kelahiran kurang bulan
(Varney,dkk,2007;h. 403). Infeksi ini sering
ditemukan pada trimester pertama sebelum
korion berfungsi dengan desidua dan mengisi
kavum uteri. Pada tahap lanjut, Neisseria
Gonorrhoeae diasosisikan dengan rubtur

20
membran yang prematur, kelahiran prematur,
orioamnionitis dan infeksi pasca persalinan.
(Saifuddin, 2010;h.925)
(i) Penyakit Saraf
i. Epilepsi
Wanita hamil dengan epilepsi mempunyai risiko
untuk terjadi hipertensi karena kehamilan,
persalinan premature, berat badan lahir rendah,
kelainan bawaan dan kematian perinatal.
(2) Riwayat kesehatan keluarga
Informasi tentang keluarga klien penting untuk
mengidentifikasi wanita yang berisiko menderita
penyakit genetik. (Marmi,2014;h.160). Riwayat
kesehatan keluarga juga dapat mengidentifikasi latar
belakang ras atau eknik yang diperlukan untuk
melakukan pendekatan berdasarkan pertimbangan
budaya atau untuk mengetahui penyakit organik yang
memiliki komponen herediter. (Romauli,2011;h.167)
d) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat Haid
Riwayat haid dikaji untuk memperoleh gambaran
pola menstrulasi klien yang dipakai untuk menentukan
tanggal perkiraan kelahiran. Selain itu perlu ditanyakan
frekuensi haid dan lama perdarahan, karena jika haid
lebih pendek atau panjang daripada normal kemungkinan
wanita tersebut telah hamil saat terjadi perdarahan. Hal
yang perlu dikaiji adalah menarche, haid teratur atau
tidak, siklus haid, lamanya haid, banyaknya darah, sifat
darah, ada nyeri haid atau tidak dan kapan terakhir haid
(Marmi, 2014;h.157).
(2) Riwayat Kehamilan Sekarang

21
(a) Kehamilan yang ke-
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita
yang berkaitan dengan kehamilannya (jumlah
kehamilan). Dibedakan dengan primigravida (hamil
yang pertama kali) dan multigravida (hamil yang
kedua atau lebih) (Sulistyawati, 2009; h.177)
Terdapat perbedaan perawatan antara ibu yang baru
pertama hamil dengan ibu yang sudah beberapa kali
hamil, apabila ibu tersebut baru pertama kali hamil
otomatis perlu perhatian ekstra pada kehamilannya
(Walyani, 2015; h.121).
(b) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Cara menentukan usia kehamilan salah satunya
dengan menentukan terlebih dahulu Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) (Sulistyawati,2009;h.52).
Periode menstruasi terakhir karena tanggal pada hari
pertama periode menstruasi terakhir atau last normal
menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai dasar
menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran
partus (TP) (Varney, 2007;h.524). Hari Perkiraan
Lahir (HPL) dapat ditentukan menggunakan rumus
Neagle yaitu Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) + 7
hari – 3 bulan (Sulistyawati,2009;h53). Usia
kehamilan trimester III yaitu 13 minggu (minggu ke-
28 hingga ke-40). (Saifuddin, 2010; h.213)
(c) Gerakan Janin
Menurut Saifuddin (2010; h.285) Gerakan janin perlu
dikaji untuk memastikan kesejahteraan janin. Janin
yang sehat melakukan gerakan menendang atau
tendangan janin (10 gerakan per 12 jam).
(d) Riwayat imunisasi Tetanus Toxoid

22
Riwayat pemberian imunisasi TT penting untuk
ditanyakan. Pasien yang telah mendapat vaksin
lengkap (5 suntikan) lebih dari 10 tahun sebelum
kehamilan sekarang perlu diberi booster, berupa
tetanus toxoid 0,5 ml IM. Jika belum pernah
imunisasi, berikan serum anti tetanus 1.500 IU IM dan
suntikan booster tetanus toxoid 0,5 ml IM diberikan 4
minggu kemudian (Saifuddin, 2010; h.M-45).
Menurut Syafrudin, ( 2011; h. 34 – 35 ) ibu hamil
mendapatkan paling sedikitnya 2 kali injeksi selama
kehamilannya ( pertama pada saat kunjungan
antenatal pertama dan untuk kedua kalinya pada 4
minggu kemudian )
Tabel 2.1 Imunisasi TT
Anti Interval (selang Lama %
gen waktu minimal) Perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah 3 tahun 80
TT1
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

TT5 1 tahun setelah TT4 25 99


tahun/seumu
r hidup
(Sulistyawati, 2009; h.121)

(e) Riwayat Antenatal Care (ANC)


Antenatal Care (ANC) minimal 4 kali selama
kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester II, dan 2 kali pada trimester III.
(Mufdillah,2009; h.2).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Tandiono, dkk (2015) dengan judul “Hubungan
konsumsi suplemen dan frekuensi pemeriksaan

23
kehamilan dengan komplikasi kehamilan”,
menyatakan komplikasi kehamilan tidak berhubungan
dengan konsumsi suplement akan tetapi berhubungan
dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan. Sehingga
ibu hamil sangat penting melakukan pemeriksaan
ANC dengan rutin agar dapat mencegah terjadinya
komplikasi saat masa kehamilan.
(f) Pemberian Tablet Besi (Fe)
Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan
memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang. Menurut Kusmiyati (2010;
h.85) pemberian suplemen tablet tambah darah atau
zat besi secara rutin adalah untuk membangun
cadangan besi sintesa sel darah merah dan sintesa
darah otot. Tiap tablet mengandung FeSO4 320mg
(zat besi 30 mg) dan minimal masing-masing 90 tablet
selama hamil. Dasar pemberian besi adalah adanya
perubahan volume darah atau hydraemia (penigkatan
sel darah merah 20-30% sedangkan peningkatan
plasma darah 50%). Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi karena mengandung
tanin atau pitat yang menghambat penyerapan zat
besi.
Cara mengkonsumsi tablet Fe tersebut didukung
oleh penelitian yang dilakukan Setyowati & Sarwoko
(2017) berjudul “Hubungan cara mengkonsumsi tablet
Fe dengan kejadian Anemia ibu hamil”, menyatakan
bahwa responden yang anemia sebagian besar tidak
benar cara mengkonsumsi Fe sebanyak 30 responden
(96,8%), dan responden tidak anemia sebagian besar
benar cara mengkonsumsi Fe sebanyak 18 responden

24
(29,03%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa cara mengkonsumsi Fe dengan benar dapat
mempengaruhi dan beresiko terjadinya anemia pada
ibu hamil.
Setiap ibu hamil membutuhkan tambahan 700-800
mg zat besi (Romauli,2011; h.106). Peningkatan ini
tidak dapat tercukupi hanya dari asupan makanan ibu
selama hamil melainkan perlu ditunjang dengan
suplemen zat besi. Pemberin suplemen zat besi dapat
diberikan sejak minggu ke 12 kehamilan sebesar 30-
60 gram setiap hari selama kehamilan.
(Sulistyawati,2009; h.108).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Purnamasari (2016) yang berjudul “Hubungan
pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet Fe”, menyatakan bahwa
sebagian responden (52,8%) mempunyai pengetahuan
rendah tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe (60,7%),
dan responden memiliki sikap yang baik (50,9%)
tidak patuh patuh mengkonsumsi tablet Fe (66,7%).
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu
hamil tidak mempengaruhi dalam mengkonsumsi
tablet Fe, tenaga kesehatan hanya perlu memberikan
informasi mengenai pentingnya konsumsi tablet
Fepada ibu hamil.
(3) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan
yang aterm, persalinan yang premature, keguguran atau
kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan
(dengan foerceps, atau dengan SC), riwayat perdarahan

25
pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya,
hipertensi disebabkan kehamilan pada kehamilan
sebelumnya (Rukiyah,2009;h.146). Masa nifas normal
adalah tidak ada komplikasi seperti infeksi, perdarahan
dll (Saifuddin,2010;h.357-358).
e) Riwayat Pernikahan
(1) Menikah
Apakah ia sekarang sudah menikah ataukah belum
menikah. Hal ini untuk mengetahui status kehamilan
tersebut apakah dari hasil pernikahan yang resmi atau
hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan. Status
pernikahan bisa berpengaruh pada psikologi ibunya saat
hamil.
(2) Usia saat menikah
Apabila klien mengatakan bahwa ia menikah di usia
muda sedangkan klien pada saat kunjungan awal ke
tempat bidan tersebut sudah tak lagi muda dan
kehamilannya adalah yang pertama, ada kemungkinan
kehamilannya saat ini adalah kehamilan yang sangat
diharapkan. Hal ini akan sangat berpengaruh
bagaimana asuhan kehamilannya.
(3) Lama pernikahan
Berapa lama klien menikah dengan suami sekarang,
apabila mereka tergolong pasangan muda, maka dapat
dipastikan dukungan suami akan sangat besar terhadap
kehamilannya
(Walyani, 2015; h.128).
f) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa

26
nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati,
2010:134). Tanyakan pada klien lamanya pemakaian alat
kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang digunakan
(Marmi,2014; h.158). Metode terakhir yang digunakan
apabila pada kehamilan perlu ditanyakan rencana
penggunaan setelah melahirkan (Hani,dkk,2010;h.90).
g) Pola kebiasaan hidup sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Merupakan gambaran bagaimana pasien mencukupi
asupan gizinya selama hamil. Kita bisa menggali dari
pasien tentang makanan yang disukai dan yang tidak
disukai, seberapa banyak dan sering ia mengonsumsinya,
sehingga jika kita peroleh data yang tidak sesuai dengan
standar pemenuhan, maka kita dapat memberikan
klarifikasi dalam pemberian pendidikan kesehatan
mengenai gizi ilmu hamil. Hal yang perlu ditanyakan
pada pasien berkaitan dengan pola makan adalah sebagai
berikut:
(a) Menu
Dikaitkan dengan pola diet seimbang bagi ibu hamil.
Jika pengaturan menu makan yang dilakukan oleh
pasien kurang seimbang sehingga ada kemungkinan
beberapa komponen gizi tidak akan terpenuhi, maka
bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penyusunan menu seimbang bagi ibu. Kita
dapat menanyakan pada pasien tentang apa saja yang
ia makan dalam sehari (nasi, sayur,lauk,buah,
makanan selingan,dan lain-lain).
(b) Frekuensi
Banyaknya asupan makanan yang dikonsumsi ibu.
(c) Jumlah perhari

27
Volume atau seberapa banyak makanan yang ibu
makan dalam waktu satu kali makan
(d) Pantangan
Ada kemungkinan pasien berpantang makanan justru
ada makanan yang sangat mendukung pemulihan
fisiknya, misalnya daging, ikan atau telur
(Sulistyawati,2009;h. 169-170).
(2) Pola minum
Dalam masa hamil asupan cairan yang cukup sangat
dibutuhkan.
(a) Frekuensi
Berapa kali minum dalam sehari dan dalam sekali
minum menghabisan berapa gelas.
(b) Jumlah perhari
Frekuensi minum dikalikan seberapa banyk ibu
minum dalam sekali waktu minum akan didapatkan
jumlah asupan cairan dalam sehari.
(c) Jenis minuman
Kadang pasien mengkonsumsi minuman yang
sebenarnya kurang baik untuk kesehatannya.
(Sulistyawati,2009; h. 170)

(3) Pola Eliminasi


Penekanan kandung kemih karena pengaruh hormon
estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan sering
buang air kecil dan terjadi pengeluaran keringat
(Rukiyah, 2009;h.107). Pada bulan-bulan pertama
kehamilan, kandung kemih akan tertekan oleh uterus
yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering
berkemih. Keadaan ini akan menghilang makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada

28
akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke
pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
(Saifuddin, 2008; h.185).
Pergeseran dan tekanan pada usus akibat
pembesaran uterus atau bagian presentai juga dapat
menurunkan mobilitas pada saluran gastrointestial
sehingga menyebabkan konstiasi, efek penggunaan zat
besi juga konstipasi yang menambah berat masalah
eliminasi ibu hamil (Varney. 2007; h.539).
(4) Pola Aktivitas
Jika kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan
dapat menimbulkan penyulit masa hamil, maka kita
dapat memberikan peringatan sedini mungkin kepada
pasien untuk membatasi dahulu kegiatan sampai ia sehat
dan pulih kembali (Sulistyawati, 2009; h. 170).
(5) Pola Istirahat dan Tidur
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Oleh karena
itu, perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya
diketahui hambatan yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan
kebutuhan istirahat. Dapat menanyakan tentang berapa
lama tidur malam dan siang hari (Sulistyawati,2009;h.
170).
(6) Pola Seksual
Hal-hal yang berkaitan dengan pola seksual yang
ditanyakan diantaranya frekuensi dalam satu minggu dan
apakah ada gangguan (Sulistyawati,2009;h.172). Selama
kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai
akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat
sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari
menjelang kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila

29
terdapat perdarahan pervaginam, terdapat riwayat
abortus berulang, abortus/partus prematurus imminens,
ketuban pecah, serviks telah membuka.
(Kusmiyati,2010;h.106)
(7) Personal hygiene
Jika pasien mempunyai kebiasaan kurang baik dalam
perawatan kebersihan dirinya maka bidan harus dapat
memberikan bimbingan mengenai cara perawatan
kebersihan diri dan bayinya sedini mungkin
(Sulistyawati, 2009; h. 171). Kebersihan harus dijaga
pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali
sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan
banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama
lipatan kulit (ketiak,bawah buah dada, daerah genetalia)
dengan cara dibersihkan menggunakan air dan
dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu
mendapatkan perhatian karena sering kali mudah terjadi
gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan
kalsium. Rasa mual selama masa hamil dapat
mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat
menimbulkan karies gigi (Kusmiyati,2010;h.105).
(8) Pola Hidup Sehat
Informasi tentang pola hidup sehat klien akan
bermanfaat utuk mengidentifikasi bidang pendidikan
kesehatan yang dibutuhkan, aik saat ini maupun pada
masa pasca partum seperti kebiasaan merokok,
penggunaan alkohol, pengkonsumsian jamu, obat
terlarang, senam
(a) Penggunaan alkohol (obat-obatan sejenis)
Penggunaan alkohol dalam jumlah sedang dikaitkan
dengan meningkatnya resiko keguguran. Konsumsi

30
alkohol yang berlebihan selama kehamilan sering
kali mengakibatkan abnormalitas pada janin.
Penggunaan alkohol yang kronis selama kehamilan
dapat menimbulkan perkembangan janin yang
abnormal yang disebut sindrom alkohol janin (SAJ)
(Romauli, 2011;h. 111).
(b) Pengkonsumsian jamu
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi jamu
dikarenakan minum jamu merupakan kebiasaan yang
beresiko bagi wanita hamil, karena efek minum jamu
dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti
menimbulkan kecatatan, abortus, BBLR partus
prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin,
asfiksia neonatorum, kematian janin dalam
kandungan dan malformasi organ janin (Kusmiyati,
2010;h. 88). Menurut penelitian Dewi, dan Iwan
(2012) ibu yang selama hamil mengonsumsi jamu
mempunyai resiko 7 kali untuk melahirkan bayi
asfiksia dibandingkan ibu yang tidak mengonsumsi
jamu. Menurut Astuti (2012;h.131) jamu mempunyai
efek
i. Bagi janin : dapat membahayakan tumbuh
kembang janin, menimbulkan kecacatan,
abortus, BBLR, partus prematurus, kelainan
ginjal dan jantung, asfiksia neonatorum dan
kematian janin dalam kandungan.
ii. Bagi ibu : keracunan, kerusakan jantung, syok
dan perdarahan.
(c) Merokok
Menurut Romauli (2011;h. 112) merokok
selama hamil berkaitan dengan keguguran,

31
perdarahan vagina, kelahiran prematur dan BBLR
(200 gram lebih ringan dari bayi bukan perokok).
Wanita hamil merokok selama kehamilan maka
akan terpapar tiga zat yang dapat membahayakan
janinnya yaitu karbon monoksida yang bercampur
dengan haemoglobin dalam darah dapat
mengakibatkan jumlah oksigen yang tersedia bagi
bayi berkurang. Sianida adalah zat beracun, dan jika
bercampur dengan makanan bisa mengurangi
jumlah gizi bagi janin. Nikotin mengurangi gerakan
pernafasan fetus dan juga menyebabkan kontraksi
pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat
sehingga mengurangi jumlah oksigen yang sampai
ke janin. Wanita perokok juga dapat mengalami
komplikasi kehamilan seperti perdarahan
pervaginam, keguguran, tertanamnya plasenta pada
tempat yang tidak normal, pecah ketuban dini dan
persalinan prematur. (Rukiyah, 2009; h. 92)
h) Data Psikososial Dan Spiritual
Trimester ketiga biasanya disebut juga periode
menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar
menunggu kehamilan bayinya. Sering kali ibu merasa
khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa
dirinya aneh dan jelek. Selain itu, ibu juga merasa sedih
karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan
perhatian khususnya yang diterima selama kehamilan
(Hani,2010;h.69).
Data spiritual klien perlu ditanyakan apakah keadaan
rohaninya saat itu sedang baik atau sedang stress karena

32
suatu masalah. Wanita yang sedang hamil dan keadaan
rohaninya tidak setabil akan berpengaruh dengan
kehamilannya. (Walyani.2015;h.138).
Riwayat sosial ekonomi ibu dapat membantu
mengetahui sistem dukungan terhadap ibu dan pengambil
keputusan dalam keluarga sehingga dapat membantu ibu
merencanakan persalinannya yang lebih baik.
(Rukiyah,2009;h.147).
i) Data Pengetahuan
Menurut Joyce Robert dalam Varney, dkk (2007;h.554),
dalam Pengetahuan wanita hamil menentukan kebutuhan
belajar wanita tersebut, menggunakan urutan prioritas
berikut dalam memberikan informasi :
i. Informsi yang diberikan sebagai tanggapan terhadap
pertanyaan tertentu, masalah atau pengalaman seorang
wanita pada waktu tertentu selama kehamilannya.
ii. Informasi yang penting diketahui seorang wanita demi
kesehatan dan keamanan diri dan bayinya.
iii. Panduan antisipasi yang akan memfasilitasi upaya wanita
unruk menghadapi kehamilannya dan masalah atau aspek
terkait pelahirannya kelak secara realistis.
iv. Informasi tambahan yang berhubungan dengan kemajuan
kehamilan, kelahiran, dan kebijakan institusi yang dapat
membantu, tetapi tidak berkaitan dengan kebutuhan
wanita yang bersangkutan pada saat tersebut.
3) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum
Keadaan umum ibu baik, dikarenakan ibu
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan

33
dan orang lain, serta secara fisik ibu tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
(2) Kesadaran
Kesadaran pasien yaitu composmentis (kesadaraan
maksimal) (Sulistyawati,2009;h.175).
(3) Berat sebelum
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk
membuat rekomendasi penambahan berat badan pada
wanita hamil dan untuk membatasi kelebihan atau
kekurangan berat (Marmi, 2014;h. 163). Pada Trimester
III terjadi kenaikan berat badan sekitar 6 kg atau 0,3-0,5
kg per minggu. Sebesar 60% kenaikan berat badan ini
karena pertumbuhan jaringan janin (Romauli,2011;.
107). Penambahan pada TM III tidak boleh lebih dari 1
kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan. (Hani dkk,
2011; h.91). Berdasarkan Indeks Masa Tubuh Normal
(BMI 19,8 hingga 26,0 ), kenaikan berat badan yang
dianjurkan untuk ibu hamil sebanyak 11,5 – 16 kg.
(Varney, 2007 ;h. 548)
(4) Tinggi Badan
Ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 145 cm
terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi
karena kemungkinan besar memiliki panggul yang
sempit (Baety, 2012;h. 2).
(5) Lingkar Lengan Atas
Pengukuran dilakukan pada lengan atas bagian kiri. Lila
kurang dari 23,50 cm merupakan indikator kuat untuk
status gizi ibu yang kurang atau buruk, sehingga beresiko
untuk melahirkan BBLR (Romauli, 2011;h.173).
(6) Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berat Badan IMT Kenaikan BB

34
yang dianjurkan

Rendah < 19,8 kg/m2 12,5 – 18 kg

Normal 19,8 – 26 kg/m2 11,5 – 16 kg

Tinggi 26 – 29 kg/m2 7 – 11,5 kg

Sumber :(Varney,2007;h.548)
(7) Tanda vital
(a) Tekanan darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu
sistolikk 30 mmHg atau lebih, dan atau diastolik 15
mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut
menjadi preelamsi dan eklamsi. (Romauli, 2011;
h.173)
(b) Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama
hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut nadi
permenit (dpm) (Marmi, 2014; h.163).
(c) Pernafasan
Pernafasan untuk mengetahui fungsi sistem
pernafasan. Normalnya 16-24x/ menit.
(d) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36 - 37,5.
(Romauli, 2011; h.173)
(8) Pemeriksaan Fisik
(a) Status Present
Pemeriksaan dilakukan secara pandang, rabaan dan
dengan menggunakan bantuan alat :
Kepala : Mesocephal, rambut hitam, kulit
rambut bersih
Muka : simestris, tidak pucat, tidak oedema

35
Kelopak mata : tidak bengkak (Apabila kelopak
mata sudah bengkak, kemungkinan
terjadi preeklamsia berat)
Konjungtiva : merah muda, tidak pucat
Sclera : putih
Hidung : simetris, tidak ditemukan nafas
cuping hidung, tidak ditemukan polip
Mulut : simetris, bibir tidak kering, lidah
tidak stomatitis
Gigi : karies dentis
Telinga : simetris, tidak ditemukan serumen
Leher : pergerakan, tidak ditemukan
penmbengkakan kelenjar tiroid
Dada : simetris, datar, tidak ditemukan
retraksi dinding dada
Payudara : membesar, bersih, tidak ditemukan
benjolan abnormal
Abdomen : tidak ditemukan kembung, tidak
ditemukan benjolan abnormal
Kulit : turgor kulit baik, warna kemerahan
Punggung : tidak lordosis/ kifosis/ skoliosis
Vulva : tidak oedema dan varises
Anus : tidak hemoroid
Ekstremitas : simetris, sama panjang
(Baety,2012;h.4-5)
Reflek patella : normal ketika tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon ditekuk
(Romauli,2011;h.176)
(b) Pemeriksaan Obstetrik

36
Pemeriksaan obstetrik digunakan untuk mengetahui
kondisi pasien berkaitan dengan kehamilan/
persalinan. Pemeriksaan meliputi :
i. Inspeksi / Periksa Pandang
Periksa pandang dimulai semenjak bertemu
dengan pasien. Periksa pandang meliputi :
Muka : cloasma gravidarum, tidak oedema
dan pucat
Mammae : putting susu menonjol,
hioerpigmentasi areola, kolostrum
sudah keluar
Abdomen : Menegang/ mengendur, pembesaran
uterus sesuai usia kehamilan atau
tidak, striae dan linae gravidarum
(Baety,2012;h.5). Menurut Rukiyah
(2009:55) pada primigravida linea
nigra mulai terlihat pada bulan
ketiga, sedangkan pada multigravida
sering nampak striae livide bersama
dengan striae albikans.
Vulva : tidak ditemukan perdarahan, cairan
keputihan normal
(Baety, 2012; h.5)
ii. Palpasi
i) Leopold I
Bagian janin teraba tidak teratur, lebih besar
dan tidak sekeras kepala. Bagian tersebut tidak
dapat digambarkan dengan baik atau
digerakkan (mengindikasikan bokong janin).
TFU 36 minggu yaitu dua pertiga jarak antara
umbilikus dan prosesus xifoideus (tiga sampai

37
empat jari dibawah prosesus xifoideus), 38
minggu yaitu satu jari di bawah prosesus
xifoideus, 40 minggu dua sampai tiga jari di
bawah prosesus xifoideus jika janin sudah
masuk panggul (Varney, 2008;h.1055)
Tinggi fundus uteri Usia kehamilan

Setinggi prosesus 36 minggu


xifoideus
Dua jari ( 4cm) dibawah 40 minggu
prosesus xifoideus
Sumber: (Manuaba, 2010; h.100)

ii) Leopold II
Masa keras, cembung, halus dan resisten yang
memanjang dari bokong ke leher
(mengindikasikan punggung janin). Masa
kecil, menonjol, tidak teratur yang bergerak
ketidak ditekan (mengindikasikan bagian
kecil-kecil janin: tangan, kaki, lutut, siku).
iii) Leopold III
Bagian janin teraba bundar dan keras, mudah
digerakkan (mengindikasikan kepala janin).
Pada presentasi kepala, tidak akan mudah
digerakkan, terutama jika sudah turun. Apabila
kepala di atas panggul, akan mudah
digerakkan. (Varney, 2008;h.1059)
iv) Leopold IV
Sebagian kecil kepala turun ke dalam rongga
panggul (konvergen)
Separuh dari kepala masuk dalam rongga
panggul (sejajar)

38
Bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul dan ukuran terbesar kepala
sudah melewati PAP (divergen) (Mufdlilah,
2009; h.43)
v) TFU
Umur Kehamilan TFU dalam CM
36 Minggu 32 cm
38 Minggu 33 cm
40 Minggu 37,7 cm
Sumber: Sofian, 2012;h.41
vi) TBJ
Untuk menentukan TBJ menggunakan rumus
dari Jhonshon- Tausak: BB = (mD-12) x 155
BB = berat badan mD = jarak fundus- simfisis
uteri (Sofian,2012; h. 41). Taksiran berat janin
menggunakan rumus ini hanya berlaku untuk
janin dengan presentasi kepala. Bila kepala
belum masuk panggul maka dikurangi 12 dan
jika sudah masuk panggul dikurangi 11
(Astuti, 2012; h. 74). Menurut Marmi ( 2012;
h.8 )
iii. Auskultasi
Normal DJJ 120-160 kali permenit. DJJ
dibawah 100 x/menit mengindikasikan jantung
congenital, DJJ di atas 180 x/menit secara
terus-menerus dapat terjadi pada janin yang
mengalami kelainan akibat masuknya cairan
ke dalam dua atau lebih rongga pada jaringan
tubuh janin sehingga menyebabkan
ketidaksempurnaan pembentukan organ tubuh.
(Romauli,2011;h.179-180).

39
Puntum maksimum titik tertentu pada
dinding abdomen ibu, di mana suara DJJ
terdengar paling kuat. Biasanya rambatan
suara DJJ lebih mudah didengar melalui
dinding abdomen pada sisi yang sama dengan
punggung bayi (JNPK-KR,2014;h.41)
vi) Perkusi
Reflek Patella yaitu pemeriksaan dengan
menggunakan hammer ketuk tendon pada lutut
bagian depan. Bila reflek lutut negative
kemungkinan kekurangan B1, bila gerakan
berlebih tanda preeklampsia (Mufdlilah, 2009;
h. 21).

(c) Pemeriksaan penunjang


i. Kadar Haemoglobin
Pengambilan darah melalui jaringan perifer,
untuk mengetahui kadar haemoglobin dalam
darah. Tujuan dilakukan pemeriksaan
haemoglobin untuk mendetesi anemia. HB 11
gr% dikatakan tidak anemia. 9-10 gr% anemia
ringan, 7-8 gr% anemia sedang, < 7 gr% anemia
berat. (Rukiyah, 2009; h. 160).
Apabila kadar HB <11 gr/dL (pada trimester
I dan III) atau < 10,5 gr/dL (pada trimester II)
merupakan kondisi dimana terdapat kekurangan
sel darah merah (hemoglobin) pada ibu hamil
yang disebut anemia (Kemenkes RI,2013; h.160).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Lesilolo, dkk (2016) yang berjudul “Hubungan

40
pemberian tablet Fe dan ANC terhadap kadar HB
pada ibu hamil”, menyatakan bahwa
ii. Pemeriksaan protein urine
Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil
kearah preeklamsi (Walyani, 2015; h.81). Pada
pemeriksaan urine, protein urine dikatakan
normal apabila berwarna bening. (Hani,2010; h.
96)
iii. Pemeriksaan urine reduksi
Pemeriksaan urine reduksi bertujun untuk melihat
adanya glukosa dalam urine. Urine normal
biasanya tidak mengandung gluosa, bila dibakar
dan berwarna hijau atau biru berarti negatif
(Rukiyah,2009;h.162)
Langkah II Melakukan interpretasi data dasar
1) Diagnosa Kebidanan : Ditulis berdasarkan standar
nomenklatur kebidanan : Ny. X… umur… tahun… G…
P… A… umur kehamilan… minggu janin tunggal hidup
intra uteri, punggung kanan/kiri, presentasi kepala
sudah/belum masuk pintu atas panggul.
2) Masalah : Masalah pada ibu hamil TM III meliputi sakit
pinggang, nyeri epigastrium, sering berkemih, pusing,
obstipasi, lemah, sulit tidur, cemas menghadapi persalinan,
mulas, kurang informasi, tidak pernah melakukan
perawatan antenatal, kaki bengkak, kram kaki, keputihan,
belum siap menjadi ibu (Saminem, 2009; h. 27).
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis Atau Masalah
Potensial
Pada keadaan normal diabaikan (Saminem, 2009; h. 16-17).
Langkah IV : Melakukan Identifikasi Kebutuhan Akan
Tindakan Segera

41
Dalam keadaan normal diabaikan (Sulistyawati, 2009; h. 181).
Langkah V : Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Tanggal/jam :
1) Beritahu hasil pemeriksaan.
2) Berikan pendidikan kesehatan kebutuhan ibu hamil
(Sulistyawati, 2009; h. 182).
3) Berikan pendidikan kesehatan gangguan rasa
ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III (Sulistyawati,
2009; h. 182).
4) Berikan pendidikan kesehatan tanda bahaya kehamilan TM
III (Kemenkes, 2013; h. 31).
5) Anjurkan kunjungan ulang setiap minggu sejak usia
kehamilan 36 minggu sampai persalinan (Kemenkes, 2013; h.
22).
6) Dokumentasi asuhan yang telah diberikan.
Langkah VI : Melaksanaan Rencana Asuhan
Tanggal/jam :
1) Memberikan pendidikan kesehatan tentang
ketidaknyamanan Trimester III
a) Nyeri punggung bawah
Menurut Kusmiyati (2010;h.150) penyebab nyeri
adalah karena adanya hipertropi dan peregangan
ligamentum selama kehamilan, tekanan dari uterus pada
ligamentum.
b) Cara mengatasi nyeri punggung antara lain tekuk lutut
kearah abdomen, mandi air hangat, menggunakan bantal
pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika diagnosa
lain tidak melarang, menopang uterus dengan bantal
dibawahnya dan bantal diantara lutut pada waktu
berbaring miring.
c) Sering buang air kencing

42
Menurut Kusmiyati (2010; h.144) cara meringankan
sering buang air kencing yaitu menjelaskan mengenai
sebab terjadinya, kosongkan saat terasa dorongan untuk
kencing, perbanyak minum pada siang hari, jangan
kurangi minum di malam hari untuk mengurangi
nocturia, kecuali jika nocturia mengganggu tidur dan
menyebabkan keletihan, batasi minum bahan diuretika
alamiah: kopi, teh, cola dengan caffein.
d) Konstipasi
Menurut Kusmiyati (2010;h.148) Konstipasi diduga
terjadi akibat peningkatan kadar progesteron yang
menyebabkan peristaltik usus jadi lambat. Penurunan
mobilitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot halus.
Sedangkan menurut Romauli (2011;h.191) karena
uterus makin membesar dan menekan rektum sehingga
menyebabkan konstipasi.
Menurut Rukiah (2009;h.137-138) cara
meringankan atau mencegah konstipasi yaitu
meningkatkan intake cairan, serat di dalam diit; minum
cairan dingin/ panas (ketika perut kosong), istirahat
cukup, senam, membiasakan buang air secara teratur,
BAB segera setelah ada dorongan.
e) Hemoroid
Hemoroid disebabkan karena konstipasi, tekanan
yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena
hemoroida (Kusmiyati, 2010; h.147).
Cara meringankan atau mencegah hemoroid yaitu
hindari konstipasi; makan makanan berserat; gunakan
kompres es, kompres hangat atau sit bath; dengan
perlahan masukkan kembali ke dalam rektum jika perlu;

43
hindari BAB dengan jongkok (Kusmiyati, 2010; h.147-
148).
f) Sesak napas
Menurut Rukiah (2009;h.123) sesak nafas terasa
pada saat usia kehamilan lanjut ( 33-36 minggu ).
Disebabkan oleh pembesaran rahim yang menekan
daerah dada.
Cara meringankan atau mencegah sesak napas yaitu
menjelaskan penyebab fisiologisnya, dorong agar secara
sengaja mengatur laju dan dalamnya pernafasan pada
kecepatan normal ketika terjadi hiperventilasi, secara
periodik berdiri dan merentangkan lengan di atas kepala
serta menarik nafas panjang, mendorong postur tubuh
yang baik melakukan pernafasan intercostal, latihan
nafas melalui senam hamil, tidur dengan bantal
ditinggikan, makan tidak terlalu banyak, menghentikan
merokok (untuk yang merokok), konsul dokter bila ada
asma (Kusmiyati, 2010; h.147-148).
g) Varises
Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi
vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas
bagian bawah. Perubahan ini diakibatkan penekanan
uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita
tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena
kava inferior saat ia berbaring. Pakaian yang ketat
menghambat aliran vena balik dari ekstremitas bagian
bawah, atau posisi berdiri yang lama memperberat
masalah tersebut (Varney, 2007; h.540).
Cara meringankan atau mengatasi varises yaitu
tinggikan kaki sewaktu berbaring atau duduk, berbaring
dengan kaki ditinggikan 90 derajad beberapa kali sehari,

44
jaga agar kaki jangan bersilangan, hindari berdiri atau
duduk terlalu lama, istirahat dalam posisi bebaring
miring ke kiri, senam, hindari pakaian dan korset yang
ketat, jaga postur tubuh yang baik (Kusmiyati, 2010;
h.151-152).
h) Masalah tidur
Menurut Varney (2007;h.541) wanita hamil
memiliki tambahan alasan fisik sebagai penyebab
insomnia. Hal ini meliputi ketidaknyamanan akibat
uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama
kehamilan, dan pergerakan janin, terutama jika janin
tersebut aktif.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
insomnia diantaranya mandi air hangat, minum air
hangat (susu, teh tanpa kafein dicampur susu) sebelum
tidur, lakukan aktivitas yang menimbulkan stimulus
sebelum tidur, ambil posisi relaksasi.
i) Bengkak
Menurut Varney (2007;h.540) Edema dependen
pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian
bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan
uterus yang membesar pada vena-vena panggul saat
wanita tersebut duduk atau berdiri dan pada vena kava
inferior saat ia berada dalam posisi telentang. Pakaian
ketat yang mengahambat aliran balik vena dari
ekstremitas bagian bawah juga memperburuk masalah.
Edema akibat kaki yang menggantung secara umum
terlihat pada area pergelangan kaki dan kaki.
Cara penanganan edema dependen sebagai berikut :
hindari menggunakan pakaian ketat, elevasi kaki secara

45
teratur sepanjang hari, posisi menghadap ke samping
saat berbaring, penggunaan penyokong atau korset pada
abdomen maternal yang dapat melonggarkan tekanan
pada vena-vena panggul.
j) Kram kaki
Menurut Varney (2007;h.540) uterus yang
membesar memberi takanan baik pada pembuluh darah
panggul, sehingga mengganggu sirkulasi, atau pada
saraf sementara saraf ini melewati foramen obturator
dalam perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah.
Cara mengatasi kram kaki yaitu meminta wanita
meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya,
dorong wanita untuk melakukan latihan umum dan
memiliki kebiasaan mempertahankan mekanisme tubuh
yang baik guna meningkatkan sirkulasi darah.
2) Memberikan konseling tentang persiapan persalinan
Persiapan persalinan : hal ini dimaksudkan agar jika terjadi
sesuau hal yang tidak diinginkan atau persalinan maju dari
hari perkiraan, semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah
siap. Yang harus dipersiapkan untuk persalinan yaitu biaya
dan penentuan tempat serta penolong persalinan, anggota
keluarga yang dijadikan sebagai pengambil keputusan jika
terjadi sesuatu komplikasi yang membutuhkan rujukan, baju
ibu dan bayi beserta perlengkapan lainnya, surat-surat
fasilitas kesehatan, pembagian peran ketika ibu berada di
rumah sakit (Sulistyawati,2009;h.122)
3) Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan
Menurut Sulistyawati (2013;h.7) tanda masuk dalam
persalinan yaitu :
a) Terjadinya his persalinan
Karakter dari his persalinan :

46
(1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan
(2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan
kekuatan makin besar
(3) Terjadi perubahan pada serviks
(4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya
berjalan maka kekuatannya bertambah.
b) Pengeluaran lendir dan darah
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan
pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
pembukaan, pembukaan menyebabkan selaput lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas, terjadi
perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c) Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat
pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah,
maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam
24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka
persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu,
misalnya ekstraksi vakum, atau sectio caesaria.
Langkah VII : Hasil Asuhan Kebidanan Kehamilan
Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi
pasien dan keluarga yang meliputi pemulihan kondisi
pasien, peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan
pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan
diri, serta peningkatan kemandirian pasien dan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya (Sulistyawati,
2009; h.187)
b. Aplikasi Teori Asuhan Kebidanan Kunjungan Ulang
Catatan Perkembangan Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan
Kunjungan Selanjutnya
Nama : Tanggal :

47
Umur : Jam :

S Keluhan utama : Untuk mengetahui alasan klien datang (Mufdlilah, 2009; h. 11).

O 1. Pemeriksaan Umum :
a. Keadaan Umum : Normalnya baik (Kemenkes RI, 2013).
b. Kesadaran : Normalnya composmentis (Sulistyawati, 2009; h. 175).
c. TTV : Tekanan darah normalnya 90/60-120/80 mmHg, nadi normalnya 80-
100 x/menit, suhu normalnya 360-37,50C (Mandriwati, 2008; h. 55),
respirasi normalnya 16-24 x/menit (Marmi, 2012; h. 181).
d. Berat badan : Normalnya mengalami kenaikan 0,4-0,5 kg setiap minggu
(Mandriwati, 2008; h. 33).
2. Status Present : Pemeriksaan kepala, mata, mulut, hidung, leher, dada,
abdomen, vulva, ekstremitas, punggung, anus. Nilai normal dan penjelasan
sama seperti kunjungan awal, tetapi hasilnya bisa berbeda.
3. Pemeriksaan Obstetrik
a. Inspeksi : Muka, mammae, abdomen, genitalia. Nilai normal dan penjelasan
sama seperti kunjungan awal, tetapi hasilnya bisa berbeda.
b. Palpasi : Leopold I normalnya teraba bokong (Manuaba, 2007; h. 167),
leopold II normalnya teraba punggung dan ekstremitas janin (Sulistyawati,
2009; h. 90), leopold III normalnya teraba kepala sudah/belum masuk
panggul (Manuaba, 2007; h. 167), Leopold IV normalnya konvergen jika
sebagian kepala sudah masuk PAP, dan divergen jika seluruh kepala sudah
masuk PAP (Manuaba, 2007; h. 228). TFU normalnya usia kehamilan
dalam minggu ± 2cm (Kemenkes RI, 2013; h. 228).TBJ dihitung dengan
rumus Johnson.
c. Auskultasi : DJJ normalnya 120-160 x/menit (Mandriwati, 2008; h. 103).
d. Perkusi : Refleks Patella normalnya +/+ (Mufdlilah, 2009; h. 21).
4. Pemeriksaan Penunjang : Nilai normal dan penjelasan sama seperti kunjungan
awal, tetapi hasilnya bisa berbeda.
A 1. Diagnosa : Ny. X umur… tahun G… P... A... umur kehamilan … minggu janin
tunggal hidup intra uteri presentasi kepala/bokong punggung kiri/kanan
sudah/belum masuk PAP.
2. Masalah : Sesak nafas, insomnia, sering kencing, kontraksi braxton hicks, kram
kaki, oedema, varises, hemoroid (Pantiawati, 2010; h. 106-107).
3. Diagnosa potensial : Normalnya tidak ada
4. Kebutuhan segera : Normalnya tidak ada
P Tanggal/Jam :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan ibu dan janin.
2. Memotivasi ibu untukmemenuhi kebutuhan ibu hamil dengan baik
(Sulistyawati, 2009; h. 182).
Hasil : Ibu memahami mengenai kebutuhan ibu hamil.
3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai persiapan persalinan dan tanda-
tanda persalinan (Kemenkes RI, 2013; h. 31).
Hasil : Ibu memahami tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan.
4. Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang setiap 1 minggu lagi
atau bila ada keluhan (Kemenkes RI, 2013; h. 22).
Hasil : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.
5. Mendokumentasikan hasil tindakan.
Hasil : dokumentasi sudah dilakukan

48

Anda mungkin juga menyukai