Anda di halaman 1dari 12

Dengankeluarnya tiga paket perundang-undangan di bidang keuangannegara, yaitu uu 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara, UU no 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU
No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggung jawab Keuangan Negara.
Secara singkat,pengertian administrasi keuangan menurut para ahli ter agimenjadi dua
1. pengelolaan keuangan,pengertian ini adalah pengertian administrasikeuangan secara
luas.dalam pengertian ini terkandung proses pengaturan
serta penetapan kebijakan yang berkaitan dengan pengadaan maupun pemanfaatankeuangan
sehingga tugas-tugas pokok "rganisasi dapat terwujud secara efektif dan efisien.).
2.tata usaha keuangan.ini adalah pengertian keuangan dalam arti sempit. pengertian ini berarti ba
hwa adminstrasi keuangan berkaitan dengan proses- proses menerima, menyimpan, serta mengel
uarkan uang dengan aktivitas penatabukuan. aktifitas ini dilaksanakan berdasarkan ketentuan yan
g sedang berlaku.
menurut The liang gie administrasi keuangan adalah proses
pengurusan atau penyelenggaraan penyediaan dan penggunaan uang dalam setiap usahakerjasam
a sekelompok manusia untuk tercapainnya suatu tujuan. proses ini
tersusun dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pengganggaran (budgeting), pembukuan (accounting)
dan pemeriksaan keuangan (auditing).
A. KEUANGAN DAERAH
keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan Daerahyang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaanlain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam APBD.

Keuangan Daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1 Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah adalah seagai berikut :
"Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang
dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut".
Berdasarkan pengertian tersebut unsur pokok keuangan daerah terdiri atas:

 Hak Daerah
 Kewajiban Daerah
 Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut.

Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang melekat pada daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam usaha pemerintah
daerah mengisi kas daerah.

Hak daerah tersebut meliputi antara lain :


1. Hak menarik pajak daerah (UU No. 18 Tahun 1997 jo UU No. 34 Tahun 2000).
2. Hak untuk menarik retribusi/iuran daerah (UU No. 18 Tahun 1997 jo UU No. 34 tahun
2000).
3. Hak mengadakan pinjaman (UU No. 33 tahun 2004 ).
4. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat (UU No. 33 tahun 2004).

Kewajiban daerah juga merupakan bagian pelaksanaan tugas-tugas Pemerintahan pusat


sesuai pembukaan UUD 1945 yaitu:

1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


2. memajukan kesejahteraan umum,
3. mencerdaskan kehidupan bangsa,

ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan

2.3 Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah

Devas (1989) mengemukakan bahwa tujuan utama dari pengelolaan keuanagan daerah adalah:

1. Pertanggung jawaban. Pemerintah daerah harus mempertanggung-jawabkan tugas


keuangannya pada lembaga yang sah.
2. Mampu memenuhi kewajiba.keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa
sehinggamampu melunasi semua ikatan keuangan jangka pendek dan jangka panjang.
3. Kejujuran. Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai yang jujur.
4. Hasil guna dan daya guna kegiatan daerah. Tata cara mengurus keuangan daerah harus
sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk mencapai tujuan pemerintah
daerahdengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu secepat-cepatnya.
5. Pengendalian petugas keuangan pemerintahan daerah, dewan perwakilanrakyat daerah dan
petugas pengawas harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut di atas
tercapai mereka harus mengusahakan agar selalu mendapat Informasi yang diperlukan
untuk memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran, dan untuk membandingkan
penerimaan dan pengeluaran dengan rencana dan sasaran.

Menurut Tjahjanulin Domai (2002) tujuan pengelolaan keuangan daerah adalah :

1. Memanfaatkan semaksimal mungkin sumber-sumber pendapatan suatu daerah.


2. Setiap anggaran daerah yang dibuat / disusundiusahakan perbaikan-perbaikan dari
anggarandaerah sebelumnya.
3. Sebagai landasan formal dari suatu kegiatanyang lebih terarah dan teratur dan
memudahkanuntuk melakukan – pengawasan.
4. Memudahkan koordinasi dari masing-masing institusi dan dapat diarahkan sesuai dengan
apayang diprioritaskan dan dituju oleh PemerintahDaerah.
5. Untuk menampung dan menganalisa sertamemudahkan dalam pengambilan keputusan
tentang alokasi pembiayaan terhadap proyek-proyek atau kebutuhan lain yang diajukan
olehmasing-masing institusi.

Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas Tjahjanulin Domai ( 2002 ) mengatakan ada beberapa
prinsip dalam mengelola keuangan daerah yaitu :

1. Akuntabilitas : adalah kewajiban bagipengelola keuangan daerah untuk bertindak selaku


penanggung jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijaksanaan yang
ditetapkannya.
2. Tranparansi : yaitu dapat diketahui olehbanyakpihakmengenai pengelolaan keuangan
daerah dengan kata lain segala tindakan dan kebijakan harus selalu dilaksanakan secara
terbuka dan diketahui oleh umum.
3. Keterbukaan pemberian informasi secaraterbuka baik terhadap saran maupun kritikdari
masyarakat.
4. Aturan Hukum : pengelolaan keuangan daerah berdasarkan Undang-Undang,Peraturan
pemerintah, Peraturan Daerah yang telah ditetapkan.

B. PENGELOLA

Ada para pejabat – pejabat tertentu yang mengelola keuangan daerah, yaitu :

1. Koordinator Pengelola Keuangan Daerah ( Koordinator PKD )

2. Pejabat Penelola Keuangan Daerah ( PPKD )

3. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang ( PPA/PB)

4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ( PPTK )

5. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD )

6. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

Berikut ini adalah uraian tentang tugas – tugas para pejabat pengelola keuangan daerah tersebut, yaitu :
1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kepala daerah
ini mempunyai wewenang dalam menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah,
menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang, menetapkan bendahara, menetapkan pejabat
yang bertugas dalam melakukan pemugua penerimaan daerah.
2. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah membantu kepala daerah
menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggara urusan pemerinth daerah termasuk
penglolaan keuangan daerah. Sekretaris daerah mempunyai tugas, koordinasi diantaranya ialah
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
pengelolaan barang daerah, penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD dan lain –
lain. Selain mempunyai tugas koordinasi, Sekretaris Daerah juga mempunyai tugas memimpin Tim
Anggaran Pemerintah Daerah, Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD, menyiapkan pedoman
pengelolaan barang daerah.
3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah ( SKPKD ) selaku pejabat pengelola keuangan
daerah mempunyai tugas dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan

daerah, menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD, melaksanakan fungsi Bendahara
Umum Daerah ( BUD ), melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah dan lain – lain.
4. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) selaku pejabat Pengguna Anggaran Barabg ( PPA/PB)
mempunyai tugas yaitu menuysun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD ( RAK-SKPD ), menyusun Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD ( DPA-SKPD ), melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
atas beban anggaran belanja dan lain – lain. Selain itu, pejabat Pengguna Anggaran Barang bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dalam melaksanakan tugas – tugasnya dapat
melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Kepala Unit Kerja pada SKPD selaku Kuasa Pengguna
Anggaran/Kuasa.
5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Daerah SKPD
PPTK bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang atau
kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang yang telah menunjuknya. Tugas – tugas tersebut
ialah mengendalikan pelaksanaan kegiatan, melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan dan
menyiapkan dokumen anggaran atas bebab pengeluaran pelaksanaan kegiatan yang mencakup
dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan
pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang – undangan.
6. Pejabat Penatausahaan Kauangan SKPD
Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran ( SKPD (DPA-SKPD),
kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD). PPK-SKPD mempunyai tugas, yaitu :
a. Meneliti Surat Permintaan Pembayaran Langsung pengadaan barang dan jasa yang disampaikan
oleh bendahara pengeluaran dan diketahui oleh PPTK,
b. Meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan, Surat Permintaan
Pembayaran Ganti Uang Persediaan, Surat Permintaan Pembayaran Tambah Uang Persediaan dan gaji
tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang –
undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran.
PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
negara/daerah bendahara dan/atau PPTK.
7. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional baik secara langsung
maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan
penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan serta membuka
rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh
Bendahara Penerimaan Pembantu dan/atau Bendahara Pengeluaran Pembantu.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

C. PENDAPATAN

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang meliputi rekening Kas Umum Daerah, yang
menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan Daerah terdiri atas :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain – lain PAD yang sah yang meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan, hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa
giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi, dan lain – lain.

b. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

c. Lain – lain pendapatan daerah yang sah

Lain – lain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana darurat dan lain – lain pendapatan yang
ditetapkan oleh pemerintah.

2. Belanja Daerah

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekitas
dana lancar yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang – undangan.

Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar
kepada masyarakat yang wajib dioselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sedangkan urusan pilihan
adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakt sesuai kondis, kekhasan dan potensi keunggulan daerah.

Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan yang terdiri
dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, bunga, subsidi, hiobah, bantuan sosial,
dan lain – lain. Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara digunakan untuk pelayanan umum,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan serta fasilitas umum dan lain – lain.

3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun – tahun
anggaran berikutnya.

Penerimaan pembiayaan mencakup : SilPAtahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan pinjaman dan
pemberian pinjaman.

Pengeluaran pembiayaan mencakup : pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah


daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman.

A.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


an APBD
Menurut Undang-undang no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBD
merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan
daerah. APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.
APBD adalah daftar terperinci mengenai pendapatan dan pengeluaran daerah dalam
waktu satu tahun yang telah disyahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

APBD
APBD yang disusun oleh setiap pemerintah daerah memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi otorisasi
APBD sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menjalankan pendapatan dan belanja untuk
masa satu tahun.
Fungsi Perencanaan
APBD merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan
penyelenggaraan pemerintah daerah pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi Pengawasan
APBD merupakan pedoman bagi DPRD, BPK, dan instansi pelaksanaan pengawasan lainnya
dalam menjalankan fungsi pengawasan.
Fungsi Alokasi
Sumber-sumber penerimaan APBD digambarkan dengan jelas untuk dialokasikan sebagai
pembelanjaan yang harus dilaksanakan pemerintah daerah.
Fungsi Distribusi
Pembelanjaan APBD disesuaikan dengan kondisi setiap daerah dengan mempertimbangkan asas
keadilan dan kepatutan.
APBD
APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran penyelenggaraan negara didaerah
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat.

nyusunan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD


a. Cara penyusunan APBD
Penyusunan APBD melibatkan Tim Anggaran Eksekutif Pemerintah Daerah
(Sekretaris Daerah, BAPPEDA, dan pihak-pihak lain yang dianggap perlu) dan Panitia Anggaran
DPRD yang anggotanya terdiri atas tiap-tiap fraksi di DPRD.
APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan, antara lain:
1) Pemerintah daerah menyusun Rancangan Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
2) Pemerintah daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas bersama antara pemerintah
daerah dan DPRD.
3) RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD melalui Peraturan Daerah untuk
dilaksanakan.
b. Pelaksanaan APBD
APBD yang telah disahkan oleh DPRD menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk
melaksanakannya. Semua pengeluaran daerah harus didasarkan pada:
1) Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA)
2) Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA)
3) Surat Perintah Pembayaran (SPP)
4) Surat Keputusan Otorisasi (SKO)
c. Pengawasan Pelaksanaan APBD
Pengawasan pelaksanaan APBD terdiri dari:
1) Pengawasan ekstenal
Adalah pengawasan pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh DPRD dan BPK.
2) Pengawasan internal
Adalah pengawasan pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri melalui
instansi-instansi dalam jajarannya.
d. Pertanggungjawaban APBD
Setiap tiga bulan pemerintah daerah melaporkan pelaksanaan APBD triwulan kepada DPRD, dan
setelah tahun anggaran berakhir pemerintah daerah mempertanggung-jawabkan seluruh
pelaksanaan APBD.

-sumber penerimaan pemerintah daerah


Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari:
a. Pendapatan asli daerah (PAD)
Adalah penerimaan yang diperoleh dari pungutan-pungutan daerah berupa:
1) Pajak daerah
2) Retribusi daerah
3) Hasil pengolahan kekayaan daerah
4) Keuntungan dari perusahaan-perusahaan milik daerah
5) Lain-lain PAD
b. Dana Perimbangan
Adalah dana yang dialokasikan dari APBN untuk daerah sebagai pengeluaran pemerintah pusat
untuk belanja daerah, yang meliputi:
1) Dana bagi hasil
Yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah sebagai hasil dari
pengelolaan sumber daya alam didaerah oleh pemerintah pusat.
2) Dana alokasi umum
Yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan sebagai wujud
dari pemerataan kemampuan keuangan antara daerah.
3) Dana alokasi khusus
Yaitu dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk mendanai kegiatan khusus daerah yang disesuaikan dengan prioritas nasional.
c. Pinjaman daerah
d. Penerimaan lain-lain yang sah, berupa:
1) Penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro dan pendapatan bunga
2) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
3) Komisi, penjualan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan barang atau
jasa oleh daerah.

nis pengeluaran pemerintah daerah


Belanja daerah terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Belanja Aparatur
1) Belanja Adminstrasi Umum
a) Belanja Pegawai
Belanja pegawai adalah semua pembayaran berupa uang tunai yang dibayarkan kepada pegawai
daerah otonom. Belanja pegawai terdiri dari:
 Gaji dan tunjangan lainnya
 Tunjangan beras
 Honorarium
 Uang lembur
 Upah pegawai harian tetap
 Biaya perawatan dan pengobatan pegawai
 Belanja pegawai lain-lain
b) Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk:
 Kantor
 Pembelian inventaris kantor
 Biaya pendidikan
 Biaya perpustakaan
 Biaya hansip
 Biaya pakaian dinas
 Pembelian peralatan dokter
 Pembelian alat-alat laboratorium
 Pembelian inventaris ruangan pasien
 Pembelian perlengkapan dapur rumah sakit
 Pembelian obat-obatan
 Pembelian bahan laboratorium
 Pembelian bahan percontohan, dll
c) Belanja Perjalanan Dinas
Belanja perjalanan dinas terdiri dari:
 Biaya perjalanan dinas
 Biaya perjalanan dinas tetap
 Biaya perjalanan dinas pindah
 Biaya pemulangan pegawai yang dipensiunkan
 Biaya perjalanan dinas lainnya
d) Belanja Pemeliharaan
Belanja pemeliharaan adalah semua pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan:
 Rumah dinas
 Asrama, mess dan sejenisnya
 Kendaraan dinas kepala daerah dan wakil kepala daerah
 Kendaraan dinas lainnya
 Inventaris kantor, dll

2) Belanja Operasi dan Pemeliharaan


Belanja operasi dan pemeliharaan terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja
perjalan dinas dan biaya pemeliharaan.

3) Belanja Modal
Belanja modal adalah belanja yang dikeluarkan untuk membeli/memperoleh modal seperti tanah,
mobil, alat-alat, dll.

b. Belanja Publik
Belanja publik terdiri dari belanja adminstrasi/umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan
belanja modal.

c. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan


Belanja daerah yang sumber dananya dari bantuan pemerintah pusat dari APBN berupa Dana Bagi
Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

d. Belanja Tak Disangka


Belanja tidak disangka adalah semua belanja yang tidak terduga selama tahun anggaran.
dan contoh APBD
a. APBD Kab. MakasarTahun 2003
URAIAN JUMLAH
dapatan 495.017.481
an asli daerah (PAD) 67.008.490
imbangan 395.054.965
pendapatan yang sah 32.954.025
nja 525.737.924
Daerah 102.555.669
nistrasi umum 80.595.080
asi dan Pemeliharaan 6.437.071
l 15.523.518
n Publik 423.182.254
nstrasi umum 303.852.200
asi dan Pemeliharaan 39.374.398
l 62.939.707
Hasil dan Bantuan Keuangan 16.515.947
isangka 500.000
(30.720.443.1
30.720.443
Surplus/Defisit 34.549.690
biayaan (3.829.247.6
an
ran

b. Realisasi APBD Kab. Klaten Tahun 2004


URAIAN JUMLAH
A. Pendapatan Daerah 501.906.042.896
1. Sisa lebih anggaran tahun lalu -
2. Pendapatan Asli Daerah 27.047.600.952
a. Pajak Daerah 10.291.535.387
b. Retribusi daerah 8.483.925.859
c. Laba BUMD 1.195.358.000
d. Lain-lain PAD 7.076.781.706
3. Dana Perimbangan 417.521.164.117
Bagi hasil pajak 24.408.273.496
Bagi hasil bukan pajak 737.890.621
Dana Alokasi umum 382.345.000.000
Dana Alokasi khusus 10.030.000.000
4. Pinjaman Daerah -
5. Lain-lain pendapatan yang sah/penerimaan dari propinsi 57.337.277.827
B. Belanja
1. Pengeluaran rutin/belanja aparatur 494.976.201.703
2. Pengeluaran pembangunan/belanja publik 116.655.469.216
C. Pembiayaan 384.320.732.487
1. Penerimaan (6.929.841.193)
2. Pengeluaran 15.886.341.243
22.816.182.436
B. Dampak APBN dan APBD terhadap perekonomian
APBN dan APBD merupakan program pembangunan nasional jangka pendek
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sehingga dapat mengendalikan perekonomian
nasional melalui program-program yang telah digariskan.
Dampak APBN dan APBD terhadap perekonomian adalah:
adi pembangunan di berbagai sektor
APBN merupakan pedoman bagi perekonomian yang bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian negara, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
b. Mempengaruhi rencana-rencana sektor swasta
Asumsi yang digunakan dalam APBN merupakan salah satu pertimbangan bagi investor dalam
menanamkan modalnya.
c. Berpengaruh dalam perdagangan internasional
Kebijakan pengaturan tarif pajak ekspor dilakukan untuk melindungi kepentingan produsen
dalam negeri, serta mengamankan neraca perdagangan internasional.
d. Sebagai alat politik fiskal
Pemerintah dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan guna mencapai
kestabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh
pemerintah disebut dengan kebijakan fiskal.

Menurut Richard Musgrave dampak APBN dan APBD akan mempengaruhi aspek sosial
ekonomis keuangan negara dan perekonomian bangsa, berupa:
pendapatan
Retribusi pendapatan dilakukan melalui penarikan pajak. Selanjutnya pajak tersebut digunakan
untuk keperluan peningkatan pendapatan masyarakat dalam bentuk pengeluaran negara yang
diberikan ke daerah-daerah .
n sumber-sumber
Pengenaan tarif pajak yang tinggi terhadap barang-barang tertentu menyebabkan terjadi proses
pengalihan sumber-sumber masyarakat. Produsen akan berpindah meningkatkan produksi
yang menghasilkan barang-barang dengan tarif pajak yang rendah. Pengenaan tarif pajak yang
tinggi terhadap barang–barang tertentu karena barang tersebut tidak dikehendaki peredarannya
dipasar oleh pemerintah.
n terhadap kegiatan ekonomi
Efek ekonomis terhadap keuangan negara dapat dilihat dari usaha pemerintah untuk
menstabilkan keadaan ekonomi.Sebagai contoh pada saat terjadi inflasi, pemerintah harus
mempengaruhi ekonomi nasional melalui APBN/APBD agar terjadi keseimbangan kembali
antara arus uang dengan arus barang yang beredar.

C.Kebijakan Anggaran
an Kebijakan Anggaran
Penyusunan APBN tidak lepas dari sasaran kebijakan keuangan pemerintah yang harus
menunjang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, kestabilan moneter, perluasan
kesempatan kerja, pelayanan umum dan lain-lainnya yang menyangkut peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Dengan demikian kebijakan anggaran diartikan sebagai kebijakan pemerintah untuk
mengatur APBN agar sesuai dengan arah dan laju pertumbuhan ekonomi yang diharapkan
dalam Program Pembanghunan Nasional.
Sebelum tahun 2001 prinsip penyusunan APBN adalah anggaran berimbang dinamis,
dimana jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan jumlahnya
diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2001 hingga sekarang prinsip anggaran
yang digunakan adalah anggaran defisit/surplus.
Penyusunan APBN mulai tahun 2005 telah menerapkan format baru, yaitu format
anggaran terpadu berdasar undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Format baru tersebut merupakan sistem penganggaran terpadu yang melebur anggaran rutin
dan pembangunan dalam satu format anggaran dengan tujuan mengurangi tumpang tindih
alokasi pengeluaran.

Kebijakan Anggaran
Untuk menentukan arah, tujuan, prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan
ekonomi agar sesuai Program Pembangunan Nasional yang pada gilirannya meningkatkan
kemakmuran masyarakat.

macam Kebijakan Anggaran


Kebijakan anggaran dapat dibedakan menjadi:
a. Anggaran Berimbang
Anggaran berimbang adalah suatu bentuk anggaran dimana jumlah realisasi pendapatan
negara sama dengan jumlah realisasi belanja negara. Kebijakan anggaran berimbang terjadi
pada masa pemerintahan orde baru.
b. Anggaran Defisit
Anggaran defisit berarti jumlah realisasi pendapatan negara lebih kecil dari realisasi
belanja negara. Mulai tahun 2000, dalam era reformasi pemerintah menerapkan kebijakan
anggaran defisit dalam menyusun APBN.
c. Anggaran Surplus
Anggaran surplus berarti jumlah realisasi pendapatan negara lebih besar dari realisasi
belanja negara.
d. Anggaran Dinamis
Anggaran dinamis adalah bentuk penyusunan anggaran dimana sisi penerimaan dari
tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, sehingga memungkinkan belanja negara juga
mengalami peningkatan.
8

Anda mungkin juga menyukai