Makalah Ini Diajukan Untuk Tugas Akhir Mata Kuliah Perspektif Global
NIM : 1107617132
Kelas : D/2017
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami hingga akhirnya makalah ini kami selesaikan
dengan lancar. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perspektif
Berwawasan Global. Selain itu kami menyusun makalah ini untuk menambah wawasan
mengenai terorisme.
Makalah ini kami telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
kami, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa karena kami masih dalam tahap
belajar. Oleh karena itu kami menerima saran ataupun kritikan dari segala pihak agar
makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam makalah ini kami
makalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 4
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 13
B. SARAN...................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terorisme bukanlah isu baru namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya
peristiwa serangan terhadap gedung World Trade Centre (WTC) di New York,
Amerika Serikat (AS) pada 11 September 2001. Tragedi ini mendorong munculnya
pemahaman baru tentang terorisme. Terorisme tidak lagi hanya dipahami sebagai
aksi kejahatan luar biasa yang bersifat nasionalistik dan teritorial, melainkan aksi
tersebut juga memiliki karakter ideologis yang berkorelasi dengan agama dan
AS. Tragedi ini berkembang sebagai isu global sebagai akibat dari kebijakan yang
dilancarkan untuk memerangi terorisme yang dikenal dengan Global War against
internasional untuk bekerja sama memerangi terorisme. Deklarasi “either you are
with us or against us” yang dinyatakan oleh Presiden AS George W. Bush tidak
memberikan pilihan lain bagi negara-negara di dunia selain hanya untuk bersikap
mendukung atau tidak ikut dalam aliansi AS dalam perang melawan teroris.
Sepertinya tidak ada satu negara pun yang bisa mengusik Amerika Serikat.
Ibaratnya satu jarum saja jatuh di wilayah negara adidaya satu-satunya ini,
1
mengherankan ketika dua gedung kembar yang legendaris itu luluh lantak, dunia
dihadapkan pada sebuah perang ‘massal’ melawan apa yang dikatakan Amerika
sudah dilakukan sepanjang sejarah dunia ini tercatat. Ahli sejarah Yunani
Xenophon, yang hidup pada tahun 431-350 SM, menulis mengenai efektivitas
senjata psikologis dalam melawan musuh,. seperti halnya propaganda yang tentu
saja lazim digunakan oleh terorisme masa kini. Beberapa kaisar Romawi kuno
dan eksekusi sebagai alat untuk mengancam lawan politiknya. Meneruskan catatan
sejarah di atas, Perang Sipil Amerika (1861-1865) juga tidak terlepas dan aktivitas
terorisme di mana para pejuang dari Selatan dengan organisasi Ku Klux Klan
Amerika Serikat. Lebih jauh lagi, setelah pertengahan abad ke-19, para pendukung
terorisme ini sebagai alat utama yang terbukti efektif dalam mencapai perubahan
politik dan sosial. Dalam kurun waktu dan tahun 1865 hingga 1905 tercatat
sejumlah raja, presiden, perdana menteri dan para pelaku pemerintahan terbunuh
2002 di Bali, Indonesia dan Bogota, Columbia pada tanggal 7 Februan 2003, telah
2
kemungkinan terorisme menghancurkan kedaulatan mereka. Secara tidak
langsung, Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang terkena tragedi ml,
dunia. Oleh karena itu, dimanfaatkan kembali perannya dalam berbagai organisasi
dunia, seperti NATO dan Dewan Keamanan PBB untuk menjaring kekuatan militer
dunia dan membawa opini publik dunia akan kejahatan kemanusiaan berupa
ide penyerangan terhadap berbagai negara yang dianggap sebagai sarang teroris.
Dukungan terhadap usaha ini dimiliki oleh Amerika baik dan beberapa rekan di
dalam NATO, calon anggota NATO, maupun Dewan Keamanan PBB sendiri.
sebuah konspirasi yang mampu membentuk satu legalitas bagi setiap tindakan
demi tujuan keamanan dan stabilitas dunia. Berangkat dan sudut pandang
demikian, tulisan ini akan melihat bagaimana teori konspirasi dapat diterapkan
untuk menganalisis peran PBB dalam menanggapi isu teronsme ini. Untuk
kepentingan tersebut, maka bagian kedua dalam tulisan ini akan mengelaborasi
teori konspirasi dari Karl Popper, sebelum akhirnya membahas bagaimana teori
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Menjadi referensi bacaan bagi yang ingin mengetahui tentang isu terorisme dan
konspirasi.
2. Menjadi referensi untuk membedakan tindakan apa yang termasuk terorisme
atau bukan.
3. Menjadi referensi bagi mahasiswa dalam mengembangkan isu-isu terorisme
sehingga dapat melakukan tindakan preventif dan menjadi mahasiswa yang
kritis.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Terorisme
Kata “teroris” (pelaku) dan terorisme (aksi) berasal dari kata latin ’terrere’
yang kurang lebih berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Kata ‘teror’ juga
bisa menimbulkan kengerian. Tentu saja, kengerian dihati dan pikiran korbannya.
Akan tetapi, hingga kini tidak ada defenisi terorisme yang bisa diterima secara
dengan terorisme adalah penggunaan teror secara sistematis atau kekerasan yang
oleh berbagai organisasi politik, baik aliran kanan maupun kiri, para pejuang
nasionalis dan etnis tertentu, para pejuang revolusi, kekuatan militer suatu negara
maupun polisi, dan bahkan oleh pemerintahan negara tertentu. Hampir serupa
dengan uraian di atas, secara resmi terorisme yang didefinisikan oleh Amerika
5
B. Karakteristik Terorisme
kesehatan atau keselamatan publik tertentu bagi publik atau didesain secara
3. Penggunaan atau ancaman dibuat dengan tujuan politik, agama atau ideologi;
sebagai berikut:
1. Terorisme dapat didasarkan pada motivasi yang bersifat politis maupun non-
politis;
2. Sasaran yang menjadi objek aksi terorisme bisa sasaran sipil (supermarket,
mall, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya) maupun
6
C. Bentuk-bentuk Terorisme
kejahatan nasional Amerika) dalam The Report of the Task Force of the on
politik;
dimana para pelaku lebih tertarik kepada uang tebusan daripada motivasi
politik;
4. Terorisme politik terbatas, diartikan sebagai teroris, yang memiliki motif politik
dan ideologi, namun lebih ditujukan dalam mengendalikan keadaan (Negara).
(vadetta-type executions);
mengendalikan masyarakatnya.
7
D. Pengertian Teori Konspirasi
Salah satu filsuf dunia yang membahas teori konspirasi adalah Karl R.
Popper. Dalam buku kedua dari The Open Society, and Its Enemies, The High
Tide of Prophyec: Hegel and Marx, and The Aftermath Popper secara panjang
lebar membahas dalain bab berjudul The Autonomy of Sociology perihal apa
dan fenomena sosial terdiri dan keberadaan fenomena itu sendiri dan orang
fenomena sosial yang tipikal. Konspirasi menjadi penting karena setiap mdividu
yang secara penuh percaya bahwa mereka tahu betul bagaimana menciptakan
kegagalan mereka merekayasa ‘surga’ dunia karena intensi jahat dari setan-
dalam praktiknya. Pemikiran Popper yang berasal dan asumsi Marx mengatakan
dalam menjelaskan berbagai situasi yang terjadi di dunia ini. Salah satu ilmuwan
8
lainnya yang juga berusaha menjelaskan kembali teori konspirasi dan sisi lain
adanya teori konspirasi ini, Popper sebenarnya telah mengatakan bahwa solusi
dan fenomena tersebut adalah melihat secara jelas kelompok yang berada di
diduga menjadi otak dan peristiwa 11 September 2001, maka pada tanggal 20
9
ii
International Security Assistance Force. Alasan pembentukan badan ini adalah
Taliban yang dipimpin oleh Osama bin Laden, yang hal ini bertentangan dengan
Sekali lagi patut dilihat bahwa sesuai dengan teori Popper tentang
kepentingan untuk menjalankan kewajibannya, namun tentu saja hal ini harus
bukanlah suatu hal yang mengherankan apabila prinsip universalis HAM PBB ini
tidak sejalan dengan kepentingan negara lain yang juga merasa berkepentingan
dalam menciptakan perdamaian dan kestabilan dunia. Dan situasi ini terlihat
Kepentingan Amerika Serikat jelas, kerugian dan nama baik, belum lagi
perasaan malu sebagai sebuah negara adidaya yang diserang di depan muka
Hal itulah yang terjadi dalam perang melawan terorisme yang saat ini.
PBB merupakan entitas yang mampu menjadi wadah dan semua aspirasi dan
10
memiliki kewenangan untuk merealisasikan setiap ide yang tidak bertentangan
konspirasi itu, ada dua kemungkinan keberadaan entitas lain, entitas yang turut
merniliki kapabilitas dan kepentingan yang sama untuk menjadi bagian dan
konspirasi, atau entitas konspirasi lain. Sehingga friksi yang terjadi antara dua
konspirasi ini semakin besar dan semakin sulit bagi kedua konspirator untuk
yang memegang peranan penting dalam suatu kancah global saat ini. Majelis
pada tanggal 8 September 2006. Strategi ini adalah instrumen global yang unik
terorisme.
terorisme tidak dapat diterima dalam semua bentuk dan manifestasinya tetapi
11
juga memutuskan untuk mengambil langkah-langkah praktis secara individual
untuk melawan ancaman teroris hingga koordinasi yang lebih baik terhadap
Anggota. Tinjauan keempat Strategi ini terjadi pada bulan Juni 2014
kompilasi tindakan yang diambil oleh Negara Anggota dan entitas PBB untuk
melawan terorisme.
manusia untuk semua dan aturan hukum sebagai dasar fundamental untuk
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
merupakan sebuah fenomena sosial yang tipikal. Dari peristiwa 9/11 dengan
konspirasi politik di dalamnya untuk menekan sebuah negara berkembang. Hal ini
Semenjak saat itu, PBB memfokuskan diri pada terorisme. Kasus tersebut diusut
sampai menemukan benang merahnya, namun karena PBB juga terpengaruh oleh
kekuasaan negara adidaya tersebut maka hasil yang di dapat tidaklah maksimal
B. Saran
Seperti yang dikatakan Popper, solusi dan fenomena tersebut adalah melihat
kritis dalam menghadapi isu-isu yang terjadi, jangan sampai salah persepsi hanya
13
DAFTAR PUSTAKA
Easson, Joseph J. dan Alex P. Schmid. 2011. “Appendix 2.1 250-plus Academic,
Hadiprayitno, Irene. 2003. Terorisme dan Teori Konspirasi: Tinjauan terhadap Peran
PBB. Depok: Jurnal Politik Internasional Global Universitas Indonesia Vol. 5, No.2
Harris, D.J. 1998. Cases and Materials on International Law, London: Sweet and
Maxwell.
Hoffman, Bruce. 1998. Inside Terrorism. New York: Columbia University Press.
Morgan, Matthew J. 2004. The Origins of the New Terrorism. London: Parameters.
Pillar, Paul R. 2001. “Terrorism Goes Global: Extremist Group Extend their Reach
Popper, K.R.. 1973. The Open Society and Its Enemies: Vol II, The High Tide of
https://www.un.org/counterterrorism/ctitf/en/un-global-counter-terrorism-strategy
Wuryandari, Ganewati. 2014. Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi Isu
Terorisme Internasional. Jakarta: Jurnal Tantangan Politik Lokal Pasca SBY Vol.11, No.
2.
14