Anda di halaman 1dari 4

RUMAH SAKIT UMUM PROSEDUR

DAERAH KOTA SABANG IDENTIFIKASI BAHAYA DAN MANAJEMEN RESIKO


JL. T. UMAR No. 21

NO.
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
00 1/1
369/K3/2018

Ditetapkan,
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
Tanggal Terbit DAERAH KOTA SABANG
STANDAR PROSEDUR 30 Juli 2018
OPERASIONAL

dr. Abdul Muhaimin,M.Sc,. Sp.B, (K)Onk


NIP. 19741216 200504 1 001
1.Identifikasi Bahaya.
Adalah tahapan dari manajemen resiko yang
dilakukan untuk mengetahui jenis bahaya yang
ada dalam suatu kegiatan tertentu.
2. Analisa Bahaya.
Adalah tahapan dari manajemen resiko yang
dilakukan untuk mengetahui jenis resiko yang
dapat terjadi dari bahaya yang sudah
teridentifikasi.
3. Evaluasi Resiko.
Adalah tahapan dari manajemen resiko yang

PENGERTIAN dilakukan untuk mengetahui akibat dari resiko


terhadap manusia, alat dan lingkungan.
a. Pengendalian Resiko.

Adalah suatu tahapan dari manajemen resiko


yang dilakukan untuk mengendalikan resiko yang
ada sehingga tidak menimbulkan kerugian.
b. Monitoring dan Evaluasi.

Adalah tahapan dari manajemen resiko yang


dilakukan secara periodik untuk memantau
efektifitas tindakan pengendalian yang dilakukan
RUMAH SAKIT UMUM PROSEDUR
DAERAH KOTA SABANG IDENTIFIKASI BAHAYA DAN MANAJEMEN RESIKO
JL. T. UMAR No. 21

NO.
NO. REVISI HALAMAN
DOKUMEN
00 2/3
369/K3/2018

Ditetapkan,
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
Tanggal Terbit DAERAH KOTA SABANG
STANDAR PROSEDUR 30 Juli 2018
OPERASIONAL

dr. Abdul Muhaimin,M.Sc,. Sp.B, (K)Onk


NIP. 19741216 200504 1 001

Sebagai pedoman dalam melakukan Manajemen


Resiko di tempat kerja sehingga diharapkan dapat
:
1. Mencegah atau mengurangi :
1.1. Cidera pada pekerja.
1.2. Gangguan pada kesehatan.
1.3. Polusi dan hazard.
1.4. Penghentian aktifitas perusahaan.
1.5. Kecelakaan kerja.
TUJUAN
2. Membuat dan mengevaluasi tentang :
2.1. Kebijakan K3.
2.2. Kepatuhan terhadap perundangan dan
peraturan K3.
2.3. Evaluasi dan analisa semua kecelakaan.
2.4. Good houskeeping.
2.5. Kontrol bahaya kesehatan.
2.6. Pelayanan kesehatan kerja.
2.7. Penyediaan alat pelindung diri bagi
pekerja.
2.8. Keberadaan tenaga ahli K3.
2.9. Penggunaan dan pelaksanaan pedoman
dan manual K3.
2.10. Peraturan K3 bagi kontraktor dan
pelaksanaannya.

1. Permenaker RI No. Per.05/Men/1996, tentang Sistim


KEBIJAKAN Manajemen K3.

1. Lakukan Identifikasi Bahaya dengan langkah


sebagai berikut:
1.1. Lakukan identifikasi terhadap bahaya apa
yang dapat timbul dari suatu kegiatan yang
dilakukan.
1.2. Kelompokan bahaya tersebut ke dalam
kelompok :
a. Bahaya yang bersifat Fisik.

b. Bahaya yang bersifat Kimia.

c. Bahaya yang bersifat Ergonomik.

d. Bahaya yang bersifat Psikologik.

PROSEDUR 1.3. Rumuskan mengapa dan bagaimana


bahaya tersebut dapat terjadi.
1.4. Pendekatan yang dilakukan untuk
melakukan identifikasi bahaya ini dapat
dengan cara menggunakan checklist,
menetapkan langsung berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman, analisa
sistem atau melalui brain storming dengan
pelaksana kegiatan tersebut dilapangan.
2. Lakukan Analisa Bahaya.
2.1. Tujuan dari analisa bahaya ini adalah
untuk memisahkan resiko yang dapat
diterima dan resiko yang memerlukan
tindak lanjut berupa
pengamanan/pengendalian.
2.2. Menetapkan kemungkinan
kejadian/probability dan konsekuensi
yang dapat ditimbulkan dari bahaya yang
ada.
2.3. Untuk menghindari bias dalam
menentukan probability dan konsekuensi
harus memperhatikan beberapa sumber
informasi yang dapat membantu,
diantaranya: catatan kejadian terdahulu,
literatur terkait, laporan hasil penelitian
ahli.
2.4. Menggunakan tehnik analisa secara
kualitatif untuk menentukan level bahaya
yang ada.

1. Satuan Pengawas Inrternal


2. Komite Medik
3. Staf Medis Fungsional
4. Ka. Bidang Medik dan Keperawatan
5. Bagian Administrasi, Umum dan Keuangan
6. IGD
UNIT TERKAIT 7. IRNA
8. IRJ
9. IBS
10. Instalasi Farmasi, Laboratorium dan
Radiologi

Anda mungkin juga menyukai