Disusun Oleh:
Pembimbing
Journal Reading
Judul
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya periode 11
Desember – 28 Desember 2017.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan journal reading dengan judul “Kandidiasis Oral: Hubungan dengan
Penyakit Sistemik dan Medikasi” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg.Galuh
Anggraini, MARS selaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian journal reading
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Journal Reading ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat,
amin.
Penulis
KANDIDIASIS ORAL : HUBUNGAN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK DAN
MEDIKASI
Xiaozhu Chu1
1University of Pittsburgh, School of Dental Medicine
Abstrak
Latar Belakang: Kandidiasis oral hingga saat ini merupakan infeksi fungal paling sering pada
manusia, yang disebabkan karena organisme Candida albicans. Ketika pejamu memiliki
imunitas yang lemah akibat penyakit lainnya atau suatu kondisi, C. albicans, yang biasanya
merupakan bagian dari flora oral normal, dapat berubah menjadi patogen dan menginvasi
jaringan pejamu dan menyebabkan infeksi. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk menginvestigasi
peran dari penyakit sistemik dan medikasi terhadap perkembangan dari kandidiasis oral.
Metode: Total 12 kasus kandidiasis oral didapatkan dari University of Pittsburgh School of
Dental Medicine Dental Registry and DNA Repository. Penyakit sistemik dan medikasi
dianalisis secara deskriptif. Hasil: 50% subjek memiliki lebih dari dua penyakit sistemik.
Penyakit dengan prevalensi terbanyak adalah penyakit mental (50%), penyakit kardiovaskular
(41,7%), dan penyakit sistem respirasi (33,3%). 50% subjek sedang dalam terapi polifarmasi
dan 75% subjek sedang dalam pengobatan yang dapat berkontribusi terhadap kandidiasis oral.
Diantara obat-obatan yang diberikan, antidepresant dan kortikosteroid inhalasi memiliki
potensial tinggi untuk menyebabkan kandidiasis oral. Kesimpulan: Kandidiasis oral memiliki
hubungan dengan penyakit sistemik yang diderita dan konsumsi obat, terutama obat-obatan
yang dapat menimbulkan xerostomia. Seiring dengan peningkatan jumlah penyakit sistemik
dan medikasi, resiko untuk kandidiasis oral juga dapat meningkat.
Pendahuluan
Kandidiasis hingga saat ini merupakan infeksi fungal paling sering pada manusia dan
memiliki bermacam-macam manifestasi klinis. Infeksi ini disebabkan oleh organisme yeast-
like fungi, Candida albicans. Seperti fungi patogen lainnya, C. albicans dapat berbentuk dalam
dua jenis – yeast dan hifa. Bentuk hifa dipercaya dapat menginvasi jaringan pejamu dan
menyebabkan infeksi1. C. albicans merupakan bagian dari flora normal pada mulut dan
prevalensi dari kandida oral pada populasi sehat diestimasi berada pada rentang 23% sampai
68%2. Kandidiasis awalnya hanya dianggap suatu infeksi oportunistik, namun saat ini
kandidiasis dapat ditemukanpula pada orang sehat. Meskipun demikian, sebagai hasil dari
interaksi kompleks antara pejamu dan organisme, persentase terbesar pasien dengan infeksi
kandida masih pada individu yang mengalami penurunan imunitas akibat penyakit lain dan
kondisi tertentu. Banyak faktor resiko yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya infeksi
kandidiasis oral, seperti autoimun kompromais, konsumsi tembakau, hiposalivasi, penggunaan
denture, penyakit sistemik, dan medikasi.
Autoimun kompromais
Sel T memiliki peran penting dapat pertahanan pejamu terhadap infeksi kandida.
Kandidiasis mukokutaneus kronis (termasuk kandidiasis oral) adalah infeksi fenotip pada
pasien dengan defisiensi sel T yang diturunkan atau didapat. Penelitian menunjukkan bahwa
sel Th17, dan juga sel lain yang mengekspresikan reseptor retinoic acid-related orphan γ T
(ROR γ T), memproduksi interleukin 17 (IL-17), yang memiliki peran penting dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi kandida pada manusia. Empat etiologi genetik, reseptor AR
IL-17 A, reseptor IL-17 C, dan defisiensi ACT1, serta defisiensi AD IL-17F adalah faktor
resiko yang dapat menyebabkan kandidiasis mukokutaneus kronis. Masing-masing dari defek
gen ini memiliki efek negatif langsung pada IL-17. Pasien dengan defek gen ini dapat
mengalami penurunan yang berat pada frekuensi sirkulasi IL-17 yang memproduksi sel T, atau
dapat menyebabkan terbentuknya autoantibodi penetral untuk melawan IL-17. Sehingga
menyebabkan kemampuan neutrofil untuk membunuh C. albicans terganggu dan kandidiasis
mukokutaneus oral dapat terjadi.3
Konsumsi tembakau
Merokok merupakan salah satu dari banyaknya fakotr yang dapat menjadi predisposisi
kandidiasis oral. Pada literatur disebutkan bahwa jumlah kandida oral pada perokok secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan pada bukan perokok. Selain C. albicans, spesies lain
seperti C. glabrata, C. dubliniensis, C. tropicalis juga berhubungan dengan merokok. Hal ini
dapat terjadi lebih berat pada orang dengan infeksi HIV. Dilaporkan bahwa perokok dengan
HIV positif 50 kali lebih mungkin terjadi infeksi kandida dibandingkan pada bukan perokok
dengan HIV positif. Namun, hal ini masih belum jelas, mengapa konsumsi tembakau dapat
menyebabkan peningkatan pada jumlah kandida. Meskipun demikian, pada beberapa studi
disebutkan bahwa merokok dapat menyebabkan alterasi lokalis pada epitelial, yang
memfasilitasi kolonisasi kandida. Hipotesis lainnya adalah rokok dapat memiliki faktor-faktor
nutrisi untuk C. albicans.4
Hiposalivasi
Salivasi adekuat dibutuhkan untuk kesehatan rongga mulut, karena memberikan bantuan
terhadap populasi mikrobial di mulut dan pada saat yang bersamaan mengandung produk
antimikrobial untuk mengkontrol populasi mikroba tersebut. Histatin 5 (Hst 5) adalah protein
saliva antimikrobial penting. Telah dibuktikan bahwa Hst 5 aktivitas antifungal yang poten dan
selektif. Setelah bergabung dengan molukel karier spermidine, Hst 5 secara signifikan
mematikan C. albicans.5 Penurunan sekresi saliva, seperti pada pasien dengan sindrom
Sjögren, dapat menyebabkan peningkatan signifikan kandida oral. Prevalensi kandida oral pada
sindrom Sjögren diperkirakan sebesar 68% hingga 100%, dibandingkan populasi normal
sebesar 23% hingga 68%.2
Pemakaian denture
Stomatitis denture diperkirakan merupakan suatu bentuk kandidiasis eritematosus dan
merupakan lesi inflamasi umum pada mukosa oral yang ditutupi denture. Studi epidemiologi
menunjukkan prevalensi dari stomatitis denture diantara pemakai denture adalah 15% hingga
lebih dari 70%. Faktor etiologis termasuk didalamnya higienitas denture yang buruk,
pemakaian removable dentures secara berkelanjutan atau pada malam hari, akumulasi dari
denture plaque, dan kontaminasi bakteri atau yeast pada permukaan denture. Seluruh hal ini
dapat meningkatkan kemampuan C.albicans untuk berkolonisasi di denture dan permukaan
mukosa oral, memberikan efek patogen.6
Penyakit sistemik
Banyak penyakit sistemik yang memiliki hubungan dengan kandidiasis oral. Penyebab
utama bersamaan dengan penurunan sekresi saliva, dapat menyebabkan penurunan konsentrasi
imunoglobulin di salica dan menurunkan efisiensi pertahanan humoral-mediated pejamu
melawan C. albicans. Untuk pasien dengan diabetes melitus, selain penurunan dari flow saliva,
tingginya kadar gula darah juga memiliki peran penting. Hal ini berhubungan dengan
menurunnya pH saliva dan memfasilitasi overgrowth dan kolonisasi kandida oral.7 Sebagai
infeksi oportunistik, kandidiasis oral juga berhubungan dengan penyakit sistemik spektrum
luas yang memsupresi autoimun pejamu.8
Medikasi
Banyak obat yang dapat menyebabkan perkembangan kandidiasis oral dalam berbagai
mekanisme. Aksi farmakologis pada antibiotik spektrum luas dapat merusak keseimbangan
diantara flora oral normal dan menyebabkan terjadinya overgrowth C,albicans. Obat seperti
kortikosteroid dapat mensupresi baik respon inflamasi nonspesifik atau imunitas sel T
mediated yang dapat memberikan predisposisi individu terhadap kandidiasis oral. Obat yang
memiliki efek xerogenic dan menyebabkan kandidiasis oral dengan menurunkan laju saliva.8
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk menganalisa 12 kasus yang didapat dari University of
Pittsburgh School of Dental Medicie Dental Registry and DNA Repository, dan inventigasi
lanjut pada penyakit sistemik dan medikasi yang berkontribusi terhadap terjadinya kandidiasis
oral.
Metode
Pada saat studi ini dimulai, 5.869 subjek dari University of Pittsburgh School of Dental
Medicie Dental Registry and DNA Repository dapat dianalisa. Sejak bulan September 2006,
semua pasien yang mencari pengobatan di University of Pittsburgh School of Dental Medicine
diundang untuk berpartisipasi dan diberikan written consent untuk memperbolehkan informasi
klinis mereka digunakan untuk keperluan penelitian. 12 kasus dengan kandidiasis oral
didapatkan dari 5.869 subjek. Dibandingkan dengan prevalensi estimasi dari kandida oral,
dengan rentang 23% hingga 68% pada populasi normal, jumlah 12 dari 5.869 subjek (0,2%)
tampak sangat sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena inkonsistensi dalam pelaporan lesi oral.
Dari 12 kasus dengan kandidiasis oral, data penyakit sistemik / kondisi medis terkini (pada saat
pemeriksaan), konsumsi harian medikasi yang diresepkan atau dibeli sendiri diperoleh dari
register. Jumlah total dari penyakit sistemik dan kondisi medik dihitung, dan semua medikasi
yang di kategorikan menggunakan sistem klasifikasi Anatomical Therapeutical Chemical
(ATC) yang diakui secara internasional, dan efeknya pada kebersihan mulut dan perawatan
gigi diperoleh dari Lexicomp Online for Dentistry (http://www.wolterskluwercdi.com/online-
for-dentristry/). Semua data kemudian dilakukan analisa deskriptif.
Hasil
Karakteristik dari 12 sampel dapat dilihat pada tabel 1. Dari 12 ksaus tersebut, hanya satu
partisipan (8,3%) yang tidak melaporkan adanya penyakit sistemik atau kondisi medik. Untuk
11 kasus lainnya, jumlah dari penyakit sistemik / kondisi medik yang dilaporkan oleh partisipan
bervariasi dari 1 hingga 8 (33,3% melaporkan lebih dari empat penyakit). Skor tertinggi dari
jumlah individu yang sakit ditemukan pada penyakit sistem neurologis (58,3%, N = 7)
termasuk depresi, epilepsi, dan gangguan bipolar; penyakit sistem kardiovaskular (41,7%, N =
5) termasuk hipertensi, denyut jantung ireguler, dan gagal jantung; dan penyakit sistem
respirasi (33,3%, N = 4) termasuk asma (grafik 1). Diagnosis yang jarang ditemukan yaitu pada
traktus gastrointestinal dan penyakit metabolik (penyakit hati dan diabetes, 25%, N = 3),
neoplasma (neuroblastoma dan kanker tenggorok tidak spesifik, 16,7%, N = 2), penyakit sistem
genitourinari (penyakit ginjal, 8,3%, N = 1), dan penyakit sistem muskuloskeletal (sendi
prostetik, 8,3%, N = 1).
Sejak pemakaian medikasi merupakan suatu faktor resiko penting dalam terbentuknya
kandidiasis oral, semua medikasi yang digunakan oleh subjek studi dianalisa dampaknya pada
lingkungan kavitas oral dan pengobatan gigi. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari
Lexicomp Online for Denstitry, semua medikasi dapat menyebabkan xerostomia, perubahan
pada saliva, infeksi kandida dilabelisasi sebagai “kemungkinan menyebabkan kandidiasis
oral”. 63 medkasi yang masuk kedalam 22 kategori berdasarkan sistem klasifikasi Anatomical
Therapeutic Chemical (ATC). Diantara katogeri predominan, antidepresan memiliki 10
medikasi, dan semua dapat berpengaruh terhadap pembentukan kandidiasis oral. Hal ini juga
diikui oleh obat untuk penyumbatan saluran napas dan analgesik, dengan rentang 5 dari 0
(55,5%) dan 2 dari 7 (28,6%) medikasi, masuk ke dalam kategori “kemungkinan menyebabkan
kandidiasis oral”. Kategori lainnya, termasuk medikasi yang dapat berpengaruh pada
kandidiasi oral, termasuk antikonvulsan, antimanik, antiulcer, hipnotik, dan agen
imunosupresan (grafik 3). Dari 12 subjek, 9 (75%) menggunakan medikasi yang masuk ke
dalam kategori “kemungkinan menyebabkan kandidiasis oral”.
Grafik3. Profil Kategori Medikasi berdasarkan Kontribusi Potensial terhadap Perkembangan Kandidiasis Oral