Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
Rodiani
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Sindroma Down adalah kondisi keterbelakangan fisik dan mental yang diakibatkan oleh abnormalitas kromosom. Di
Indonesia ditemukan hingga sekitar 300 ribu kasus dan ditemukan semakin meningkat seiring peningkatan usia ibu. Dalam
deteksi sindroma Down dapat dilakukan deteksi dini sejak dalam kehamilan. Dalam tes diagnostik, hasil positif berarti
kemungkinan besar pasien menderita penyakit atau kondisi yang memprihatinkan. Sedangkan skrining bertujuan untuk
memperkirakan risiko pasien yang memiliki penyakit. Tes diagnostik cenderung lebih mahal dan memerlukan prosedur yang
rumit, sedangkan tes skrining cepat dan mudah dilakukan. Namun, tes skrining memiliki lebih banyak peluang untuk salah,
baik falsepositive maupun falsenegative. Kegunaan utama ultrasonografi (USG) sebagai alat skrining untuk mendeteksi
sindroma Down dilakukan pada trimester pertama dan kedua kehamilan. Beberapa marker yang dapat dijumpai pada
skrining trimester pertama kehamilan antara lain nuchal translucency, kista higroma, hipoplasia atau tidak adanya os nasal,
doppler duktus venosus, serta adanya regurgitasi tricuspid. Marker pada trimester kedua yang ditemukan antara lain
thickness nuchal fold, short long bones, hiperekoik pada usus, echogenic intracardiac focus, dilatasi ginjal, serta choroid
plexus cysts. Penanda yang lebih spesifik adalah pengukuran os nasal janin namun belum ada teknik standar untuk
mengukur os nasal. Marker tambahan yang ditemukan berupa increased iliac wing angle, ear length, dan single umbilical
artery serta klinodaktili. Apabila markermarker sesuai per trimester ditemukan dengan skor>2 maka bernilai sensitifitas
82% untuk sindroma Down. Simpulan : USG merupakan modalitas yang sensitif pada proses penegakan diagnostik sindroma
Down.
Kata kunci: sindroma Down, skrining, ultrasonografi.
Ultrasonography Screening of Down Syndrome
Abstract
Down syndrome is a condition of mental retardation and physical development caused by abnormalities of chromosomes.
Down syndrome is found in Indonesia about 300 thousand cases and influenced by the increasing maternal age. In the
detection of Down syndrome can be detected early in pregnancy. In a diagnostic test, a positive result means the likelihood
of patients suffering from diseases or conditions of concern. While screening, the goal is to estimate the risk of patients
who have a disease or condition. Diagnostic tests tend to be more expensive and requires a complicated procedure, while
screening tests quick and easy to do. However, screening tests have more opportunities to go wrong, there are false
positive and falsenegative. The main usefulness of ultrasonography (USG) as a screening tool to detect Down syndrome
performed in the first trimester of pregnancy and the second trimester of pregnancy. Some markers can be found in the
first trimester of pregnancy screening include nuchal translucency, higroma cysts, hypoplasia or absence of nasal os, the
ductus venosus Doppler, and the presence of tricuspid regurgitation. Whereas, in the second trimester of pregnancy,
ultrasound marker found in, among others, the nuchal fold thickness highly recommended, short long bones, the hiperekoik
the intestines, echogenic intracardiac focus, dilatation of the kidney and choroid plexus cysts. More specific markers is the
measurement of the fetal nasal but there is no standard technique for measuring nasal os and considered thoroughly in the
current research. Additional markers were found are increased iliac wing angle, ear length, and a single umbilical artery and
klinodaktili. If appropriate markers per trimester was found with a score> 2 then worth 82% sensitivity for Down syndrome.
Conclution : USG is sensitif modality to diagnose the Down syndrome.
Keywords: Down syndrome , Screening, Ultrasonography.
Korespondensi: dr. Rodiani, M.Sc, Sp. OG, alamat Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Hp 081222949925 email:
rodianimoekroni@gmail.com
Pendahuluan
Sindroma Down (Down Syndrome) gen SLC5A3 yang dapat dikenal dengan melihat
adalah suatu kondisi keterbelakangan manifestasi klinis yang khas.1 Kelainan mayor
perkembangan fisik dan mental pada anak yang sering ditemukan adalah kelainan jantung
yang diakibatkan adanya abnormalitas 3040%, atresia gastrointestinal, leukimia, dan
perkembangan kromosom. Kelainan ini penyakit tiroid. Intelegent quatio (IQ) penderita
terbentuk akibat kegagalan sepasang sindroma Down berkisar 2550.1,2
kromosom untuk saling memisahkan diri saat Sindroma Down ditemukan satu di
terjadi pembelahan. Kelainan genetik yang antara 700 kelahiran hidup atau 1 diantara
terjadi pada kromosom 21 pada lengan q22 8001.000 kelahiran bayi. Diperkirakan saat ini
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 43
Rodiani | Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 44
Rodiani | Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
1
2
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 45
Rodiani | Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
3
4
Gambar 1. Pengukuran Nuchal Translucency Space 8(1); Ossifikasi Os Nasal4(2); Kista Higroma4(3);
Doppler Duktus Venosus Dan Reversed awave 1(4)
Sebuah metaanalisis terakhir wanita berisiko tinggi. Hasil studi
menunjukkan jika thickened nuchal fold menunjukkan bahwa pada ventrikel kanan
berukuran ≥6 mm menunjukkan bahwa risiko yang kurang ditemukan, biventricular,
untuk Down Sindroma meningkat sekitar 17 kali beberapa, atau ditemukan EICF yang sangat
lipat. Thickened nuchal fold dapat dikaitkan mencolok tampaknya terkait dengan tingginya
dengan kelainan gen tunggal, seperti sindroma risiko untuk aneuploid janin, dibandingkan
Noonan, beberapa pterygium sindroma, dan dengan EICF tunggal dan EICF ventrikel
dysplasia skeletal. Thickened nuchal fold juga kiri.EICF tidak dikaitkan dengan penyakit
dikaitkan dengan defek jantung kongenital.11 jantung bawaan atau kelainan kromosom
lainnya. Mungkin ada beberapa
Echogen icintra cardiac focus (EICF) perbedaanetnis yang mempengaruhi kejadian
Echogen icintra cardiac focus(EICF) dari EICF (Ras Asia lebih sering daripada
didefinisikan sebagai fokus echogenicity yang Kaukasia).10
sebanding dengan tulang, di daerah muskulus
papiler di salah satu atau kedua ventrikel dari Hiperechoic bowel
jantung janin. Lokasinya 88% hanya di dalam Hiperechoic bowel didefinisikan sebagai
ventrikel kiri, 5% hanya di ventrikel kanan, dan usus janin dengan area homogen bidang
7% ada di biventricular. Suatu penilaian sistem echogenicity yang sama dengan atau lebih
telah diusulkan membandingkan echogenicity besar dari tulang sekitarnya. Echogenicity
tersebut dari focus intrakardia dengan tulang telah diklasifikasikan baik sebagai fokal atau
sekitarnya. Grade 2 menunjukkan echogenicity multifokal. Ada berbagai teknik yang
sama dengan tulang, dan grade 3 digunakan untuk mendefinisikan usus
menunjukkanitu adalah lebih echogenic. echogenic, sebagian berdasarkan pengamatan
Hubungan antara EICF yang ditemukan sonografer. Sebuah sistem penilaian
dengan janin aneuploid telah dijelaskan baik berdasarkan perbandingan echogenicity usus
pada studi retrospektif maupun studistudi janin dengan relatif tulang sekitarnya pada
prospektif. Bukti yang terbaik untuk ventrikel USG. Grade 2 menunjukkan bahwa
kiri atau biventricular EICF, tapi ini mungkin echogenicity sama dengan tulang sedangkan
karena frekuensi yang lebih besar dari fokus grade 3 menunjukkan lebih besar.
yang ditemukan dalam lokasi. Suatu meta Hyperechoic bowel dikaitkan dengan
analisis telah melakukan banyak penelitian pada peningkatan risiko terjadinya aneuploid janin,
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 46
Rodiani | Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
1 2
3 4
Gambar 2. Pengukuran Thickened Nuchal Fold 4(1); Echogenic Intracardiac Focus10 (2); Hyperechoic Bowel 10 (3);
Choroid plexus cysts10 (4)
Nasal Hipoplasia transduser dengan wajah janin pada garis
Nasal hipoplasia telah diakui sebagai fitur tengah. Ketiadaan dari tulang hidung atau
postnatal trisomi 21, ini menyebabkan evaluasi pengukuran bawah persentil 2,5th dianggap
prenatal dari os nasal, yang ditunjukkan berupa signifikan.
garis tipis echogenic dalam jembatan dari Awal studi trimester kedua muncul
hidung janin. Janin yang dicitrakan menghadapi untuk mengkonfirmasi bahwa tulang hidung
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 47
Rodiani | Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
yang hipoplasia atau tidak ada adalah marker <0,9. Femur harus diukur dengan tegak lurus
USG yang ditemukan sekitar 70% pada janin dan dengan terlihat epifisis cartilago tetapi
dengan sindroma Down, sebaliknya os nasal tidak termasuk dalam pengukuran. Hubungan
normal akan mengurangi resikosecara antara panjang tulang dan ukuran kepala
signifikan. Temuan os nasal ini bervariasi berbeda antar ras. Short femur length telah
tergantung etnis. Nasal hipoplasia ditemukan ditemukan memiliki sensitivitas 16% dalam
8,8% pada etnis AfroCarribean dan 0,5% pada prediksi sindroma Down dengan falsepositive
etnis Caucasian. Nasal hipoplasia tidak dikaitkan sekitar 4%. Short femur length juga dapat
dengan aneuploid lainnya. Sebuah tulang dikaitkan dengan displasia skeletal atau
hidung tidak ada atau hipoplasia belum retriksi pertumbuhan janin.4,10,12,13
ditemukan berhubungan dengan kelainan Short humerus length didefinisikan
kromosom.11 Dari penelitian Tamselet al sebagai panjang di bawah 2,5th persentil untuk
(2007)3, panjang os nasal bervariasi dari 0,98,2 usia kehamilan atau sebagai pengukuran
mm (Tabel 1) kurang 0,9 dari yang diperkirakan oleh
diameter biparietal terukur, berarti ratio
BPD/humerus <0,9. Humerus harus diukur
Tabel 1. Panjang Os. Nasal Janin antara 1120 dengan tegak lurus dan epifisis cartilago
Minggu Usia Kehamilan 3 terlihat tetapi tidak termasuk dalam
pengukuran. Short humerus length telah
Usia kehamilan Panjang (mm) Ratarata ditemukan memiliki sensitivitas 9% dengan
(minggu) (mm)
tingkat falsepositif 3%. Short humerus length
1111,9 0,93,1 1,7
juga dapat dikaitkan dengan dysplasia skeletal
1212,9 1,03,5 2
atau retriksi pertumbuhan.
1313,9 1,34,0 2,3
1414,9 2,24,7 3,4
1515,9 2,35,1 3,3 Pyelectasis
1616,9 3,16,3 4,4 Pyelectasis ringan didefinisikan sebagai
1717,9 3,66,1 5 sferis hypoechoic atau ruang elips dalam pelvis
1818,9 3,48,4 5,5 ginjal yang berukuran >5mm dan <10 mm.
1919,9 3,48,6 5,7 Pengukuran diambil pada potongan
2020,9 4,48,2 6,2 transversalmelalui pelvis ginjal janin
menggunakan pengukuran maksimal anterior
ke posterior. Pengukuran <5 mm normal, tidak
dianggap sebagai pyelectasis, dan tidak harus
dilaporkan. Pyelectasis juga dapat disebut
sebagai "dilatasi panggul ringan ginjal" atau
"hidronefrosis ringan."
Pyelectasis terlihat pada 0,7% dari janin
pada usia kehamilan1626 minggu.
Pyelectasis ditemukan pada janin dengan
sindroma Down sekitar 2%. Tidak adanya
faktor risiko lain, kemungkinan untuk adanya
pyelectasis dalam sindroma Down juga kecil
dan tidak dibenarkan untuk melakukan
Gambar 3. Os. Nasal10 prosedur diagnostik invasif. Pyelectasis janin
dikaitkan dengan hidronefrosis kongenital,
Short Femur Length dan Short Humerus Length yang memicu timbulnya defek pada saat lahir.
Janin dengan short femur length dan Pengukuran pelvis ginjal >10mm harus
short humerus length mempunyai risiko tinggi dianggap setara dengan hidronefrosis
11 kali lipat untuk terkena sindroma kongenital dengan tindak lanjut yang tepat.
Down.Short femur length didefinisikan sebagai Semua janin dengan pengukuran pelvis
pengukuran bawah persentil 2,5 untuk usia ginjal>5mm harus diperiksa USG saat
kehamilan atau pengukuran yang kurang dari neonatal, dan jika memiliki
0,9 dari yang diperkirakan oleh pengukuran pengukuran>10mm juga harus dilanjutkan
diameter biparietal, berarti ratio BPD/femur pemeriksaan USG trimester ketiga untuk
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 48
Rodiani | Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 49
Rodiani | Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
1 2
3 4
Gambar 4.Short Femur Length10 (1);Pyelectasis10 (2);Klinodaktili Jari Kelima4(3);Single Umbilical Artery10 (4)
Ringkasan Daftar Pustaka
Skrining USG prenatal dalam membantu 1. Marder E, Dennis J. Medical
menegakkan diagnosis pasti sehingga dapat management of children with down’s
diambil langkah untuk penatalaksanaan yang syndrome. Current Paediatrics.
baik bagi penderita sindroma Down. Waktu 2001;11:5763.
ideal untuk melakukan skrining USG dalam 2. Down syndrome: offer of prenatal
mendeteksi sindroma Down selama trimester diagnosis [internet]. Washington:
pertama dan menjadi efektif jika digabungkan University of Washington; 2009 [disitasi
dengan hasil skrining marker serum. Marker tanggal 10 September 2015]. Tersedia
yang ditemukan nuchal translucency, os nasal, dari:
kista higroma dan Doppler duktus venosus. http://staff.washington.edu/sbtrini/Tea
Skrining USG untuk sindroma Down pada ching%20Cases/Case%2021.pdf
trimester kedua bernilai sensitifitas 82% (false 3. Tamsel S, Ozbek S, Demirpolat G.
positive 4%) jika skor >2, yang didapatkan Ultrasound evaluation of fetal
berdasarkan temuan marker pada pemeriksaan chromosome disorders. Diagn Interv
USG yaitu thickened nuchal fold, echogenic Radiol. 2007;13:97100.
intracardiac focus, hyperechoic bowel, choroid 4. Van den Hof MC, Wilson RD. Fetal soft
plexus cyst, nasal bone, short long bones, markers in obstetric ultrasound. SOGC.
pyelectasis, ear length, iliac wing angle, fifth 2006;162:592612.
finger clynodactyly, dan single umbilical artery. 5. Malone FD, D’Alton ME. First trimester
sonographic screening for Down
Simpulan syndrome. Am J Obstet Gynecol. 2003;
USG merupakan modalitas yang sensitif 102(5):106679.
pada proses penegakan diagnostik sindroma 6. Audibert F, Dommergues M, Benattar C,
Down. Taieb J, Thalabard C, Frydman R.
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 50
Rodiani | Skrining Ultrasonografi pada Sindroma Down
Screening for down syndrome using first Callen PW. Ultrasonography in
trimester ultrasound and second obstetrics and gynecology. Edisi ke4.
trimester maternal serum markers in a Philadelphia: WB Saunders CO; 2000.
lowrisk population: a prospective 11. Filippi E, Staughton J, Peregrine E, Jones
longitudinal study. Ultrasound Obstet P, Huttly W, Peebles DM. Uterine artery
Gynecol. 2001;18:2631. doppler and adverse pregnancy
7. Spencer K. Accuracy of down syndrome outcome in women with extreme levels
risks produced in a first trimester of fetoplacental proteins used for down
screening programme incorporating fetal syndrome screening. Ultrasound Obstet
nuchal translucency thickness and Gynecol. 2011;37:5207.
maternal serum biochemistry. Prenat 12. Herman A, Dreazen E, Herman AM,
Diagn. 2002;22:2446. Batukan CEM, Holzgreve W, Tercanli S.
8. Muller F, Benattar C, Audibert F, Roussel Bedside estimation of down syndrome
N, Dreux S, Cuckle H. Firsttrimester risk during firsttrimester ultrasound
screening for Down syndrome in France screening. Ultrasound Obstet Gynecol.
combining fetal nuchal translucency 2002;20:46875.
measurement and biochemical markers. 13. Hochberg H. Down’s syndrome:
Prenat Diagn. 2003;23:8336. ultrasound screening. Ultrasound
9. Fetal Medicine Foundation. Guidelines for Obstet Gynecol. 2001;5(1):159.
the measurement of nuchal translucency. 14. Nyberg DA, Souter VL, ElBastawissi A,
USA: FMF; 2003 [disitasi tanggal 10 Young S, Luthhardt F, Luthy DA. Isolated
September 2015]. Tersedia sonographic markers for detection of
dari:http://www.fetalmedicineusa.com. fetal down syndrome in the second
10. Bromley B, Lieberman E, Shipp TD, trimester of pregnancy. J Ultrasound
Benacerraf BR. Fetal nose bone length. J Med. 2001;20:105363.
Ultrasound Med. 2002;21:138794.
Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13 | Bandar Lampung, Oktober 2015 | 51