Anda di halaman 1dari 4

5.6.

PEMBAHASAN

Percobaan kali ini adalah analisa kimia lumpur bor. Tujuan dari percobaan
ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dalam analisa kimia dan penerapannya
dilapangan, mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam analisa kimia dan
menentukan pH, alkalinitas, kesadahan total dan kandungan ion-ion yang terdapat
dalam lumpur bor. Prinsip kerja percobaan ini adalah titrasi, yaitu dengan cara
mentitrasi sampel dengan H2SO4. Alat dan bahan yang digunakan adalah labu
titrasi ukuran 250 ml dan 100 ml, buret mikro, pengaduk, pipet, pH meter, filter
press, timbangan, cup, mud mixer, air, bentonite, NaHCO3, NaOH, CaCO3, NaCl,
indicator PP, aquadest, H2SO4, K2CrO4, AgNO3 dan MO.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat lumpur standar dengan
menggunakan mud mixer. Adapun bahan-bahan untuk membuat lumpur standar
tersebut adalah : 350 ml air + 22,5 gr bentonite + 0,3 gr NaHCO3 + 0,3 gr NaOH
+ 0,3 grCaCO3 + 0,3 gr NaCl. Kemudian lumpur tersebut diambil filtratnya
dengan menggunakan filter press. Ambil filtrat sebanyak 10 ml. Hal pertama yang
diuji adalah penentuan alkalinitas. Caranya adalah ambil 3 ml filtrat lalu
tambahkan dengan 2 tetes indikator PP dan 20 ml aquadest. Campuran tersebut
kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai filtrat berubah warna dari merah
muda menjadi kuning, lalu catat volume H2SO4 yang terpakai. Dari percobaan ini
diperoleh volume H2SO4 sebanyak 0,9 ml. Volume ini selanjutnya diberi inisial P.
Setelah itu, tambahkan 2 tetes indikator MO kemudian dititrasi dengan H2SO4
0,02 N hingga berubah warna dari oranye muda menjadi jingga tua., lalu catat
volume H2SO4 yang terpakai. Dari percobaan ini, didapat volume H2SO4
sebanyak 0,8 ml. Volume ini selanjutnya diberi nama M. Kemudian lakukan
perhitungan untuk menentukan total alkalinitas, alkalinitas OH-, alkalinitas CO32-
dan alkalinitas HCO3-. Dari perhitungan ini didapatkan hasil 5,33 untuk total
alkalinitas, 113,3 untuk alkalinitas OH-, 0 untuk alkalinitas CO32- dan 0 untuk
alkalinitas HCO3-. Untuk hasil alkalinitas CO32- dan alkalinitas HCO3- pada
perhitungan dari hasil percobaan kami bernilai negatif, padahal untuk hasil
perhitungan seharusnya bernilai positif. Hal ini disebabkan karena praktikan yang
kurang hati-hati membuka kran titrasi sehingga H2SO4 yang bercampur dengan
sampel terlalu banyak hingga hasil titrasi tidak sesuai dengan hasil yang
sebenarnya.
Percobaan selanjutnya adalah penentuan kandungan klorida. Caranya
adalah dengan mengambil 2 ml filtrat. Filtrat ini kemudian ditambahkan 25 ml
aquadest dan 3 tetes larutan K2CrO4. Kemudian, filtrat ditittrasi dengan
menggunakan AgNO3 0,02 N hingga terjadi perubahan warna ke jingga tua, lalu
catat volume AgNO3 yang digunakan. Dari percobaan ini, diperoleh volume
AgNO3 sebanyak 0,3 ml. Kemudian lakukan perhitungan ppm Cl- sebanyak 106,5.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan
ion-ion dalam lumpur pemboran. Penentuan kandungan kalsium ini untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya kontaminasi lumpur oleh gypsum, yang
nantinya dapat merubah sifat-sifat fisik lumpur, seperti besar water loss dan gel
strengthnya. Manfaat penentuan kandungan magnesium untuk menyelidiki
kandungan Mg2+ di dalam lumpur bor (filtrat lumpur) yang akan berguna dalam
menentukan kesadahan total dari lumpur (filtrat lumpur). Manfaat penentuan
kandungan ion klorida untuk mengetahui kontaminasi garam yang masuk ke
sistem lumpur pada waktu pemboran menembus formasi garam ataupun
kontaminasi garam yang berasal dari air formasi. PH sebagai salah satu sifat kimia
lumpur pemboran merupakan faktor yang penting di dalam treatment lumpur
dalam suatu operasi pemboran. PH dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan
dan keasaman dari lumpur pemboran, derajat pH umumnya berkisar antara 8,5 –
12. Jadi, lumpur yang digunakan adalah lumpur dalam keadaan basa. Alkalinitas
yang tinggi disebabkan oleh adanya bikarbonat dan sisa-sisa dari karbonat dan
hidroksida lumpur sehingga mengakibatkan adanya senyawa garam atau asam
lemah. Dengan diketahuinya kandungan ion-ion dalam lumpur pemboran, kita
dapat mengontrol kualitas lumpur pemboran. Apabila lumpur kita bersifat asam
maka dapat menyebabkan korosi yang nantinya dapat merusak peralatan
pemboran. Namun, jika bersifat terlalu basa maka lumpur dapat menggumpal
(flokulasi) sehingga mengakibatkan pompa bekerja lebih berat. Adapun kubah
garam harus dihindari karena garam yang bersifat korosif dan dapat meruntuhkan
formasi. Cara menghindari kubah garam biasanya dilakukan side tracking drlling
atau directional drilling
5.7. KESIMPULAN
1. Dari percobaan ini, didapatkan hasil sebagai berikut :
 volume H2SO4 yang pertama (P) = 0,9 ml
 volume H2SO4 yang kedua (M) = 0,8 ml
 total alkalinitas = 5,33
 alkalinitas OH- = 113,3
 alkalinitas CO32- =0
 alkalinitas HCO3- =0
 kandungan Cl- = 106,5
2. Prinsip kerja dari percobaan ini adalah titrasi
3. Alkalinitas yang bernilai negatif disebabkan karena kesalahan praktikan
pada saat percobaan
4. Manfaat penentuan kandungan kalsium adalah untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya kontaminasi lumpur oleh gypsum yang
nantinya dapat mengubah sifat-sifat fisik lumpur seperti water loss dan
gel strength.
5. Manfaat penentuan kandungan magnesium untuk menentukan
kesadahan total dari lumpur (filtrat lumpur)
6. Manfaat penentuan kandungan ion klorida untuk mengetahui
kontaminasi garam yang masuk ke sistem lumpur pada waktu pemboran
menembus formasi garam ataupun kontaminasi garam yang berasal dari
air formasi.
7. PH berperan penting didalam treatment lumpur dalam suatu operasi
pemboran
8. PH yang baik untuk lumpur berkisar antara 8,5-12
9. Aplikasi lapangannya adalah untuk mengontrol kualitas lumpur
pemboran. Apabila terlalu asam akan mengakibatkan korosi, sedangkan
bila bersifat basa akan membuat lumpur menggumpal sehingga kerja
pompa menjadi lebih berat. Kubah garam harus dihindari karena
mengakibatkan korosi dan runtuhnya formasi. Cara menghindarinya
adalah dengan melakukan side tracking drilling dan directional drilling.

Anda mungkin juga menyukai