Case Report Neuro Tasia
Case Report Neuro Tasia
Dibuat Oleh:
Santi Prima Natasia Pakpahan
112017127
Pembimbing:
Dr. dr. Rita, M.Kes, SpS
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ZC
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Padang
Tanggal Masuk : 23 Oktober 2018
Dirawat yang ke : Pertama
Tanggal Periksa : 29 Oktober 2018
II. ANAMNESA
Autoanamnesa dan Alloanamnesa pada tanggal 29 Oktober 2018 pukul 14.00 WIB di
Ruangan Unit Stroke RSPAD Gatot Soebroto.
KELUHAN UTAMA
Lemah anggota gerak sebelah kanan sejak 1 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
Bicara pelo
2
konsumsi panadol kemudian timbul lagi. Keluhan lain seperti mual, muntah, demam,
nyeri dada, rasa berdebar, kejang, penurunan kesadaran disangkal oleh pasien. BAB dan
BAK tidak ada keluhan.
Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 19 tahun, dan menurut istri
pasien sudah sejak lama suka mengkonsumsi makanan yang asin. Ini merupakan
keluhan pertama yang dialami pasien.
3
Suhu : 36,6 ºC
Leher : tidak ada benjolan atau perbesaran KGB
Jantung : BJ I-II, regular, Gallop (-), Murmur(-)
Paru : Vesikuler Breathing Sound kanan=kiri,
Rhonki (-)/(-), Wheezing(-)/(-)
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstemitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT <2’
STATUS PSIKIATRI
Tingkah Laku : Wajar
Perasaan Hati : Euthym
Orientasi : Baik
Jalan Pikiran : Koheren
Daya Ingat : Baik
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : CM, E4M6V5 (GCS 15)
Sikap Tubuh : Berbaring
Cara Berjalan : Tidak dapat dinilai
Gerakan Abnormal : Tidak ada
KEPALA
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi : Teraba pulsasi di arteri temporalis
Nyeri tekan : Tidak ada
LEHER
Sikap : Normal
Gerakan : Bebas
Vertebra : Normal
Nyeri tekan : Tidak ada
4
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kanan Kiri
Kaku kuduk : (-) (-)
Laseque : >700 >700
Kerniq : >1350 >1350
Brudzinsky I : (-) (-)
Brudzinsky II : (-) (-)
NERVI CRANIALIS
N I. Olfaktorius
Kanan Kiri
Daya Penghidu : Normosmia Normosmia
N II. Optikus
Ketajaman Penglihatan : Baik Baik
Pengenalan Warna : Baik Baik
Lapang Pandang : Baik Baik
Fundus : Tidak dilakukan
5
Pupil
Ukuran : 3 mm 3 mm
Bentuk : Bulat Bulat
Iso/anisokor : Isokor Isokor
Posisi : Sentral Sentral
Reflek Cahaya Langsung : (+) (+)
Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+) (+)
N V. Trigeminus
Kanan Kiri
Menggigit : (+) (+)
Membuka Mulut : Simetris
Sensibilitas Atas : (+) (+)
Tengah : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Reflek Masseter : Tidak dilakukan
Reflek Zigomatikus : Tidak dilakukan
Reflek Kornea : Baik Baik
Reflek Bersin : Tidak dilakukan
N VII. Fasialis
Pasif
Kerutan kulit dahi : Simetris kanan dan kiri
Kedipan mata : Simetris kanan dan kiri
Lipatan nasolabial : Asimetris sisi kanan lebih datar
Sudut mulut : Asimetris sisi kanan lebih rendah
Aktif
Mengerutkan dahi : Simetris kanan dan kiri
Mengerutkan alis : Simetris kanan dan kiri
Menutup mata : Simetris kanan dan kiri
Meringis : Asimetris, kanan lebih rendah
Menggembungkan pipi : pipi kanan sulit digembungkan
6
Gerakan bersiul : Tidak dapat menirukan gerakan bersiul
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : (-)
Lidah kering : (-)
N VIII. Vestibulocochlearis
Mendengar suara gesekan jari tangan : (+) / (+)
Mendengar detik jam arloji : Tidak dilakukan
Tes swabach : Tidak dilakukan
Tes rinne : Tidak dilakukan
Tes webber : Tidak dilakukan
N IX. Glosopharingeus
Arcus pharynx : Simetris
Posisi uvula : Ditengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah : Tidak dilakukan
N X. Vagus
Denyut nadi : Kuat angkat, reguler
Arcus pharynx : Simetris
Bersuara : Disartria
Menelan : Kesulitan menelan
N XI. Accesorius
Memalingkan kepala : Bebas
Sikap bahu : Simetris kanan kiri
Mengangkat bahu : Kanan (-), Kiri (+)
N XII. Hipoglosus
Menjulurkan lidah : Deviasi ke kanan
Kekuatan lidah : cukup
Atrofi lidah : Tidak ada
7
Artikulasi : Disartria
Tremor lidah : Tidak ada
SISTEM MOTORIK
Trofi : Normotrofi Normotrofi
Normotrofi Normotrofi
Gerakan : Terbatas Bebas
Terbatas Bebas
Kekuatan : 1111 5555
1111 5555
Tonus : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
SISTEM REFLEKS
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon : Kanan Kiri
Refleks Biseps : (+) (+)
Refleks Triseps : (+) (+)
Refleks Patella : (+) (+)
Refleks Archilles : (+) (+)
Refleks Permukaan :
Dinding perut : Simetris Simetris
Cremaster : Tidak dilakukan
Spinchter Anii : Tidak dilakukan
8
Openheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaefer : Tidak dilakukan
Rosolimo : Tidak dilakukan
Mendel Bechterew : Tidak dilakukan
Klonus paha : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
SISTEM SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Nyeri : (+) (+)
Suhu : Tidak dilakukan
Taktil : (+) (+)
Proprioseptif
Vibrasi : Tidak dilakukan
Posisi : (+) (+)
Tekan dalam : Tidak dilakukan
FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinensia : Terpasang kateter
Retensi : Terpasang kateter
9
Anuria : Tidak ada
Defekasi
Inkontinensia : Tidak ada
Retensi : Tidak ada
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : Disartria
Fungsi emosi : Baik
Fungsi orientasi : Baik (pasien dapat menyebutkan tempat pasien berada
saat ini, waktu saat ini, dan siapa nama istri pasien)
Fungsi memori : Baik (pasien dapat menyebutkan urutan kata-kata yang
pemeriksa sebutkan saat anamnesa)
Fungsi kognisi : Baik (pasien dapat menjawab dari perhitungan angka
yang diberikan pemeriksa)
10
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan 23/10/18 27/10/18
Darah rutin
Hemoglobin 13 – 18 gr/dL 12,8* 12,4*
Hematokrit 40 – 52 % 38* 35*
Eritrosit 4.3 – 6.0 juta/uL 4,8 4,7
Leukosit 4800 – 10800 /uL 12650* 8500
Trombosit 150000–400000 /uL 619000* 266000*
MCV 80 – 96 fl 81 75*
MCH 27 – 32 pg 29 27
MCHC 32 – 36 gr/dL 36 36
Kimia Klinik
Albumin 3.5 – 5 g/dL 3.8 3.0*
Kolesterol Total < 200 mg/dL 180 145
Trigliserida <160 mg/dL 171 138
Kolesterol HDL >35 mg/dL 25* 19*
Kolesterol LDL <100 mg/dL 121* 98
Asam Urat 3.4 – 7 mg/dL 6.6
Ureum 20 – 50 mg/dL 101* 20
Kreatinin 0.5 – 1.5 mg/dL 0.9 0.8
Natrium 135 – 147 mEq/L 142 144
Kalium 3.5 – 5.0 mEq/L 5.3 4.0
Klorida 95 – 105 mEq/L 99 99
GDS 70 – 100 mg/dL 152* 289*
Kesan :
Kardiomegali
Infiltrat di lapangan atas paru kanan, DD/
pneumonia, TBC paru
Fibrosis di lapangan bawah paru kanan,
DD/ proses lama
11
MRI pada tanggal 23 Oktober 2018
Kesan :
Infark akut di pons sisi kiri
Deep whitematter ischaemic di subkortikal obus frontoparietal kanan kiri (Fazekas 1)
Vaskularisasi dalam batas normal
Hipoperfusi pada lobus frontotemporoparietoccipital kanan, occipital kiri dan
cerebellum bilateral.
V. RESUME
Anamnesis
Pasien laki-laki usia 58 tahun datang dengan keluhan lemah anggota gerak kanan
mendadak saat sedang beraktivitas 1 hari SMRS. Keluhan disertai bicara pelo dan
sulit menelan.
Pemeriksaan
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis E4M6V5 (GCS : 15)
TD : 140 / 80 mmHg
Nadi : 81 kali/ menit,
Pernapasan : 20 kali/ menit
Suhu : 36,5C
Status neurologi :
o Parese N. VII Dextra Sentral
o Parese N. XII Dextra
o Fungsi Bahasa terganggu (Disartria).
o Sistem Motorik didapatkan Hemiparesis Dextra Spastik dengan kekuatan
motorik : 1111 5555
1111 5555.
Lainnya dalam batas normal.
12
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Disartria, Parese N. VII Sentral Dextra, Parese
N. XI Dextra, Hemiparese Dextra Spastik.
Diagnosis topis : Pons Sinistra.
Diagnosis etiologi : Stroke Non Hemoragik.
Diagnosis sekunder : DM dan Hipertensi.
VII. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan umum, pedoman 5B:
- Breathing : SpO2 99%, sumbatan jalan nafas (-)
- Blood : Tekanan darah pasien 140 / 80
- Brain : Tanda-tanda peningkatan TIK (-), Kejang (-), demam (-)
- Bladder : Pasien dipasang kateter karena sulit berjalan
- Bowel : Pasien tidak dipasang NGT
Medikamentosa
IVFD Ringer Laktat 20 tpm
Aspirin 1x80 mg
Atorvastatin 1x20 mg
Enoxaparin 2x0,3 cc
Non Medikamentosa
- Tirah baring, head up 30o
- Konsul bagian Rehab Medik untuk Fisioterapi
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
Quo ad cosmeticum : Dubia ad malam
13
FOLLOW-UP
Tgl S O A
30-10-2018 Lemah badan Kesadaran: DK : disartria, Hemiparese
sebelah kiri, bicara composmentis dextra, Parese N. VII, XII
pelo TD = 154 / 70 Dextra Sentral
mmHg DT : pons sinistra
N = 78x / menit DE : SNH
RR = 20 x / menit
S = 36,5˚c
14
BAB II
DISKUSI KASUS
15
Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis
(piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di
medulla oblongata. Sehingga lesi di batang otak sisi kiri akan menimbulkan tanda umum
hemiparese/plegia alternans yang didefinisikan sebagai kombinasi defisit saraf kranial pada
sisi lesi dengan kelemahan setengah tubuh kontralateral. Namun pada kasus tidak sesuai
dengan teori, tidak didapat defisit saraf kranial pada sisi lesi. Pemeriksaan neurologis lainnya
didapatkan parese N. VII dextra sentral dan N. XII dextra. dan didapati disfagia dan disartria.
Lokalisasi lesi tergantung dari Nn. Cranial apa yang terlibat atau adanya tanda lain
yang menyertai sehingga kumpulan tanda-tanda yang ditemukan tergabung dalam apa yang
disebut Sindrom Batang Otak :
16
ii. Deviation conjugate pontini
iii. Hemihipestesia kontralateral
C. Lesi di Mesensefalon
a) Sindrom WEBER
i. Hemiparese/plegia kontralateral
ii. Parese N III homolateral
b) Sindrom Claude
i. Parese N III ipsilateral
ii. Hemiataksia kontralateral
iii. Hemihiptesia kontralateral
• Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah dilakukan untuk mencari faktor risiko.
Dari hasil pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah didapatkan Kolesterol HDL
25 mg/dL, Kolesterol LDL 121 mg/dL, GDS 152 mg/dL.
III. PENATALAKSANAAN
Breathing : Tidak diperlukan oksigen pada pasien ini karena saturasi tidak
dibawah 95% dan tidak ada sesak nafas ataupun hambatan jalan nafas.
Blood : Pada pasien ini tidak diberikan obat antihipertensi dikarenakan
tekanan darah pasien masih < 220 / 120 mmHg.
Brain : Tidak didapatkan adanya gejala peningkatan TIK maupun kejang
pada pasien ini.
Bladder : Pada pasien ini dilakukan pemasangan kateter dikarenakan pasien
mempunyai kelemahan pada tubuh sebelah kanan nya sehingga pasien sulitan
untuk berjalan.
17
Bowel : Pada pasien ini tidak dilakukan pemasangan NGT karena pasien
masih bisa makan makanan lunak secara perlahan, artinya intake pasien masih
baik.
• Pada pasien ini diberikan IVFD ringer laktat 20 tpm untuk memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit. Ringer Laktat dipilih karena pasien tidak
mempunyai gangguan pada organ hati dan ginjalnya.
• Obat untuk prevensi terjadinya thrombosis dapat diberikan pada pasien dengan
stroke non hemoragik seperti fibrinolitik, anti koagulan atau anti platelet. Pada
pasien Tn. Z diberikan antiplatelet Aspirin 1 x 80 mg karena Aspirin dapat
menurunkan resiko terjadinya stroke, infark jantung dan kematian akibat penyakit
vaskular pada pasien dengan riwayat TIA atau stroke sebelumnya dibandingkan
dengan golongan lain.2 Menurut penelitian, pemberian golongan fibrinolitik /
thrombolitik (rtPA) sudah tidak dapat memberikan manfaat perbaikan fungsional
otak secara signifikan jika diberikan pada pasien dengan onset gejala sudah lebih
dari 3 – 4,5 jam. Pada pasien ini onset gejala sudah sejak > 24 jam SMRS.
Sedangkan mengapa tidak diberikan golongan antikoagulan dikarenakan menurut
penelitian antikoagulan dapat menurunkan resiko terjadinya thromboembolisme dan
perdarahan namun tidak sebaik efek aspirin dalam mencegah kejadian ulang stroke
dan perbaikan fungsi saraf. Antiplatelet yang paling sering digunakan adalah aspirin
dan clopidogrel. Menurut penelitian, clopidogrel sampai saat ini masih belum
memiliki bukti yang cukup kuat penggunaannya untuk stroke iskemik jika
dibandingkan dengan aspirin maka dari itu pada pasien ini diberikan Aspirin.3
• Statin di klinik digunakan untuk anti lipid dan mempunyai sifat neuroprotektif
untuk iskemia otak dan stroke, mempunyai efek anti oksidan “downstream effect”
adalah stabilisasi aterosklerosis sehingga mengurangi pelepasan plaque
tromboemboli dari artei ke arteri, “upstream effect” adalah memperbaiki eNOS
(endothelial Nitric Oxide Synthase, mempunyai sifat anti thrombus, vasodilatasi dan
anti inflamasi), menghambat iNOS (inducible Nitric Oxide Synthese, sifatnya
berlawanan dengan eNOS).
18
• Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama beresiko terjadi thrombosis vena
dalam dan emboli paru unuk prevensi diberikan LMWH 2 x 0,3 cc selama 7 – 10
hari.
• Obat golongan neuroprotektor juga diberikan, pada kasus ini diberikan piracetam
injeksi 3 x 3gram. Pada pasien ini diberikan injeksi piracetam diperkirakan
memperbaiki integritas sel, memperbaiki fluiditas membran dan menormalkan
fungsi membran dan berdasarkan hasil penelitian piracetam lebih efektif untuk
perbaikan fungsi kognitif dibandingkan dengan pemberian citicolin dan
neuroprotektor golongan lain. Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4x3 gr iv sampai
hari ke-4, hari ke-5 dilanjutkan 3x4 gr per oral sampai minggu ke-4, minggu ke-5
sampai minggu ke-12 diberikan 2x2, r per oral. Therapeutic windows 7-12 jam.
IV. PROGNOSIS
• Prognosis ad vitam pasien ini adalah bonam, karena pada pasien tidak terdapat
penurunan kesadaran dan hemodinamiknya stabil.
• Prognosis ad fungsionam pasien ini dubia ad malam, dikarenakan pada pasien ini
ditemukan adanya infark yang menyebabkan adanya sequele.
• Prognosis ad sanationam pasien ini dubia ad malam, karena pasien memiliki salah
satu faktor risiko yaitu DM dan hipertensi.
19
DAFTAR PUSTAKA
20