Anda di halaman 1dari 18

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN

Vol. 32 No. 2 Juli 2017

MANFAAT PARIWISATA GOA KREO DAN WADUK JATIBARANG BAGI


PEREKONOMIAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT
(Studi Empiris: Desa Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang)
Debik Untan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Email : debikuntann@gmail.com
Edy Yusuf Agung Gunanto
Mulyo Hendarto
Darwanto
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Abstrak
Pengembangan pariwisata Waduk Jatibarangdan Goa Kreo telah mengubah kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar, masyarakat yang dahulu bekerja sebagai petani dan buruh
tanikini beralih profesi sebagai dampak dari pengembangan lokasi wisata tersebut, masyarakat
sekitar kehilangan lahan persawahan mereka karena adanya pembangunan Waduk Jatibarang,
Dampaknya berpengaruh terhadappekerjaan dan pendapatan yang diterima masyarakat
sekitar. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa bagaimana tingkat perbedaan
pendapatan yang diterima oleh masyarakat sekitar sebelum dan sesudah adanya
pengembangan objek pariwisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang, apa yang menyebabkan
perbedaan tingkat pendapatan yang diterima masyarakat dan dampaknya terhadap
perekonomian, dan bagaimana dampak pengembagan lokasi wisata Goa Kreo dan Waduk
Jatibarang tersebut terhadap kondisi non-ekonomi. Metode penelitian ini mengunakan mix
method dengan mengunakan deskriptif kuantatif dan diskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian
ini yaitu, pendapatan yang diterima oleh masyarakat sekitar kawasan wisata Goa Kreo dan
Waduk Jatibarang meningkat seiring dengan adanya pengembangan wisata, meningkatnya
kesempatan kerja dan nilai ekonomis tanah. Sedangkan pengembangan lokasi wisata Goa
Kreo dan Waduk Jatibarang juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial masyarakat,
kondisi kebudayaan dan lingkungan masyarakat sekitar pada aspek non-ekonomi.
Kata kunci: Ekonomi Pariwisata, Goa Kreo, Waduk Jatibarang, Pariwisata berbasis
Masyarakat.
Abstract
Tourism development Jatibarang reservoirs and Goa cave has changed the socio-
economic conditions surrounding communities, people who formerly worked as farmers and
farm workers are now turning the profession as a result of the development of the tourist
sites, local communities lost land of their rice fields because of the construction of reservoirs
Jatibarang, impact effect on employment and earned income communities. The purpose of this
study was to analyze how the different levels of income received by the local community
before and after the development of tourism objects Kreo cave and Jatibarang reserviors,
what causes the difference in the level of income received by the community and the impact on
the economy, and how the impact of developing a tourist location Kreo cave and the
Jatibarang reservoir against non-economic conditions. This research method using a mix
method by using descriptive quantitative and descriptive qualitative. The results of this study,
namely, the income received by people around the tourist area of Goa and dams Jatibarang
Kreo increase along with the expansion of the travel, increasing employment opportunity and
the economic value of land. Beside that development of tour sites, Jatibarang resevoir and
Goa Kreo also affec tpt the social conditions, culture and environment conditions
surrounding communities in non-economic aspect.
Keywords: Tourism Economics, Goa Kreo, Jatibarang Reservoir, Community-based Tourism.

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 119


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

PENDAHULUAN Kota Semarang memiliki beberapa


Pariwisata adalah industri yang destinasi wisata alam, diantaranya Pulau
tergolong memiliki perkembangan yang Tirangcawang di Kelurahan Tugu, Pantai
cepat dewasa ini, selain itu pariwisata Tirang di Kelurahan Tambak Harjo, Pantai
dianggap sebagai industri yang menarik Marina di Kelurahan Tawangsari, Pantai
untuk dikembangkan dan mempunyai Maron di Kelurahan Tambak Harjo, Goa
posisi yang strategi dalam perkembangan Kreo dan Waduk Jatibarang di Kelurahan
perekonomian khususnya di Indonesia. Kandri, Taman Lele Semarang di Kelu-
Peranan pariwisata mengalami peningkatan rahan Tambakaji. Salah satu obyek wisata
seiring adanya perkembangan perdagangan yang saat ini menjadi tempat wisata yang
dan investasi pada era globalisasi. banyak digemari oleh masyarakat khusus-
Kekayaan alam dan ragam budaya menjadi nya masyarakat Kota Semarang dan Jawa
nilai tambah bagi upaya pengembangan Tengah adalah wisata Goa Kreo dan
pariwisata di Indonesia. Pengembangan Waduk Jati Barang yang baru diresmikan
pariwisata dapat memacu pertumbuhan pada tahun 2014. Terletak di Dukuh Talun
perekonomian sekaligus melestarikan alam Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan
dan budaya Indonesia. Selain itu pula Gunungpati, Kota Semarang. Obyek wisata
pengembangan pariwisata berdampak Goa Kreo dan Waduk Jatibarang ini
positif terhadap eratnya persaudaraan dan merupakan suatu produk pariwisata yang
persahabatan nasional maupun inter- banyak diminati oleh wisatawan di Kota
nasional (Yoeti, 1982). Semarang. Goa Kreo adalah sebuah Goa
Kota Semarang yang menjadi ibu yang merupakan petilasan Sunan Kalijagak
kota Provinsi Jawa Tengah memiliki etika bertemu dengan sekawanan kera yang
sumber daya yang dapat diolah sebagai kemudian disuruh menjaga kayu jati
produk wisata yang menarik bagi tersebut. Kata “Kreo” sendiri berasal dari
wisatawan domestik maupun wisatawan kata Mangreho yang berarti peliharalah
internasional. Posisi Kota Semarang dapat atau jagalah, yang kemudian menjadikan
dikatakan cukup strategis karena berada goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu
pada jalur perlintasan utama di Pulau Jawa. kawanan kera yang menghuni kawasan
Kondisi ini tentunya menguntungkan bagi Gua Kreo dianggap sebagai penunggu.
Pemerintah Kota Semarang dalam upaya Hal ini dapat dilihat dari jumlah
mempromosikan objek wisata yang kunjungan wisatawan yang cukup banyak,
terdapat di Kota Semarang.Kota Semarang sejak diresmikannya Waduk Jatibarang
memiliki berbagai objek pariwisata seperti pada tahun 2014, jika dilihat dari Gambar
wisata alam, wisata sejarah, wisata religi, 1 peningkatan cukup signifikan terjadi
wisata keluarga, hingga wisata belanja dan pada tahun 2014. Berbeda jauh jika
kuliner. dibandingkan dengan tahun 2012.
Jumlah kunjungan wisatawan di Goa
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisata Manca- Kreo yang cukup besar tentunya akan
negara dan Wisatawan Lokal Kota memberikan dampak secara langsung
Semarang Tahun 2009 - 2013 kepada masyarakat sekitar Goa Kreo dan
Waduk Jatibarang. Pembangunan Waduk
No Tahun Jumlah (orang) Jatibarang seluas 46,56 hektar memiliki
1 2009 1.633.042 banyak manfaat dalam pengembangan
2 2010 1.915.892 pariwisata di kawasan tersebut. Namun di
3 2011 2.100.926 sisi lain pembangunan Waduk Jatibarang
4 2012 2.712.442 tersebut mengorbankan lahan persawahan
5 2013 3.157.658 warga masyarakat Desa Kandri dalam
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pembangunannya. Sebagai kompensasi,
Kota Semarang Tahun 2013 masyarakat yang lahan persawahannya

120 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

terkena dampak pembangunan waduk pembangunan infrastruktur seperti jalan


diberikan ganti rugi atas tanah yang raya menuju Goa Kreo yang sedang
dimiliki dan diberikan kesempatan untuk diperbaiki dan penambahan fasilitas-
berdagang atau bekerja di kawasan wisata fasilitas bagi wisatawan yang ada di Goa
Goa Kreo maupun Waduk Jatibarang. Kreo.Pernyataan Ditjenpar dalam Pendit
Banyaknya kunjungan wisata ke Goa (1991) menjelaskan bahwa pembangunan
Kreo dan Waduk Jatibarang tentunya akan desa wisata diharuskan untuk mempertim-
membuka kesempatan bagi masyarakat bangkan kemampuan dan tingkat
sekitar untuk melakukan kegiatan usaha penerimaan lokasi pengembangan desa
dengan menyediakan berbagai macam wisata. Tentunya pengembangan wisata
kebutuhan wisatawan selama berkunjung yang ada di kawasan Goa Kreo dan Waduk
ke lokasi wisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang harus mempunyai dampak bagi
Jatibarang. Peluang ini masyarakat sekitar yang positif terhadap perekonomian
dapat memanfaatkan dengan cara masyarakat sekitar, pembukaan lapangan
menawarkan berbagai barang-barang yang pekerjaan, pemerantaan pendapatan, serta
dibutuhkan oleh wisatawan, menjual jasa, peningkatan pendapatan daerah.
ataupun berjualan makanan. Bertambahnya Berdasarkan uraian tersebut,
jumlah kunjungan wisatawan secara permasalahan penelitian yang diajukan
otomatis akan menambah kebutuhan adalah: bagaimanakah perbedaan
wisatawan akan barang dan jasa yang pendapatan yang diterima oleh masyarakat
ditawarkan, sehingga akan berdampak sekitar sebelum dan sesudah adanya
pada adanya peluang bagi masyarakat pengembangan objek pariwisata Goa Kreo
untuk mendapatan tambahan pendapatan. dan Waduk Jatibarang? Apakah penyebab
Terlebih lagi pemerintah melalui perbedaan tingkat pendapatan yang
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota diterima masyarakat dan dampaknya
Semarang mentargetkan jumlah kunjungan terhadap perekonomian? Serta bagaimana-
wisata mengalami peningkatan sepanjang kah dampak pengembangan lokasi wisata
tahun, hal ini disampaikan oleh Kepala Ka Goa Kreo dan Waduk Jatibarang tersebut
UPTD Goa Kreo bapak Asron. Langkah terhadap kondisi non-ekonomi.
pemerintah tersebut terbukti dari

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang

Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2009 – 2014

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 121


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

TINJAUAN PUSTAKA Community Based Tourism (CBT)


Pengertian Pariwisata Community Based Tourism (CBT)
J. Burkart dan S. Malik (Soekadijo, merupakan konsep pengembangan suatu
2000) mengartikan pariwisata sebagai destinasi wisata melalui pemberdayaan
berpindahnya individu ke suatu tempat masyarakat lokal dengan melibatkan
yang berlokasi di luar tempat biasaya masyarakat dalam perencanaan, pengelo-
individu tersebut melakukan aktivitas laan, dan pengambilan keputusan dalam
sehar-hari dalam sementara ataupun jangka pembangunannya (Murphy, 2005).
waktu pendek. Sedangkan menurut Salah Pengembangan pariwisata dengan melibat-
Wahab (Yoeti, 1995) menjelaskan kan peranan komunitas perlu mempertim-
pariwisata sebagai suatu aktivitas individu bangkan aspek-aspek non ekonomi
yang disertai dengan kesadaran dan seperti keberlanjutan lingkungan, sosial
individu tersebut memperoleh pelayanan dan budaya dan pengembangan pariwisata
dari masyarakat lokal di suatu lokasi untuk tidak cenderung pada aspek-aspek
sementara waktu dengan tujuan mencapai ekonomi yang merupakan dampak dari
kepuasan yang beragam dan berbeda dari adanya aspek sosial, budaya dan ling-
lingkungan asal individu tersebut. kungan (Anstrand, 2006). Sedangkan
Faktor-faktor penting yang dalam menurut Suansri (2003) menambahkan
pengertian pariwisata yang perlu bahwa CBT merupakan suatu bentuk alat
diperhatikan disebutkan Yoeti (1995) yang dipergunakan untuk tujuan
antara lain: 1) perjalanan dilakukan pembangunan komunitas dan konservasi
sementara waktu; 2) perjalanan dilakukan lingkungan.
dari suatu lokasi menuju ke lokasi lain; 3) Patin dan Francis (2005) mende-
perjalanan memiliki keterkaitan dengan finisikan CBT sebagai integrasi dan
tamasya atau rekreasi; 4) individu yang kolaborasi antara pendekatan dan alat
melakukan perjalanan berlaku sebagai (tool) untuk pemberdayaan ekonomi
konsumen di lokasi wisata bukan sebagai komunitas, melalui assessment, pengem-
seseorang yang mencari penghasilan. bangan dan pemasaran sumber daya alam
Sumber daya yang berada di suatu daerah dan sumber daya budaya komunitas.
dapat dikembangkan menjadi suatu bentuk Hausler (2005), menjelaskan gagasan
atraksi wisata dengan mempertimbangkan tentang definisi dari CBT yaitu: pertama,
aspek lainnya yang dapat bermanfaat bagi bentuk pariwisata yang memberikan
kepentingan ekonomi disebut sebagai suatu kesempatan kepada masyarakat lokal untuk
potensi wisata (Pendit, 2002). Atraksi mengontrol dan terlibat dalam manajemen
wisata atau daya tarik wisata dijelaskan dan pembangunan pariwisata; kedua,
oleh Yoeti (2002) sebagai segala sesuatu masyarakat yang tidak terlibat langsung
yang dapat menarik wisatawan untuk dalam usaha-usaha pariwisata juga
berkunjung pada suatu daerah tujuan mendapat keuntungan ; ketiga, menuntut
wisata, seperti: atraksi alam (landscape, pemberdayaan secara politis dan
pemandangan laut, pantai, iklim dan fitur demokratisasi dan distribusi keuntungan
geografis lain dari tujuan), daya tarik kepada komunitas yang kurang beruntung
budaya (sejarah dan cerita rakyat, agama, di pedesaan. Dengan demikian dalam
seni dan acara khusus, festival), atraksi pandangan Hausler, Community Based
sosial (cara hidup, populasi penduduk, Tourism (CBT) merupakan suatu
bahasa, peluang untuk pertemuan sosial), pendekatan pembangunan pariwisata yang
dan daya tarik bangunan (bangunan, menekankan pada masyarakat lokal (baik
arsitektur bersejarah dan modern, yang terlibat langsung dalam industri
monumen, taman, kebun, marina). pariwisata maupun tidak) dalam bentuk
memberikan kesempatan (akses) dalam
manajemen dan pembangunan pariwisata

122 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

yang berujung pada pemberdayaan politis patan sering kali dikaitkan dengan
melalui kehidupan yang lebih demokratis, penawaran tenaga kerja pada ekonomi
termasuk dalam pembagian keuntungan makro. Pendapatan yang sering diperkecil
dari kegiatan pariwisata yang lebih adil dengan upah (wage) merupakan salah satu
bagi masyarakat lokal. Hausler juga faktor pendorong penawaran tenaga kerja,
menyampaikan gagasan tersebut sebagai penghasilan merupakan salah satu alasan
wujud perhatian yang kritis pada utama seseorang untuk bekerja.
pembangunan pariwisata yang seringkali Keuntungan yang diperoleh akan
mengabaikan hak masyarakat lokal di berpengaruh terhadap semangat dan
daerah tujuan wisata. produktivitas pekerja.
Pengembangan pariwisata dengan Menurut Sukirno (2002) besaran
melibatkan komunitas masyarakat lokal pendapatan dari tenaga kerja dipengaruhi
dianggap memiliki peluang untuk oleh beberapa faktor, yaitu : faktor
pengembangan objek-objek dan atraksi demografi, sosio budaya, dan sosio
wisata berskala kecil yang berdampak pada ekonomi. Faktor demografi yang
minimalnya sosial-kultural sehingga mempengaruhi pendapatan tenaga kerja
terdapat peluang yang lebih besar untuk adalah pengalaman bekerja dan jumlah
diterima oleh masyarakat lokal (Nasikun, anggota keluarga yang bekerja. Teknologi
2001). Hatton (1999) menggambarkan yang merupakan salah satu unsur dari
prinsip-prinsip dasar dari Community faktor sosio ekonomi juga turut berperan
Based Tourism (CBT) antara lain : 1) dalam mempengaruhi pendapatan tenaga
prinsip sosial yaitu berkaitan otorisasi kerja. Pendapatan dalam pengertian
kepada komunitas untuk memberi ijin, ekonomi merupakan balas jasa atas
mendukung, membangun dan meng- penggunaan faktor-faktor produksi yang
operasikan kegiatan wisata di wilayah dimiliki oleh sektor rumah tangga dan
lokal; 2) prinsip ekonomi yang sektor perusahaan yang berupa gaji/upah,
menjelaskan mengenai pembagian keun- sewa, bunga serta keuntungan/profit.
tungan dari usaha pariwisata untuk
komunitas dan usaha kecil/menengah yang METODE PENELITIAN
merekrut tenaga kerja dari komunitas; 3) Metode pengambilan sampel yang
prinsip budaya mensyaratkan adanya digunakan dalam penelitian ini adalah
upaya menghargai budaya lokal, heritage nonprobability sampling dengan bentuk
dan tradisi dalam kegiatan pariwisata; dan quota accidental sampling. Sampel dalam
4) prinsip politik berkaitan dengan peran penelitian ini adalah Masyarakat sekitar
pemerintah lokal dan regional diantaranya Objek Wisata Goa Kreo dan Waduk
dalam membuat kebijakan sehingga prinsip Jatibarang yang berjumlah 50 Orang, serta
sosial ekonomi, budaya dan dapat beberapa key person yakni para masyarakat
terlaksana. di Goa Kreo, Waduk Jatibarang dan di luar
objek wisata, kepala pengelola kawasan
Konsep Pendapatan wisata Goa Kreo dan sekretaris pengelola
Sukirno (2000) menyatakan bahwa kawasan wisata Waduk Jatibarang untuk
pendapatan merupakan sejumlah peng- memperoleh informasi terkait pemecahan
hasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan masalah penelitian. Jenis data yang
yang dihitung setiap tahun atau setiap digunakan dalam pelitian ini adalah data
bulan pada umumnya. Pada ekonomi primer yang diperoleh dari hasil
makro, kesejahteraan masyarakat sering- wawancara dan data sekunder yang
kali dikaitkan dengan tingkat pendapatan bersumber dari buku, website, Badan Pusat
masyarakat, sehingga banyak kebijakan Statistik (BPS), laporan resmi dari
makro yang bertujuan untuk menaikkan pemerintah serta literatur berupa jurnal dan
tingkat pendapatan masyarakat. Penda- sebagainya.

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 123


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

Metode Analisis dalam penelitian ini dengan rincian seperti


Metode penelitian yang digunakan yang ditampilkan dalam Tabel 2.
dalam penelitian ini adalah mix method Tabel 2 menjelaskan 23 Orang
(metode gabungan) yakni dengan meng- responden atau sebesar 46% bekerja
gunakan metode penelitian deskriptif sebagai pedagang di kawasan Goa Kreo,
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Metode 12 Orang responden atau sebesar 24%
penelitian kuantitatif yang digunakan bekerja sebagai pemilik speedboat, 11
dalam penelitian ini adalah dengan alat Orang responden atau sebesar 22% bekerja
analisis deskriptif (frekuensi). Sedangkan, di luar objek dan 4 Orang responden atau
untuk metode deskriptif kualitatif sebesar 8% bekerja sebagai pedagang di
digunakan adalah teknik analisis kawasan Waduk Jatibarang. Masyarakat
mendalam (in-depth analysis). berganti pekerjaan dengan berbagai alasan,
selain karena dampak pembangunan
Wawancara Mendalam (In-depth Waduk Jatibarang, banyak juga masyarakat
analysis) yang berganti pekerjaandengaan berjualan
Merupakan teknik analisis dengan cara di kawasan wisata karena dirasa lebih
wawancra mendalam, untuk mengkaji menguntungkan dibandingkan dengan
masalah secara kasus per kasus karena menjadi buruh.
metodologi kualitatif yakin bahwa sifat
suatu masalah satu akan berbeda dengan Karakteristik responden berdasarkan
sifat dari masalah lainnya. Prosedur dalam pendapatan
menganalisis penelitian ini yakni pertama Hal ini digunakan untuk melihat
melakukan pra survey untuk bagaimana proporsi responden dilihat dari
mengidentifikasi permasalahan yang ada, jumlah pendapatan yang diterima tiap
kemudian peneliti mencoba merumuskan bulan, pendapatan dalam penelitian ini
permasalahan yang ada, menyusun merupakan pendapatan bersih yang
pertanyaan dan melakukan in-depth diterima oleh responden selama satu bulan
interview kepada para responden, terdiri penuh dia bekerja, dalam penelitian ini
dari masyarakat sekitar Objek Wisata Goa juga memperhatikan bagaimana potensi
Kreo dan Waduk Jatibarang yang perbedaan pendapatan yang mungkin
berjumlah, serta beberapa key person yakni diterima oleh pada hari biasa dan hari besar
para masyarakat di Goa Kreo, Waduk (Sabtu, Minggu dan hari libur nasional)
Jatibarang dan di luar objek wisata, kepala untuk mendapatkan data yang sesuai dan
pengelola kawasan wisata Goa Kreo dan akurat.
sekretaris pengelola kawasan wisata Tabel 3 menjelaskan bahwa
Waduk Jatibarang sebagai key informan sebanyak tiga responden atau sebesar 6%
guna memperoleh informasi dan dari total keseluruhan responden menda-
melakukan kajian literatur serta menarik patkan pendapatan ≤1000.000 Rupiah per
kesimpulan berdasarkan keadaan bulan, sebanyak 22 responden atau sebesar
sebenarnya di lapangan. 44% dari total keseluruhan responden
mendapatkan pendapatan sebesar
HASIL DAN PEMBAHASAN 1000.001-2000.000 Rupiah per bulan,
Karateristik Responden sebanyak 13 responden atau 26% dari total
Karateristik responden berdasarkan responden mendapatkan pendapatan
jenis usaha sebesar 2000.001-3000.000 Rupiah dalam
Dari keseluruhan jumlah pelaku 1 bulan, sebanyak 8 responden atau 16%
usaha yang berada di kawasan wisata Goa dari total keseluruhan responden
Kreo dan Waduk Jatibarang peneliti mendapatkan penghasilan sebesar
mengambil 50 responden sebagai objek 3000.001-4000.000 Rupiah dalam 1 bulan,
sebanyak 2 orang responden atau 4% dari

124 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

total keseluruhan responden mendapatkan terdapat sebanyak 10 orang atau sebesar


pendapatan sebesar 4000.001-5000.000 44% berlatar belakang sebagai petani, 6
Rupiah dalam 1 bulan, dan sebanyak 2 orang atau sebesar 26 % berlatar belakang
orang atau sebesar 2% dari total sebagai buruh pabrik. 2 orang atau sebesar
keseluruhan responden mendapatkan 9 % berlatar belakang sebagai bangunan, 4
penghasilan sebesar ≥ 5.000.000 Rupiah orang atau sebesar 17% berlatar belakang
dalam 1 bulan. Tidak semua responden sebagai buruh petani, 1 orang atau sebesar
dalam penelitian ini melakukan 4% berlatar belakang sebagai buruh lepas.
pekerjaannya setiap hari, ada banyak Sebaliknya 20 orang masyarakat yang
responden yang hanya bekerja pada hari – dahulunya bekerja sebagai petani
hari besar saja. kemudian diperinci lagi berdasarkan
profesi yang ditekuni saat ini, perincian ini
Peralihan Profesi Masyarakat di tampilkan dalam diagran lingkar yang
Hasil observasi yang dilakukan ditunjukkan oleh Gambar 4. Sebanyak 12
dalam penelitian, terdapat 99 masyarakat orang atau sebesar 60% berprofesi sebagai
yang berprofesi sebagai pelaku usaha pedagang di Goa Kreo, 3 orang atau
ataupun sebagai penyedia layanan sebesar 15% berprofesi sebagai pemilik
kepariwisataan. Berdasarkan keseluruhan persewaan speedboat, 2 orang atau sebesar
jumlah pelaku usaha tersebut, diambil 50 10% berprofesi sebagai pedagang di
responden sebagai objek dalam penelitian kawasan Waduk Jatibarang, 2 orang atau
ini. Latar belakang pekerjaan pelaku usaha sebesar 10% berprofesi sebagai pemilik
sebelum alih profesi yang disajikan pada warung makan di luar objek, dan 1 Orang
Gambar 3. atau sebesar 5 % berprofesi sebagai
Responden yang berjumlah 23 orang pemilik toko klontong.
yang bekerja di kawasan Goa Kreo

Tabel 2. Jumlah Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan (%)

Jenis pekerjaan Jumlah responden (orang) Persentase (%)


Pedagang Goa Kreo 23 46
Pedagang Jatibarang 4 8
Sewa speedboat 12 24
Pedagang di luar
11 22
objek
Jumlah 50 100
Sumber: data primer, diolah 2016

Tabel 3. Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan

Pendapatan (Rupiah) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)


≤1000.000 3 6
1000.001-2000.000 22 44
2000.001-3000.000 13 26
3000.001-4000.000 8 16
4000.001-5000.000 2 4
≥5000000 2 4
Jumlah 50 100
Sumber: Data Primer, diolah 2016.

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 125


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

Sumber: Data Primer, diolah 2016.


Gambar 3. Latar Belakang Pekerjaan Pelaku Usaha di Goa Kreo

Sumber: data primer, diolah 2016


Gambar 4. Profesi Masyarakat Lokal

Dampak Pariwisata Terhadap Kondisi masyarakat sebelum adanya


Ekonomi Dampak pada Pendapatan penegmbangan objek wisata memiliki
Masyarakat nilai rata – rata sebesar Rp. 1.223.200.
Setelah adanya pengembangan objek
Tabel 4. Rata-rata Pendapatan Responden wisata nilai rata – rata pendapatan yang
Mean N diterima masyarakat naik menjadi sebesar
sebelum 1223200 50 sebesar Rp. 2.543.200.
Pair 1
sesudah 2543200 50
Dampak pada Pekerjaan Masyarakat
Sumber: data primer, diolah 2016
Pengembangan lokasi pariwisata Goa
Kreo dan Waduk Jatibarang secara tidak
Tabel 2 menjelaskan bahwa ada
langsung telah mengubah struktur
perubahan rata-rata pendapatan yang
perekonomian masyarakat di sekitar daerah
diterima oleh masyarakat yang cukup
tersebut, terutama dalam sektor mata
signifikan, jika dibandingkan dengan
pencaharian masyarakat. Adanya lokasi
pendapatan yang diterima sebelumnya.
Goa Kreo dan Waduk Jatibarang
Dari 50 sampel responden yang diambil,
memunculkan adanya peluang untuk
pendapatan yang diterima oeleh

126 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

terciptanya lapangan pekerjaan baru yang dari kegiatan wisata pada dasarnya dilihat
lebih beragam, saat ini masyarakat di Goa dari keseluruhan pengeluaran wisatawan
Kreo dan Waduk Jatibarang, yang untuk akomodasi, konsumsi (baik
dahulunya mayoritas penduduk bekerja konsumsi dari rumah maupun di lokasi
sebagai petani dan buruh sekarang wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata,
memiliki alternatif pilihan mata pembelian souvenir, serta pengeluaran
pencaharian lain untuk mendapatkan lainnya. Paul (2012) yang menyebutkan
penghasilan. Alternatif pekerjaan tersebut bahwa “The tourism industry is highly
yaitu profesi yang bergerak di bidang labor intensive service industry and hence,
pariwisata, semakin banyak kunjungan it is a valuable source of employment. It
wisatawan ke Goa Kreo dan Waduk provides employment several times more
Jatibarang akan berdampak pada semakin than normal manufacturing industries.
meningkatnya tingkat kebutuhan Several types of business firms such as
wisatawan baik itu kebutuhan makanan, hotels, motels, restaurants, transport
hiburan, guide, ataupun yang lainnya. agencies, travel agents, tour operators, gift
Masyarakat di Goa Kreo dan Waduk shops, car and rickshaw drivers, guide etc.
Jatibarang mendapatkan manfaat dari flourish from tourist”
adanya lokasi objek pariwisata tersebut. Industri pariwisata merupakan
Saat ini masyarakat di kawasan wisata Goa industri yang padat karya, hal ini dapat
Kreo dan Waduk Jatibarang telah memiliki membuka kesempatan seluas-luasnya bagi
beragam alternatif profesi seperti menjadi masyarakat sekitar untuk mengembangkan
pedagang makanan dan minuman ringan, dan memperoleh keuntungan secara
pemilik warung makan, pemilik toko ekonomi. Buktinya saat ini sudah banyak
klontong, penyedia jasa persewaan kapal masyarakat sekitar Goa Kreo dan Waduk
speedboat, penyedia lahan parkir Jatibarang yang berprofesi sebagai
kendaraan pengunjung di Goa Kreo, pedagang, menurut penuturan Pak Ismanto
sampai persewaan kereta mainan yang berikut;
disewakan untuk anak-anak di kawasan “Kalau sekarang ini mayoritas
wisata Goa Kreo. pedagang, driver speedboat sama ada
Berkembangnya lokasi wisata Goa sebagian yang buruh di pabrik mas,
Kreo dan Waduk Jatibarang, setelah kalau bapak dulunya buruh di pabrik
Waduk Jatibarang diresmikan pada tahun tetapi sambil menjadi tukang
2014, dapat dilihat dari mulai banyaknya bangunan, klo sekarang jaga warung,
wisatawan yang berkunjung. Hal ini akan kadang driver speedboat, kalau ada
memunculkan peluang usaha baru bagi kerjaan sebagai tukang kadang –
masyarakat, yaitu untuk memenuhi kadang juga masih mau mas, klo ibuku
kebutuhan para wisatawan. Kebutuhan dah tiap hari dagang di sini”
tersebut sangatlah beragam dari kebutuhan Banyaknya masyarakat yang beralih
makanan, tempat tinggal, oleh-oleh profesi menjadi pedagang tidak terlepas
ataupun yang lainya. Pendapat ini sama dari adanya alih fungsi lahan pertanian
dengan penelitian sebelumnya yang masyarakat, lahan persawahan masyarakat
dilakukan oleh I Wayan (2015) yang yang dulunya digunakan untuk bertani saat
menyatakan bahwa pengembangan ini sudah menjadi Waduk Jatibarang,
pariwisata di suatu daerah akan berdampak dengan demikian masyarakat yang dahulu
pada perubahan struktur ekonomi berprofesi sebagai petani ataupun buruh
masyarakat khususnya mata pencaharian tani harus mencari profesi lain. Pada
masyarakat yang ditimbulkan dari adanya awalnya Pemerintah Kota Semarang
peluang usaha sektor tersebut dan mengalihkan profesi masyarakat yang
ikutannya, Dritasto (2013) menyatakan dulunya petani untuk berbudidaya ikan
bahwa dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan karamba di waduk, namun karena

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 127


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

Waduk Jatibarang ini difungsikan sebagai ”Kalau yang dagang di sini itu udah
supply air bersih di Kota Semarang, ada dari dulu tapi jumlahnya tidak
penahan banjir dan PLTA, maka budidaya banyak seperti sekarang, kalau dulu
ikan dengan karamba itu tidak jualanya ya disepanjang jalan itu mas
diperbolehkan lagi. berjejer klo sekarang kan ditata di
Tidak diperbolehkanya masyarakat sini”
untuk budidaya ikan di karamba Berdasarkan observasi secara
mengundang polemik baru di masyarakat, langsung penulis di lapangan, Selain
kemudian dikumpulkan kembali berdagang dan persewaan speedboat ada
masyarakat, perangkat desa beserta dengan banyak lagi lapangan pekerjaan yang
Pemerintah Kota Semarang untuk mencari tersedia sebagai dampak adanya pariwisata
solusinya, dalam musyawarah itu Goa Kreo dan Waduk Jatibarang, Seperti
ditemukan solusinya agar masyarakat yang penyediaan lahan parkir untuk wisatawan,
dulu berbudidaya ikan beralih ke pada hari libur nasional biasanya lokasi
persewaan speedboat, berikut pernyataan wisata ini dibanjiri pengunjung sehingga
dari pak Ismanto : lahan parkir yang disediakan pengelola
“Memang semua petani yang lahannya tidak mencukupi. Selain itu ada juga warga
terkena dampak pembangunan waduk masyarakat yang menyewakan kereta anak
diberikan ganti rugi mas, kalau ganti – anak, kereta kecil itu hanya dioperasikan
ruginya pada saat itu di bawah harga pada hari libur saja dan dikenakan tarif
pasar dengan kompensasi warga 5.000 rupiah untuk satu anak. Peluang lain
masyarakat dialihkan untuk mencari yang timbul adalah industri kerajian seperti
pendapatan dengan cara lain. Nah dulu souvenir, di banyak tempat di kawasan
itu ada kumpulan mulai dari warga wisata souvenir biasanya dibuat sebagai
masyarakat, RT dan RW, pemerintah oleh – oleh khas daerah pariwisata
desa dan pemerintah Kota Semarang tersebut. Pendapat ini sama dengan
untuk merumuskan usaha apa yang Preechaya (2015) yang menyebutkan
cocok untuk dijalankan oleh para bahwa The private sectors should be
pemilik lahan jika lahannya digunakan encouraged and supported to participate in
sebagai waduk, nah saat itu warga developing the tourist attractions in other
difasilitasi dan dibolehkan untuk matters, for example management in
membuat keramba ikan dab berternak lodgings, restaurants, tourism activities
ikan, tapi ternyata ternak ikan itu and souvenirs, and many others. Dan
dianggap mencemarkan air, karena air penelitian Suriya (2009) yang
di Waduk Jatibarang ini digunakan menyebutkan bahwa “Souvenir shop were
untuk supply air bersih ke Kota dan among top gainers of the tourism benefit.
waduk ini digunakan untuk PLTA They could expand more than the rate of
(Pembangkit listrik tenaga air) maka tourism price increase”
keramba ikan tidak dibolehkan lagi,
kemudian diganti dengan speedboat Dampak terhadap Nilai Jual Tanah
ini. Yaitu yang dulunya bekerja Adanya lokasi wisata yang ramai
sebagai petani berganti ke speedboat, dikunjungi oleh wisatawan ternyata
ada juga sebagian yang menjadi berdampak pada naiknya harga tanah yang
pedagang yang buruh juga ada” sangat singnifikan dimana, karena tanah
Sebelum adanya waduk jati barang, dimana dipandang potensial untuk
pedagang di Goa Kreo juga sudah ada. mendirikan usaha, seperti warung makan,
Namun jumlahnya tidak sebanyak restoran, penginapan dan yang lainya.
sekarang, menurut penuturan salah satu Menurut penuturan beberapa narasumber,
pedagang di Goa Kreo sebagai berikut: bahwa memang ada kenaikan harga tanah

128 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

di kawasan tersebut. Menurut penuturan semakin naik, dan masyarakat yang tidak
Pak Ismanto sebagai berikut; memiliki modal yangbanyak tidak bisa
“Klo tanah di sini sekarang sudah memaksimalkan potensi pendapatan yang
mahal mas, tanah ini aja klo di tawar bertambah tapi justru kehilangan
sejuta paling cuma ditertawain mas, kesempatan untuk mendapatkan
klo yang tanah bapak di atas itu di pertambahan penghasilan. Hasil ini sama
dekat kawasan Goa Kreo kalau jaman dengan penelitian yang dilakukan oleh
dulu cuma 60 juta sekarang mungkin 1 Suriya (2009) mengungkapkan bahwa
milyar aja gak dikasih mas, kalau “The richest quintiles of households would
tanah itu jaman 2008 itu harganya be the top gainer of the tourism benefit.
sekitar 65.000 per m2 sekarang sudah Their income growth will range from
sekitar 2 jutaan mas tanah disini” around 3.50% to 4.0%, The second richest
Adanya kenaikan harga tanah ini households and the middle households
dapat dipandang sebagai hal yang positif, were second and third largest gainers.
itu berarti tanah dimana semakin memiliki However, the poorest and second poorest
nilai ekonomis dari adanya lokasi wisata quintiles seemed not to gain anything of
tersebut, namun ada efek negatif yang the benefit. They may even face the income
dapat timbul karena harga tanah yang drop a little bit”
terlalu mahal, Masyarakat yang tidak
memiliki modal akan semakin kesulitan Dampak Non-Ekonomi
untuk mendirikan bangunan dimana, Kondisi Sosial Masyarakat
hasilnya masyarakat yang tidak memiliki Dampak Positif
modal akan sulit untuk mendirikan usaha Masyarakat Desa Talun Kacang dan
karena modal awal yang dikeluarkan Desa Kandripada umumnya adalah
terlalu besar. masyarakat pedesaan, dimana nilai budaya
Namun disisi lain kenaikan harga dan sosialnya masih dijaga teguh sampai
tanah ini memiliki berdampak buruk saat ini. Nilai – nilai sosial seperti toleransi
terhadap pemerataan perekonomian, dan gotong royong masih dijaga teguh oleh
masyarakat yang memiliki modal yang masyarakat, bahkan saat ini nilai-nilai
lebih besar cenderung akan mendapatkan tersebut cenderung berkembang menuju ke
manfaat yang lebih besar dari adanya arah yang lebih baik. Menurut pernyataan
sektor wisata tersebut. Namun masyarakat dari Bapak Ismanto selaku pemilik
yang hanya memiliki modal yang sedikit persewaan speedboat di kawasan Waduk
atau tidak memiliki modal sama sekali Jatibarang sebagai berikut:
akan kehilangan kesempatan untuk “Kondisi sosialnya ya bagus, gotong
mendapatkan manfaat dari adanya royongya juga bagus. Nilai – nilai
pariwisata tersebut. Hal ini berdampak sosial dimasyarakat juga baik, kalau
nyata terhadap kenaikan pendapatan yang kita disini memang dari dulu dalam
diterima oleh masyarakat sekitar, dimana pengelolaan kawasan ini
masyarakat yang memiliki modal dapat mengedepankan gotong – royongnya
memiliki satu atau lebih usaha sekaligus. itu mas”
Sementara masyarakat yang tidak memiliki “Kalau sosial masyarakatnya masih
modal dan ingin mendirikan usaha akan sama, kalau gotong ronyongnya dari
terhalang dengan mahalnya harga tanah dulu sampai sekarang masih terjaga
yang ada sehingga sangat sulit bagi mas, malah cenderung lebih bagus
masyarakat yang memiliki modal yang mas. RW yang baru juga bagus, jadi
sedikit untuk medirikan usaha, ini artinya kalau ada permasalahan masrakat juga
masyarakat yang bermodal rendah akan dikumpulkan dan dicarikan solusinya.
semakin sedikit mendapatkan manfaat dari contohnya kalau disini ada yang jualan
adanya lokasi wisata jika harga tanah ikan bakar itu mas, kalau tempatnya

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 129


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

penuh bisa duduk disini datau duduk masyarakat di sana cenderung hanya
dimana saja, ya gak apa – apa mas kita berorientasi pada uang money oriented,
sama – sama dagang saling bantu sikap masyarakat ini tergambar ketika
membantu, nanti kan juga bisa beli mereka hanya akan melayani wisatawan
minumya disini gorengan krupuk dan yang akan memberikan keuntungan untuk
lain -lain juga ikut laku. Ini aja jalan mereka, seperti pembeli. Ketika dilakukan
menuju kesini juga swadaya dari penelitian ini penulis juga sempat kesulitan
masyarakat mas, ini buat ngluruk mencari informan karena ada beberapa
tanah ini juga habis ratusan juta, kita pedagang yang tidak mau diwawancara,
bersama – sama patungan” namun ketika barang dagangannya dibeli
Selain itu dengan adanya wisata ini terlebih dahulu mereka mau untuk
berdampak pada peningkatan status sosial memberikan informasi yang dibutuhkan
di masyarakat dimana masyarakat yang peneliti. Hal ini sama dengan penelitian
dulunya hanya bekerja sebagai petani sebelumnya Menurut de Kadt dalam
tradisional ataupun buruh sekarang Oktaviyanti (2013) efek demonstratif
memperoleh sekarang memperoleh status adalah perubahan nilai, sikap dan perilaku
baru sebagai pedagang atau bisa disebut suatu masyarakat sebagai akibat dari
wirausahawan, kesejahteraan masyarakat kunjungan wisatawan ke daerah itu,
juga semakin membaik, adanya interaksi terutama karena adanya interaksi dengan
sosial masyarakat dengan wisatawan wisatawan dan usaha meniru budaya
membuat pola pikir masyarakat semakin wisatawan. Dampak interaksi wisatawan
terbuka dan menambah wawasan dengan masyarakat lokal antara lain dapat
masyarakat sekitar. Pendapat ini sama dilihat dari perubahan gaya busana
dengan yang dikemukakan Surwiyanata masyarakat yang meniru wisatawan, gaya
(2003) dimana pariwisata akan mengubah bahasa, sikap dan perilaku yang
struktur sosial masyarakat dimana ada ditunjukkan masyarakat lokal. Paul (2012)
perpindahan pekerjaan masyarakat, mengatakan bahwa “Globalization is
pemerataan pendapatan masyarakat, accused of destroying the socio-cultural
berkurangnya perbedaan tingkat identity of the local communities and
pendidikan dan kesempatan bekerja atau indigenous values, traditions and lifestyle”
berusaha. Selain itu adanya modernisasi Selain itu semakin ramainya
keluarga dimana anak dibebaskan untuk kunjungan wisatawan ke Goa Kreo
memilih apa yang dia mau dan memunculkan adanya kemburuan sosial di
peningkatan wawasan masyarakat, dimana masyarakat, menurut penuturan salah satu
ada perubahan ke arah yang lebih positif, pedagang Goa Kreo, menuturkan bahwa :
terutama dalam hal berkomunikasi dengan “Tetap sama mas masih kaya dulu,
sesama. tapi kadang ada warga masyarakat lain
yang iri pengen juga dapat tempat buat
Dampak Negatif jualan disini tapi kan gak semua orang
Adanya interaksi masyarakat lokal bisa dapat tempat kan mas, soalnya
dengan wisatawan secara otomatis akan disini juga tempatnya sempit”
berpengaruh terhadap kondisi sosial Walaupun banyak masyarakat yang
masyarakat, berdasarkan hasil pengamatan beralih pekerjaan namun tidak semua
penulis, ada perubahan gaya bahasa yang masyarakat memiliki kesempatan yang
ditunjukkan oleh beberapa pedagang yang sama untuk memasarkan barang
berada di sana, mereka lebih nyaman daganganya, masyarakat yang memiliki
menggunakan bahasa Indonesia dari pada lokasi yang strategis untuk menjajakan
bahasa Jawa terhadap wisatawan yang barang daganganya cenderung akan
datang, perubahan sikap dan perilaku memiliki pendapatan yang lebih besar, hal
masyarakat juga sangat terasa, kebanyakan ini berdampak pada munculnya

130 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

kecemburuan sosial diantara masyarakat dari tahun ke tahun, salah satu


karena adanya perbedaan pendapatan. upayanya ya dengan menumbuhkan
budaya – budaya lokal yang ada,
Dampak Pariwisata terhadap Kebuda- sehingga bisa menarik wisatawan
yaan di Masyarakat untuk datang ke sini, salah satunya
Dampak Positif kemarin tahun 2015 baru saja
Objek wisata Goa Kreo dan Waduk dilakukan festival budaya Sendratari
Jatibarang dalam perjalanannya juga masih di sini, kemarin dalam rangka
memegang nilai – nilai budaya yang ada, promosi juga ada festival durian
justru pengembangan budaya yang sudah yang diadakan disini mas”
menjadi warisan nenek moyang, masih Munculnya kesenian baru ini
terus dijaga dan dilestarikan sehingga merupakan upaya pemerintah kota dan
dapat menjadi kearifan lokal yang masyarakat sekitar dalam upaya menarik
berdampak pada kekhasan tempat wisata wisatawan untuk datang ke Goa Kreo, hal
itu sendiri. Salah satu kebudayaan yang ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
sampai sekarang ini masih sering wisatawan akan hiburan. Adanya keter-
dilakukan di kawasan wisata Goa Kreo tarikan wisatawan terhadap kebudayaan
adalah perayaan ritual kirap sesaji lokal ini akan menstimulus atau
Rewanda. Kirap sesaji Rewanda bukan mendorong pada tumbuhnya kebudayaan –
berarti kita menyembah pada roh kera kebudayaan baru atau melahirkan kembali
(Rewanda) melainkan menyampaikan rasa kebudayaan lama yang semakin
syukur pada Allah SWT atas terciptanya menghilang. Hal ini sama dengan pendapat
alam yang indah, goa yang unik yang Howe (Oktaviyanti, 2013) menyebutkan
dilengkapi ratusan satwa kera yang bahwa budaya pariwisata adalah budaya
berkeliaran bebas. Perayaan ini dilakukan yang berdasarkan kebutuhan wisatawan.
setiap tahun dengan menyajikan hasil bumi Interaksi wisatawan dengan masyarakat
yang disusun menjadi tumpengan, buah- lokal memunculkan daftar kebutuhan dasar
buahan untuk makanan kera, dan replika dan penunjang wisatawan dalam
kayu tiang Masjid Demak. Kemeriahan melakukan kegiatan pariwisata. Ini
Perayaan ini melibatkan semua masyarakat mengarah pada terciptanya pengadaan
sekitar baik yang tua ataupun muda, dan fasilitas tambahan yang harus disediakan
para wisatawan lokal maupun luar negeri. oleh masyarakat lokal selaku tuan rumah
Festival Sendratari legenda Gao Kreo destinasi wisata.
merupakan salah satu festival terbaru. Dinas Pariwisata Kota Semarang
Festival ini baru satu kali dilaksanakan memang memberikan respon yang positif
pada tahun 2015 ini, diharapakan festival terhadap kekayaan budaya lokal sehingga
Sendratari ini dapat dilaksanakan tiap hal ini akan berdampak pada kepada
tahun sehingga akan dapat menambah tumbuh dan berkembangnya kebudayaan
jumlah wisatawan yang datang ke Goa lokal yang ada, masyarakat sendiri menjadi
Kreo dan waduk jati barang. Kegiatan termotivasi untuk menjaga dan mengem-
budaya ini tidak terlepas dari peranan bangkan kebudayaan lokal yang ada.
Dinas Pariwisata Kota Semarang dalam Berdasarkan penuturan Bapak Widodo
upaya mempromosikan dan memajukan selaku Sekretaris Pengelola Waduk
kawasan objek wisata Goa Kreo dan Jatibarang, beliau menuturkan sebagai
Waduk Jatibarang. Berdasarkan penuturan berikut:
kepala Ka UPTD Goa Kreo Pak Asron “Anak – anak disini juga senang
sebagai berikut: berlatih tari – tarian mas, kebetulan
“Memang dari dinas pariwisata klo latihan dilaksanakan di rumah
sendiri mentargetkan agar kunjungan saya, seneng kalau ikut pentas. Selain
wisata ke Goa Kreo semakin naik itu kan kalau kebudayaan seperti ini

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 131


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

juga bisa di perlombakan atar sekolah, Menurut penuturan salah satu pedagang di
jadi manfaatnya positif” lokasi wisata tersebut menyatakan :
Adanya regenerasi maka kebudayaan “Kalo ada kirap di sini rame mas, gak
yang ada tidak akan hilang ditelan dengan masalah gak ganggu upacaranya,
jaman namun tetap akan menjadi kearifan mereka kan seneng karna di sana
lokal yang nantinya akan memberikan ciri mungkin gak ada, kita juga seneng
kekhasan tersendiri buat daerah wisata Goa dagangan kita juga jadi laris. Dari dulu
Kreo dan Waduk Jatibarang. Hal ini senada memang sudah ada kirap dan tiap
dengan yang diungkapkan oleh Irianto tahun diadakan”
(2011) yang menyatakan bahwa pariwisata Sebagian besar masyarakat di
Sebagai sarana pengembangan budaya kawasan Goa Kreo tidak
daerah, melalui atraksi budaya yang mempermasalahkan kondisi tersebut,
disuguhkan pada saat-saat tertentu, karena memang diadakannya acara
Kehidupan masyarakat dapat mendukung tersebut selain mempertahankan
festival kesenian sebagai temporary events, kebudayaan yang ada adalah bertujuan
Kesenian tradisional masyarakat desa untuk menarik wisatawan. Hal ini sama
dapat sebagai penunjang utama kegiatan dengan yang disampaikan Oktaviyanti
temporary events sebagai festival kesenian (2013) bahwa masih terdapat perdebatan
masyarakat sekitar. apakah budaya pariwisata memberikan
dampak positif atau negatif pada
Dampak Negatif wisatawan dan masyarakat lokal. Pada
Adanya interaksi dengan berbagai akhirnya, tujuan adanya budaya pariwisata
elemen masyarakat memungkinkan adanya adalah untuk memenuhi kebutuhan
akulturasi budaya dengan kebudayaan wisatawan akan pengalaman budaya lokal.
masyarakat luar, sehingga hal ini akan Meskipun terdapat perubahan pada
berdampak kepada melemahnya sejumlah elemen budaya, termasuk di
kebudayaan – kebudayaan local antaranya waktu pertunjukan ataupun
masyarakat Jawa, terutama masyarakat fragmen yang disajikan, nilai dasar budaya
pedesaan yang menjaga tata-krama, nilai – lokal tetap harus dipertahankan.
nilai seperti ini sekarang di rasa semakin
lama semakin berkurang. Menurut Dampak Pariwisata Terhadap
penuturan Pak Ismanto, berikut: Lingkungan Fisik
“Kalau anak muda disini sudah beda Pembangunan infrastruktur seperti
dengan jaman dulu, sekarang anak – jalan dan fasilitas penunjang pariwisata di
anak disini sudah kayak anak – anak Goa Kreo dan Waduk Jatibarang saat ini
kota” memang sedang gencar dilakukan oleh
Walaupun hal ini tidak sepenuhnya Pemerintah Kota Semarang, saat penelitian
merupakan dampak buruk karena ini ini dilakukan jalan menuju Goa Kreo juga
menandakan kebudayaan lokal yang sedang diperbaiki dengan menambahkan
semakin moderen, namun hal ini memiliki trotoar (bahu jalan) di sepanjang jalan
dampak buruk bagi kehidupan lokal karena masuk ke Goa Kreo. Selain perbaikan jalan
lama kelamaan masyarakat akan nyaman lokasi pedagang yang ada di dalam
dengan kebudayaan tersebut dan kawasan wisata Goa Kreo juga sedang
meninggalkan kebudayaan lokal. Selain itu diperbaiki, kios-kios milik pedagang yang
upacara adat seperti kirap sesaji yang dulunya terbuat dari kayu akan direnovasi
merupakan acara yang penuh khikmat dan dan diganti dengan bangunan tembok
sakral saat ini seperti hanya menjadi permanen. Hal ini dituturkan oleh kepala
upacara perayaan tahunan saja, karena Ka UPTD Goa Kreo yang mengatakan
disaksikan oleh banyak orang termasuk bahwa;
para wisatawan dan warga setempat.

132 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

“Sekarang pedagang-pedagang yang Jatibarang, menyewakan speedboat,


di atas sementara sedang digusur, membuka rumah makan, berdagang
bangunan yang dulu dari kayu akan souvenir dan yang lainya. Lokasi
diganti dengan bangunan permanen, wisata tersebut juga membuat nilai
selain itu juga akan ada fasilitas – ekonomis lahan pertanahan mengalami
fasilitas lain yang dibangun disini kenaikan harga.
untuk menunjang kebutuhan 3) Di bidang non – ekonomi seperti di
wisatawan. Kalau pedagang yang di bidang sosial, adanya lokasi wisata
bawah kiosya sudah permanen” memungkinkan masyarakat sekitar
Adanya pembangunan yang ada di untuk berinteraksi dengan wisatawan,
kawasan wisata tersebut tidak lain adalah dampak positifnya adalah
upaya pemerintah kota untuk menaikkan kesejahteraan masyarakat menjadi
tingkat kunjungan wisata di Goa Kreo. lebih baik, wawasan masyarakat
Berbeda dengan lokasi wisata Goa menjadi semakin luas, dan pola pikir
Kreo jalan menuju Waduk Jatibarang masyarakat yang lebih terbuka, Selain
malah belum diaspal, kondisi jalanya itu nilai-nilai toleransi dan gotong
masih berupa jalan tanah. Selain itu royong juga semakin meningkat.
fasilitas seperti kamar mandi, tempat Dampak negatifnya adalah adanya
parkir dan fasilitas pendukung lain juga perubahan sikapdan gaya bahasa dan
belum memadai karena di sediakan kecenderungan masyarakat yang
seadanya oleh masyarakat sekitar. Menurut berorientasi pada uang. Di bidang
masyarakat di sana pembangunan jalan budaya, adanya lokasi wisata membuat
baru kan dilakukan pada tahun 2017 budaya lokal yang ada semakin
berkembang karena adanya apresiasi
PENUTUP dari wisatawan yang datang dan
Kesimpulan pemerintah Kota Semarang, ritual
Objek pariwisata Goa Kreo dan budaya seperti rewanda juga masih
Waduk Jatibarang dapat memberikan dipertahankan sampai sekarang. Di
manfaat yang positif dan negatif bagi bidang lingkungan, adanya lokasi
masyarakat sekitar, manfaat tersebut pariwisata berdampak terhadap
mencakup di bidang ekonomi, sosial, pembangunan infrastruktur yang ada
maupun budaya. Berdasarkan penelitian seperti jalan da fasilitas penunjang
yang telah dilakukan, maka dapat pariwisata
disimpulkan sebagai berikut:
1) Pengembangan objek wisata Goa Kreo Saran
dan Waduk Jatibarang telah mengubah Berdasarkan hasil pembahasan dan
tatanan didalam masyarakat, temuan penelitian di atas, maka saran yang
pengembangan objek wisata tersebut dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
berdampak pada peralihan profesi 1) Industri souvenir merupakan industri
masyarakat sekitar, akibatnya dari yang memiliki nilai ekonomis yang
adanya peralihan profesi masyarakat tinggi di kawasan wisata, di Goa Kreo
tersebut pendapatan yang diterima dan Waduk Jatibarang belum ada
masyarakat mengalaim kenaikan penjual yang berjualan souvenir di
dibandingkan dengan sebelumya. kawasan wisata tersebut. Pemerintah
2) Di bidang ekonomi, adanya lokasi Kota Semarang ataupun kelurahan
wisata membuka lapangan pekerjaan setempat harus membantu dengan
baru bagi masyarakat setempat, memberikan pelatihan kepada
Masyarakat setempat dapat bekerja masyarakat tentang pembuatan industri
sebagai pedagang di Goa Kreo, kreatif.
menjadi pedagang di Waduk

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 133


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

2) Saat ini Waduk Jatibarang sudah mulai Boone, L. E. (2007). Pengantar Bisnis
ramai dikunjungi wisatawan, namun Kontemporer. Jakarta: Salemba
jalan menuju Waduk Jatibarang Empat.
tersebut masih berupa jalan tanah, bruijn, b. j. (asd). asd. asd, asd.
tempat parkir dan fasilitas pendukung
di sana masih belum memadai, perlu Donald R.Cooper, d. P. (2006). Bussines
adanya upaya dari pemerintah untuk Reasearch Methods. New York:
segera meperbaiki kondisi jalan McGraw-Hill Companies, Inc.,.
menuju Waduk Jatibarang dan Fadeli, C. d. (2003). Petunjuk Praktikum
penambahan fasilitas penunjang yang Kepariwisata Alam. Fakultas
ada di sana. Kehutanan Universitas Gajah Mada
Jurusan Konservasi Hutan
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Y. A. (2014). Perkembangan
Achadiat Dritasto, d. A. (2013). Analisis Objek Wisata Goa Kreo Terhadap
Dampak Ekonomi Wisata Bahari Kehidupan Sosial Ekonomi
Terhadap Pendapatan Masyarakat Masyarakat. Jurnal Ilmiah
di Pulau Tidung. Jurnal Online Pendidikan Sejarah IKIP Veteran
Institut Teknologi Nasional, 1-8. Semarang, 1-8.
Aditya, Y. (2015). Pengaruh Program Desa Gitosudarmo, I. (2000). Manajemen
WIsata Terhadap Peningkatan Pamasaran. Yogyakarta: BPFE.
Pendapatan Masyarakat (Studi
Kasus Desa Bejiharjo, Kabupaten Hanif Alienda Wardhani, S. M. (45). sdf.
Gunung Kidul). Malang df, 46.
Universitas Brawijaya. Hatton, M. (1999). Community Based
Ali, M. (2009). Pendidikan Untuk Tourism in Asia-Pacific. Canada:
Pembangunan Nasional Menuju School of Media Studies at Humber
Bangsa Indonesia Yang Mandiri College.
dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Hausler, N. (2005). Definition of
Imtima. Community Based Tourism.
Amirullah, d. I. (2005). Pengantar Bisnis. Hanover: Tourism Forum
Yogyakarta: Graha Ilmu. Internasional at the Reisepavillion.
Anstrand, M. (2006). Community-Based I Gede Pinanta, P. G. (2005). Sosiologi
Tourism and Socio-Culture Aspects Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Relating to Tourism a Case Study Offset.
of a Swedish Student Excursion to I Wayan Suardana, d. N. (2015). Dampak
Babati (Tanzania). Jurnal. Pariwisata Terhadap Mata
Sodertorn University Collage, Pencaharian Masyarakat Pesisir
School of Life Sciences. Karangasem: Pendekatan Pro Poor
Baltagi, B. H. (2005). Econometric Tourism. PIRAMIDA 11(2), 76-87.
Analysis of Panel Data. England: Irianto. (2011). Dampak Pariwisata
Jhon Wiley & Sons, Ltd. Terhadap Kehidupan Sosial dan
Baskoro BRA, d. C. (2008). Membangun Ekonomi Masyarakat di Gili
Kota Pariwisata Berbasis Trawangan Kecamatan Pemenang
Komunitas: Suatu Kajian Teoritis. Kabupaten Lombok Utara. Jurnal
Jurnal Kepariwisataan. 3(1). Bisnis dan Kewisarusahaan. 7(3),
188 - 196.

134 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

Iverson. (2001). Mamahami Keterampilan Oktaviyanti, S. S. (2013). Dampak sosial


Pribadi. Bandung: CV. Pusataka. Budaya Interaksi Wisatawan
Dengan Masyarakat Lokal Di
Jarinto damanik, H. A. (2005). Penang-
kawasan Sosrowijayan. Jurnal
gulangan Kemiskinan Melaluli
Nasional Pariwisata 5, 201-208.
Pariwisata. Yogyakarta: Kepel
Press Yogyakarta. Patin, D. d. (2005). Community Based
Suitaineble Tourism. UK:
Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Jakarta:
UWISEDU.
Rajawali Pres.
Paul, B. D. (2012). The Impact of Tourism
Kususmastuti, N. (2012). Pengaruh
on Society. tidak diterbitkan.
Pendapatan, Umur, Jumlah Tang-
gungan Keluarga pendapatan Poniwatie, A. (2008). Analisis Faktor -
Suami dan Jarak tempuh Ketempat Faktor Yang Mempengarui Tingkat
kerja Terhadap Curahan Jam Pendapatan Pedaganag Pasar
Kerja Pedagang Sayur Wanita Tradisional Di Kota YOgyakarta.
(skripsi). Semarang: Fakultas Jurnal NeO-Bis, 197-210.
Ekonomika dan Bisnis Universitas Preechaya Chumsri, O. C. (2015).
Diponegoro. Guidelines on Developing
Malyasana, D. (2011). Pendidikan Community Base Tourism to
Bermutu dan Berdaya Saing. Suitanable Management of Tourist
Bandung: Remaja Rosdakarya. Attraction. Journal of Economics,
Business adan Management, 3(6),
Middleton, V. T. (2001). Resort :
653-655.
Management and Operation. John
Wiley & Sons, Inc. Rini Sulistiawati, H. (56). as. asd, 65.
Munandar, M. (2006). Pokok - Pokok Riyanto, B. (2002). Dasar-dasar Pembe-
Intermediate Accounting. lanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
Yogyakarta: Gajah mada BPFE.
University Press. S Pandit, N. (Ilmu Pariwisata Sebuah
Murphy, K. D. (2005). Psychological Pengantar Perdana). 1999. Jakarta:
Testing, Principles and Prandya Paramita.
Applications Sisth Edition. New S, N. P. (1999). Ilmu Pariwisata Sebuah
Jersey: Pearson Education
Pengantar Perdana. Jakarta :
International. Pradnya Paramita.
Nasikun. (2001). Bahan Kuliah; Isu dan Samuelon, P. A. (2008). Makro Ekonomi.
Kebijakan Penanggulangan Kemis- Jakarta: Erlangga.
kinan. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada. Sawir, A. (2001). Analisis Kinerja
Keuanagan dan Perencanaan
Oka, A. Y. (2002). Perencanaan Starategis Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT
Pemasaran daerah Tujuan Wisata. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Sedyawati, E. (2010). Budaya Indonesia
Oka, Y. A. (1982). Perencanaan dan (Kajian Akeologi, Seni, dan
Pembangunan Pariwisata. Jakarta: Sejarah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Pradnya Paramita. Persada.

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online) 135


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 32 No. 2 Juli 2017

Soekadijo, R. (2000). Anatomi Wisata, Timothy, D. (1999). Participatory Planing


Mamahami Pariwisata Sebagai a View of Tourism in Indonesia.
Alternatif Linkage. Jakarta: Annual Review of Tourism
Gramedia Pustaka Utama. Research.
Sri Yuniarti, H. S. (54). asd. sd, 53. Tohar, M. (2000). Permodalan dan
Pengkreditan Koperasi. Yogya-
Suansri, P. (2003). Community Based
karta: Kanisius.
Tourism Handbook. Thailand:
REST Project. Umar, H. (2006). Metode Penelitian Untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetekan
Sugiyono. (2013). Statistika Untuk
keenam. Jakarta: PT Gramedia
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Pustaka.
Sukirno, S. (2000). Ekonomi Pemba-
UNEP, d. W. (2005). MAking Tourism
ngunan Proses, Masalah dan
More Suitaneble: a Guide for Poicy
Dasar Kebijakan Pembangunan.
Makers. Tidak diterbitkan.
Jakarta: UI-Press.
Wahab, S. (2003). Managemen Kepariwi-
Sukirno, S. (2002). Teori Mikro Ekonomi.
sataan. Jakarta: PT Pradnya
Jakarta: Rajawali Press.
Paramita.
Suparmoko. (1990). Pengantar Ekonomi
Yoeti, O. A. (1995). Pengantar Ilmu
Mikro. Yogyakarta: BPFE.
Pariwisata. Jakarta: Angkasa.
Suparmoko, d. M. (2000). Pokok - Pokok
Yoeti, O. A. (1982). Perencanaan dan
Ekonomika. Yogyakarta: BPFE.
Pembangunan Pariwisata. Jakarta:
Suriya, K. (2012). Impact of Community- Pradnya Paramita.
based Tourism in a Village
Economy in Thailand: An Analysis
with VCGE model. Tidak
Diterbitkan.
Surwiyanata, A. (2003). Dampak Pemba-
ngunan Pariwisata Terhadap Kehi-
dupan Sosial, Budaya, dan
Ekonomi. Media Wisata Vol.2
No.1, 33-42.
Sutrisno. (2007). Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: Ekonesia.
Swantoro, G. (2004). Dasar - dasar
Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Syamsiah Ismail, Y. T. (2015). Dinamika
Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi
peneleitian pada Masyarakat di
Sekitar Tempat Wisata Pentadio
Resort di Desa Pentadio Barat
Kecamatan Telaga Biru Kabupaten
Gorontalo). Jurnal Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Gorontalo.

136 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-446X (Online)

Anda mungkin juga menyukai