yang berujung pada pemberdayaan politis patan sering kali dikaitkan dengan
melalui kehidupan yang lebih demokratis, penawaran tenaga kerja pada ekonomi
termasuk dalam pembagian keuntungan makro. Pendapatan yang sering diperkecil
dari kegiatan pariwisata yang lebih adil dengan upah (wage) merupakan salah satu
bagi masyarakat lokal. Hausler juga faktor pendorong penawaran tenaga kerja,
menyampaikan gagasan tersebut sebagai penghasilan merupakan salah satu alasan
wujud perhatian yang kritis pada utama seseorang untuk bekerja.
pembangunan pariwisata yang seringkali Keuntungan yang diperoleh akan
mengabaikan hak masyarakat lokal di berpengaruh terhadap semangat dan
daerah tujuan wisata. produktivitas pekerja.
Pengembangan pariwisata dengan Menurut Sukirno (2002) besaran
melibatkan komunitas masyarakat lokal pendapatan dari tenaga kerja dipengaruhi
dianggap memiliki peluang untuk oleh beberapa faktor, yaitu : faktor
pengembangan objek-objek dan atraksi demografi, sosio budaya, dan sosio
wisata berskala kecil yang berdampak pada ekonomi. Faktor demografi yang
minimalnya sosial-kultural sehingga mempengaruhi pendapatan tenaga kerja
terdapat peluang yang lebih besar untuk adalah pengalaman bekerja dan jumlah
diterima oleh masyarakat lokal (Nasikun, anggota keluarga yang bekerja. Teknologi
2001). Hatton (1999) menggambarkan yang merupakan salah satu unsur dari
prinsip-prinsip dasar dari Community faktor sosio ekonomi juga turut berperan
Based Tourism (CBT) antara lain : 1) dalam mempengaruhi pendapatan tenaga
prinsip sosial yaitu berkaitan otorisasi kerja. Pendapatan dalam pengertian
kepada komunitas untuk memberi ijin, ekonomi merupakan balas jasa atas
mendukung, membangun dan meng- penggunaan faktor-faktor produksi yang
operasikan kegiatan wisata di wilayah dimiliki oleh sektor rumah tangga dan
lokal; 2) prinsip ekonomi yang sektor perusahaan yang berupa gaji/upah,
menjelaskan mengenai pembagian keun- sewa, bunga serta keuntungan/profit.
tungan dari usaha pariwisata untuk
komunitas dan usaha kecil/menengah yang METODE PENELITIAN
merekrut tenaga kerja dari komunitas; 3) Metode pengambilan sampel yang
prinsip budaya mensyaratkan adanya digunakan dalam penelitian ini adalah
upaya menghargai budaya lokal, heritage nonprobability sampling dengan bentuk
dan tradisi dalam kegiatan pariwisata; dan quota accidental sampling. Sampel dalam
4) prinsip politik berkaitan dengan peran penelitian ini adalah Masyarakat sekitar
pemerintah lokal dan regional diantaranya Objek Wisata Goa Kreo dan Waduk
dalam membuat kebijakan sehingga prinsip Jatibarang yang berjumlah 50 Orang, serta
sosial ekonomi, budaya dan dapat beberapa key person yakni para masyarakat
terlaksana. di Goa Kreo, Waduk Jatibarang dan di luar
objek wisata, kepala pengelola kawasan
Konsep Pendapatan wisata Goa Kreo dan sekretaris pengelola
Sukirno (2000) menyatakan bahwa kawasan wisata Waduk Jatibarang untuk
pendapatan merupakan sejumlah peng- memperoleh informasi terkait pemecahan
hasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan masalah penelitian. Jenis data yang
yang dihitung setiap tahun atau setiap digunakan dalam pelitian ini adalah data
bulan pada umumnya. Pada ekonomi primer yang diperoleh dari hasil
makro, kesejahteraan masyarakat sering- wawancara dan data sekunder yang
kali dikaitkan dengan tingkat pendapatan bersumber dari buku, website, Badan Pusat
masyarakat, sehingga banyak kebijakan Statistik (BPS), laporan resmi dari
makro yang bertujuan untuk menaikkan pemerintah serta literatur berupa jurnal dan
tingkat pendapatan masyarakat. Penda- sebagainya.
terciptanya lapangan pekerjaan baru yang dari kegiatan wisata pada dasarnya dilihat
lebih beragam, saat ini masyarakat di Goa dari keseluruhan pengeluaran wisatawan
Kreo dan Waduk Jatibarang, yang untuk akomodasi, konsumsi (baik
dahulunya mayoritas penduduk bekerja konsumsi dari rumah maupun di lokasi
sebagai petani dan buruh sekarang wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata,
memiliki alternatif pilihan mata pembelian souvenir, serta pengeluaran
pencaharian lain untuk mendapatkan lainnya. Paul (2012) yang menyebutkan
penghasilan. Alternatif pekerjaan tersebut bahwa “The tourism industry is highly
yaitu profesi yang bergerak di bidang labor intensive service industry and hence,
pariwisata, semakin banyak kunjungan it is a valuable source of employment. It
wisatawan ke Goa Kreo dan Waduk provides employment several times more
Jatibarang akan berdampak pada semakin than normal manufacturing industries.
meningkatnya tingkat kebutuhan Several types of business firms such as
wisatawan baik itu kebutuhan makanan, hotels, motels, restaurants, transport
hiburan, guide, ataupun yang lainnya. agencies, travel agents, tour operators, gift
Masyarakat di Goa Kreo dan Waduk shops, car and rickshaw drivers, guide etc.
Jatibarang mendapatkan manfaat dari flourish from tourist”
adanya lokasi objek pariwisata tersebut. Industri pariwisata merupakan
Saat ini masyarakat di kawasan wisata Goa industri yang padat karya, hal ini dapat
Kreo dan Waduk Jatibarang telah memiliki membuka kesempatan seluas-luasnya bagi
beragam alternatif profesi seperti menjadi masyarakat sekitar untuk mengembangkan
pedagang makanan dan minuman ringan, dan memperoleh keuntungan secara
pemilik warung makan, pemilik toko ekonomi. Buktinya saat ini sudah banyak
klontong, penyedia jasa persewaan kapal masyarakat sekitar Goa Kreo dan Waduk
speedboat, penyedia lahan parkir Jatibarang yang berprofesi sebagai
kendaraan pengunjung di Goa Kreo, pedagang, menurut penuturan Pak Ismanto
sampai persewaan kereta mainan yang berikut;
disewakan untuk anak-anak di kawasan “Kalau sekarang ini mayoritas
wisata Goa Kreo. pedagang, driver speedboat sama ada
Berkembangnya lokasi wisata Goa sebagian yang buruh di pabrik mas,
Kreo dan Waduk Jatibarang, setelah kalau bapak dulunya buruh di pabrik
Waduk Jatibarang diresmikan pada tahun tetapi sambil menjadi tukang
2014, dapat dilihat dari mulai banyaknya bangunan, klo sekarang jaga warung,
wisatawan yang berkunjung. Hal ini akan kadang driver speedboat, kalau ada
memunculkan peluang usaha baru bagi kerjaan sebagai tukang kadang –
masyarakat, yaitu untuk memenuhi kadang juga masih mau mas, klo ibuku
kebutuhan para wisatawan. Kebutuhan dah tiap hari dagang di sini”
tersebut sangatlah beragam dari kebutuhan Banyaknya masyarakat yang beralih
makanan, tempat tinggal, oleh-oleh profesi menjadi pedagang tidak terlepas
ataupun yang lainya. Pendapat ini sama dari adanya alih fungsi lahan pertanian
dengan penelitian sebelumnya yang masyarakat, lahan persawahan masyarakat
dilakukan oleh I Wayan (2015) yang yang dulunya digunakan untuk bertani saat
menyatakan bahwa pengembangan ini sudah menjadi Waduk Jatibarang,
pariwisata di suatu daerah akan berdampak dengan demikian masyarakat yang dahulu
pada perubahan struktur ekonomi berprofesi sebagai petani ataupun buruh
masyarakat khususnya mata pencaharian tani harus mencari profesi lain. Pada
masyarakat yang ditimbulkan dari adanya awalnya Pemerintah Kota Semarang
peluang usaha sektor tersebut dan mengalihkan profesi masyarakat yang
ikutannya, Dritasto (2013) menyatakan dulunya petani untuk berbudidaya ikan
bahwa dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan karamba di waduk, namun karena
Waduk Jatibarang ini difungsikan sebagai ”Kalau yang dagang di sini itu udah
supply air bersih di Kota Semarang, ada dari dulu tapi jumlahnya tidak
penahan banjir dan PLTA, maka budidaya banyak seperti sekarang, kalau dulu
ikan dengan karamba itu tidak jualanya ya disepanjang jalan itu mas
diperbolehkan lagi. berjejer klo sekarang kan ditata di
Tidak diperbolehkanya masyarakat sini”
untuk budidaya ikan di karamba Berdasarkan observasi secara
mengundang polemik baru di masyarakat, langsung penulis di lapangan, Selain
kemudian dikumpulkan kembali berdagang dan persewaan speedboat ada
masyarakat, perangkat desa beserta dengan banyak lagi lapangan pekerjaan yang
Pemerintah Kota Semarang untuk mencari tersedia sebagai dampak adanya pariwisata
solusinya, dalam musyawarah itu Goa Kreo dan Waduk Jatibarang, Seperti
ditemukan solusinya agar masyarakat yang penyediaan lahan parkir untuk wisatawan,
dulu berbudidaya ikan beralih ke pada hari libur nasional biasanya lokasi
persewaan speedboat, berikut pernyataan wisata ini dibanjiri pengunjung sehingga
dari pak Ismanto : lahan parkir yang disediakan pengelola
“Memang semua petani yang lahannya tidak mencukupi. Selain itu ada juga warga
terkena dampak pembangunan waduk masyarakat yang menyewakan kereta anak
diberikan ganti rugi mas, kalau ganti – anak, kereta kecil itu hanya dioperasikan
ruginya pada saat itu di bawah harga pada hari libur saja dan dikenakan tarif
pasar dengan kompensasi warga 5.000 rupiah untuk satu anak. Peluang lain
masyarakat dialihkan untuk mencari yang timbul adalah industri kerajian seperti
pendapatan dengan cara lain. Nah dulu souvenir, di banyak tempat di kawasan
itu ada kumpulan mulai dari warga wisata souvenir biasanya dibuat sebagai
masyarakat, RT dan RW, pemerintah oleh – oleh khas daerah pariwisata
desa dan pemerintah Kota Semarang tersebut. Pendapat ini sama dengan
untuk merumuskan usaha apa yang Preechaya (2015) yang menyebutkan
cocok untuk dijalankan oleh para bahwa The private sectors should be
pemilik lahan jika lahannya digunakan encouraged and supported to participate in
sebagai waduk, nah saat itu warga developing the tourist attractions in other
difasilitasi dan dibolehkan untuk matters, for example management in
membuat keramba ikan dab berternak lodgings, restaurants, tourism activities
ikan, tapi ternyata ternak ikan itu and souvenirs, and many others. Dan
dianggap mencemarkan air, karena air penelitian Suriya (2009) yang
di Waduk Jatibarang ini digunakan menyebutkan bahwa “Souvenir shop were
untuk supply air bersih ke Kota dan among top gainers of the tourism benefit.
waduk ini digunakan untuk PLTA They could expand more than the rate of
(Pembangkit listrik tenaga air) maka tourism price increase”
keramba ikan tidak dibolehkan lagi,
kemudian diganti dengan speedboat Dampak terhadap Nilai Jual Tanah
ini. Yaitu yang dulunya bekerja Adanya lokasi wisata yang ramai
sebagai petani berganti ke speedboat, dikunjungi oleh wisatawan ternyata
ada juga sebagian yang menjadi berdampak pada naiknya harga tanah yang
pedagang yang buruh juga ada” sangat singnifikan dimana, karena tanah
Sebelum adanya waduk jati barang, dimana dipandang potensial untuk
pedagang di Goa Kreo juga sudah ada. mendirikan usaha, seperti warung makan,
Namun jumlahnya tidak sebanyak restoran, penginapan dan yang lainya.
sekarang, menurut penuturan salah satu Menurut penuturan beberapa narasumber,
pedagang di Goa Kreo sebagai berikut: bahwa memang ada kenaikan harga tanah
di kawasan tersebut. Menurut penuturan semakin naik, dan masyarakat yang tidak
Pak Ismanto sebagai berikut; memiliki modal yangbanyak tidak bisa
“Klo tanah di sini sekarang sudah memaksimalkan potensi pendapatan yang
mahal mas, tanah ini aja klo di tawar bertambah tapi justru kehilangan
sejuta paling cuma ditertawain mas, kesempatan untuk mendapatkan
klo yang tanah bapak di atas itu di pertambahan penghasilan. Hasil ini sama
dekat kawasan Goa Kreo kalau jaman dengan penelitian yang dilakukan oleh
dulu cuma 60 juta sekarang mungkin 1 Suriya (2009) mengungkapkan bahwa
milyar aja gak dikasih mas, kalau “The richest quintiles of households would
tanah itu jaman 2008 itu harganya be the top gainer of the tourism benefit.
sekitar 65.000 per m2 sekarang sudah Their income growth will range from
sekitar 2 jutaan mas tanah disini” around 3.50% to 4.0%, The second richest
Adanya kenaikan harga tanah ini households and the middle households
dapat dipandang sebagai hal yang positif, were second and third largest gainers.
itu berarti tanah dimana semakin memiliki However, the poorest and second poorest
nilai ekonomis dari adanya lokasi wisata quintiles seemed not to gain anything of
tersebut, namun ada efek negatif yang the benefit. They may even face the income
dapat timbul karena harga tanah yang drop a little bit”
terlalu mahal, Masyarakat yang tidak
memiliki modal akan semakin kesulitan Dampak Non-Ekonomi
untuk mendirikan bangunan dimana, Kondisi Sosial Masyarakat
hasilnya masyarakat yang tidak memiliki Dampak Positif
modal akan sulit untuk mendirikan usaha Masyarakat Desa Talun Kacang dan
karena modal awal yang dikeluarkan Desa Kandripada umumnya adalah
terlalu besar. masyarakat pedesaan, dimana nilai budaya
Namun disisi lain kenaikan harga dan sosialnya masih dijaga teguh sampai
tanah ini memiliki berdampak buruk saat ini. Nilai – nilai sosial seperti toleransi
terhadap pemerataan perekonomian, dan gotong royong masih dijaga teguh oleh
masyarakat yang memiliki modal yang masyarakat, bahkan saat ini nilai-nilai
lebih besar cenderung akan mendapatkan tersebut cenderung berkembang menuju ke
manfaat yang lebih besar dari adanya arah yang lebih baik. Menurut pernyataan
sektor wisata tersebut. Namun masyarakat dari Bapak Ismanto selaku pemilik
yang hanya memiliki modal yang sedikit persewaan speedboat di kawasan Waduk
atau tidak memiliki modal sama sekali Jatibarang sebagai berikut:
akan kehilangan kesempatan untuk “Kondisi sosialnya ya bagus, gotong
mendapatkan manfaat dari adanya royongya juga bagus. Nilai – nilai
pariwisata tersebut. Hal ini berdampak sosial dimasyarakat juga baik, kalau
nyata terhadap kenaikan pendapatan yang kita disini memang dari dulu dalam
diterima oleh masyarakat sekitar, dimana pengelolaan kawasan ini
masyarakat yang memiliki modal dapat mengedepankan gotong – royongnya
memiliki satu atau lebih usaha sekaligus. itu mas”
Sementara masyarakat yang tidak memiliki “Kalau sosial masyarakatnya masih
modal dan ingin mendirikan usaha akan sama, kalau gotong ronyongnya dari
terhalang dengan mahalnya harga tanah dulu sampai sekarang masih terjaga
yang ada sehingga sangat sulit bagi mas, malah cenderung lebih bagus
masyarakat yang memiliki modal yang mas. RW yang baru juga bagus, jadi
sedikit untuk medirikan usaha, ini artinya kalau ada permasalahan masrakat juga
masyarakat yang bermodal rendah akan dikumpulkan dan dicarikan solusinya.
semakin sedikit mendapatkan manfaat dari contohnya kalau disini ada yang jualan
adanya lokasi wisata jika harga tanah ikan bakar itu mas, kalau tempatnya
penuh bisa duduk disini datau duduk masyarakat di sana cenderung hanya
dimana saja, ya gak apa – apa mas kita berorientasi pada uang money oriented,
sama – sama dagang saling bantu sikap masyarakat ini tergambar ketika
membantu, nanti kan juga bisa beli mereka hanya akan melayani wisatawan
minumya disini gorengan krupuk dan yang akan memberikan keuntungan untuk
lain -lain juga ikut laku. Ini aja jalan mereka, seperti pembeli. Ketika dilakukan
menuju kesini juga swadaya dari penelitian ini penulis juga sempat kesulitan
masyarakat mas, ini buat ngluruk mencari informan karena ada beberapa
tanah ini juga habis ratusan juta, kita pedagang yang tidak mau diwawancara,
bersama – sama patungan” namun ketika barang dagangannya dibeli
Selain itu dengan adanya wisata ini terlebih dahulu mereka mau untuk
berdampak pada peningkatan status sosial memberikan informasi yang dibutuhkan
di masyarakat dimana masyarakat yang peneliti. Hal ini sama dengan penelitian
dulunya hanya bekerja sebagai petani sebelumnya Menurut de Kadt dalam
tradisional ataupun buruh sekarang Oktaviyanti (2013) efek demonstratif
memperoleh sekarang memperoleh status adalah perubahan nilai, sikap dan perilaku
baru sebagai pedagang atau bisa disebut suatu masyarakat sebagai akibat dari
wirausahawan, kesejahteraan masyarakat kunjungan wisatawan ke daerah itu,
juga semakin membaik, adanya interaksi terutama karena adanya interaksi dengan
sosial masyarakat dengan wisatawan wisatawan dan usaha meniru budaya
membuat pola pikir masyarakat semakin wisatawan. Dampak interaksi wisatawan
terbuka dan menambah wawasan dengan masyarakat lokal antara lain dapat
masyarakat sekitar. Pendapat ini sama dilihat dari perubahan gaya busana
dengan yang dikemukakan Surwiyanata masyarakat yang meniru wisatawan, gaya
(2003) dimana pariwisata akan mengubah bahasa, sikap dan perilaku yang
struktur sosial masyarakat dimana ada ditunjukkan masyarakat lokal. Paul (2012)
perpindahan pekerjaan masyarakat, mengatakan bahwa “Globalization is
pemerataan pendapatan masyarakat, accused of destroying the socio-cultural
berkurangnya perbedaan tingkat identity of the local communities and
pendidikan dan kesempatan bekerja atau indigenous values, traditions and lifestyle”
berusaha. Selain itu adanya modernisasi Selain itu semakin ramainya
keluarga dimana anak dibebaskan untuk kunjungan wisatawan ke Goa Kreo
memilih apa yang dia mau dan memunculkan adanya kemburuan sosial di
peningkatan wawasan masyarakat, dimana masyarakat, menurut penuturan salah satu
ada perubahan ke arah yang lebih positif, pedagang Goa Kreo, menuturkan bahwa :
terutama dalam hal berkomunikasi dengan “Tetap sama mas masih kaya dulu,
sesama. tapi kadang ada warga masyarakat lain
yang iri pengen juga dapat tempat buat
Dampak Negatif jualan disini tapi kan gak semua orang
Adanya interaksi masyarakat lokal bisa dapat tempat kan mas, soalnya
dengan wisatawan secara otomatis akan disini juga tempatnya sempit”
berpengaruh terhadap kondisi sosial Walaupun banyak masyarakat yang
masyarakat, berdasarkan hasil pengamatan beralih pekerjaan namun tidak semua
penulis, ada perubahan gaya bahasa yang masyarakat memiliki kesempatan yang
ditunjukkan oleh beberapa pedagang yang sama untuk memasarkan barang
berada di sana, mereka lebih nyaman daganganya, masyarakat yang memiliki
menggunakan bahasa Indonesia dari pada lokasi yang strategis untuk menjajakan
bahasa Jawa terhadap wisatawan yang barang daganganya cenderung akan
datang, perubahan sikap dan perilaku memiliki pendapatan yang lebih besar, hal
masyarakat juga sangat terasa, kebanyakan ini berdampak pada munculnya
juga bisa di perlombakan atar sekolah, Menurut penuturan salah satu pedagang di
jadi manfaatnya positif” lokasi wisata tersebut menyatakan :
Adanya regenerasi maka kebudayaan “Kalo ada kirap di sini rame mas, gak
yang ada tidak akan hilang ditelan dengan masalah gak ganggu upacaranya,
jaman namun tetap akan menjadi kearifan mereka kan seneng karna di sana
lokal yang nantinya akan memberikan ciri mungkin gak ada, kita juga seneng
kekhasan tersendiri buat daerah wisata Goa dagangan kita juga jadi laris. Dari dulu
Kreo dan Waduk Jatibarang. Hal ini senada memang sudah ada kirap dan tiap
dengan yang diungkapkan oleh Irianto tahun diadakan”
(2011) yang menyatakan bahwa pariwisata Sebagian besar masyarakat di
Sebagai sarana pengembangan budaya kawasan Goa Kreo tidak
daerah, melalui atraksi budaya yang mempermasalahkan kondisi tersebut,
disuguhkan pada saat-saat tertentu, karena memang diadakannya acara
Kehidupan masyarakat dapat mendukung tersebut selain mempertahankan
festival kesenian sebagai temporary events, kebudayaan yang ada adalah bertujuan
Kesenian tradisional masyarakat desa untuk menarik wisatawan. Hal ini sama
dapat sebagai penunjang utama kegiatan dengan yang disampaikan Oktaviyanti
temporary events sebagai festival kesenian (2013) bahwa masih terdapat perdebatan
masyarakat sekitar. apakah budaya pariwisata memberikan
dampak positif atau negatif pada
Dampak Negatif wisatawan dan masyarakat lokal. Pada
Adanya interaksi dengan berbagai akhirnya, tujuan adanya budaya pariwisata
elemen masyarakat memungkinkan adanya adalah untuk memenuhi kebutuhan
akulturasi budaya dengan kebudayaan wisatawan akan pengalaman budaya lokal.
masyarakat luar, sehingga hal ini akan Meskipun terdapat perubahan pada
berdampak kepada melemahnya sejumlah elemen budaya, termasuk di
kebudayaan – kebudayaan local antaranya waktu pertunjukan ataupun
masyarakat Jawa, terutama masyarakat fragmen yang disajikan, nilai dasar budaya
pedesaan yang menjaga tata-krama, nilai – lokal tetap harus dipertahankan.
nilai seperti ini sekarang di rasa semakin
lama semakin berkurang. Menurut Dampak Pariwisata Terhadap
penuturan Pak Ismanto, berikut: Lingkungan Fisik
“Kalau anak muda disini sudah beda Pembangunan infrastruktur seperti
dengan jaman dulu, sekarang anak – jalan dan fasilitas penunjang pariwisata di
anak disini sudah kayak anak – anak Goa Kreo dan Waduk Jatibarang saat ini
kota” memang sedang gencar dilakukan oleh
Walaupun hal ini tidak sepenuhnya Pemerintah Kota Semarang, saat penelitian
merupakan dampak buruk karena ini ini dilakukan jalan menuju Goa Kreo juga
menandakan kebudayaan lokal yang sedang diperbaiki dengan menambahkan
semakin moderen, namun hal ini memiliki trotoar (bahu jalan) di sepanjang jalan
dampak buruk bagi kehidupan lokal karena masuk ke Goa Kreo. Selain perbaikan jalan
lama kelamaan masyarakat akan nyaman lokasi pedagang yang ada di dalam
dengan kebudayaan tersebut dan kawasan wisata Goa Kreo juga sedang
meninggalkan kebudayaan lokal. Selain itu diperbaiki, kios-kios milik pedagang yang
upacara adat seperti kirap sesaji yang dulunya terbuat dari kayu akan direnovasi
merupakan acara yang penuh khikmat dan dan diganti dengan bangunan tembok
sakral saat ini seperti hanya menjadi permanen. Hal ini dituturkan oleh kepala
upacara perayaan tahunan saja, karena Ka UPTD Goa Kreo yang mengatakan
disaksikan oleh banyak orang termasuk bahwa;
para wisatawan dan warga setempat.
2) Saat ini Waduk Jatibarang sudah mulai Boone, L. E. (2007). Pengantar Bisnis
ramai dikunjungi wisatawan, namun Kontemporer. Jakarta: Salemba
jalan menuju Waduk Jatibarang Empat.
tersebut masih berupa jalan tanah, bruijn, b. j. (asd). asd. asd, asd.
tempat parkir dan fasilitas pendukung
di sana masih belum memadai, perlu Donald R.Cooper, d. P. (2006). Bussines
adanya upaya dari pemerintah untuk Reasearch Methods. New York:
segera meperbaiki kondisi jalan McGraw-Hill Companies, Inc.,.
menuju Waduk Jatibarang dan Fadeli, C. d. (2003). Petunjuk Praktikum
penambahan fasilitas penunjang yang Kepariwisata Alam. Fakultas
ada di sana. Kehutanan Universitas Gajah Mada
Jurusan Konservasi Hutan
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Y. A. (2014). Perkembangan
Achadiat Dritasto, d. A. (2013). Analisis Objek Wisata Goa Kreo Terhadap
Dampak Ekonomi Wisata Bahari Kehidupan Sosial Ekonomi
Terhadap Pendapatan Masyarakat Masyarakat. Jurnal Ilmiah
di Pulau Tidung. Jurnal Online Pendidikan Sejarah IKIP Veteran
Institut Teknologi Nasional, 1-8. Semarang, 1-8.
Aditya, Y. (2015). Pengaruh Program Desa Gitosudarmo, I. (2000). Manajemen
WIsata Terhadap Peningkatan Pamasaran. Yogyakarta: BPFE.
Pendapatan Masyarakat (Studi
Kasus Desa Bejiharjo, Kabupaten Hanif Alienda Wardhani, S. M. (45). sdf.
Gunung Kidul). Malang df, 46.
Universitas Brawijaya. Hatton, M. (1999). Community Based
Ali, M. (2009). Pendidikan Untuk Tourism in Asia-Pacific. Canada:
Pembangunan Nasional Menuju School of Media Studies at Humber
Bangsa Indonesia Yang Mandiri College.
dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Hausler, N. (2005). Definition of
Imtima. Community Based Tourism.
Amirullah, d. I. (2005). Pengantar Bisnis. Hanover: Tourism Forum
Yogyakarta: Graha Ilmu. Internasional at the Reisepavillion.
Anstrand, M. (2006). Community-Based I Gede Pinanta, P. G. (2005). Sosiologi
Tourism and Socio-Culture Aspects Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Relating to Tourism a Case Study Offset.
of a Swedish Student Excursion to I Wayan Suardana, d. N. (2015). Dampak
Babati (Tanzania). Jurnal. Pariwisata Terhadap Mata
Sodertorn University Collage, Pencaharian Masyarakat Pesisir
School of Life Sciences. Karangasem: Pendekatan Pro Poor
Baltagi, B. H. (2005). Econometric Tourism. PIRAMIDA 11(2), 76-87.
Analysis of Panel Data. England: Irianto. (2011). Dampak Pariwisata
Jhon Wiley & Sons, Ltd. Terhadap Kehidupan Sosial dan
Baskoro BRA, d. C. (2008). Membangun Ekonomi Masyarakat di Gili
Kota Pariwisata Berbasis Trawangan Kecamatan Pemenang
Komunitas: Suatu Kajian Teoritis. Kabupaten Lombok Utara. Jurnal
Jurnal Kepariwisataan. 3(1). Bisnis dan Kewisarusahaan. 7(3),
188 - 196.