Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH NEUROBIHEVIER

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “STROKE
HEMORRAGHIC dan NON-HEMORRAGHIC”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan
Kronis di Universitas Brawijaya oleh Dosen Alfrina Hany.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian , kelengkapan isi, dan lain-lainnya.
Untuk itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik pembaca
guna memperbaikan makalah ini di kemudian hari.Pembuatan makalah ini
diharapkan dapat berguna. Saya mengharapkan partisipasi dari para pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang
membacanya, Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Teman-teman kelompok 2 yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.makalah ini akan menjelaskan tentang STROKE HEMORRAGHIC dan
NON- HEMORRAGHIC. Hal itu bertujuan untuk memudahkan siswa-siswi untuk
memahami salah satu penyakit yaitu STROKE. Semoga makalah ini bermanfaat
dan berguna bagi setiap orang yang membacanya.

Nopember 2018

Page 1 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

DAFTAR ISI

Kata pengantar……. ........................................................................................... 2


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
BAB2.TINJAUANPUSTAKA/TEORI
2.1 Definisi…… …………..........................................................................
....................................................................... 5
2.2 Anatomi dan Fisiologi ………............................................................ 6
2.2.1 Otak……………………………………………………………………… 6
2.2.2 Peredaran darah di otak ………......................................................... 9
2.3 patoFisiologi Stroke……………......................................................... 11
2.3.1 Stroke Hemorraghic………..……....................................................... 11
2.3.2 Stroke Non-Hemorraghic ………....................................................... 12
2.4 Tanda dan Gejala…………….. ................................................................ 14
2.5 Penyebab Stroke................................................................................. 16
2.6 Faktor risiko terjadinya stroke............................................................. 16
BAB 3.
A.PROSES ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………..….... 19
B.RENCANA KEPERAWATAN............................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 28

Page 2 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

BAB I

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut WHO (2004) seperti yang dikutip pada laporan The Global Burden
Disease, di dunia untuk semua kelompok umur stroke iskemik dan penyakit
jantung merupakan penyebab kematian utama. Dengan penderita stroke iskemik
yang meninggal di dunia adalah 7,2 juta jiwa (12,2 %), dan penyakit jantung 5,7
juta jiwa (9,7%). Insidens rate penyakit stroke iskemik untuk serangan pertama
adalah 9 juta jiwa. Menurut peneliti dari Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), stroke banyak ditemukan di kalangan remaja dan orang muda
dewasa. Laporan ini diterbitkan dalam Annals of Neurology, edisi 1 September
2011. Data di Amerika Serikat menunjukkan, jumlah pasien berusia 15-44 tahun
yang menjalani perawatan di rumah sakit khusus stroke melonjak lebih dari
sepertiga antara tahun 1995 dan 2008. Peningkatan ini diduga karena
meningkatnya sebagian jumlah orang muda yang memiliki penyakit seperti
tekanan darah tinggi dan diabetes melitus tipe II, penyakit yang sebenarnya
berhubungan dengan orang dewasa yang lebih tua.

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena


serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah
200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000 penduduk, maka
200 orang akan menderita stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2012). Pada
penelitian berskala cukup besar yang dilakukan oleh survey ASNA (Asean
Neurologic Association) di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia, pada penderita
stroke akut yang dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun
cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7% dan diatas usia 65
tahun sebanyak 33,5% (Misbach, 2001).

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia


(Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
penderita stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia.
Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60
tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007,


prevalensi nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

Page 3 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

dan gejala). Sebanyak 11 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia memiliki


prevalensi di atas prevalensi nasional, termasuk provinsi Sumatera Barat dengan
prevalensi 6,9% pada posisi ke-10 tertinggi di Indonesia. Di Sumatera Barat dari
data yang ada pada Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi sebanyak
30% - 40% penderita stroke iskemik yang dirawat di ruang neurologi berusia 30 –
50 tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/TEORI

2.1 DEFINISI

Ada banyak definisi mengenai penyakit stroke namun semua definisi tersebut
memiliki satu kesimpulan yang sama yaitu troke adalah gangguan suplai darah di
otak yang diakibatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan vascular diotak,
dan berikut beberapa definisi yang kami dapat. Pengertian Stroke adalah
kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau
terhentinya suplai darah keotak secara tiba-tiba (Depkes RI, 1996). Stroke juga
bisa diartikan sebagai gejala–gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan
penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh lainnya” (M. Adib, 2009).

Stroke menurut World Health Organization (WHO,1988) seperti yang dikutip


(Junaidi ,2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan
fungsi otak secara fokal maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau
kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan
vaskular. Menurut Junaidi (2011) stroke merupakan penyakit gangguan
fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah keotak
karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan
gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke iskemik merupakan suatu penyakit
yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang
yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian otak
tersebut. Sedangkan stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional
otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang
disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari
pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak.

Stroke atau yang disebut juga dengan penyakit serebrovaskuler adalah cedera
vascular akut pada otak yang disebabkan oleh sumbatan bekuan darah,
penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya
pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang
memadai dengan gejala tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan (Feigin,
2006). Stroke adalah penyakit gangguan fungsional akut, fokal maupun global,
akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan
gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,

Page 4 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

sembuh dengan cacat, atau berakibat kematian (Ganong, 2003).Stroke adalah


serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya
pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan
darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel
tersebut dalam waktu yang sangat singkat (Raine, 2006).

Penyakit stroke yang terjadi sekitar 80% adalah iskemik, dan 20% adalah
hemoragik. Stroke iskemik dapat diklasifikasikan sebagai akibat dari thrombotik
maupun emboli. Terjadinya thrombotik yang pada umumnya akibatnya 75%
menjadi stroke iskhemik adalah hasil dari proses patofisiologi yang terjadi secara
bertahap dengan penyakit arterosklerosis (Schretzman, 2001). Jadi stroke adalah
gangguan fungsi saraf yang terjadi karena gangguan aliran darah dalam otak yang
dapat timbul secara mendadak dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan
daerah yang terganggu.

2.2 ANATOMI dan FISIOLOGIS

2.2.1 Otak

Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak
terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak merupakan
organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di otak mati tidak
mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi
tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang
rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan mekanisme paling
penting yang berperan dalam pemulihan stroke (Feigin, 2006). Secara garis besar,
sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla spinalis. Sistem saraf
disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi dari SST adalah
menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya
(Noback dkk, 2005).

Page 5 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Gambar 2.1 otak manusia, dilihat dari samping. (Sumber : White, 2008)

Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen bagiannya
adalah:

1) Cerebrum

Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus
(celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus,
yaitu:

a) Lobus frontalis

Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi,
seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer kiri),
pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan
volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi
motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara,
motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004).

b)Lobus temporalis

Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan


ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis
(White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan perkembangan emosi.

c) Lobus parietalis

Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus


postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,
2008).

d) Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi


penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus
optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain & memori
(White, 2008).

e) Lobus Limbik

Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas
susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).

Page 6 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

2) Cerebellum

Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak neuron


dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi yang penting
dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang
diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output. Cerebellum terdiri
dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan
informasi ke bagian lain dari sistem saraf pusat.

Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot.


Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal. Bagian-bagian dari
cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis
(Purves, 2004).

Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari samping. (Sumber : Raine, 2009)

3) Brainstem

Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses


kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan
medulla spinalis dibawahnya. Struktur-struktur fungsional batang otak yang
penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulla
spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.

Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons
dan medulla oblongata.

Page 7 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Gambar 2.3 Brainstem.(Sumber : White, 2008)

2.2.2 Peredaran darah diotak

 Peredaran Darah Arteri

Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan
arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circulus
willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior
yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior
saling berhubungan melalui arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri
dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan
merupakan cabang dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri
merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.

 Peredaran Darah Vena

Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater, suatu
saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus-sinus
duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke dalam sinus longitudinalis
superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama adalah vena
anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan
vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena
serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson, et al.,
2002).

Page 8 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Gambar2.4 :Sirkulus Willisi

Suatu stroke mungkin didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA) yang
serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan
defisit neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang
cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi
biasanya dalam 24 jam. TIA mendahului stroke trombotik pada sekitar 50%
sampai 75% pasien (Harsono, 2009).

2.3 Patofisiologi Stroke

Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks dan berperan penting
bagi kesehatan dan kehidupan yang baik. Ukurannya relatif kecil dibandingkan
bagian tubuh yang lain. Beratnya hanya 1,5 kg atau sekitar 2 % dari berat total
tubuh kita. Namun organ ini menerima hampir seperlima dari total oksigen dan
pasokan darah. Nutrisi yang kita makan sangat diperlukan untuk menjaga agar
otak tetap dapat bekerja dengan optimal (Feigin, 2006). Otak bergantung total
pada pasokan darahnya. Interupsi sekitar 7 – 10 detik saja sudah dapat
menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada bagian otak yang
terkena (Feigin, 2006).

Penyakit stroke yang terjadi sekitar 80% adalah iskemik, dan 20% adalah
hemoragik. Stroke iskemik dapat diklasifikasikan sebagai akibat dari thrombotik

Page 9 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

maupun emboli. Terjadinya thrombotik yang pada umumnya akibatnya 75%


menjadi stroke iskhemik adalah hasil dari proses patofisiologi yang terjadi secara
bertahap dengan penyakit arterosklerosis (Schretzman, 2001).

Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:

2.3.1 Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam
jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan
subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena
(MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau
amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
intraserebrum atau subarakhnoid.

Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering


terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu
dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya
perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang
dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan
tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna.Penyebab pecahnya
aneurisma berhubungan dengan ketergantungan dinding aneurisma yang
bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan di luar aneurisma.
Setelah pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan menyebar ke seluruh
otak dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis. Darah ini selain dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat melukai jaringan otak
secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama kali pecah, serta
mengiritasi selaput otak (Price, 2005).

Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada umur 55 sampai 75 tahun.


Stroke hemoragik dibagi menjadi 2 yaitu Intracerebral hemorage sebesar 10% dari
kasus stroke dan diiringi dengan gejala sakit kepala dan Subarachnoid hemorage
sebesar 7% dari kasus stroke, yang juga dapat disebabkan sakit kepala yang berat,
serangan, dan kehilangan kesadaran (Schretzman, 2001). Faktor resiko dari
Intracereberal hemorage dipengaruhi oleh usia, ras, jenis kelamin (laki-laki),
tekanan darah tinggi, konsumsi alkhohol. Sedangkan Subaracnhoid hemorage
sering terjadi sobek atau ruptur dari kongenital aneurysms atau vascular
malformation yang berada didalam permukaan subarachnoid, tekanan darah tinggi
(hipertensi) dan merokok (Harwood, et al., 2010).

Page 10 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Gambar 2.5 : Stroke Hemorrhagic

2.3.2 Stroke Iskemik/ Non-Hemoragik

Stroke iskemik dapat diklasifikasikan sebagai akibat dari thrombotik


maupun emboli. Terjadinya thrombotik yang pada umumnya akibatnya 75%
menjadi stroke iskhemik adalah hasil dari proses patofisiologi yang terjadi secara
bertahap dengan penyakit arterosklerosis (Schretzman, 2001). Tandanya adalah
akumulasi aliran menjadi lambat pada arteri cerebral, memfasilitasi untuk
membentuk terjadinya thrombi. Thrombi ini sebagai penghubung dengan tanda
arterosklerosis, yang dapat menyebabkan penyempitan dan terhambatnya
pembuluh darah arteri. Hasil dari kerusakan terhadap aliran darah yang menuju
pada tanda dan gejala iskemik, termasuk penurunan neurologik fokal. Tanda dan
gejala ini yang memelihara perkembangannya setiap jam setiap harinya, yang
biasanya setiap pagi akan mengalami hipotensi (Schretzman, 2001).Infark iskemik
serebri, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis (terbentuknya ateroma)
dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinik dengan cara:

a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran


darah
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau perdarahan
aterom
c. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang
kemudian dapat robek.
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di
bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan
yang menyebabkan terjadinya vasospasme lokal di segmen di mana embolus
berada. Gejala kliniknya bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat.

Page 11 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area
sistem saraf pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada
perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat
‘penumbra iskemik’ yang tetap viabel untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat
pulih jika aliran darah baik kembali. Iskemia SSP dapat disertai oleh
pembengkakan karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-
sel glia dan neuron yang rusak; Edema vasogenik yaitu akumulasi cairan
ektraselular akibat perombakan sawar darah-otak.Edema otak dapat menyebabkan
perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah stroke mayor, akibat
peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya
(Smith et al, 2001).

Gambar 2.6 : Stroke Non-Hemorraghic

2.4 TANDA dan GEJALA

Secara umum tanda dan gejalanya adalah:

1. Kehilangan/menurunnya kemampuan motorik.

2. Kehilangan/menurunnya kemampuan komunikasi.

3. Gangguan persepsi.

4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik.

5. Disfungsi : 12 syaraf kranial, kemampuan sensorik, refleks otot, kandung kemih.

Secara luas menurut literature tanda gejlanya adalah:

1) Infark pada Sistem Saraf Pusat

Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang terkena.

Infark total sirkulasi anterior (karotis):

Page 12 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

o Hemiplegia (kerusakan pada bagian atas traktus kortikospinal),

o Hemianopia (kerusakan pada radiasio optikus),

o Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan), hilangnya fungsi


visuospasial (hemisfer nondominan).

-Infark parsial sirkulasi anterior:


o Hemiplegia dan hemianopia, hanya defisit kortikal saja.
-Infark lakunar:
o Penyakit intrinsik (lipohialinosis) pada arteri kecil profunda menyebabkan
sindrom yang karakteristik.
- Infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar):
o Tanda-tanda lesi batang otak,
o Hemianopia homonim.

o Infark medulla spinalis (Price, 2005).

2) Serangan Iskemik Transien


Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi fokal SSP secara mendadak; gejala
seperti sinkop, bingung, dan pusing tidak cukup untuk menegakkan diagnosis.
TIA umumnya berlangsung selama beberapa menit saja, jarang berjam-jam.
Daerah arteri yang terkena akan menentukan gejala yang terjadi:

- Karotis (paling sering):


- Hemiparesis,
o Hilangnya sensasi hemisensorik,

o Disfasia,

o Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh iskemia retina.

- Vertebrobasilar:
o Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau alternatif,
Kebutaan mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut),
o Diplopia, ataksia, vertigo, disfagia-setidaknya dua dari tiga gejala ini terjadi
secara bersamaan (Price, 2005).

3) Perdarahan Subarakhnoid
Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien menunjukkan gejala nyeri
kepala mendadak (dalam hitungan detik) yang sangat berat disertai fotofobia,
mual, muntah, dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk dan tanda Kernig).

Page 13 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Pada perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan tekanan


intrakranial dan gangguan kesadaran. Pada funduskopi dapat dilihat edema papil
dan perdarahan retina. Tanda neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat dari:

- Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intrakranial,


- Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan,
- Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan dengan iskemia
(Price, 2005).

4) Perdarahan Intraserebral Spontan


Pasien datang dengan tanda-tanda neurologis fokal yang tergantung dari
lokasi perdarahan, kejang, dan gambaran peningkatan tekanan intrakranial.
Diagnosis biasanya jelas dari CT scan (Price, 2005).

5) Perdarahan Sub Dural

Gejala-gejala perdarahan sub dural adalah nyeri kepala progresif,


ketajaman penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda
defisiensi neorologik daerah otak yang tertekan.

6) Perdarahan Sub Araknoid

a. Gejala prodormal : nyeri kepala hebat dan akut hanya 10%, 90% tanpa
keluhan sakit kepala.
b. Kesadaran sering terganggu, dari tidak sadar sebentar, sedikit delirium
sampai koma.
c. Fundus okuli : 10% penderita mengalami papil edema beberapa jam
setelah perdarahan.
d. Gangguan fungsi saraf otonom, mengakibatkan demam setelah 24 jam
karena rangsangan meningeal, muntah, berkeringat, menggigil, dan
takikardi.
e. Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hamtemesis dan melena
(stress ulcer), dan sering disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria dan
albuminuria.

7) Perdarahan Intra Serebral


Gejala prodormal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi.
Serangan seringkali di siang hari, waktu bergiat atau emosi/ marah. Pada
permulaan serangan sering disertai dengan mual, muntah dan hemiparesis.
Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari
setengah jam, 23% antara ½-2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19
hari).

2.5 PENYEBAB STROKE

Page 14 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Berdasarkan hasil penyelidikan pada zaman pra CT-scan mengungkapkan


bahwa stroke yang didiagnosis secara klinis dan kemudian diverifikasi oleh
autopsi penyebabnya adalah

 52-70% disebabkan oleh infark non emboli


 7-25% disebabkan oleh perdarahan intra serebral primer
 5-10% disebabkan oleh perdarahan subaraknoidal
 7-9% tidak diketahui penyebabnya
 6% adalah adalah kasus TIA yang pada autopsi tidak memperhatikan kelainan
 2-5% disebabkan oleh emboli
 3% disebabkan oleh neuplasma

Setelah CT-scan digunakan secara rutin dalam kasus-kasus stroke, diketahui


bahwa 81% stroke non-hemoragik dan 9% stroke hemoragik (Mackay, 2004).

2.6 FAKTOR RESIKO

Pakistan melakukan sebuah penelitian terhadap faktor resiko dari stroke, faktor
resiko tertinggi yang menyebabkan terjadinya stroke adalah hipertensi dengan
persentasi 78%, dan yang kedua Diabetes Mellitus (40,3%), Rokok (21%) (Taj,
2010).

Menurut Feigin (2006) faktor resiko stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor
resiko yang dapat dimodifikasi seperti gaya hidup dan faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi seperti penuaan, kecenderungan genetik, dan suku bangsa. Faktor resiko
yang terpenting adalah:

(1) Diabetes mellitus

Diabetes mellitus dapat menimbulkan perubahan pada sistem vaskuler


(pembuluh darah dan jantung) serta memicu terjadinya aterosklerosis (Feigin,
2006).

(2) Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus menambah beban


pembuluh arteri perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan menjadi
tebal dan kaku sehingga mengurangi elastisitasnya. Hal ini dapat pula merusak
dinding arteri dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri
koroner. Hal ini meningkatkan resistensi pada aliran darah yang pada gilirannya
menambah naiknya tekanan darah. Semakin berat kondisi hipertensi, semakin
besar pula faktor resiko yang ditimbulkan (Mackay, 2004).

(3) Penyakit jantung

Page 15 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Emboli yang terbentuk dijantung akibat adanya kelainan pada arteri jantung
terutama arteria coronaria dapat terlepas dan dapat mengalir ke otak sehingga
dapat menyumbat arteri di otak dan dapat mencetuskan stroke iskemik (Feigin,
2006).

(4) Makanan yang tidak sehat

Jika seseorang mengkonsumsi kalori lebih banyak daripada yang mereka


gunakan dalam aktivitas sehari-hari, kelebihan kalori tersebut akan diubah
menjadi lemak yang menumpuk di dalam tubuh (Feigin, 2006).

(5) Merokok

Asap rokok yang mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat


seperti adrenalin dapat merangsang denyut jantung dan tekanan darah. Kandungan
carbon monoksida dalam rokok memiliki kemampuan jauh lebih kuat daripada sel
darah merah (hemoglobin) untuk menarik atau menyerap oksigen sehingga kapasitas
darah yang mengangkut oksigen ke jaringan lain terutama jantung menjadi berkurang.
Hal ini akan mempercepat terjadinya stroke iskemik bila seseorang sudah mempunyai
penyakit jantung (Mackay, 2004)

Page 16 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Table Patway Pada Penyakit Stroke

BAB III

Page 17 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

A.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utama

Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah


kelemahan anggota gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.

3. Data riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang


melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

b. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus,


penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.

c. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

4. Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,


interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
melakukan ibadah sehari-hari.

5. Aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

Page 18 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus,
bagaimana nafsu makan klien.

b. Minum

Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang


mengandung alkohol.

c. Eliminasi

Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK
apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke
mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.

6. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.

b. Mata

Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus


II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata
kelateral (nervus VI).

c. Hidung

Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius


(nervus I).

d. Mulut

Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya


kesulitan dalam menelan.

e. Dada

o Inspeksi : Bentuk simetris

o Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.

Page 19 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

o Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.

o Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I


dan II murmur atau gallop.

f. Abdomen

o Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.

o Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.

o Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada

g. Ekstremitas

Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran
kekuatan otot, normal : 5

Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)

1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.

2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.

3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.

4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.

5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya


berkurang.

6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh

B. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan / Rencana Perawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
 Respiratory status : Ventilation D. Airway Management
Definisi : Pertukaran udara  Respiratory status : Airway patency Buka jalan nafas, guanakan teknik
inspirasi dan/atau ekspirasi Vital sign Status chin lift atau jaw thrust bila perlu
Kriteria Hasil :

Page 20 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

tidak adekuat  Mendemonstrasikan batuk efektif  Posisikan pasien untuk


dan suara nafas yang bersih, tidak memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik: ada sianosis dan dyspneu (mampu  Identifikasi pasien perlunya
- Penurunan tekanan mengeluarkan sputum, mampu pemasangan alat jalan nafas buatan
inspirasi/ekspirasi bernafas dengan mudah, tidak ada  Pasang mayo bila perlu
- Penurunan pertukaran pursed lips)  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
udara per menit  Menunjukkan jalan nafas yang paten  Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Menggunakan otot (klien tidak merasa tercekik, irama suction
pernafasan tambahan nafas, frekuensi pernafasan dalam
 Auskultasi suara nafas, catat adanya
- Nasal flaring rentang normal, tidak ada suara
suara tambahan
- Dyspnea nafas abnormal)
 Lakukan suction pada mayo
- Orthopnea  Tanda Tanda vital dalam rentang
- Perubahan penyimpangan normal (tekanan darah, nadi,  Berikan bronkodilator bila perlu
dada pernafasan)  Berikan pelembab udara Kassa basah
- Nafas pendek NaCl Lembab
- Assumption of 3-point  Atur intake untuk cairan
position mengoptimalkan keseimbangan.
- Pernafasan pursed-lip  Monitor respirasi dan status O2
- Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama Terapi Oksigen
- Peningkatan diameter  Bersihkan mulut, hidung dan secret
anterior-posterior trakea
- Pernafasan rata-  Pertahankan jalan nafas yang paten
rata/minimal  Atur peralatan oksigenasi
 Bayi : < 25 atau > 60  Monitor aliran oksigen
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30  Pertahankan posisi pasien
 Usia 5-14 : < 14 atau > 25  Onservasi adanya tanda tanda
 Usia > 14 : < 11 atau > 24 hipoventilasi
- Kedalaman pernafasan  Monitor adanya kecemasan pasien
 Dewasa volume tidalnya 500 terhadap oksigenasi
ml saat istirahat
 Bayi volume tidalnya 6-8
ml/Kg Vital sign Monitoring
- Timing rasio  Monitor TD, nadi, suhu, dan
- Penurunan kapasitas vital RR
 Catat adanya fluktuasi
Faktor yang berhubungan : tekanan darah
- Hiperventilasi
 Monitor VS saat pasien
- Deformitas tulang berbaring, duduk, atau berdiri
- Kelainan bentuk dinding
dada  Auskultasi TD pada kedua
- Penurunan energi/kelelahan lengan dan bandingkan
- Perusakan/pelemahan  Monitor TD, nadi, RR,
muskulo-skeletal sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Obesitas  Monitor kualitas dari nadi
- Posisi tubuh
 Monitor frekuensi dan irama
- Kelelahan otot pernafasan
pernapasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri  Monitor suara paru
- Kecemasan  Monitor pola pernapasan
- Disfungsi Neuromuskuler abnormal
- Kerusakan persepsi/kognitif  Monitor suhu, warna, dan
- Perlukaan pada jaringan kelembaban kulit
syaraf tulang belakang
 Monitor sianosis perifer
- Imaturitas Neurologis
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)

Page 21 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

 Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

2 Perfusi jaringan tidak efektif Tujuan : • Management Sensasi Perifer


: cerebral • Perfusi Jaringan : Perifer :rentang- Monitor adanya parastesi mati rasa
dimana aliran darah melalui dan tengling
pembuluh darah kecil dari
- Monitor sataus cairan termasuk
ekstremitas dan mempertahankan intake dan output
fungsi jaringan. - Monitor fungsi bicara
• Status neurologi : rentang
- Upayakan suhu dalam batas normal
dimanan sistem saraf pusat dan - Monitor GCS secara teratur
perifer menerima, memproses dan - Catat perubahan dalam penglihatan
merspon stimulus internal dan • Monitor Tekanan Intra Kranial (TIK )
eksternal. - Monitor TIK pasien dan neurologi,
• Status Sirkulasi : rentang dimana bandingkan dengan keadaan normal
aliran darah tidak terhambat, satu - Monitor tekanan perfusi serebral
arah dan pada tekanan yang sesuai - Posisikan kepala agak tinggi dan
melalui pembuluh darah besar dari dalam posisi anatomis
sirkulasi pulmuner dan sitemik. - Pertahankan keadaaan tirah baring
• Kemampuan Kognitif -: Pantau tanda-tanda vital
kemempuan untuk menjalankan - Kolaborasi pemberian oksigen, obat
proses mental secara komplek antikoagulasi, obat antifibrolitik,
antihipertensi, vasodilatasi perifer,
Kriteria Evaluasi : pelunak feses sesuai indikasi.
• Mendemonstrasikan status
sirkulasi yang ditandai dengan :
- Tekanan darah sistole dan diastole
dalam rentang yang diharapkan
- Tidak ada ortostatik hipotensi
- Tidak ada bruit pembuluh darah
besar
- Tidak ada tanda-tanda PTIK (
tidak lebih dari 15 mmHg )
• Mendemonstrasikan kemempuan
kognitif yang ditandai dengan :
- Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
- Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
- Memproses informasi
- Membuat keputusan dengan benar
• Menunjukan fungsi sensori motori
cranial yang utuh
- Tingkat kesadaran mambaik
- Tidak ada gerakan-gerakan
involunter
3 Hipertermia NOC : Thermoregulation NIC :
Kriteria Hasil : Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik  Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor suhu sesering mungkin
diatas rentang normal  Nadi dan RR dalam rentang normal  Monitor IWL
 Tidak ada perubahan warna kulit dan  Monitor warna dan suhu kulit
Batasan Karakteristik: tidak ada pusing, merasa nyaman  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 kenaikan suhu tubuh diatas  Monitor penurunan tingkat kesadaran
rentang normal  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 serangan atau konvulsi  Monitor intake dan output
(kejang)  Berikan anti piretik
 kulit kemerahan  Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam

Page 22 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

 pertambahan RR  Selimuti pasien


 takikardi  Lakukan tapid sponge
 saat disentuh tangan terasa  Berikan cairan intravena
hangat  Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
Faktor faktor yang  Tingkatkan sirkulasi udara
berhubungan :  Berikan pengobatan untuk mencegah
- penyakit/ trauma terjadinya menggigil
- peningkatan metabolisme
- aktivitas yang berlebih Temperature regulation
- pengaruh medikasi/anastesi  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
-  Rencanakan monitoring suhu secara
ketidakmampuan/penuru kontinyu
nan kemampuan untuk  Monitor TD, nadi, dan RR
berkeringat  Monitor warna dan suhu kulit
- terpapar dilingkungan  Monitor tanda-tanda hipertermi dan
panas hipotermi
- dehidrasi  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- pakaian yang tidak tepat  Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
4 Intoleransi aktivitas Tujuan : Terapi Aktivitas : petunjuk rentang
• Konservatif energi : tingkat dan bantuan dalam aktivitas fisik,
pengelolaan energi aktif untuk kognitif, sosial, dan spiritual yang
memulai dan memelihara aktivitas spesifik untuk menentukan rentang
• Daya tahan :tingkat dimana energi frekuensi dan durasi aktivitas individu

Page 23 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

memampukan pasien untuk atau kelompok.


beraktivitas • Kaji tanda dan gejala yang
• Toleransi aktivitas : tingkat menunjukkan ketidaktoleransi
dimana aktiivitas dapat terhadap aktivitas dan memerlukan
dilakukan pasien sesuai energi pelaporan terhadap perawat dan
yang dimiliki dokter
Kriteria evaluasi : • Tingkatkan pelaksanaan ROM pasif
• Bertoleransi terhadap sktivitas sesuai indikasi
yang biasanya dapat • Jelaskan pla peningkatan terhadap
didemonstrasikan dengan daya aktivitas
tahan, konservasi energi,dan • Buat jadawal latihan aktivitas secara
perawatan diri : aktivitas sehari- bertahap untuk pasien dan berikan
hari ( ADL ) periode istirahat
• Mendemonstrasikan konservasi • Berkan suport dan libatkan keluarga
energi ditandai dengna : dalam program terapi
- Mneyadari keterbatasan energi • Berikan reinforcemen untuk
- Menyeimbangkan aktivitas dan pencapaian aktivitas sesuai program
istirahat latihan
- Tingkat daya tahan adekuat untuk • Kolaborasi ahli fisioterapi
aktivitas Pengelolaan energi : pengaturan
penggunaan energi untuk merawat
dan mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan fungsi
• Bantu pasien untuk mengidentifikasi
pilihan-pilihan aktivitas
• Rencanakan aktivitas untuk periode
dimana pasien mempunyai energi
paliing banyak
• Bantu dengan aktivitas fisik teratur
• ( misalnya ambulasi, transfer,
perubahan posisi, perawatan personal
) sesuai kebutuhan
• Batasi rangsangan lingkungan (
kebisisngan dan cahaya ) untuk
meningkatkan relaksasi
• Bantu pasien untuk memonitor diri
dengan mengembangkan dan
menggunakan dokumetasi tertulis
tentang intake kalori dan energi sesuai
kebutuhan.
5 Kerusakan komunikasi Tujuan : 1. Pengaturan komunikasi
verbal • Komunikasi : kemampuan ekspresi • Identifikasi metode yang dapat
: kemampuan untuk menerma dan dipahami oleh pasien untuk
mengekspresikan dan memenuhi kebutuhan dasar
menginterprestasikan pesan verbal • Sediakan metode komunikasi
dan nonverbal alternatif
• Komunikasi : kemampuan - berikan pensil dan kertas jika pasien
menerima : kemampuan untuk mampu
menerma dan mengekspresikan - gunakan bahasa isyarat
dan menginterprestasikan pesan - konsultasi dengan speec terapy
verbal dan nonverbal • Tulis metode yang digunakan pasien
untuk rencana perawatan
Kriteria evaluasi : • Libatkan keluarga dan diskusikan
• Mampu menerima dan masalah untuk meningkatkan
menyampaikan pesan dengan kemampuan komunikasi pasien
metode alternatif tulisan, isyarat • Berikan suport sistem untuk mengatsi
• Mendemonstrasikan peningkatan ketidakmampuan
kemampuan untuk berkomunikasi 2. Mendengar aktif

Page 24 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

secara bertahap • Ajak pasien berbicara sesuai


• Mendemonstrasikan peningkatan kemampuan
kemampuan untuk memahami isi • Rangsang timbal balik dari pasien
komunikasiverbal dan nonverbal • Dengarkan pasien dengan penuh
• Tidak terjadi frustasi yang perhatian
berhubungan dengan kerusakan • Berikan reinforcemen terhadap
komunikasi keberhasilan pencapaian tujuan
6 Kerusakan mobilitas fisik H. Tujuan 1. Perawatan bedrest : meningkatkan
• Tingkat mobilitas : kemempuan keamanan dan kenyamanan serta
untuk melkaukan gerakan yang mencegah komplikasi dari
bertujuan ketidakmampuan pasien untuk
• Joint movement :Aktiv : ROM bangundari tempat tidur.
yang dilakukan secara aktif • Pertahankan tempat tidur bersi dan
• Ambulasi : berjalan : kemampuan nyaman
untuk berjalan dari satu tempat ke • Ubah posisi pasien untuk mencegah
tempat ynag lain dekubitus
Kriteria hasil • Berikan fasilitas pada pasien untuk
: aktivitas kesukaan pasien di tempat
tidur ( membaca, nonton TV )
• Dapat mempertahankan dan
2. Positioning : mengubah
meningkatkan kekuatan dan fungsi tempat pasien atau tubuh pasien
tubuh untuk mneingkatkan kemmapuan
• pasien mendemonstrasi perilaku fungsi fisiologi dan psikologi
ynag memungkinkan melakukan 3. Fall precaution : tindakan mencegah
aktivitas resiko injuri atau jatuh
4. Terapi latihan : ambulasi : membantu
meningkatkan kemampuan berjalan,
mempertahankan dan
mengembalikan fungsi otonomik dan
voluntari tubuh selama tindakandan
memulihkan penyakit atau injuri
• Kaji kemampuan fungsional untuk
mengidentifikasi kelemahan atau
kekuatan
• Beruikan jadwal program latihan utuk
aktivitas secara bertahap
• Mulailah latihan dari gerakan pasif
menuju gerakan aktif pada semua
ekstremitas
• Sokong ekstremitas pada posisi
fungsional
• Evaluasi penggunaan alat bantu untuk
pengaturan posisi selama periode
paralisisberikan suport untuk
aktivitas bertahap dan beri respon
positif untuk setiap pencapaian
aktivitas yang meningkat
• Libatkan keluarga dalam program
terapi
• Konsultasikan dengna ahli fisioterapi
secara aktif, latihan resistif dan
ambulasi
7 Sindroma defisit perawatan Tujuan : 1. Self care : ADL
diri 1. Self care assistance : Mandi/ 2. Self care : mandi
hygine : membantu pasien 3. Self care : berpakaian
memenuhi kebutuhan mandi 4. / Self care : makan
hygine 5. Self care : hygine
2. Self care assistance : berpakaian6.: Self care : oral hygine

Page 25 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

membantu pasien memenuhi7. Self care : toileting


kebutuhan berpakaian Intervensi :
3. Self care assistance : makan Kaji kebutuhan pasien secara
membantu pasien memenuhi menyeluruh
kebutuhan makan  Ketahui tingkat
4. Self care assistance : toileting ketidakmampuan pasien untuk
membantu pasien memenuhi perawatan diri
kebutuhan toileting  Pahami bahasa tubuh pasien yang
Kriteria evaluasi : menunjukkan ketidaknyamanan
• Kebutuhan ADL tepenuhi ( dengan Bantu pasien dalam memenuhi
bantuan ) kebutuhan perawatan diri
• pasien kooperatif dalam Pertahankan dukungan sikap ynag
perawatan diri sesuai kemampuan tegas, berikan kesempatan pasien
• Keadaan tubh bersih, tidak berbau untuk melakukan aktivitas /
dan pasien mengekpresikan berpartisipasi dalam kegiatan
perasaan nyaman dalam tubuhnya. perawatan diri sesuai kemampuan
 Berikan umpan balik positif terhadap
upaya yang dilakukan dan pencapaian
tujuan
 Libatkan keluarga dalam pemberian
suport sistem
8 Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : 1. Penegelolaan gangguan makan :
kurang dari kebutuhan
• Status nutrisi : tingkatan dimana pencegahan dan penanganan restriksi
tubuh nutrisi tersedia untuk memnuhi diit yang parah dan aktivitas
kebutuhan metabolik berlebihan atau makan dalam
• Status nutrisi : asupan makan dan juumlah banyak dalaam satu waktu
cairan : jumlah makana dan cairan dan berhenti makan makanan dan
yang diambil tubuh selama 24 jam cairan
• Status nutrisi : nilai nutrisi : a. Beri motivasi pasien untuk
keadekuatan nutrisi yang diambil mengurangi aktivitas berlebihan
tubuh b. Dukung pasien untuk mengkonsumsi
makanan dengan porsi kecil tapi
Kriteia evaluasi : sering
• mendemonstrasikan status nutrisi c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
: asupan makanan, caiaran dan penyajian nutrisi yang menarik
nutrisi yang ditandai dengan2. Pengelolaan gangguan nutrisi :
makanan oral, pemberian melalui bantuan atau pemberianasupan diit
NGT, atau Total Parenteral makanan dan cairan yang seimbang
Nutrition ( NTP ), asupan cairan a. Dukung pasien untuk perawatan gigi
oral atau iv dan mulut
• mendemonstrasikan peningkatan b. Berikan pasien makan dan minuman
fungsi pengecapan dan menelan ringan bernutrisi, TKTP yang siap
• tidak terjadi penurunan berat dikonsumsi
badan yang berarti c. Ajarkan pasien bagaimana cara
I. menyimpan makanan
d. Beri umpan balik untuk motivasi
kebutuhan nutrisi
e. Libatkan keluarga dalam pemberian
suport dan program terapi
f. Pertahankan nutrisi adekuat
3. Bantuan kenaikan berat badan :
pemfasilitasan pencapaian berat
badan
a. Pertahankan pencatatan berat badan
harian
b. Libatkan pasien dan keluarga dalam
pertambahan dan pengurangan berat
badan

Page 26 of 27
MAKALAH NEUROBIHEVIER

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Nadriatul,Utami, dkk. September ,2013, “STUDI PENGGUNAAN


CALCIUM CHANNEL BLOCKER(CCB) PADA PASIEN STROKE
HEMORRAGHIC”. Jurnal Penelitian Farmasi, Vol 10, No.2, http://www.e-
jurnal.com/2013/09/jurnal-penelitian-farmasi.html, 22 September 2016..
Praja,Dini Setiya,dkk. Desember 2013, “STUDI PENGGUNAAN OBAT
NEUROPROTEKTAN PADA PASIEN STROKE ISKEMIK”. PHARMACY journal, , Vol.10
No. 02, http://jurnal.laporanpenelitian.com/p/jurnal.html?q=troke, 22
september 2016.

WHO. 2008. The Global Burden of Disease 2004 Update. WHO Press,
WorldHealth Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27,
Switzerland, 22 september 2016.
Kirshner, H.S.2009. “DifferentiatingIschemic Stroke Subtypes: Risk
Factors and Secondary Prevention”. Journal of The Neurological
Sciences 279 (2009): 1-8, http://www.nejm.org/, 23 september 2016.

José,Álvarez-Sabín,dan C. Román,Gustavo. 23 September 2013, “The


Role of Citicoline in Neuroprotection andNeurorepair in Ischemic
Stroke” 2013 ,3, 1395-1414, www.mdpi.com/journal/brainsci/, 23
september 2016

Web
file:///D:/karya%20ilmiah/SEMESTER%20III/pak%20mahyar/New%2
0folder/Stroke.html

Page 27 of 27

Anda mungkin juga menyukai