Anda di halaman 1dari 5

TUGAS :

DIETETIK

(Preeklamsia)

Oleh :

ADINDA VALENTINA

J1A116206

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2018
PREEKLAMSIA

Preeklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,


bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan
edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda tanda kelainan-kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya.
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas perinatal di Indonesia. Sampai sekarang penyakit preeklampsia masih
merupakan masalah kebidanan yang belum dapat terpecahkan secara tuntas.
Preeklamsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara
berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang
dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju
perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian preeklampsia dipengaruhi oleh paritas,
ras, faktor genetik dan lingkungan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, bahwa setiap
tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000
orang, salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah
Preeklampsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%- 38,4%. Di negara
maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%.
Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia dan eklampsia di
negara berkembang masih tinggi. Preeklampsia salah satu sindrom yang dijumpai
pada ibu hamil di atas 20 minggu terdiri dari hipertensi dan proteinuria dengan
atau tanpa edema.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan
masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development
Goals (MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target
MDGs yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak
dikupas dan dibahas penyebab serta langkah‐langkah untuk mengatasinya.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut target Millenium Development Goals
(MDG’s) tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, untuk itu diperlukan
upaya yang maksimal dalam pencapaian target tersebut. Kejadian kematian Ibu
bersalin sebesar 49,5%, hamil 26,0% nifas 24%. Penyebab terjadinya angka
kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 60-70%, infeksi 10-20%,
preeklampsia dan eklampsia 20-30%. Penyebab angka kematian di Indonesia
adalah perdarahan 38,24% (111,2 per 100.000 kelahiran hidup), infeksi 5,88%
(17,09 per 100.000 kelahiran hidup), preeklampsia dan eklampsia 10-20% (30,7
per 100.000).
Faktor resiko preeclampsia meliputi pekerjaan, pemeriksaan antenatal,
pengetahuan, dan riwayat hipertensi. Salah satu upaya untuk menurunkan Angka
Kematian Perinatal (AKP) akibat preeklampsia adalah dengan menurunkan angka
kejadian preeklampsia. Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya
pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal
dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai
prediksi Saat ini beberapa faktor resiko telah berhasil diidentifikasi, sehingga
diharapkan dapat mencegah timbulnya preeklampsia
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian maternal
antara lain faktor umur, faktor paritas, faktor perawatan antenatal, faktor penolong,
sarana dan fasilitas, sistem rujukan, sosial ekonomi, kepercayaan dan
ketidaktahuan.

Etiologi Preeklampsi
Terdapat beberapa teori yang diduga sebagai etiologi dari preeklampsia,
meliputi (Pribadi, A., et al., 2015) :
1. Abnormalitas invasi tropoblas Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau kurang
sempurna, maka akan terjadi kegagalan remodeling a. spiralis. Hal ini
mengakibatkan darah menuju lakuna hemokorioendotel mengalir kurang
optimal dan bila jangka waktu lama mengakibatkan hipooksigenasi atau
hipoksia plasenta. Hipoksia dalam jangka lama menyebabkan kerusakan
endotel pada plasenta yang menambah berat hipoksia. Produk dari kerusakan
vaskuler selanjutknya akan terlepas dan memasuki darah ibu yang memicu
gejala klinis preeklampsia. (Pribadi, A, et al, 2015).
2. Maladaptasi imunologi antara maternal-plasenta (paternal)-fetal Berawal pada
awal trimester kedua pada wanita yang kemungkinan akan terjadi
preeklampsia, Th1 akan meningkat dan rasio Th1/Th2 berubah. Hal ini
disebabkan karena reaksi inflamasi yang distimulasi oleh mikropartikel
plasenta dan adiposit (Redman, 2014).
3. Maladaptasi kadiovaskular atau perubahan proses inflamasi dari proses
kehamilan normal.
4. Faktor genetik, termasuk faktor yang diturunkan secara mekanisme
epigenetik. Dari sudut pandang herediter, preeklampsia adalah penyakit
multifaktorial dan poligenik. Predisposisi herediter untuk preeklampsia
mungkin merupakan hasil interaksi dari ratusan gen yang diwariskan baik
secara maternal ataupun paternal yang mengontrol fungsi enzimatik dan 3
metabolism pada setiap sistem organ. Faktor plasma yang diturunkan dapat
menyebabkan preeklampsia. (McKenzie, 2012). Pada ulasan
komprehensifnya, Ward dan Taylor (2014) menyatakan bahwa insidensi
preeklampsia bisa terjadi 20 sampai 40 persen pada anak perempuan yang
ibunya mengalami preeklampsia; 11 sampai 37 persen saudara perempuan
yang mengalami preeklampsia dan 22 sampai 47 persen pada orang kembar.
5. Faktor nutrisi, kurangnya intake antioksidan. John et al (2002) menunjukan
pada populasi umumnya konsumsi sayuran dan buah-buahan yang tinggi
antioksidan dihubungkan dengan turunnya tekanan darah. Penelitian yang
dilakukan Zhang et al (2002) menyatakan insidensi preeklampsia meningkat
dua kali pada wanita yang mengkonsumsi asam askorbat kurang dari 85 mg.

Gejala Dan Tanda Preeklampsia


Gejala klinis preeklampsia sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang
mengancam kematian pada ibu. Efek yang sama terjadi pula pada janin, mulai dari
yang ringan, pertumbuhan janin terlambat (PJT) dengan komplikasi pascasalin
sampai kematian intrauterine (Pribadi, A et al., 2015) . Gejala dan tanda
preeklampsia meliputi (Morgan &Hamilton, 2009):
1. Hipertensi: Peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg atau diastolic sebesar 15
mmHg.
2. Hiperrefleksi nyata, terutama disertai klonus pergelangan kaki yang
sementara atau terus-menerus.
3. Edema wajah dan Gangguan pengelihatan
4. Mengantuk atau sakit kepala berat (pertanda konvulsi)
5. Peningkatan tajam jumlah proteinuria (≥5 g pada specimen 24 jam, atau bila
menggunakan uji dipstick 3+ sampai 4+) 7) Oliguria : keluaran urine kurang
dari 30 ml/jam atau kurang dari 500 ml/24 jam 8) Nyeri epigastrium karena
distensi hati.

Referensi
Nur, A. Fahira dan Adhar Arifuddin. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Pada
Ibu Hamil Di Rsu Anutapura Kota Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako (Vol. 3
No. 2, Juli 2017 : 1-75)
Situmorang, Tigor H., dkk. Widya Nusantara Palu, Faktor - Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Poli Kia
Rsu Anutapura Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako (Vol. 2 No. 1, Januari
2016 : 1- 75)

Anda mungkin juga menyukai