Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GIZI DAUR HIDUP

(Karakteristik, Kebutuhan Gizi dan Masalah Gizi Pada Remaja)

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

Adinda Valentina (J1A116206)


Israwati Waelan (J1A116210)
Risky Armalia A (J1A116215)
Rita Jafar (J1A116218)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur yang mendalam atas limpahan Rahmat, Taufik serta
Hidayah-Nya yang tak terhingga dari Allah SWT, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Karakteristik, Kebutuhan Gizi dan Masalah Gizi
Pada Remaja” dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Gizi Dauh
Hidup.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
menyempurnakannya dimasa yang akan datang. Atas perhatiaanya kami
mengucapkan banyak terim kasih akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Ruusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEBAHASAN............................................................................................1
A. Pengertian Remaja........................................................................................1
B. Karakteristik Remaja.....................................................................................3
C. Kebutuhan Gizi Pada Remaja.......................................................................7
D. Masalah-Masalah Gizi Yang Terjadi.............................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan remaja?
2. Bagaimana karakteristik remaja?
3. Bagaimana kebutuhan gizi pada usia remaja?
4. Apa saja masalah-masalah gizi yang terjadi pada remaja?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertianremaja.
2. Untuk mengetahui karakteristik remaja.
3. Untuk mengetahui kebutuhan gizi pada usia remaja.
4. Untuk mengetahui masalah-masalah gizi yang terjadi pada remaja.

BAB II
PEBAHASAN

A. Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat
umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya
secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-
Mighwar, 2006).
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi konseptual tentang remaja,
yang meliputi kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO
(Sarwono, 2011), remaja adalah suatu masa di mana:

1
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. (kriteria
biologis)
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa. (kriteria sosial-psikologis)
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri. (kriteria sosial-ekonomi)
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
1. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan
jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah
dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” Hal ini menyebabkan para
remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia
tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau
sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja
pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan
kawan-kawan dari lawan jenis.
3. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.

2
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self dan
masyarakat umum (the public).

B. Karakteristik Remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan
menjadi :
1. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas
dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau
ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis
identitas kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi
dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap
difusi peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan
pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu
memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum
mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam
kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
a. Identitas kelompok Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki
suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki
kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian
dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika
remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka
segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman
sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi
kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan
penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi

3
orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja
tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.
b. Identitas IndividualPada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan
hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan
orang lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap
mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan
identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh
dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan
identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu
yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi
setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas
yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran
terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas
dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
c. Identitas peran seksualMasa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi
identitas peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman
sebaya mulai mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap
hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan
perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku
peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang
dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara
daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
d. EmosionalitasRemaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa
remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan
rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan
mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada
masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional,
remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat
untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk
mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap
mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku

4
mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan
kebimbangan.
2. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri
periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan
yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa
memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan
suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah
dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di
masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan
mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu
memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan.
Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan,
jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat
mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan
dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang
lebih dapat dianalisis.
3. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai
moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain.
Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan
orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam
penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa
yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka
mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering
sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal
berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
4. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka.
Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai

5
elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan
konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas
ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi
dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi
terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan
orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka
sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan
spiritualitas mereka.
5. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang
mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan
ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan
ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka
mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.
a. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering
kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua
maupun remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan
menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan,
penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang
menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir.
Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan,
hak-hak istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di
dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat
muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
b. Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian
besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap
lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-
kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan
dan kekuasaan.
1) Kelompok teman sebaya

6
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara
total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut,
selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan
individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur
oleh reaksi teman sebayanya.
2) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan
ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk
pada masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian
identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu
tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran
bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.

C. Kebutuhan Gizi Pada Remaja


Remaja awal (10-12 Remaja madya (13-15 Remaja akhir (16-18
tahun) tahun) tahun)

Laki- Laki-
Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan
laki laki

BB (Kg) 34 36 46 46 56 50

TB (Cm) 142 145 158 155 165 158

Energi (Kkal) 2100 2000 2475 2125 2675 2125

Protein (g) 56 60 72 69 66 69

Lemak (g) 70 67 83 71 89 71

Omega-6(g) 12,0 10,0 16,0 11,0 16,0 11,0

Omega-3(g) 1,2 1,0 1,6 1,1 1,6 1,1

Karbohidrat(g) 289 275 340 292 368 292

Serat (g) 30 28 35 30 37 30

7
Air (mL) 1800 1800 2000 2000 2200 2100

Vit A (mcg) 600 600 600 600 600 600

Vit D (mcg) 15 15 15 15 15 15

Vit E (mg) 11 11 12 15 15 15

Vit K (mg) 35 35 55 55 55 55

Vit B1 (mg) 1,1 1,0 1,2 1,1 1,3 1,1

Vit B2 (g) 1,3 1,2 1,5 1,3 1,6 1,3

Vit B3 (g) 12 11 14 12 15 12

Vit B5 (g) 4,0 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0

Vit B6 (g) 1,3 1.2 1,3 1,2 1,3 1,2

Vit B9 (mcg) 400 400 400 400 400 400

Vit B12 (mcg) 1,8 1,8 2,4 2,4 2,4 2,4

Biotin (mcg) 20 20 25 25 30 30

Kolin (mg) 375 375 550 400 550 425

Vit C (mg) 50 50 75 65 90 75

Besi (mg) 13 20 19 26 15 26

Fluor (mg) 1,7 1,9 2,4 2,4 2,7 2,5

Fosfor (mg) 1200 1200 1200 1200 1200 1200

Iodium (mg) 150 120 150 150 150 150

Kalium (mg) 4700 4500 4700 4500 4700 4500

Kalsium (mg) 1200 1200 1200 1200 1200 1200

Kromium(mcg) 25 21 30 22 35 24

Magnesium(mg) 150 155 200 200 250 220

Mangan (mg) 1,9 1,6 2,2 1,6 2,3 1,6

Natrium (mg) 1500 1500 1500 1500 1500 1500

Selenium (mg) 30 20 30 30 30 30

Seng (mg) 18 13 18 16 17 14

Tembaga (mcg) 700 700 800 800 890 890

8
D. Masalah-Masalah Gizi Yang Terjadi
Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri adalah kurangnya asupan
zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi kronis, kurang energi
protein dan dapat terjadi anemia. Masalah tersebut akan berdampak negatif pada
tingkat kesehatan masyarakat, misalnya terdapat masalah penurunan konsentrasi
belajar, pada WUS berisiko melahirkan bayi dengan berat badan bayi rendah
(BBLR) maupun penurunan kesegaran jasmani.
1. Obesitas
Faktor yang mempengaruhi status gizi gemuk yaitu dari segi faktor
tidak langsung meliputi ketahanan pangan, pola pengasuh anak, pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan (Soekirman, 2010). Remaja saat ini juga
cenderung lebih banyak makan di luar rumah dan banyak dipengaruhi oleh
teman sehingga banyak meniru gaya hidup modern terutama di daerah
perkotaan Menurut sulistyoningsih, (2012). Akibat pola makan yang tinggi
kalori oleh para remaja biasanya dikenal dengan istilah junk food dapat
memicu terjadinnya obesitas (Istianti, 2013).
Faktor yang mempengaruhi status gizi gemuk yaitu dari segi faktor
tidak langsung meliputi ketahanan pangan, pola pengasuh anak, pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan (Soekirman, 2010). Remaja saat ini juga
cenderung lebih banyak makan di luar rumah dan banyak dipengaruhi oleh
teman sehingga banyak meniru gaya hidup modern terutama di daerah
perkotaan Menurut sulistyoningsih, (2012). Akibat pola makan yang tinggi
kalori oleh para remaja biasanya dikenal dengan istilah junk food dapat
memicu terjadinnya obesitas (Istianti, 2013).
2. Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum
dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk
sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh
jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.

9
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-
laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka
diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati,
ikan, ayam, selain itu bahan makanan yang tinggi vitamin C membantu
penyerapan zat besi.
Anemia pada remaja putri disebabkan masa remaja adalah masa
pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi.
Selain itu pada masa remaja, seseorang akan mengalami menstruasi. Status
menstruasi dinilai dari subjek yang sudah mengalami atau belum menstruasi
sehingga akan memengaruhi perubahan kadar hemoglobin. Anemia
berhubungan signifikan dengan wanita yang mengalami menstruasi secara
teratur dibandingkan yang tidak teratur. Penelitian Permaesih dan Herman
menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT)
kurang atau tubuh kurus mempunyai risiko 1.5 kali untuk menjadi anemia.
3. Kekurangan energi kronis
Di Indonesia banyak terjadi kasus kekurangan energi kronis terutama
yang disebabkan karena adanya kurang asupan gizi seperti energi protein,
sehingga zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak tercukupi. Banyak remaja
yang bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi
buruk, jika sudah terlalu lama maka akan terjadi kurang energi kronik (KEK)
(Chinue, C, 2009). Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana
seseorang menderita kurang asupan gizi energi dan protein yang berlangsung
lama atau menahun.Seseorang dikatakan menderita risiko kurang energi
kronis bilamana lingkar lengan atas LILA <23,5 cm. Kurang energi kronis
mengacu pada lebih rendahnya masukan energi, dibandingkan besarnya
energi yang dibutuhkan yang berlangsung pada periode tertentu, bulan hingga
tahun (Mulyani, S, 2009). LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko
kekurangan energi kronis pada wanita usia subur termasuk remaja putri.
4. Kekurangan energi protein
Penelitian Indriani, menyatakan asupan protein sangat penting untuk
pertumbuhan remaja, kekurangan asupan protein secara konsisten pada masa
ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi

10
seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak. Munculnya
rasa nyeri kemungkinan diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon,
sedangkan rasa pusing bisa diakibatkan rendahnya zat besi, yang penting
dalam tubuh, yang dipicu oleh keluarnya darah saat haid. Remaja yang
mengkonsumsi pangan hewani akan mendapatkan protein dan zat besi dalam
jumlah yang cukup untuk pembentukan hemoglobin sehingga mereka tidak
mengalami pusing serta kemungkinan juga berpengaruh pada tercukupinya
keseimbangan hormon.
5. Pendidikan Gizi Pada Remaja
Pendidikan gizi pada remaja dan dewasa diperlukan untuk mencapai
status gizi yang baik dan berperilaku gizi yang baik dan benar. Adapun pesan
dasar gizi seimbang yang diuraikan oleh Depkes adalah
a. Makanlah aneka ragam makanan
Tidak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi,
yang mampu membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif. Makan makanan yang mengandung unsur-unsur gizi yang
diperlukan oleh tubuh baik kualitas maupun kuantitas. Jadi,
mengonsumsi makanan yang beraneka ragam menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
b. Makanlah makanan untuk mencukupi kecukupan energi
Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi makanan yang cukup
kalori (energi) agar dapat hidup dan beraktivitas sehari-hari. Kelebihan
konsumsi kalori akan ditimbun sebagai cadangan didalam tubuh yang
berbentuk jaringan lemak.
c. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
Ada dua kelompok karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan
sederhana. Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks
berlangsung lebih lama daripada yang sederhana. Konsumsi karbohidrat
kompleks sebaiknya dibatasi 50% saja dari kebutuhan energi sehingga
tubuh dapat memenuhi sumber zat pembangun dan pengatur.
d. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan gizi
Lemak dan minyak yang terdalam dalam makanan berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin (A,D,E dan

11
K) serta menambah lezatnya hidangan. Mengonsumsi lemak dan minyak
secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain.
e. Gunakan garam beryodium
Kekurangan garam beryodium dapat mengakibatkan terjadinya
penyebab penyakit godok.
f. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi adalah unsur penting untuk pembentukan sel darah merah.
Kekurangan zat besi berakibat anemia gizi besi (AGB), terutama diderita
oleh ibu hamil, wanita menyusui dan wanita usia subur.
g. Berikanlah ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-
ASI sesudahya
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mempunyai
kelebihan yang meliputi 3 aspek baik aspek gizi, aspek kekebalan dan
aspek kejiwaan.
h. Biasakan makan pagi
Bagi remaja dan dewasa makan pagi dapat memelihara ketahan
fisik, daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi belajar dan
meningkatkan produktivitas kerja.
i. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya
6. Lakukan aktifitas fisik secara teratur
Dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan,
meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses
penuaan.
7. Hindari minum minuman beralkohol
Sering minum minuman beralkohol akan sering BAK sehingga
menimbulkan rasa haus. Alkohol hanya menandung energi, tetapi tidak
mengandung zat lain.
8. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus layak
dikonsumsi sehingga aman untuk kesehatan. Makanan yang aman yaitu bebas
dari kuman, bahan kimia dan halal. Bacalah label pada makanan yang
dikemas.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat
umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya
secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-
Mighwar, 2006).

B. Saran
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah
Metabolisme Zat Gizi. Jika ada kekurangan dalam makalah ini kami meminta
maaf dan meminta kritik atau saran yang membangun untuk masukan bagi kami
dalam penyusunan makalah selanjutya. Semoga makalah ini berguna bagi kami
pada khususnya juga para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Herlina. (2013). Bibliotherapy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku.
Bandung: Pustaka Cendekia Utama
Ruaida Nilfar, Marsaoly Michran. 2017. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (kek) Pada Siswa Putri Di SMA
Negeri 1 Kairatu. Jurnal Global Health Science. Maluku. (Vol. 2 No. 4).

13
14

Anda mungkin juga menyukai