Anda di halaman 1dari 6

Faktor- faktor Risiko Dehidrasi pada Kejadian Diare pada Anak Balita

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare didefinisikan secara klinis sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih
dari biasanya/ lebih dari biasanya/ lebih dari tiga kali dalam sehari, disertai dengan perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis diare dibedakan menjadi
tiga macam sindroma diare yaitu diare akut, disentri dan persisten. (WHO, 2000).
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak balita. Kasus kematian
ini terutama disebabkan oleh dehidrasi yang disebabkan oleh berbagai faktor. Di Indonesia
kematian akibat diare sendiri adalah 36,9%, dan 24,1 % pada bayi yang terutama disebabkan
oleh dehidrasi. Upaya pencegahan jangka diare jangka pendek bertujuan untuk mencegah
kematian karena dehidrasi. Dalam melaksanakan upaya tersebut perlu diketahui faktor risiko
terjadinya dehidrasi sebagai penyebab utama kematian anak Balita yang diare. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor beresiko terjadinya dehidrasi pada Balita ketika
menderita diare. Oleh karena itu penting untuk mengetahui faktor- faktor dehidrasi yang lengkap.

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja faktor- faktor risiko dehidrasi pada kejadian diare pada anak Balita.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan umum : mengetahui faktor- faktor risiko dehidrasi pada kejadian diare pada anak
Balita
Tujuan khusus : mengetahui secara spesifik mengenai hubungan antara faktor- faktor
risiko dehidrasi pada kejadian diare pada anak Balita

Page 1
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah menjadi dasar untuk menginterversi masalah
dehidrasi pada diare dan menjadi dasar bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor- faktor yang dibahas, yaitu usia, jenis kelamin,
komorbiditas, social ekonomi, status gizi, status imunisasi, dan cairan inadekuat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka teori

Diare didefinisikan secara klinis sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar)
lebih dari biasanya/ lebih dari biasanya/ lebih dari tiga kali dalam sehari, disertai dengan
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis diare
dibedakan menjadi tiga macam sindroma diare yaitu diare akut, disentri dan persisten.
(WHO, 2000).
Diare akut adalah BAB (buang air besar) cair atau sengah cair dengan kandungan
air pada tinja lebih dari normal (lebih dari 200 cc/24 jam) atau BAB lebih dari 3 kali
sehari dengan jangka waktu kurang dari 14 hari.1-3 Lebih dari 90 % penyebab diare akut
adalah infeksi. Sisanya adalah akibat obat, bahan toksik, iskemia, dan lain- lain.3,4 Oleh
sebab itu penting agar mengetahui pola klinis diare akut akibat infeksi.
Pada diare akan terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan, diakibatkan oleh
beberapa faktor kekurangan laktosa yang akan menyebabkan gula pada usus menarik
keluar air berlebihan, pada infeksi maka akan terjadi ganguan pertukaran ion Na yang
akan menyebabkan keluarnya ion Na, keluarnya ion ini biasa berbarengan dengan
keluarnya air yang berlebih, pemberian serat akan membuat feces menjadi lebih pekat
sehingga akan menarik air berlebih, abnormalitas waktu transit motilitas usus yang terjadi
akibat penyakit seperti hipertiroid, diabetes mellitus, dan efek samping obat eritromisin,
inflammatory bowel disease(IBD), dan saat asupan lemak tinggi.
a. Dehidrasi

Page 2
Dehidrasi adalah keadaan dimana terjadinya kekurangan cairan tubuh. Dehidrasi
dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan derajat keparahanya:
1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang,
suara serak (Vox Cholerica), dan pasien belum tergolong dalam presyok.
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien
tergolong presyok,nadi cepat, napas cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun( Apatis sampai koma), otot- otot kaku, dan sianosis.
b. Komorbiditas
Komorbiditas adalah penampilan bersamaan dari dua penyakit atau lebih. Anak
balita yang mengalami demam ketika diare mempunyai resiko dehidrasi yang lebih
besar. Hal ini karena ketika anak mengalami demam, ia akan berkeringat dan air
menguap keluar melalui kulitnya. Pada saat demam, anak juga biasanya bernapas
lebih cepat, dimana proses bernapas akan mengurangi cairan dalam tubuh melalui
wap air yang dikeluarkan.
c. Jenis Kelamin
Risiko diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena
aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
d. Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto, 1996). Penilaian status gizi dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, yang tergantung dan tingkat
kekurangan gizi. Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut adalah;

1) konsumsi makanan

2) pemeriksaan laboratorium

3) pengukuran antropometri

4) pemeriksaan klinis.

Page 3
Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan untuk
mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang
dialami. Mortalitas bayi dinegara yang jarang terdapat malnutrisi protein energi
(KEP) umumnya kecil (Canada, 28,4 permil). Pada anak dengan malnutrisi, kelenjar
timusnya akan mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga
kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap kelompok organisme
berkurang.

e. Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung
memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita
tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di
daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang
untuk terkena diare.
f. Status Imunisasi
Pada balita, 1-7% kejadian diare berhubungan dengan campak, dan diare yang
terjadi pada campak umumnya lebih berat dan lebih lama (susah diobati, cendrung
menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus. Diare dan disentri lebih
sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau menderita
campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini disebabkan karena penurunan kekebalan
pada penderita.
g. Cairan Inadekuat
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat. Semua komplikasi diare akut disebabkan
karena kehilangan air dan elektrolit melalui tinja. Kehilangan sejumlah air dan
elektrolit bertambah jika ada muntah, dan kehilangan air juga meningkat bila ada
panas. Kehilangan ini menyebabkan dehidrasi karena kehilangan air dan natrium
khlorida, asidosis karena kehilangan bikarbonat, dan kekurangan kalium. Dehidrasi

Page 4
adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan volume
darah, kolaps kardiovaskuler dan kematian apabila tidak di atasi dengan tepat. Jika
tidak diberikan cairan yang adekuat kepada anak yang diare, dehidrasi boleh
mengakibatkan kematian.

h. Usia
Sebagian besar diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
terjadi pada kelompok umur 6 sampai 11 bulan, pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Hal ini dikarenakan belum terbentuknya kekebalan alami dari anak
usia dibawah satu tahun. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang
pada saat bayi mulai dapat merangkak.

2.2 Kerangka Konsep

Faktor- faktor predisposisi

1. Usia
2. Jenis kelamin
Dehidrasi pada diare pada
3. Komorboditas anak Balita
4. Status gizi
5. Status imunisasi
6. Cairan inadekuat

Page 5
Page 6

Anda mungkin juga menyukai