Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA MALIGNA AURIKULA DEXTRA

Pembimbing :
KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K), MBA., MARS.,
M.Si, Audiologist
Dr. dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT – KL
dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT-KL

Diajukan Oleh :

Munafiah, S. Ked J510170060

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
LAPORAN KASUS
OTITIS EKSTERNA MALIGNA AURICULA DEXTRA
Yang diajukan oleh :
Munafiah, S. Ked J510170060

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal.................................................

Pembimbing I
KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si,
Audiologist

(.............................................)
Pembimbing II
Dr. dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT – KL

(.............................................)
Pembimbing III
dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT – KL

(………………………………)
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang terjadi pada iklim-iklim sejuk dan
kering.

Patogenesis dari otitis eksterna sangat kompleks. Sejak tahun 1844 banyak
peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953)
mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan
kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab,
dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk
terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap
air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang
akut maupun kronik. Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang
sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Otitis eksterna merupakan
suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular,
atau ke tulang temporal.

Otitis eksterna akut difusa adalah penyakit yang terutama timbul pada musim
panas dan merupakan bentuk otitis eksterna yang paling umum. Otitis eksterna
difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh
Pseudomonas, Staphylococcus, Proteus, bahkan jamur. Terjadinya kelembaban
yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang
telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
BAB II
PRESENTASI KASUS
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 67 tahun
3. Alamat : Karanganyar
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Status Perkawinan : Menikah
6. Tgl masuk : 30 November 2018
7. No. Rekam Medis : 2903XX

II. Riwayat Penyakit


1. Keluhan Utama
Telinga kanan nyeri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh rasa tidak enak dan penuh di telinga yang
sama. pasien merasakan nyeri jika bagian depan telinga kanan ditekan. Pada awalnya
pasien merasa gatal di telinga kanan. Nyeri bertambah berat saat telinganya dipegang
dan saat mengunyah atau membuka mulut. Pasien juga merasa pendengarannya
berkurang. Keluar darah dari telinga (-), keluar cairan dari telinga (-),rasa pusing
berputar (-). Riwayat demam disangkal, batuk pilek juga disangkal. Pasien tidak
mengeluh rasa telinga berdengung. Riwayat gigi berlubang disangkal. Riwayat nyeri
tenggorokan maupun nyeri menelan disangkal. Riwayat trauma pada kepala atau
telinga juga disangkal. Pasien mengaku sudah berobat ke poli THT dan keluhan
membaik setelah minum obat, tetapi setelah obat habis keluhan kembali muncul.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan serupa sebelumnya : disangkal
b. Riwayat sakit telinga : diakui, ±1 tahun yang lalu
c. Hipertensi : diakui, tidak terkontrol
d. Diabetes Melitus : disangkal
e. Asma : disangkal
f. Alergi : disangkal
g. Penyakit jantung : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Hipertensi : disangkal
c. Diabetes Melitus : disangkal
d. Asma : disangkal
e. Alergi : disangkal
III.Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
1. Keadaan umum : Cukup
2. Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
3. Tekanan darah : 180/60
4. Nadi : 89 x/ menit
5. Respirasi : 18 x/ menit
6. Suhu badan : 36,7 oC

B. Kondisi Medik
1. Kepala : Normocephal, Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Pupil
isokhor (3mm/3mm), Sianosis (-)
2. Leher : Leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), massa (-),
JVP (-), Pembesaran Kelenjar Limfe (-)
3. Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : Kelainan bentuk dada (-), gerak dada kanan dan kiri simetris,
pelebaran vena superficial (-), benjolan/massa (-), sikatriks (-).
Palpasi : Tidak terdapat ketinggalan gerak antara pulmo dekstra dan sinistra.
Perkusi : Suara paru sonor/sonor, paru dalam batas normal
Auskultasi : Suara dasar vesicular (+), tidak ada suara tambahan.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Suara jantung redup, batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Bunyi jantung 1, 2 murni regular terdengar pada SIC 1 dan 2 linea
parasternal sinistra et dekstra.
Abdomen
Inspeksi : Perut buncit (-), Ascites (-), Distended (-), sikatriks (-)
Auskultasi : Suara peristaltik (normal), suara tambahan (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba,
defans muskular (-)
Perkusi : Timpani (+)
4. Extremitas : clubbing finger (-), deformitas (-), edema ekstremitas (-)

C. Status Lokalis
1. Hidung
a.Pemeriksaan
Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung
Hidung luar Bentuk normal, hiperemi Bentuk normal, hiperemi
(-), deformitas (-), nyeri (-), deformitas (-), nyeri
tekan (-), krepitasi (-) tekan (-), krepitasi (-)
b. Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), Bentuk(normal), hiperemia
hiperemia (-) (-)
Meatus nasi Mukosa hiperemis (-), Mukosa hiperemis (-),
media sekret (-), massa berwarna sekret (-), massa berwarna
putih mengkilat (-). putih mengkilat (-).

Konka nasi Edema (-), mukosa Edema (-), mukosa


inferior hiperemi (-) hiperemi (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), Deviasi (-), perdarahan (-),
ulkus (-) ulkus (-)

Gambar cavum nasi

c. Rinoskopi posterior
1) Concha superior dalam batas normal
2. Rongga mulut dan tenggorokan
Bibir & Mukosa bibir dan mulut basah, berwarna merah muda
mulut
Warna mukosa gusi merah muda, hiperemi (-), karies (+) pada
Geligi molar 1 kanan atas
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
Palatum Ulkus (-), hiperemi (-)
mole
Mukosa Mukosa hiperemi (-)
faring
Tonsila Kanan: T1, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (-)
palatina Kiri: T1, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (-)

Gambar pemeriksaan tenggorokan

Pemeriksaan laringoskopi indirect


a. Plica vocalis dalam batas normal
b. Mucosa laring hiperemis (-)
3. Telinga
No. Area Telinga Kanan Telinga Kiri
1. Tragus Nyeri tekan (+), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Pre dan Fistula (-), hiperemis (-), Fistula (-), hiperemis (-),
Retro edema (-), nyeri tekan (-) edema (-), nyeri tekan (-)
auricula
3. Daun Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam
telinga batas normal, bekas luka batas normal, bekas luka
(-), hematoma (-), edema (-), hematoma (-),edema
(-), hiperemis (-), sekret (-), (-), hiperemis (-), sekret (-),
nyeri tarik aurikula (-) nyeri tarik aurikula (-)
4. Liang Serumen (-), hiperemis (+), Serumen (-), hiperemis (-),
telinga furunkel (-), edema (+), furunkel (-), edema (-),
sekret (-) sekret(-)

5. Membran Sulit dinilai (+) Retraksi (-), bulging (-),


timpani hiperemi (-), edema (-),
perforasi (-), kolesteatom
(-), cone of light (+)

MT intak
Cone of
light (+)

Test Garpu Tala Test Rinne : negatif Test Rinne : positif


Test Weber: tidak ada Test Weber: tidak ada
lateralisasi ke kanan laterisasi ke kiri
Test Swabach : Test Swabach : sama
memanjang dengan pemeriksa
Kesimpulan : Tuli Kesimpulan : Normal
Konduktif

4. Kepala dan leher


a. Kepala
1) Konjungtiva anemis : -/-
2) Nafas cuping hidung : -/-
3) Sclera icterik : -/-
4) Sensibilitas menurun : -/-
b. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening pada leher kanan dan kiri (-/-).

IV. Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Darah Rutin
28-11-2018 Angka
normal
HB 13,2 12-16
Hematokrit 41,9 37-47
Leukosit 6.77 5-10
Trombosit 233 150-300
Eritrosit 4,69 4.00-5.00
MCV 89.3 82.0-92.0
MCH 28.1 27.0-31.0
MCHC 31.5 32.0-37.0
CT 04.50 2-8
BT 05.00 1-3
GDS 97 70-150
B. Foto telinga dalam
Telinga Kiri Telinga Kanan
C. Foto CT scan kepala

Kesan: Otomastoiditis kanan


D. Diagnosis Banding
 Otitis eksterna difusa auris dextra
 Otitis eksterna sirkumskripta auris dextra
V. Diagnosis Kerja
Otitis eksterna maligna auricular dextra

VI. Terapi
Medikamentosa :
 Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam
 Inj. Santagesik 1amp/8 jam
 Drip neurosanbe 1amp/12 jam
Non medikamentosa
 Obat cuci telinga H2O2 3%
VII. Edukasi
- Hindari air masuk ke telinga ketika mandi
- Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda
tajam
- Menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakt infeksi sehingga dengan
penanganan yang tepat dapat disembuhkan tetapi bila dibiarkan dapat
mengakibatkan hilangnya pendengaran serta komplikasi lainnya

VIII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Anatomi Telinga

Gambar 5. Anatomi telinga

Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira ± 2,5 - 3cm.2

Kulit liang telinga

Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar


serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Kanalis auricularis externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada
tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya jaringan
subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat
peka. 3
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama
dengan lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel
skuamosa. Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan
kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani.

Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang
rawan dari pada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya
0,5 – 1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan
subkutan merekat dengan perikondrium. Epidermis dari liang telinga
bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa,
sel granuler dan lapisan tanduk.

Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih


tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat
dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar
dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani. Otot
daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis
superior dan m. aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun
telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat
rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih
mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya keatas dan
kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari m.
helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.antitragus, m. obligus
aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan
bagian-bagian daun telinga.

Perdarahan

Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari
cabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis
eksternal.

Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi


oleh cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu
cabang dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior
telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri
ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam
arteri maksilaris interna.

Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya


bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi,
beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial dan
vena aurikularis posterior.

Sistem limfatik

Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula


mengalir ke kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular
mengalir ke kelenjar retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar
cervicalis superior. 3

ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral


permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen
depan membrana timpani.Permukaan posteromedial daun telinga dan
lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus
(N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang-
cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan
segmen posterior dan inferior membrana timpani. 3

b. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari: 2

· Membran timpani; yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna


kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari
arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga.
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut
pars flaccida (membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya
merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan
dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa
merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi
ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin.

· Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes.


Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling
berhubungan.

· Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah


dengan nasofaring.

Persarafan

Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf


kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian c. Telinga Dalam

Gambar 6. Anatomi telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah


lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, yang berfungsi
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule. 2

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap


dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah
dan skala media (duktuskoklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skal
timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner
Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada
membran ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel
penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Pada skala media
terdapat bagian yang berbentuk lidah yang diebut membran tektoria, dan
pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.5

Fisiologi

Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar
yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini
diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
2.4 Definisi

Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau
telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang
telinga akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum
korneum kulit sehingga menyumbat saluran folikel. 2

2.5 Epidemiologi

Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d


Desember 2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746
kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282
kasus (2,62%) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna
sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas
dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. Nan Sati CN
dalam penelitiannya di RS Sumber Waras / FK UNTAR Jakarta mulai 1
Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderita
baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan 737
wanita. 4

2.6 Etiologi

Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis


eksterna difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa
(Bacillus pyocaneus) dan staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah
bakteri streptococci dan Proteus vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat
dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur Candida albicans dan Aspergillus
niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif kronis. 3,6

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 2,4,7

Derajat keasaman (pH)

pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi


sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas
6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh
karena proteksi terhadap infeksi menurun.

· Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.

· Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul
seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna.

· Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang
sering dari bakteri

2.7 Patofisiologi

Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara


membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. 3

Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan


penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau
berenang. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau
mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang
cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa
gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena
garukan. 3,4

Gambar 8. Patofisiologi terjadinya otitis eksterna


2.8 Gejala Klinis

Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara
lain: 4,6

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit
dan nyeri tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan


pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada
otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan
bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum
dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang rawan 1/3
luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit
dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang
hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun
telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa
gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental
purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.
Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang
digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara.

2.9 Manifestasi Klinis

Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:

· Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani


dengan sekret pada CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran
timpani dapat tidak tampak.
· Nyeri tekan tragus (+)
· Nyeri tarik auricula (+)
· Adenopati regional yang nyeri tekan 7
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :

a. Otitis Eksterna Ringan :


Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempt

Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif

b. Otitis Eksterna Komplikasi :


Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
c. Otitis Eksterna Kronik :
Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif

Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi


kurang dari 4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis
berlangsung selama lebih dari 4 minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam
satu tahun. Pada penderita DM atau pasien dengan immunocompromised,
otitis eksterna dapat berkembang menjadi tipe maligna.8

2.10Penatalaksanaan

Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian,
biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga
mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat,
tampon kasa disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator.
Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga
dua kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena
lumen sudah bertambah besar. Polimiksin B dan colistemethate merupakan
antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan
vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan
kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid
dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan
berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering. 4

Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan


untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik

d. Otitis Eksterna Sedang :


khususnya diperlukan jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada
tulang rawan telinga. 5

Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang


mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk
menghindarinya pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering, dengan
cara menggunakan alkohol encer secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga
harus diingatkan agar tidak menggaruk / membersihkan telinga dengan cotton
bud terlalu sering. 2,7

2.11 Komplikasi

· Perikondritis
· Selulitis
· Dermatitis aurikularis 4
2.12 Prognosis

Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat
dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang
mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak
memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
Dari anamnesis didapatkan pasien, seorang perempuan berumur 67 tahun,
pasien datang dengan keluhan pasien pada telinga kanan sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien merasakan nyeri jika bagian depan telinga kanan
ditekan. Pada awalnya pasien merasa gatal di telinga kanan. passien juga merasa
pendengarannya berkurang. pasien menyangkal adanya riwayat keluar cairan dari
telinga. Riwayat demam disangkal, batuk pilek juga disangkal. pasien tidak
mengeluh rasa telinga berdengung. Riwayat gigi berlubang disangkal. Riwayat
nyeri tenggorokan maupun nyeri menelan disangkal. Riwayat trauma pada kepala
atau telinga juga disangkal.

Dari pemeriksaan fisik telinga ditemukan telinga kanan nyeri tekan tragus
(+), nyeri tarik auricula (+), CAE sempit, hiperemis (+), edema (+), KGB regional
membesar (-). Telinga kiri dalam batas normal.

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan
gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja
dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita
rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan
keluhan utama.

Kurang pendengaran yang dialami pasien mungkin terjadi pada akut dan
kronik dari otitis eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau
purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin
yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran
suara

Otitis eksterna merupakan peradangan liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga menjadi basa, keadaan udara yang
lembab dan hangat, serta faktor predisposisi yaitu trauma ringan ketika mengorek
telinga.

Prinsip pengobatan otitis eksterna degan membersihkan liang telinga,


memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik dengan kulit yang meradang. Kadang diperlukan pula
obat antibiotika sistemik.

Edukasi tak kalah penting untuk mencegah penyakit ini kambuh kembali.
Edukasi yang perlu disampaikan antara lain adalah hindari air masuk ke telinga ketika
mandi, menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda
tajam, menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakt infeksi sehingga dengan
penanganan yang tepat dapat disembuhkan tetapi bila dibiarkan dapat mengakibatkan
hilangnya pendengaran serta komplikasi lainnya.

B. KESIMPULAN

Telah dijelaskan sebuah kasus otitis eksterna sinistra. Otitis eksterna adalah
radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh kuman maupun jamur
(otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga,
deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Tanda yang
menentukan diagnosis otitis eksterna adalah tanda-tanda perandangan pada liang
telinga berupa hiperemi dan edema.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adnan. Perkembangan Telinga. 2012. Di akses


http://www.scribd.com/doc/33877494/ perkembangan -telinga. Pada

tanggal 8 Desember 2018

2. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar


Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI.
2008.
3. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of
Otorhinolaryngology UP - PGH. 1993.

4. Abdullah F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring


Dengan Salep Ichtyol (Ichtammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Di akses di:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf.

Pada tanggal 8 November 2012


5. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:
EGC.1997.

6. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford:


Appleton & Lange. 1995.
7. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket
Reference. Second, revised edition. New York: Thieme. 1994.
8. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Di akses:
http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm Pada Tanggal 11
November 2012
1

Anda mungkin juga menyukai