Anda di halaman 1dari 28

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan
Bangunan-bangunan gedung tidak dapat terlepas dari masalah-masalah lingkungan
seperti hujan, angin, panas, dingin, lembab, polusi dan sebagainya. Hal itu menyebabkan
sebuah bangunan memerlukan suatu sistem utilitas yang dapat berfungsi dalam
pelayanan suatu bangunan (building service), dimana fungsi utamanya adalah pada
operasi mekanikal dan elektrikal seperti sistem tata udara, sistem plumbing, sistem
kelistrikan, sistem tata cahaya, sistem transportasi vertikal dan sistem-sistem yang lain
yangdapat menunjang bangunan tersebut agar dapat berfungsi dengan baik.
Secara fisik sistem utilitas rumah sakit sebagian besar merupakan jalur-jalur
panjang, baik pada arah horisontal maupun pada arah vertikalnya. Dan di dalam
perancangan bangunan jalur-jalur ini menuntut disediakannya ruang/tempat/lokasi yang
secara kuantitas cukup dan secara kualitas memenuhi syarat, baik syarat teknis maupun
syarat pemeliharaan dan perbaikan.
Di dalam perancangannya, seringkali jalur instalasi ini ditempatkan pada satu zona
dengan jalur sirkulasi, baik yang berada dal
Di dalam perancangannya, seringkali jalur instalasi ini ditempatkan pada satu zona
dengan jalur sirkulasi, baik yang berada dalam jalur vertikal maupun yang berada pada
jalur horisontal. Pada lajur vertikal yang ditempatkan pada satu zona disebut core dan
pada jalur horisontal sering kita lihat berada sejalan dengan jalur-jalur koridor yang
menjalar di dalam bangunan yang bersangkutan.

B. Maksud Dan Tujuan


1. Merencanakan sistem utilitas sebaik mungkin agar fungsi bangunan dapat berjalan
lancar dan keberadaannya tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya
2. Menerapkan sistem penghawaan yang tepat untuk rumah sakit
3. Menggunakan sistem komunikasi yang tepat di lingkungan rumah sakit
4. Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar penggunaan dan
penyesuaian terhadap pemenuhan kebutuhan penghuni bangunan
5. Merancang secara rinci sistem plambing air bersih yang terdiri dari:
a. Sistem perpipaan air bersih
b. Perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih
1
BAB II
SISTEM PENGHAWAAN DAN PENGKONDISIAN UDARA

A. Sistem Penghawaan
Setiap bangunan rumah sakit harus memiliki ventilasi alami dan/atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Bangunan rumah sakit harus mempunyai
bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat
dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
Persyaratan teknis dari sistem penghawaan yaitu :
1. Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi mekanis
seperti pada bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara
luar dan pencemaran.
2. Pada ruang-ruang khusus seperti ruang isolasi, ruang laboratorium maupun ruang
farmasi, diperlukan fasilitas pengelolaan limbah udara infeksius paparan udara
3. Sistem tata udara harus ditempatkan agar memudahkan dalam pemeriksaan dan
pemeliharaan.
4. Sebagai ventilasi, udara segar harus dimasukkan ke dalam ruangan untuk menjaga
kesegaran dan kesehatan ruangan
5. Udara segar harus dimasukkan langsung dari luar dan bukan udara yang brasal dari
lobi atau koridor tertutup.
6. Untuk instalasi tata udara sentral, udara segar harus dimasukkan melalui mesin
pengolah udara sentral.
7. Untuk sistem tata udara individu, seperti unit jendela dan unit split, udara segar
boleh dimasukkan langsung ke dalam ruangan.
8. Ruangan yang dilengkapi dengan ventilasi mekanik harus diberikan pertukaran
udara minimal 6 (enam) kali per jam.
9. Tata udara untuk ruangan yang dapat menimbulkan pencemaran atau penularan
penyakit ke ruangan lainnya, harus langsung dibuang ke luar.
10. Ruang bedah dan ruang perawatan penyakit menular yang berbahaya, pembuangan
udaranya harus ke tempat yang tidak membahayakan lingkungan rumah sakit.
11. Ruang pengolahan bahan obat, proses foto dan proses kimia lainnya yang dapat
mencemari lingkungan, pembuangan udaranya harus melalui penyaring dan
pemroses untuk menetralisir bahan bahan yang terkandung di dalam udara buangan
tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.
2
B. Sistem Pengkondisian Udara
Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan rumah sakit harus
mempertimbangkan temperatur dan kelembapan udaranya. Untuk mendapatkan tingkat
temperatur dan kelembapan udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat
pengkondisian udara yang mempertimbangkan :
1. Fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna, letak geografis, orientasi
bangunan, volume ruang, jenis peralatan dan penggunaan bahan bangunan
2. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan
3. Prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan.

C. Pemeliharaan Mekanikal
1. Window unit, split unit dan package unit
a. Pemeliharaan
1) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit (case unit)
menyeka menggunakan kain atau sikat pembersih dan deterjen, dilakukan
setiap bulan sekali.
2) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada komponen heat exchanger
condensor, koil pipa evapcwator, saringan (filter) dan panci penampung.
Pembersihan dilakukan dengan cara mengeluarkan window AC dan
rurnahnya kemudian dibersihkan menggunakan sikat atau kain pembersih,
deterjen dan kompressor angin. Pemeliharaan dilakukan 3 (tiga) bulan
sekali.
3) Dilakukan pengisian refrigeran dengan cara memasukkan refrigeran ke
dalam pipa unit melalui lubang pengisian yang telah ada. Jenis refrigeran
yang digunakan adalah Freon, R-12, R22 atau fluida lain yang ditentukan
oleh pabrik pembuatnya. Pengisian dilakukan bila dianggap perlu.
b. Perbaikan kecil.
1) AC split.
Dilakukan penggantian isolasipipa tembaga atau kuningan atau jenis lain
bila ditemui adanya bagian isolasi pipa yang rusak dengan cara membuka
bagian/daerah isolasi yang rusak tersebut sekeliling pipa kemudian diganti
dengan isolasi dan salah satu bahan yang tersebut di bawah ini:
a) Asbestos, serat gelas kemudian dilapisi bahan yang tahan air.

3
b) Magnesium karbida, kalsium silikat, busa polietilen kemudian dilapisi
bahan tahan air. Ketebalan bahan isolasi disesuaikan dengan ketentuan
pabrik pembuat AC ini atau minimal 20 mm.
2) AC Package.
a) Bila terjadi kerusakan tali kipas atau kendor dilakukan penggantian
atau penyetelan. Bila terjadi kerusakan tali kipas maka tali kipas harus
diganti dengan cara mengatur posisi motor penggerak sedemikian,
sehingga tali kipas dapat diganti dan kemudian diatur kembali pada
posisi yang sesuai dengan ketentuan tegangan tali kipas dari pabrik
pembuatnya dan dilakukan pada saat blower tidak beroperasi.
Pemeriksaan kondisi tali kipas ini dilakukan setiap minggu. Baut-baut
yang ditemukan dalam keadaan kendor pada saluran pipa refrigeran
dilakukan pengokohan. Pengkokohan baut yang kendor, disesuaikan
dengan petunjuk dari pabrik pembuat AC tersebut. Pemeriksaan kondisi
baut dilakukan setiap minggu.
b) Dilakukan penyeteIan termostat pendinginan sesuai dengan kebutuhan
pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur ter mostat pada
kondisi temperatur ruangan yang diinginkan. Pemeriksaan kondisi
penunjukan termostat dilakukan setiap minggu.

2. Chiller
Pemeliharaan
a. Dilakukan pembersihan atau penyetelan terhadap permukaan luas unit chiller ini
dengan cara menyeka dengan kain atau dengan sikat pembersih. Pembersihan
dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.
b. Dilakukan pembersihan terhadap komponen pipa air pendingin kondensor dan
koil pipa pendingin evaporator dengah cara membuka bagian penutup mesin
chiller yang telah ditentukan oleh pabrik pembuatnya. Pembersihan dilakukan
pada saat mesin chiller tidak beroperasi, dan dilakukan 2 (dua) bulan sekali.
c. Untuk penggantian refrigeran mesin chiller dilakukan sesuai petunjuk mesin
tersebut, karena setiap mesin chiller mempunyai spesifikasi yang berlainan.
d. Fluida yang digunakan adalah R-22, R-11 atau refrigeran lain sesuai petunjuk
pabrik. Penggantian dilakukan bila dianggap perlu.

4
3. Unit pengolah udara (AHU).
a. Pemeliharaan
1) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan cara
menyeka dengan kain atau sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan ini
dilakukan 6 (enam) bulan sekali.
2) Dilakukan pembersihan terhadap komponen filter udara dengan cara
membuka filter, komponen pipa pembuangan air dan panci pembuangan
dengan cara membuka penutup untuk perawatan bagian bawah AHU,
komponen koil pendingin dengan cara membuka bagian penutup untuk
perawatan bagian evaporator.
3) Dilakukan pengontrolan baut-baut yang kendor padajalur aliran pipa
dengan cara mengokohkan baut yang kendor sesuai dengan petunjuk
pabrik. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap minggu.
4) Dilakukan penyetelan termostat pendinginan sesuai dengan kebutuhan
pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur termostat pada kondisi
temperatur ruangan yang diinginkan. Pemeriksaan kondisi penunjukkan
termostat dilakukan setiap minggu.
b. Perbaikan kecil.
1) Bila tali kipas rusak dilakukan penggantian baru.
2) Bila ditemui kondisi pendingin yang rusak dilakukan penggantian sesuai
dengan bahan yang semula.

4. Cooling tower
Pemeliharaan
a. Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan kain atau sikat
pembersih dan deterjen. Pemeliharaan dilakukan 3 (tiga) bulan sekali.
b. Dilakukan pembersihan pada komponen lauver/ filling udara, kipas udara,
saringan air keluar, panci penampung/filter drain dengan membukalauver/filling
udara dan dikeluarkan kemudian dibersihkan dengan cara menggunakan alat,
kain/sikat pembersih dan deterjen sedangkan untuk kipas udara, saringan air
keluar dan panci penampung dibersihkan ditempat dengan menggunakan alat
yang sama seperti di atas. Pembersihan dilakukan 6 (enam) bulan sekali.
c. Dilakukin pencampuran fluida cair pada air cooling tower yang gunanya untuk
membantu menurunkan temperatur air dan juga mencegah timbulnya korosi
5
pada instalasi cooling tower. Pencampuran ini dilakukan dengan memakai fluida
cair tersebut dan kadarnya disesuaikan standar manual dari pabrik pembuatnya
dengan mengukur fluida tabunggelas. Pengukurantabung fluida ini dilakukan
setiap hari.
d. Dilakukan pelumasan terhadap motor listrik penggerak propeler dengan cara
melumasi poros yang berputar. Pemeliharaan dilakukan setiap 6 (enam) buian
sekail.
e. Dilakukan penyetelan/pengaturan terhadap katup pelampung sesuai dengan
kebutuhan air cooling tower. Penyetelan dilakukan dengan cara kalibrasi level
pelampung yang berhubungan dengan make up water terhadap kebutuhan air
cooling tower yang ditunjukkan oleh meter air yang ada.

6
BAB III
SISTEM KOMUNIKASI DALAM RUMAH SAKIT

Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit dimaksudkan sebagai penyedia sistem


komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan ataupun untuk hubungan keluar, pada
saat terjadi kebakaran/kondisi darurat lainnya. termasuk antara lain sistem telepon, sistem tata
suara, sistem voice evacuation dan sistem panggilan perawat. Penggunaan instalasi tata suara
pada waktu keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan standar yang
berlaku.

A. Sistem Telepon dan Tata Suara


Persyaratan teknis instalasi telepon antara lain :
1. Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan :
a. Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, aman
dan mudah dikerjakan
b. Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani saluran masuk ke dalam gedung
untuk instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x 0,80 m dan harus
diamankan agar tidak menjadi jalan air masuk ke rumah sakit pada saat hujan.
c. Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat dengan jalan
besar.
2. Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal berjarak 0,10
m atau sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Ruang PABX/TRO sistem telepon harus memenuhi persyaratan :
a. Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup dan tidak
boleh kena sinar matahari langsung, serta memenuhi persyaratan untuk tempat
peralatan.
b. Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah mengelupas
c. Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator telepon
Persyaratan teknis sistem instalasi tata suara
1. Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4 lantai atau 14 meter ke atas, harus
dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengumuman
dan intruksi apabila terjadi bencana.

7
2. Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya, dan
dilindungi terhadap bahaya kebakaran atau terdiri dari kabel tahan api.
3. Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik utama mengalami gangguan,
dengan kapasitas dan dapat melayani dalam waktu yang cukup sesuai ketentuan
yang berlaku.
4. Persyaratan sistem komunikasi dalam gedung harus memenuhi UU nomor 32 tahun
1999 tentang Telekomunikasi dan PP nomor 52/2000 tentang Telekomunikasi
Indonesia.

B. Sistem Panggil Perawat (Nurse Call)


Peralatan sistem panggilan perawat dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
kepada pasien yang memerlukan bantuan perawatan baik dalam kondisi rutin ataupun
darurat. Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat komunikasi antara perawat
dengan pasien dalam bentuk visual dan audible (suata) dan memberikan sinyal pada
kejadian darurat pasien.
Persyartan teknisnya antara lain :
1. Peralatan Sistem Panggil Perawat (SPP)
a. Panel kontrol SPP
Panel kontrol SPP harus :
1) Jenis audio dan visual
2) Penempatannya diatas meja
3) Perlengkapan yang ada pada panel kontrol SPP sebagai berikut :
a) Mempunyai mikrofon, speaker dan handset. Hanset dilengkapi kabel
dengan panjang 910 mm (3ft). handset harus mampu menghubungkan
dua arah komunikasi antara perawat dan pos pemanggil yang dipilih.
Mengangkat handset akan mematikan mikrofon/speaker.
b) Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan bacaan digital secara visual
memberitahukan lokasi panggilan dan menempatkan dalam sistem,
meliputi nomor ruang, kamar, tempat tidur dan prioritas panggilan.
c) Panggilan dari pos darurat yang ditempatkan di dalam toilet atau kamar
mandi
d) Mampu menampilkan sedikitnya 4 panggilan yang datang.
e) Modul mengikuti perawat
f) Berfungsi menjawab secara otomatis atau selektif.
8
g) Fungsi prioritas panggilan yang datang
Sinyal visual atau audible akan menandai adanya suatu panggilan rutin
atau darurat dan akan menerus sampai panggilan itu dibatalkan.
h) Fungsi pengingat (memory)
Dapat menyimpan sementara suatu panggilan yang ditempatkan dan
menghasilkan sinyal visual berupa nyala lampu dome di koridor yang
dihubungkan dengan bedside dengan cara mengaktifkan fungsi/sirkit
pengingat. Sinyal visual ini akan mati dan panggilan yang tersimpan
terhapus dari memori ketika panggilan itu dibatalkan di pos setempat.
i) Kemampuan menghasilkan sinyal audible dan visual untuk menandai
adanya panggilan yang datang dari pos yang terhubung :
- Dapat menghentikan atau melemahkan sinyal audible melalui
rangkaian mematikan/melemahkan saat panel kontrol sedang
digunakan untuk menjawab atau menempatkan suatu panggilan.
Sinyal audible untuk panggilan yang datang dan tidak terjawab
harus secara otomatis disambungkan kembali ke modus siaga.
- Sinyal visual untuk panggilan yang datang harus tetap ditampilkan
pada setiap saat sampai panggilan terjawab atau dibatalkan pada
pos pemanggilan.
- Sinyal audible dan sinyal visual untuk panggilan rutin dan darurat
harus jelas berbeda.
- Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi pos panggilan harus
muncul pada panel kontrol SPP.
j) Tombol sentuh atau serupa membolehkan perawat memilih pos
panggilan dan melakukan komunikasi suara dua arah. Tombol sentuh
juga harus memberikan program status priotas dan kemampuan fungsi
lain yang ada, yaitu :
- Kemampuan memonitor bedside

- Kemampuan berhubungan minimum 10 pos beside secara


serempak
- Mampu menerima panggilan dari 10 pos panggilan terkait secara
serempak

9
b. Peralatan komunikasi pada kabinet bedside
1) Setiap bedside harus menyediakan :
a) Microphone/speaker
b) Lampu pos pemanggil
c) Tombol reser
d) Kotak kontrol untuk cordset
2) Setiap microphone/speaker harus mati jika handset disambungkan ke
bedside
3) Panggilan dari bedside harus menghasilkan sinyal panggilan visual rutin
pada lampu dome di koridor
c. Pos darurat
1) Pos darurat dengan kabel tarik harus disediakan dalam setiap kloset dan
setiap pancuran (shower) kamar mandi. Pos darurat ini harus dipasang
kurang lebih 50 cm (18 inci) dari kepala pancurannya (shower head) dan
atau 180 cm (72 inci) di atas lantai jadi. Setiap pos darurat yang di area
pancuran atau toilet harus kedap air.
2) Pos darurat harus disediakan dengan :
a) Kabel tarikan yang diuji tarik dengan gaya sebesar 5 kg (10 lbs) dan
pendant dihubungkan ke gerakan sakelar ON/OFF pada pos darurat.
Kabel tarikan yang gantung yang terbawah harus dipasang 15 cm (6
inci) dari lantai jadi.
b) Gaya tarikan untuk mengaktifkan sakelar minimum 0,4 kg
c) Pada post darurat dilengkapi fungsi “reset/cancel”
d) Lampu darurat merah dengan nyala mati-hidup secara ebrgantian
dengan interval waktu 1 detik ditempatkan pada bagian luar dari kamar
mandi atau toilet, dipasang pada ketinggian 2 meter dari lantai jadi.
e) Pada pos darurat, ditempel atau ditempatkan secara permanen dengan
plat kalimat “Panggilan Darurat Perawat”. Tinggi huruf minimal 4 mm
(1/8 inci)
d. Armatur lampu dome di koridor
1) Tutup lampu harus tembus cahaya, tidak berubah warna atau berubah
bentuk karena panas, atau rusak karena penggunaan zat pembersih.
10
2) Lampu dome harus berisi lampu yang cukup membedakan :
a) Panggilan rutin dari bedside
b) Panggilan darurat dari post perawat kamar mandi atau toilet
c) Sinyal visual untuk panggilan rutin dan panggilan darurat harus
dibedakan
e. Armatur lampu dome dengan isi dua lampu di koridor
Dua lampu dalam satu armatur lampu dome berisi minimum dua lampu untuk
mengidentifikasikan panggilan setempat dalam sistem. Sinyal visual untuk
panggilan rutin dan panggilan darurat harus jelas perbedaannya.
f. Cordset
Setiap cordset harus :
1) Panjangnya 1,8 meter atau 2,4 meter, jenis kabel fleksibel
2) Tidak korosif
3) Apabila cordset dilepas, panggilan darurat harus secara otomatis
memberitahukan panel kontrol SPP. Sinyal audible dan visual harus tetap
diaktifkan sampai cordset disisipkan kembali atau alat lain disisipkan yang
secara teknis dapat mematikan fitur panggilan otomatis.
4) Gaya tarikan untuk mengaktifkan cordset sebesar 0,5 kg (1lb)
5) Tidak berubah warna
6) Cordset dengan aksi tombol tekan harus disediakan : sambunga ke kotak
kontak bedsite cordset, berisi tombol tekan untuk panggilan pada ujung
cordset
g. Sistem distribusi
Setiap kabel yang digunakan dalam SPP harus asli dan bersertifikat diberi label
pada setiap rel dan disetujui oleh instansi terkait.
h. Perlengkapan instalasi
1) Kabel
Kabel harus termasuk semua penyambung, tali pengikat, penggantung,
klem dan sebagainya yang dibutuhkan untuk melengkapi kerapihan
instalasi.
2) Konduit
Perlengkapan harus termasuk semua konduit, duct (saluran) kabel, rak
kabel, kotak penyambung, roset, plat penutup dan perangkat keras lain yang
diperlukan untuk melengkapi kerapihan dan keamanan.
11
3) Label
Setiap komponen dari sub sistem harus diberi label
2. Pemasangan peralatan dan instalasi sistem panggil perawat
a. Pengiriman
Pengiriman bahan-bahan ke lokasi harus dalam kontainer asli tertutup, jelas
terlabel nama pengirim, model peralatan dan nomor erie indentifikasi dan logo
standar. Pengawas akan meneliti peralatan SPP pada saat itu dan akan menolak
terhadap item yang tidak memenuhi syarat.
b. Penyimpanan
Peralatan SPP harus disimpan dengan benar sebelum dipasang terlindung
terhadap kerusakan.

C. Pemeliharaan dan Perbaikan


1. Tata suara.
a. Tape deck.
1) Pemeliharaan
Pembersihan kotoran pada head dilakukan dengan head spray, bila terjadi
penurunan kualitas suara.
2) Perbaikan kecil
Apabila permukaan head sudah tipis, karet-karet sudah getas perlu
dilakukan penggantian.
b. Paging microphone
Pemeliharaan
Pembersihan permukaan dan kotoran dilakukan dengan kain lap kering.
Pembersihan dilakukan setiap 1 bulan.
c. Volume control.
1) Pemeliharaan
a) Pembersihan permukaan dan kotoran dilakukan dengan bin lap,
sedangkan kemacetan pada kontak mekaniknya dibersihkan dengan
contact cleaner. Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan.
b) Knop yang longgar dapat dilakukan penyetelan atau penguatan dengan
obeng.
2) Perbaikan kecil

12
Knop yang aus dapat dilakukan penggantian dengan elemen yang sama.
d. Speaker
Pembersihan permukaan dan debu dilakukan dengan kuas.
2. Telefon
a. Pesawat telefon
Pemeliharaan
Handset dibersihkan dengan kain lap, sedangkan microphone sebaiknya
dilakukan dengan compressor. Pembersihan diakukan sebulan sekali.
b. Jack/outlet telepon
1) PemeIihraan
Dilakukan penyetelan dengan obeng bila jack/outlet telepon longgar.
2) Perbaikan kecil
Bila terjadi kerusakan dilakukan penggantian.
c. Main Distribution Frame (MDF).
Pemeliharaan
1) Debu yang terdapat pada MDF dibersihkan dengan kuas. Pembersihan
dilakukan setahun sekali.
2) Kabel-kabel yang longgar pada terminal kabel diperkuat dengan obeng
ataupun dengan penyolderan.
d. PABX
Pemeliharaan
Pembersihan kotoran pada PABX yang menggunakan relay dilakukan dengan
contact cleaner.

13
BAB IV
SISTEM KELISTRIKAN

A. Sumber Daya Listrik


1. Sumber daya listrik normal
Sumber daya listrik utama gedung harus diusahakan untuk menggunakan tenaga
listrik dari Perusahaan Listrik Negara.
2. Sumber daya listrik siaga
a. Bangunan, ruangan atau peralatan khusus yang pelayanan daya listriknya
disyaratkan tidak boleh terputus-putus, harus memiliki pembangkit/pasokan
daya listrik siaga yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan
dengan persyaratan tersebut.
b. Sumber listrik cadangan berupa diesel generator (genset). Genset harus
disediakan 2 (dua) unit dengan kapasitas minimal 40 % dari jumlah daya
terpasang pada masing-masing unit. Genset dilengkapi sistem AMF dan ATS.
3. Sumber daya listrik darurat
a. Sistem instalasi listrik pada rumah sakit harus memiliki sumber daya listrik
darurat yang mampu melayani kelangsungan pelayanan seluruh atau sebagian
beban pada bangunan rumah sakit apabila terjadi gangguan sumber utama.
b. Sumber pasokan daya listrik darurat yang digunakan harus mampu melayani
semua beban penting termasuk untuk perlengkapan pengendalian kebakaran,
secara otomatis.
c. Pasokan daya listrik darurat berasal dari peralatan UPS (Uninterruptable Power
Supply) untuk melayani kamar operasi (Central Operation Theater), ruang
perawatan intensif (Intensive Care Unit), ruang perawatan intensif khusus
jantung (Intensive Cardiac Care Unit).

B. Jaringan Distribusi Listrik


1. Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyak dan/atau
busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan.
2. Peralatan pada papan hubung bagi seperti pemutus atus, sakelar, tombol, alat ukur
dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan pengoperasian
dan pemeliharaan oleh petugas.
14
3. Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa kebakaran, lift kebakaran,
peralatan pengendali asap, sistem deteksi dan alarm kebakaran, sistem komunikasi
darurat dan beban penting lainnya harus terpisah dari instalasi beban lainnya dan
dilindungi terhadap kebakaran atau penggunaan penghantar tahan api sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

C. Instalasi Listrik
1. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik, jaringan distribusi, papan
hubung bagi dan beban listrik.
Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati, dilakukan
pemeliharaan dan perbaikan, tidak membahayakan, mengganggu atau merugikan
bagi manusia, lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lainnya.
2. Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 220/380 Volt, dengan
frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung adalah 20 KV,
dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan yang berlaku.
Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PLN
minimal 200 KVA disarankan agas sudah memiliki jaringan listrik tegangan
menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV).
3. Instalasi listrik tegangan menengah antara lain :
a. Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran sesuai standar gardu
PLN)
b. Peralatan transformator (kapasitas sesuai daya terpasang)
c. Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya
d. Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (grounding)
4. Semua perlengkapan listrik seperti penghantar, papan hubung bagi dan isinya,
transformator dan lain-lainnya tidak boleh dibebani melebihi batas kemampuannya.
Masalah harmonisa dalam sistem kelistrikan harus diperhatikan.
5. Sistem penerangan darurat (emergency lighting) harus tersedia di dalam ruang-ruang
tertentu
6. Sistem pembumian (grounding system) harus terpisah antara frounding panel gedung
dengan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.
7. Transformator distribusi

15
a. Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan dalam
ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan lantai yang
kokoh, dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh petugas.
b. Ruangan transformator harus diberi ventilasi yang cukup, serta mempunyai luas
ruangan yang cukup untuk perawatan dan perbaikan.
c. Bila ruang transformator dekat dengan ruang yang rawan kebakaran, maka
diharuskan mempergunakan transformator tipe kering.
8. Penghematan energi harus sangat diperhatikan

D. Pemeliharaan Listrik
1. Armatur Lampu
a. Kotak lampu pijar/TL
Pembersihan terhadap debu yang menempel dilakukan dengan lap/kain
pembersih, jika sulit kain pembersih dicampur air dan glass cleaner. Kotak TL
bagian dalam harus dibuka dan dibersihkan dengan vacum cleaner (penghisap
debu). Ujung-ujung kontak di lampu TL sering terjadi korosi.
b. Lampu
Perbaikan kecil : bila lampu mati diganti yang baru.
c. Louvre
Pemeliharaan : dilakukan pembersihan dan debu/kotoran yang menempel
dengan menggunakan kain bersih yang dicampur air atau glass cleaner.
Dilakukan setahun sekali.
Perbaikan kecil : Bila louvre retak/pecah dilakukan penggantian atau perbaikan
secepat mungkin karena mempengaruhi deviasi sinar.
2. Saklar (Kotak Kontak)
Pemeliharaan saklar yang menggunakan pegas harus dibersihkan setiap tahun sekali.
Bagian dalam terutama pada kontak sakiar harus bersih dan debu. Apabila saklar
dalam keadaan ON terjadi panas, segeradiganti.
3. Stop Kontak (Tusuk Kontak)
Pemeliharaan stop kontak dimaksud harus sering dilakukan pemeriksaan terutama
pada ruang bedah, poliklinik dan ruang yang sering menggunakan alat yang portable
(pindah-pindah) karena sering ditusuk dan dilepas, sehingga kotak-kontak yang
menjepit akan cepat aus. Perlu diperhatikan, agar stop kontak ini selalu bersih. Kalau
terjadi panas atau rusak segera diganti.
16
4. Pembumian
Untuk pembumian di rumah sakit terdapat 3 kelompok, yaitu:
a. Untuk peralatan medik maximum 0,2 Ohm, sesuai PUIL 1987 pasal 860
kelompok 2E.
b. Untuk stop kontak di dalam gedung dan alat-alat lain maximum 5 Ohm.
c. Untuk penangkal petir dan pelindung gedung maksimum 10 Ohm.
Sistem pembumian diatas, masing-masing tidak boleh digabung. Pengukuran
tahanan pembumian dilakukan setiap tahun dengan earth tester. Ujung saluran
pembumian sering terjadi korosi, sehingga penlu dibersihkan dengan sikat besi halus
dan disemprot dengan cairan anti korosi.
5. Instalasi Kabel Dalam Gedung
Pengukuran tahanan isolasi dengan Meger dilakukan setiap 3-4 tahun sekali. Apabila
tahanan isolasi kabel kurang dan 250 kilo Ohm maka instalasinya harus diperbaiki
atau kabelnya diganti.
6. Panel Listrik
Pada panel ini pemeliharaannya lebih teliti, dengan mematikan tegangan untuk
service dan terlebih dahulu perlu koordinasi dengan UPF masing-masing dan Rumah
Tangga yang diketahui Direktur Rumah Sakit, karena di dalamnya sering terdapat
banyak debu dan harus dibersihkan dengan vacuum cleaner, kuas dan lap bersih.
Pada sambungan mur antara kabel/busbar ke MCB/MCCB sering terdapat korosi
dan harus disemprot dengan cairan anti korosi, dan mur yang kendor akibat getaran,
agar dikencangkan kembali setiap 6 (enam) bulan sekali. Pengetesan MCB/MCCB,
fuse yang putus harus diganti, lampu-lampu pilot, meter-meter yang rusak diganti
secepatnya. Udara disekitar panel dibebaskan dan lembab. Pengecekan karet-karet
pintu panel dan kunci penel setiap 6 (enam) bulan sekali, jika keadaannya rusak agar
diganti.
7. Transformator
Transformator perlu dilakukan pengecekan yang teliti. Untuk transformatorjenis
kering perlu dilakukan pembersihan dan debu dengan lap kering dan vacuum
cleaner dan diujung pole perlu dibersihkan dengan amplas. Untuk transformator
jenis olie perlu dilakukan pengetesan daya isolator dan olie trafo, dapat ditetesi
setiap tahun sekali untuk type Conservatif dan 5 tahun sekali untuk type Hematic
atau akan dilakukan lebih awal jika terjadi trouble shooting/short circuit salah satu
beban (pengetesan olie di LMK PLN).
17
8. UPS (Uninterruptible Power Supply)
Pada ruangan-ruangan khusus (kelompok 2E), terdapat UPS. UPS perlu perhatian
khusus pada bateral, harus sering diperiksa/diganti jika dalam indikator UPS sudah
tidak dapat diisi kembali dibagian battery terdapat pole-pole yang perlu dibersihkan
dan temperatur ruangan diusahakan 19°C. Untuk menjaga program-program yang
ada dalam UPS yang menggunakan microprocessor, setiap bulan 2 (dua) kali.

18
BAB V
SISTEM FASILITAS SANITASI

A. Persyaratan Air Bersih


1. Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan atau dapat
mengadakan pengolahan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
2. Tersedia air bersih minimal 500 liter/tempat tidur/hari
3. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan
secara berkesinambungan
4. Tersedia penampungan air (reservoir) bawah atau atas
5. Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/kamar harus menggunakan
jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
6. Penyediaan fasilitas air panas dan uap terdiri atas unit bouler, sistem perpipaan dan
kelengkapannya untuk distribusi ke daerah pelayanan
7. Dalam rangka pengawasan kualitas air maka rumah sakit harus melakukan inspeksi
terhadap sarana air munum dan air ebrsih minimal 1 (satu) tahun sekali.
8. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 (dua) jali
setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan), titik sampel
yaitu pada penampungan air (reservoir) dan keran terjauh dari reservoir.
9. Rumah sakit telah menggunakan air yang sudah diolah seperti dari PDAM, sumur
bor dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan pengolahan tambahan
dengan cartridge filter dan dilengkapi dengan desinfeksi menggunakan ultra violet.
10. Ruang farmasi dan hemodialisis : yaitu dari air yang dimurnikan untuk penyiapan
obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam hemodialisis
11. Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku.

B. Persyaratan Penyaluran Air Hujan


Sistem penyaluran air hujan direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota. Sistem penyaluran air hujan harus
dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.

19
C. Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
1. Saluran
Pemeliharaan dan saluran diatas secara periodik tiap bulan dapat berupa:
a. Penggelontoran air.
b. Penyemprotan air dengan tekanan tinggi
c. Pengambilan endapan.
2. Lubang Pemeriksa (Bak Kontrol/Man Hole)
Pemeliharaan lubang pemeriksa, sama dengan pemeliharaan saluran tersebut di atas
hanya frekuensinya lebih sering (2 minggu sekali).
3. Pemeliharaan Kloset
Dipergunakan hanya untuk membuang kotoran manusia. Penggelontoran agar
menggunakan air yang Iebih banyak. Pembersihan dilakukan tiap hari.
4. Tangki Septik
Pemeliharaan tangki septik pada prinsipnya hanya menguras endapan. Hal ini
dilakukan dengan seksama minimal 1 (satu) tahun dan maksimal 4 (empat) tahun.
Bila limbah cair banyak mengandung lemak/minyak maka tangki septik dilengkapi
dengan alat penangkap lemak.
5. Bak Pengumpul/Pengangkat
Pemeliharaan biasa dilakukan path unit ini bila terjadi pengendapan di dalam bak
pengumpul dan pompa dilakukan tiap 6 bulan. Pengangkat baru dihidupkan disertai
dengan penyemprotan air terhadap semua permukaan yang kotor.
6. Instalasi Pengolahan Biologis Dengan Anaerobic Filter
Pemeliharaan anarobic filter adalah membersihkan sampah, tanaman, lumut yang
terdapat pada anaerobic filter. Pembersihan dilakukan setiap minggu.
7. Bak Penampung Lumpur
Pemeliharaan bak penampung lumpur adalah membersihkan kotoran, lumut yang
menempel pada dinding. Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
8. Bak Pengering Lumpur
Pemeliharaan :
a. Pembersihan sampah, lumut dan tumbuhan lain.
b. Penambahan pasir secara berkala sesuai ketebalan yang diperlukan.
Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan sekali.

20
9. Bak Kaporisasi
Pemeliharaan : pembersihan secara periodik endapan sisa kaporit dan saluran
pembubuh dibersihkan, sehingga aliran kaporit menjadi lancar.Pembersihan
dilakukan setiap hari.

21
BAB VI
SISTEM PLAMBING

Plambing Rumah Sakit adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan alat plambing dan pipa dengan peralatannya
didalam gedung rumah sakit, yang bersangkutan dengan sistem drainase saniter, drainase air
hujan, vent, dan jaringan air bersih yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain
yang diperbolehkan.
Perencanaan sistem plambing bertujuan untuk memenuhi kebutuhan airbersih dan
menyalurkan air kotor ke tempat buangan secara higienis yangsesuai dengan lingkungan
sekitar. Mengetahui dasar-dasar dan mampumembuat perencanaan plambing dan
instrumentasi/ peralatan instalasiyang berkaitan dengan rancang bangun di bidang teknik
lingkungan.
Sistemperatanplambingadalahsuatu system penyedianataupengeluaran air ketempat-
tempat yang dikehendakitanpaadagangguanataupencemaranterhadapdaerah-daerah yang
dilaluinyadandapatmemenuhikebutuhanpenghuninyadalammasalah air.

A. FungsidanJenisPeralatanPlambing
Fungsiperalatanplambingadalah :
1. Untukmenyediakanair bersihketempattempat yang dikehendakidengantekanan yang
cukup.
2. Membuang air kotordaritempat-
tempattertentutanpamencemarkanbagianpentinglainnya.
Peralatanplambingmeliputikebutuhan-kebutuhan yang
diperlukandalamsuatukompleksrumahsakit.Perlatantersebutterdiridari :
1. Peralatanuntukpenyedian air bersih
2. Peralatanuntukpenyedian air panas
3. Peralatanuntukpembuangan air kotor
4. Peralatanlainnya yang adahubungannyaterhadapperencanaanpemipaan.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih umum, jenis peralatan plambing digunakan
untuk mencakup :
1. Peralatan pemadam kebakaran
2. Peralatan pengolah air kotor (tangki septik)
3. Peralatan penyediaan gas
22
4. Peralatan dapur
5. Peralatan mencuci (laundry)
6. Peralatan pengolah sampah
7. Dan berbagai instalasi pipa Iainnya, seperti : penyediaan zat asam, air minum, pipa
vakum.
B. Syarat-Sayaratdanmutubahanbangunan
Dalamperencanaanpelaksanaanplambingharusdiperhatikansyarat-
syaratdaribahanplambingyaitu:
1. Tidakmenimbulkanbahayakesehatan
2. Tidakmenimbulkangannguansuara
3. Tidakmenimbulkanradiasi
4. Tidakmerusakperlengkapanbangunan
5. Instalasiharuskuatdanbersih
Kemudianmutubahannyaharusmemenuhisyaratsebagaiberikut
1. Dayatahanharus lama minimal 30 tahun
2. Permukaanharushalusdantahan air
3. Tidakkadabagian-bagianyantersembunyi/menyimpankotoranpadabahan-bahan yang
dimaksud
4. Bebasdarikerusakanbaikmekanismaupun yang lain
5. Mudahmemeliharanya
6. Memenuhiperaturan-peraturan yang berlaku
Dalamperencanaanplambing, perludiperhatikanbahanataualatplambing.Pipa PVC
danpipatembaga (untuk air panasa).Ukuran yang seringdigunakanmulaidari diameter ½”
sampaidengan 2” sampaidengan 6” untukbangunantinggi.
Alat-alatplambing yang merupakanpermulaandari system
pembuangandariinstalasidapatberupa :Kran, kloset, wastafel (lavatory), urinoir, bidet,
beth tub, shower.

C. SistemPlambing Air Bersih


WHO telah membuat standarisasi mengenai air bersih. Air bersih adalah air yang
telah memenuhi syarat tersebut yang meliputi kualitas fisik, biologis, kimia dan
radiologis yang jika dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. Untuk gedung-
gedung yang di bangun di daerah yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum
untuk umum, maka penyediaan air akan diambil dari sungai, air tanah dangkal atau
23
dalam, dsb. Namun air baku tersebut harus diolah agar dicapai standar kualitas air yang
berlaku. Persyaratan yang harus di penuhi untuk sistem penyediaan air bersih adalah
1. Persyaratan Kualitatif
Menggambarkan syarat air bersih secara kualitas yang meliputi :
a. Syarat Fisik
Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
b. Syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah yang
melampaui batas, adapun persyaratan kimia tersebut adalah pH, zat padat total,
zat organik sebagai KmnO4, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe)
dan mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), klorida(Cl), nitrit(No2), fluorida, dan
logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr,Hg, CN)
c. Syarat biologis
Air minum tidak boleh mengandunng bakteri-bakteri patogen danparasit, seperti
kuman korela, typus, dysentri, dan gatreosinesis.
d. Syarat Radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat menimbulkanradioaktif
seperi sinar alfa, beta, dan gamma.
2. Persyaratan Kuantitatif
Persyaratan kuantitatif dilihat dari banyaknya air baku yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan air dari jumlah pemakai yang menempati gedung tersebut.
3. Persyaratan Kontinuitas
Persyaratan kontinuitas sangat berkaitan dengan kualitas air digunakan. Air baku
yang digunakan diambil secara terus menerus dengan debit yang sama pada saat
musim kemarau maupun musim penghujan.
4. Sistem Sambungan Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsungdengan pipa
utama penyediaan air bersih (PDAM). Karenaterbatasnya tekanan dalam pipa utama
dan dibatasi ukuran pipacabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama
dapatditerapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil dan rendah.
5. Sistem Tangki Atas
Selama air digunakan tidak terjadi perubahan tekanan yang berartipada alat
plumbing. Perubahan tekanan hanya terjadi karena akibatperubahan level air di
dalam tangki atap sehingga harus diupayakanagar level air tetap konstan. Pada
24
sistem penyedia air tangki atasbekerja secara otomatis karena pada umumnya
dilengkapi swithautomatik sehingga kecil kemungkinan timbulnya kesulitan
akibatpenurunan tajam pada permukaan level air.Perawatan tangki atas relatif lebih
sederhana dibandingkan dengansistem tangki tekan. Perlu pompa cadangan untuk
bangunan yangbesar dan tinggi. Karena tuntutan alat-alat plumbing, agar
dapatbekerja dengan baik maka peletakan tangki atap menjadi penting.Sebagai
contoh katub glontor (flush valve) dapat bekerja dengan baik jika tekanan air pada
alat plumbing sebesar 1,00 kg/cm2 atau tinggitangki atap lebih besar atau sama
dengan 10 meter.Jika peletakan tangki tidak memungkinkan sehingga tekanan
tidak dapat tercapai maka perlu dipertimbangkan pemasangan pipasambung
langsung ke alat saniter atau alat plumbing (fixture) ataudengan memasang pompa
pendorong (booster pump) agar kerugiantekanan berkurang. Memilih alat plambing
yang tidak terlalu tinggituntutan tekanan kerjanya, misal kloset dengan katup glontor
dengantekanan kerja 0,6 kg/cm2 atau tinggi tangki 6,00 meter.
6. Sistem Tangki Tekan
Prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) adalah sebagaiberikut, air yang
telah ditampung di dalam tangki bawah dipompa kedalam tangki tertutup yang
mengakibatkan udara didalamnyaterkompresi sehingga tersedia air dengan tekanan
awal yang cukupuntuk didistribusikan ke peralatan plumbing di seluruh bangunan
yangdirencanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detektortekanan, yang
membuka dan menutup saklar penghasut motor listrik penggerak pompa. Pompa
akan berhenti bekerja jika tekanan tangkitelah mencapai batas maksimum yang
ditetapkan dan mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan telah
dicapai.
7. Sistem Tanpa Tangki
Sistem ini sebenarnya tidak direkomendasi oleh berbagai pihak. Sistem ini tidak
menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah,tangki tekan ataupun tangki atap.
Air dipompakan langsung ke sistemdistribusi bangunan dan pompa menghisap
langsung dari pipa utama.Ciri-ciri sistem tanpa tangki adalah mengurangi
kemungkinanpencemaran air minum karena menghilangkan tangki bawah
maupuntangki atas, mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air
dengan udara relatif singkat, kalau cara ini diterapkan padabangunan pencakar langit
akan mengurangi beban struktur bangunan,untuk kompleks perumahan perumahan
dapat menggantikan menaraair, penyediaan air sepenuhnya bergantung pada sumber
25
daya,pemakaian daya besar dibandingkan dengan tangki atap dan hargaawal tinggi
karena harga sistem pengaturannya

D. SistemPlambing Air BuangandanVen


1. Jenis Air Buangan
Air buangan atau juga sering disebut air limbah adalah semua cairan yang dibuang
baik yang mengandung kotoran makhluk hidup maupun sisa-sisa proses roduksi. Air
buangan dibagi menjadi 4 golongan,yaitu :
a. Air Kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing lainnya.
b. Air Bekas
Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi,
bak cuci tangan, bak dapur, dsb.
c. Air Hujan
Sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan tempat
lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
d. Air Buangan Khusus
Air buangan yang mengandung gas, racun, atau bahan-bahan berbahaya seperti
dari pabrik dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan,
tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air buangan
yang bersifat radioaktif, atau mengandung bahan radioaktif yang dibuang dari
Pusat Tenaga Nuklir atau laboratorium penelitian atau pengobatan yang
menggunakan bahan radioaktif. Air buangan yang mengandung banyak
lemak berasal dari restoran, akhir-akhir ini menjadi masalah dan dimasukkan
dalam kelompok ini karena banyak mengandung heksan.
2. Klasifikasi air buangan menurut cara buangan air
a. Sistem buangan terpisah
b. Sistem buangan tidak langsung
3. Klasifikasi air buangan menurut cara pengaliran
a. Sistem gravitasi
b. Sistem bertekanan

26
4. Klasifikasi air buangan menurut letaknya
a. Sistem buangan gedung
b. Sistem buangan di luar gedung atau roil gedung

E. SistemPlambing Air Hujan


Pada sistem plambing air hujan, penggunaan perangkap harusdipasang pada
cabang datar untuk melayani tiap talang tegak atau tiap daerahdrainase, bila talang tegak
dan saluran buangan air hujan disambungkan padadrainase gedung gabungan atau
saluran pembuangan gedung bangunan.Talang tegak air hujan dipakai ukuran pipa tegak
air hujan ditambahdengan memperhitungankan 50% dinding terluas yang dianggap
sebagai atap.Cara penggabungan sistem air hujan dengan drainase saniter adalah
harusdipisahkan apabila terdapat saluran umum gabungan yang dapat
menampungdarinase dan pembuangan air hujan, maka saluran pembuangan air
hujangedung dan saluran drainase dapat digabungkan ke saluran pembuangangedung
gabungan pada bidang datar dengan fitting Y tunggal yang ditempatkansekurang-
kurangnya 3 m dari suatu cabang drainase saniter.Hal-hal yang dilarang dalam sistem
pembuangan air buangan adalah :
1. Mengalirkan air buangan ke dalam saluran pembuangan yang dikhususkanuntuk air
hujan, atau mengalirkan sedemikian rupa sehingga air meluapdiatas trotoar atau
jalan.
2. Membuang air buangan dari sistem plambing ke dalam perairan umum,kecuali
apabila dibenarkan. Pembuangan dari buangan berbahaya harusdilakukan sesuai
dengan segala peraturan yang berlaku, kecuali caratersebut dibenarkan.

F. InstalasidanInstrumenPenunjang
Jenis instrumentasi penunjang adalah:
1. Tangki air
a. Tangki air bawah tanah
b. Tangki atap
c. Tangki tekan (hidrofor)
2. Pompa penyediaan air
a. Pompa sentrifugal
b. Pompa aliran radial
c. Pompa aliran axiald
27
d. Pompa aliran campuran
3. Pemanas air
a. Pemanas air sesaat
b. Ketel pemanas air satu jalan
c. Tangki pemanas air untuk minum
4. Valve
a. Globe valve
b. Butterfly valve
c. Gate valve

28

Anda mungkin juga menyukai