Anda di halaman 1dari 6

BAB II

ISI

2.1 Konsep Anggaran Energi


Menurut Blacwell dan Kendeigh (1980) energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kerja. Hal-hal yang berkaitan dengan energi dijelaskan melalui hukum
termodinamika.
1. Hukum termodinamika I menyatakan bahwa energi dapat ditransformasikan dari satu bentuk
ke bentuk yang lain, tetapi energi tidak dapat dibuat dan dirusak.
2. Hukum termodinamika II menyatakan tidak ada proses transformasi energi yang berlangsung
secara spontan tanpa ada sejumlah energi yang terlepas, atau dengan kata lain proses
transformasi energi tidak pernah efisien 100%.
Anggaran energi merupakan istilah yang berkaitan dengan arah pemanfaatan energi yang
berhasil dibutuhkan oleh makhluk di dalam suatu ekosistem. Makhluk hidup harus memasukkan
sejumlah energi dari lingkungannya dan pada suatu saat makhluk ini juga dapat melepaskan
sejumlah energi ke dalam lingkungannya. Bila masukan energi lebih besar dibandingkan
keluaran energi, maka makhluk hidup akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan atau
makhluk tersebut telah mengalami produktifitas (Kramadibrata, 1996) Darmawan (2005)
menjelaskan bahwa proses pemasukan energi (input) idealnya sudah tentu lebih besar dari pada
pengeluaran (output), jika energi yang keluar lebih besar dari energi yang masuk dalam suatu
organisme, maka tentu hal ini akan menimbulkan ketidakseimbangan, sehingga mengakibatkan
organisme tersebut akan kekurangan energi (lemah).
Energi secara umum digunakan untuk dua tujuan yaitu kelangsungan hidup dan untuk
menjaga kelestarian jenisnya dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Kelangsungan hidup
makhluk hidup dapat terjadi jika makhluk hidup menyisihkan sejumlah energinya untuk
keperluan memelihara kualitas hidup agar mampu bersaing dan mengantisipasi faktor-faktor
mortalitas seperti penyakit, parasit, dan predator. Energi dipakai untuk memelihara kualitas
hidup seperti melangsungkan proses fisiologis tubuh, membentuk dan mengganti sel-sel tubuh
yang telah rusak, memproduksi hormone dan enzim, serta memproduksi sel-sel kekebalan tubuh.
Energi juga digunakan untuk menjaga kelestarian jenis makhluk hidup dengan cara menyisihkan
sebagian energinya untuk keperluan reproduksi yaitu membentuk sel-sel kelamin dan hormon-
hormon kelamin, melangsungkan perkembangan embrio, memberi nutrisi pada embrio, dan
makhluk hidup muda yang baru dilahirkan (Sukarsono. 2009).
Blacwell dan Kendeigh (1980) memaparkan bahwa proses aliran energi berlangsung
dengan adanya proses rantai makanan. Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian
energi makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh
karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora. Di alam rantai
makanan itu tidak sederhana, tetapi ada banyak, satu dengan yang lain saling terkait atau
berhubungan sehingga membentuk jaring-jaring makanan. Organisme-organisme yang
memperoleh energi makanan dari tumbuhan dengan jumlah langkah yang sama dimasukkan ke
dalam aras trofik yang sama.
Menurut Wirakusumah (2003) struktur trofik dapat digambarkan dalam bentuk diagram
yang kemudian dikenal sebagai piramida ekologi. Arah trofik I (produsen) diletakkan sebagai
dasar piramida, kemudian diatasnya adalah arah-arah trofik yang berikutnya (herbivora,
karnivora) sebagai konsumen primer, sekunder, tersier dan seterusnya sampai ke tingkat yang
tertinggi. Berikut ini adalah piramida ekologi yang memiliki tiga macam tipe yaitu.
1. Piramida jumlah: yang menggambarkan jumlah individu pada masing-masing arah trofik

Gambar 1. Piramida Jumlah Ekologi


2. Piramida biomassa: yang menggambarkan besarnya biomassa pada masing-masing arah
trofik. Biomassa dapat dinyatakan dalam satuan berat kering atau berat abu.

Gambar 2. Piramida Biomassa Ekologi

3. Piramida energi: yang menggambarkan laju aliran energi atau produktivitas pada setiap
arah trofik, energi dapat dinyatakan dalam satuan kalori.

Gambar 3. Piramida Energi Ekologi


2.2 Efisiensi Asimilasi (Assimilation Efficiency)
2.3 Produktivitas Primer
Produktivitas primer adalah laju penyimpanan energi sinar matahari oleh aktivitas
fotosintetik (terutama tumbuhan hijau atau fitoplankton) ke bentuk bahan organik yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan (Odum, 1993). Kesuburan suatu perairan pada hakekatnya
ditentukan oleh besarnya produktivitas primer perairan tersebut, sementara itu yang memegang
peran penting dalam produktivitas primer adalah fitoplankton sebagai produsen primer (Sachlan,
1980).
Persediaan energi yang tersimpan didalam komunitas dianggap sebagai produktivitas
suatu ekosistem. Produktivitas diukur dengan besarnya biomassa organisme yang ada di
ekosistem. Biomassa diperoleh dari tubuh organisme yang ada di dalam ekosistem. Tubuh
organisme yang ada disuatu ekosistem disebut “standing crop”. Produktivitas primer adalah laju
penyimpanan energi pada tumbuhan (Susanto, 1999). Produktivitas primer bersih dikumpulkan
oleh tumbuhan sepanjang waktu disebut sebagai biomassa.
Produktivitas primer menurut Darmawan (2005), dibagi menjadi dua yaitu:
1. Produktivitas primer bersih, adalah energi yang disimpan oleh tumbuhan setelah dikurangi
dengan proses respirasi.
2. Produktivitas primer kotor, adalah seluruh energi yang disimpan sebagai akibat proses
fotosintesis.
Produktivitas harus diukur selama waktu yang tepat, karena terdapat perbedaan
metabolisme selama siang dan malam hari. Perbedaan metabolisme juga terjadi antar musim,
oleh sebab itu biasanya pengukuran energy ini dalam skala tahunan. Berbagai metode telah
dilakukan untuk mengukur produktivitas primer, setiap prosedur memiliki keuntungan dan
kerugian masing-masing. Metode yang digunakan dalam mengukur produktivitas primer adalah
sebagai berikut.
1. Metode Oksigen Menggunakan Botol Gelap-Botol Terang
Prinsip metode oksigen menggunakan botol terang dan botol gelap ini didasarkan pada
estimasi pelepasan oksigen oleh produsen pada waktu tertentu. Oksigen diproduksi oleh
produsen dan selama itu pula oksigen juga digunakan untuk respirasi. Proses pembentukan
oksigen hanya terjadi jika ada cahaya, oleh sebab itu kadar oksigen akan bervariasi menurut
waktu, kondisi lingkungan, musim, kondisi permukaan air dan kejernihan air (Darmawan, 2005).
Prosedurnya adalah mula-mula diukur kadar oksigen pada air dalam kedalaman yang
dinginkan. Air tersebut selanjutnya dimasukkan ke kedua botol. Botol didedahkan secara in situ
selama waku yang dinginkan. Di dalam botol gelap jelas tidak terjadi proses fotosintesis,
karenanya konsentrasi oksigennya akan turun karena pada proses respirasi dan dekomposisi. Jadi
akan terjadi penurunan oksigen di dalam botol gelap dan mungkin kenaikan oksigen di dalam
botol terang. Pendedahan disarankan dilakukan selama 6 jam. Dari hasil eksperimen tersebut
dapat diukur:
Respirasi (oksigen yang digunakan) = kadar oksigen pada awal eksperimen-kadar oksigen
di botol gelap pada akhir eksperimen
Produktivitas primer kotor = kadar oksigen di botol terang pada akhir percobaan – kadar
oksigen di botol gelap pada akhir percobaan
Produktivitas primer bersih = produktivitas primer kotor – respirasi
Nilai akhir dari hasil perhitungan adalah kadar oksigen dalam mg/liter. Untuk mengubah
nilai mg/l oksigen ke nilai mg karbon/m3 air, dilakukan dengan menggandakan setiap mg/l k
oksigen dengan 375,36. Hasil akhir pengukuran adalah mg karbon/m3. Nilai tersebut harus
diubah ke dalam bentuk mg karbon/m3/unit waktu. Unit waktu dapat berua perjam atau perhari.
Karena snar matahari hanya ada selama kurang lebih 12 jam selama satu hari (24 jam), maka
nilai per jam harus digandakan 12 kali untuk menghitung produktivitas harian.

2. Metode Klorofil

Metode ini didasarkan pada hubungan yang erat antara jumlah klorofil dengan jumlah
fotosintesis. Metode ini dapat dilakukan baik pada tumbuhan di daratan maupun tumbuhan
akuatik (fitoplankton dan makrofita). Mula-mula dilakukan pencuplikan daun dengan ukuran
tertentu. Untuk sampling fitoplankton dilakukan dengan pengambilan sampel air dalam volume
tertentu. Organisme selain fitoplankton harus dipisahkan dari sampel. Sampel selanjutnya di
saring menggunakan filter khusus fitoplankton pada pompa vakum dengan tekanan yang rendah.
Filter yang mengandung klorofil dilarutkan pada aseton 85%, kemudian dibiarkan semalam, dan
selanjutnya disentrifuse. Supernatannya dibuang dan pellet yang mengandung klorofil
dikeringkan dan ditimbang beratnya. Berat klorofil diukur dalam mg klorofil/unit area.
Pengukuran kadar klorofil juga dapat dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelompbang 665 nm. Dengan data hasil pengamatan tersebut kita dapat mencari efisiensi
asimilasi komunitas, indeks produktivitas dan efisiensi pemeliharan tubuh tumbuhan
(Darmawan, 2005).

2.4 Produktivitas Sekunder

Anda mungkin juga menyukai