Toksoplasmosis (Hari Khoirur R - 201810401011062)
Toksoplasmosis (Hari Khoirur R - 201810401011062)
TOKSOPLASMOSIS
Pembimbing :
Oleh :
201810401011062
2018
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
TOKSOPLASMOSIS
Referat dengan judul “Toksoplasmosis” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas
dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
NIM : 20181040111062
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dr. Wiwid Samsulhadi, Sp.PD, FINASIM
selaku pembimbing yang telah membimbing penyusunan referat ini hingga selesai, serta
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kegiatan ini.
Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah sebagai saranna untuk lebih memahami
dan menambah wawasan tentang suatu topik tertentu dalam bidang ilmu penyakit Dalam, dan
juga sebagai salah satu syarat kepanitraan dokter muda di Departemen INTERNA.
Tulisan referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati, penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3
1 Epidemiologi ........................................................................................................ 3
2 Etiologi ................................................................................................................. 4
3 Faktor Resiko........................................................................................................ 5
4 Patogenesis ........................................................................................................... 5
5 Manifestasi Klinis ................................................................................................. 11
6 Diagnosis .............................................................................................................. 12
7 Terapi .................................................................................................................... 15
8 Pencegahan ........................................................................................................... 17
9 Prognosis .............................................................................................................. 18
KESIMPULAN ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
PENDAHULUAN
gondii sebagai penyakit zoonosis yaitu infeksi pada manusia dan binatang.
Toxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa (Coccidia), pertama kali
ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundii di Afrika tahun 1908. Tahun
1928 Toxoplasma gondii ditemukan pada manusia pertama kali oleh Castellani,
Hospes definitif adalah kucing dan Filidae, dan hospes perantaranya adalah
manusia dan mamalia lainnya serta beberapa jenis burung. Dalam tubuh kucing T.
gondii berkembang dan menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Infeksi
kongenital setelah lahir dapat bersifat asimtomatik, dan lebih sering menghasilkan
kista jaringan yang mentap kronik. Baik toksoplasmosis akut maupun kronik
pneumonitis. Toksoplasmosis kongenital terjadi pada bayi baru lahir yang berasal dari
penularan lewat plasenta pada ibu yang terinfeksi (Cvetkovic et al, 2010).
kongenital pada bayi seperti: toksoplasmosis kongenital, abortus, lahir mati dan
kemandulan (interfilitas) berkisar 70% wanita infertil. Bila seorang ibu hamil terkena
1
toksoplasmosis, maka resiko terjadinya toksoplasmosis kongenital pada bayi yang
Menurut data WHO, diketahui sekitar 300 juta orang di dunia ini telah
terinfeksi oleh toksoplasmosis dan secara klinik mengandung kista walaupun tidak
jelas dan lebih dari 1000 bayi yang lahir terinfeksi oleh toksoplasmosis. Data dari
toksoplasmosis 38,7% dari 22.000 wanita di Amerika Serikat, dan insidensi infeksi
akut pada ibu selama kehamilan diperkirakan 1,1/1000. Menurut data WHO, di Asia
prevalensinya sekitar 10-30% dari total jumlah penduduk Asia dan prevalensi
Timur sebesar 64% dari jumlah penduduk dan di daerah Surabaya sendiri sebesar 58%
toksoplasmosis karena tingginya resiko terinfeksi penyakit ini di dunia dan dampak
yang diakibatkannya. Infeksi toksoplasmosis ini dapat menyerang pria ataupun wanita,
terutama wanita hamil yang dapat menginfeksi pada bayi melalui plasenta atau disebut
juga toksoplasmosis kongenital. Selain itu juga toksoplasmosis dapat menginfeksi pada
mata.
2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Epidemiologi
Insidennya sangat bervariasi pada manusia dan binatang pada berbagai daerah
geografis. Prevalensi infeksi yang lebih tinggi biasanya terjadi pada daerah
beberapa faktor, antara lain kebiasaan makan daging kurang matang, adanya
kucing terutama yang dipelihara, adanya tikus dan burung sebagai hospers
perantara, serta sejumlah vektor seperti lipas atau lalat ayang dapat memindahkan
ookista dari tinja kucing ke makanan. cacing tanah juga berperan untuk
memindahkan ookista dari lapisan dalam ke permukaan tanah. Insiden infeksi pada
wanita hamil tergantung pada faktor risiko daerah geografik tersebut dan proporsi
Serikat berkisar antara 1/1.000 sampai 1/8.000 kelahiran hidup (Robert, Darde,
Menurut data WHO, diketahui sekitar 300 juta orang di dunia ini telah
terinfeksi oleh toksoplasmosis dan secara klinik mengandung kista walaupun tidak
jelas dan lebih dari 1000 bayi yang lahir terinfeksi oleh toksoplasmosis. Di Asia
prevalensi T. gondii yang positif pada manusia berkisar antara 43-88%. Sedangkan
untuk di Jawa Timur sebesar 64% dari jumlah penduduk dan di daerah Surabaya
sendiri sebesar 58%. Prevalensi zat anti T. gondii pada binatang di Indonesia
adalah sebagai berikut: pada kucing 25-73%, pada babi 11-36%, pada kambing 11-
3
61%, pada anjing 75%, dan pada ternak lain kurang dari 10%. Pada umumnya
prevalensi zat anti yang positif meningkat dengan umur, tidak ada perbedaan
antara pria dan wanita (Robert, Darde, 2012; Ogendi E et al, 2013).
2. Etiologi
Sporozoa, subkelas Coccidia, orde Eucoccidia dan suborde Eimeria. Siklus hidup
dari Toxoplasma gondii pertama kali dikemukakan pada tahun 1970 dan sebagai
inang definitif (penjamu) adalah kelompok famili Felidae termasuk kucing. Dapat
menginfeksi hewan berdarah panas, manusia, dan unggas sebagai inang perantara.
toksoplasmosis pada hewan lain ataupun manusia. Parasit ini ditularkan dengan
tiga cara yaitu dengan cara kongenital yaitu melalui plasenta, mengkonsumsi
daging yang terkontaminasi oleh kista dan melalui kotoran asal kucing yang
yaitu stadium takizoit, stadium bradizoit, dan stadium ookista. Stadium takizoit
yaitu stadium multiplikasi aktif dari tropozoit dan biasanya teramati pada infeksi
akut. Stadium ini paling sering dijumpai di dalam darah, urine, air mata, air liur,
dan cairan tubuh lain. Stadium bradizoit merupakan stadium dimana kista tidak
aktif dan berada dalam jaringan, otak, otot jantung, hati, mata dan organ
pencernaan serta bersifat infektif dan stadium ketiga adalah stadium ookista yang
berada dalam kotoraran kucing. Dalam siklus hidupnya diperantarai oleh sel inang
4
Gambar 2.1 Bagian-bagian Toksoplasma gondii tachyzoite
3. Faktor Resiko
4. Patogenesis
Dalam sel epitel usus kecil kucing berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan daur
5
lonjong dengan ukuran 12,5µ akan mengalami maturase selama beberapa hari
sporozoit. Bentuk kista ini dapat bertahan hidup selama beberapa bulan sampai
dengan beberapa tahun. Bila ookista ini tertelan oleh mamalia lain atau burung
(hospes perantara), maka pada berbagai jaringan hospes perantara ini dibentuk
kelompok-kelompok tropozoit yang membelah secara aktif atau cepat dan disebut
takizoit, fase ini disebut fase infeksi akut. Akibat adanya respon imun tubuh yang
masa ini adalah masa infeksius klinis menahun (fase infeksi kronik) yang biasanya
merupakan infeksi laten. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual,
tapi dibentuk stadium istirahat, yaitu kista jaringan (bradizoit) (Martin et al, 2007).
6
Toksoplasma gondii biasanya didapat oleh anak dan orang dewasa
karena memakan makanan (daging kambing 9-60% atau sapi 0-9%) yang
dipindahkan ke makanan oleh lalat dan kecoa. Bila termakan maka enzim
pecah, dan menginfeksi sel yang berdekatan. Takizoit menyebar melalui vasa
menginfeksi hampir semua sel tubuh hospes, terutama pada jaringan limfoid,
otot skeletal, miokardium, retina, plasenta, dan susunan saraf pusat. Akibat
pengaruh respons imun (humoral dan seluler) yang efektif, takizoit akan
menghilang dari jaringan dan berubah menjadi bradizoit, kista ini biasa
darah putih (leukosit). Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan
terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit
sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan
7
otot dan saraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal
1) Hospes memakan daging mentah atau daging yang tidak dimasak dengan
2) Hospes memakan makanan atau air yang terkontaminasi ookista dari feses
kucing,
akut,
menyebar secara hematogen ke plasenta. Bila hal ini terjadi, infeksi dapat
Kurang lebih terdapat satu sampai dengan lima dari 1000 kehamilan mengalami
plasenta dan menyebabkan infeksi pada fetus. Hal ini dapat menyebabkan
Jika infeksi didapat oleh wanita pada trimester pertama dan tidak
diobati, sekitar 17% janin terinfeksi, dan penyakit pada bayi biasanya berat. Jika
8
infeksi didapat oleh wanita pada trimester ketiga dan tidak diobati, sekitar 65%
janin terinfeksi dan keterlibatannya ringan atau tidak tampak pada saat lahir.
minggu ke-13 menjadi 72% pada minggu ke-36. Hal ini menunjukkan risiko
Namun, gejala klinis berat pada bayi lebih sering ditemukan pada wanita yang
mungkin akibat aliran darah plasenta, virulensi dan jumlah T gondii yang
gejala infeksi, seperti khorioretinitis pada remaja jika mereka tidak diobati pada
umumnya adalah asimtomatik. Infeksi ini tidak disadari pada 80-90% pasien
pemeriksaan penunjang. Bila simptomatis, maka gejala dapat berupa satu atau
beberapa limfadenopati servikal yang tidak nyeri, keras, dan berbatas tegas.
juga mengeluhkan adanya sakit kepala, lemah, dan demam. Sebagian kecil
9
Fetus yang mengalami infeksi kongenital dapat memperlihatkan gejala berupa
terlihat pada orang dewasa dan dewasa muda. Pada infeksi akut di retina
ditemukan reaksi peradangan fokal dengan edema dan infiltrasi leukosit yang
parut dengan atrofi retina dan koroid disertai pigmentasi. Sindrom ini biasanya
tampak secara imunologis normal, infeksi akut dapat berkembang dan dapat
sesudah infeksi dan menetap sepanjang hidup hospes. Kista sedikit atau tidak
anak yang lebih tua yang telah mendapatkan infeksi secara kongenital (Jones,
10
5. Manifestasi Klinis
Beberapa penderita juga dapat mengalami sakit kepala, demam (biasanya di bawah
40 0C), lemah, dan lesu. Sebagian kecil penderita mungkin mengalami nyeri otot
(mialgia), nyeri tenggorokan, nyeri pada bagian perut, dan kemerahan pada kulit.
perbesaran kelenjar getah bening di bagian leher yang dapat bertahan selama
berupa radang paru (pneumonia), radang pada jaringan otot jantung (miokarditis),
radang pada selaput luar jantung (perikarditis), dan lainnya (Patrick, Patel,
Fenwick, 2007).
(koriodoretinitis). Selain itu dapat juga terjadi gangguan pada saat kehamilan dan
persalinan berupa abortus, lahir mati, atau lahir cacat (Patrick, Patel, Fenwick,
2007).
Gejala klinis yang khas dikenal dengan istilah trias klasik yang meliputi
11
ringan meskipun infeksinya sendiri banyak terjadi. Gejala kinis berupa kelainan
edema dan infiltrasi leukosit yang dapat menyebabkan kerusakan total dan proses
penyembuhan menjadi parut (sikatriks) dengan atrofi retina dan koroid disertai
pigmentasi. Gejala susunan saraf pusat sering meninggalkan gejala sisa seperti
Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis biasanya lebih berat daripada
limfadenopati, dan kelainan susunan saraf pusat. Sekitar 60 % bayi yang terinfeksi
dalam rahim ternyata asimptomatik pada kelahiran seperti yang didapatkan pada
Selebihnya yaitu 40 % mengalami abortus, lahir mati, simtomatik dan banyak yang
6. Diagnosis
gejala klinis, pemeriksaan darah atau jaringan tubuh penderita, dan pemeriksaan
serologis. Diagnosis dari gejala klinis terkadang sulit, dikarenakan sebagian besar
ditegakkan jika ditemukan parasit di dalam jaringan atau cairan tubuh penderita.
Hal ini dilakukan dengan cara menemukan secara langsung parasit yang diambil
12
dari cairan serebrospinal, atau hasil biopsi jaringan tubuh yang lainya (Robert,
Darde, 2012).
spot pada retina, melakukan pemeriksaan darah untuk melihat apakah parasit
sudah menyebar melalui darah dengan melihat perubahan yang terjadi pada
gambaran darahnya, serta bisa menggunakan CT scan, MRI untuk menemukan lesi
akibat parasit tersebut. Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan biopsi dan dari
sample biopsi tersebut bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan PCR, kultur
karena kesulitan dalam hal pengambilan spesimen yang akan diteliti (Desmonts,
Couvreur, 2008).
akan membentuk antibodi yang spesifik (IgM, IgG, IgA, dan IgG avidity) pada
serum darah penderita, dimana IgM, IgG, IgA meningkat jika terjadi infeksi dan
IgG avidity yang memiliki kekuatan ikatan antar antibodi IgG vs antigen. Pada
IgM yang meningkat pertama kali jika terjadi infeksi menandakan infeksi baru,
akan menghilang dalam waktu beberapa bulan, dapat menetap sampai > 6 bulan
atau bertahun-tahun. Pada ibu IgM tidak dapat melewati plasenta, janin mulai
dapat membentuk IgM pada akhir trimester I. IgG akan muncul beberapa hari
kemudian setelah IgM. Setelah mencapai titer puncak, IgG menurun perlahan dan
13
menetap pada titer rendah seumur hidup pasien dapat digunakan sebagai pertanda
infeksi yang sudah lampau, IgG pada ibu dapat melewati plasenta, terdeteksi dalam
darah janin pada usia kehamilan 20 – 24 minggu, IgG pada bayi baru lahir berasal
dari ibu dengan waktu paruh ± 28 hari, bayi dapat membentuk IgG sendiri pada
usia 2-3 bulan. IgA akan muncul beberapa saat setelah IgM, juga digunakan
sebagai pertanda infeksi primer dan menghilang dalam 4 – 7 bulan, IgA sering
tidak terdeteksi selama infeksi primer. IgG avidity dapat memprediksi kapan
infeksi terjadi pada dugaan adanya infeksi primer baru (IgG (+) dan IgM (+) pada
serum yang sama), bisa juga mengakibatkan terjadi keraguan dengan IgM (-) dan
IgG atau stabil ataupun IgM (-) dan IgG bermakna. Hasil yang tinggi
Seseorang didiagnosis infeksi primer bila terjadi serokonversi IgG dari (-)
menjadi (+) atau terjadi peningkatan titer IgG secara bermakna (≥ 2 kali lipat)
dengan pemeriksaan serial dengan tenggang waktu 3 minggu, dan juga ditemukan
IgM (+) dan atau IgA (+) dengan IgG avidity rendah. Sedangkan untuk diagnosis
infeksi kongenital bila IgM (+) dan atau IgA (+) dengan adanya IgG yang menetap
14
Gambar 2.3 Monitoring Serologi Pada Toksoplasmosis
7. Terapi
yang biasanya diberikan dalam jangka waktu 4 minggu. Pemberian dengan loading
dose pirimetamin pada dewasa 50-75 mg oral 4x sehari salama 1-3 minggu,
diberika usia > 2 bulan dengan dosis 2 mg/kg/hari terbagi dalam 2x pemberian
selama 3 hari. Sulfadiazine 4-6 gram 4x sehari selama 4-6 minggu. Karena efek
15
tidak dapat dilakukan. Pengobatan ini diharapkan dapat mengatasi infeksi
kongenital pada bayi. Dosis spiramisin 100 mg/kgBB/hari selama 30-45 hari. Pada
berikan 9 juta unit spiramisin oral, per hari selama 4 minggu. Sesudah 4 minggu
4 minggu regimen ini diulangi. Antara masa kehamilan minggu ke-20 sampai saat
2010).
16
Pengobatan pada toksoplasmosis akut diberikan sedikitnya 6 bulan sampai
dosis tunggal, diikuti 50 mg (BB <60 kg) sampai 75 mg (BB >60 kg) sekali sehari,
ditambah sulfadiazine 1000 mg (BB <60 kg) sampai 1500 (BB >60 kg), ditambah
asam folat 10-25 mg/hari. Alternatif lain bisa menggunakan atovaquone digunakan
sebagai terapi lini kedua dari toksoplasmosis. Tablet atovaquone 750 mg dua kali
sekali sehari (+ folinic acid 10 mg oral sekali sehari) atau sulfadiazine 2000- 4000
mg oral per hari terbagi dalam 2-4 dosis. Atau juga bisa menggunakan azitromisin
1200 mg/hari dan terapi digabungkan dengan pirimetamin 25-50 mg/hari (CDC,
2010).
dengan loading dose 2-4 g selama 24 jam pertama diikuti 1 gram diberikan 4 kali
8. Pencegahan
Infeksi transplasenta dari janin telah lama sebagai cara penularan. Hewan
suatu okista yang menyerupai isospora yang hanya terdapat dalam tinja kucing dan
17
penularan, karena binatang ini mengandung kista infektif dalam jaringan yang
dapat dimakan oleh kucing. Tindakan untuk mengurangi kontak antara manusia
dan tinja kucing jelas penting dalam pengawasan, khususnya bagi wanita yang
hamil dengan tes serologik negatif. Karena ookista biasanya memerlukan waktu
48 jam untuk menjadi infektif, maka pembersihan kotoran kucing setiap hari dan
Wilson, 2013).
kucing. Kucing harus dijaga agar tidak berburu dan diheri makanan kering,
makanan kaleng atau makanan matang saja. Hati-hati pada saat mencuci tempat
Suatu sumber yang sama penting bagi kontak manusia ialah daging mentah
atau yang dimasak kurang matang, terutama daging babi dan domba, dimana
sering ditemukan kista jaringan yang infeksi. Manusia dan mamalia lain dapat
terkena infeksi ookista dalam tinja kucing maupun kista jaringan dalam daging
mentah atau matang. Tindakan selanjutnya adalah mengenai riwayat hidup sehat
toksoplasma sangat dianjurkan terutama bagi ibu yang hamil atau yang akan hamil
(CDC, 2010).
18
1. Memasak daging hingga matang untuk meminimalkan parasit toksoplasma
ookista.
3. Hindari kontaminasi silang antara bahan mentah dengan bahan makanan yang
telah matang.
untuk dimasak.
6. Membuang feses kucing dari kandang kucing setiap hari untuk mencegah
ookista sporulasi.
9. Prognosis
yang baik. Toksoplasmosis pada bayi dan janin dapat berkembang menjadi
19
KESIMPULAN
dilakukan dengan tiga cara, yaitu dari gejala klinis, pemeriksaan darah atau jaringan
membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging hingga matang minimal pada
20
DAFTAR PUSTAKA
21
12. Martin AM, Liu T, Lynn BC, Sinai AP. 2007. The Toxoplasma gondii
parasitophorous vacuole membrane: transactions across the border. J Eukaryot
Microbiol. 54(1):25-8
13. Patrick I, Patel M, Fenwick S. 2007. Australian Centre for International
Agricultural Research. Final report: Assessment of zoonotic diseases in
Indonesia. Canberra: ACIAR.
14. Anonim, 2001. Toxoplasmosis Public health Education Information Sheet. March
of Dimer. Ask NOAH About : Pregnancy Fact Sheet WHO.
15. Schwartzman JD. 2001. Toxoplasmosis. Dalam : Gillespie SH, Person RD, edtor.
Principles and practice of clinical parasitology. Chichister : John Wiley and Sons
Ltd ; 113-38.
22