TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Trauma capitis adalah merupakan cedera kepala berat, dimana otak mengalami
& Suddarth (2000), trauma capitis adalah “gangguan traumatic yang menyebabkan
gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan in testina dan tidak
mengganggu jaringan otak tanpa disertai pendarahan in testina dan tidak mengganggu
jaringan otak”
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
dengan perdarahan intertisial dalam substansi otak tanpa terputusnya kontinuitas dari
otak (Hudak & Gallo, 1996). Cedera kepala juga merupakan trauma pada otak yang
Cedera otak / kepala yang disebabkan trauma, iskemik dan atau kimiawi
Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Secara
anatomis otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, tulang, dan tentorium
(helm) yang membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak akan mudah sekali
terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Tipe-Tipe Trauma :
Faktur linear daerah temporal menyebabkan pendarahan epidural, Faktur Fosa anterior dan
hidung dan hematom faktur lonsitudinal. Menyebabkan kerusakan meatus auditorius internal dan
eustachius.
Comosio Cerebri, yaitu trauma Kapitis ringan, pingsan + 10 menit, pusing dapat
Contusio / memar, yaitu pendarahan kecil di jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah
berkembang dalam kubah tengkorak akibat dari cedera otak. Hematoma disebut sebagai
Berdasarkan skor Skala Koma Glasgow (cited in Mansjoer, dkk, 2000: 4):
Pasien dapat menderita abrasi,laserasi,atau hematoma kulit kepala Tidak adanya kriteria
cedera sedang-berat.
Muntah
SKG 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.Tidak ada
SKG 9-12
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
SKG 3-8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam,juga meliputi
Annegers ( 1998 ) membagi trauma kepala berdasarkan lama tak sadar dan lama amnesia
dari 30 menit
Keparahan cidera
B. Etilogi
Adanya benturan sesuatu benda tumpul, atau berasal dari trauma langsung atau tidak
C. Patofisiologi
(aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam,
seperti trauma akibat benda tumpul, atau karena terkena lemparan benda tumpul.
Cedar perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara
relative tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin
terjadi secara bersaman bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung,
seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa
dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan mungkin karena memar pada
permukan otak, laserasi substansia alba, cedara robekan atau hemoragi. Sebagai
dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hyperemia
kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia,
dan hipotensi.
E. Manifestasi
2. Pernafasan dangkal
6. Peningkatan TIK
7. Sakit kepala
8. Vertigo
10. Kejang
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan CT (tanpa/ dengan kontras) : Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragik, menentukan ukuran
3. Angiografi serebral : Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, spt pergeseran jaringan otakakibat
5. BAER (Brain Auditori Evoked Respons): Menentukan fungsi korteks dan batang otak
6. PET ( Positron Emission Tomografi ): Menunjukkan perubahan aktifitas metabolisme pada otak
8. GDA ( Gas Darah Arteri ): Mengetahui masalah ventilasi atau oksigenisasi yang dapat
menyebabkan TIK
TIK/perubahan mental
10. Pemeriksaan toksikologis : Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap
penurunan kesadaran
11. Kadar antikonvulsan darah : Mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi
kejang
G. Komplikasi
1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal
2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini,
H. Penatalaksanaan
cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti
hipotesis atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner,
2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera
Berikan oksigenasi.
Atasi shock
Penatalaksanaan lainnya:
3. Pemberian analgetika
4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak.
7. Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa
5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8
jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui
ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea N.
2. Oksigenisasi adekuat.
3. Pemberian manitol.
4. Penggunaan steroid.
6. Bedah neuro.
1. dukungan ventilasi.
2. Pencegahan kejang.
I. Prognosis
Prognosis setelah cedera kepala sering mendapat perhatian besar, terutama pada
pasien dengan cedera berat. Skor GCS waktu masuk rumah sakit memiliki nilai
prognostik yang besar: skor pasien 3-4 memiliki kemungkinan meninggal 85% atau tetap
dalam kondisi vegetatif, sedangkan pada pasien dengan GCS 12 atau lebih kemungkinan
iritabilitas, dan perubahan kepribadian yang berkembang pada banyak pasien setelah
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera dan mungkin diperlukan oleh
Aktivitas/ Istirahat
Hemiparase, quadrepelgia
bradikardia disritmia).
Integritas Ego
impulsif.
Eliminasi
Makanan/ cairan
Neurosensoris
Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya koma.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangangan nyeri yang hebat,gelisah tidak
Pernapasan
Keamanan
Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekutan secara umum mengalami paralisis
Interaksi Sosial
B. Diagnosa
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan terjadinya herniasi batang otak
secret.
herniasi batang otak, perangsangan saraf mual muntah ditandai dengan mual
muntah.
tubuh.
13. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan tonus otot ditandai dengan
kelemahan.
Melakukan evaluasi pada klien yang Mengalami Cedera Kepala dengan Masalah Gangguan Perfusi
Jaringan Cerebral
1.5