Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat adalah suatu hal (pandangan atau konsep) yang adanya melekat erat secara
kodrati pada diri manusia. Menurut etimologi filsafat berasal mula dari kata Yunani
“philosophia” (dari kata philein yang artinya mencintai atau philia yang berarti cinta, dan
Sophia yang berarti kearifan) yang kemudian menjadi kata “philosophy” (dalam bahasa
Inggris).
Dari filsafatlah muncul dan berkembang ilmu dan pengetahuan yang tercangkup
dalam dua bidang yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Humaniora.
Sehingga filsafat memiliki kaitan dengan ilmu karena kodrat yang ada dalam diri manusia
salah satunya yaitu memiliki rasa keingintahuan. Keingintahuan itu dapat berkembang dan
dapat memunculkan yang namanya ilmu dan pengetahuan. Selain keingintahuan yang ada
dalam diri manusia, manusia memiliki unsur-unsur hakikat pribadi yaitu sebagai makhluk
yang sadar akan keberadaan Tuhan atau bersifat rohaniyah, kebutuhan ini hanya dapat
terpenuhi dengan beribadah, sehingga hal ini tidak lepas kaitannya dengan berkembangnya
agama-agama di dunia. Dengan demikian, antara filsafat, ilmu, dan agama dapat saling
mengisi dan saling melengkapi. Ketiganya memiliki peranan masing-masing yang penting
dalam kehidupan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah hubungan fisafat dengan Filsafat Pendidikan?
2. Bagaimanakah hubungan filsafat dengan Agama?
3. Bagaimanakah hubungan filsafat dengan Ilmu?
4. Bagaimanakah hubungan filsafat dengan Kebudayaa?

1.3 Tujuan Pembasahan

1. Mengetahui hubungan antara filsafat dengan Filsafat Pendidikan


2. Mengetahui hubungan antara filsafat dengan Agama
3. Mengetahui hubungan antara filsafat dengan Ilmu
4. Mengetahui hubungan antara filsafat dengan Kebudayaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan


Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi
dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. filsafat pendidikan merupakan aktivitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai dan tujuan
yang ingin dicapai. Hubungan Fungsional dengan teori pendidikan adalah :
1. Filsafat merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai untuk memecahkan
problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan.
2. Filsafat berfungsi memberi arah terhadap teori pendidikan yang memiliki
relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3. Filsafat, dalam hal ini fisafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan.
Pandangan filsafat pendidikan sama pernaannya dengan landasan filosofis yang
menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan
terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan
masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Formula tentang
hakekat dan martabat manusa serta masyarakat terutama di Indonesia dilandasi oleh filsafat
yagn dianus bangsa Indonesia dilandasi oleh fislafat yang dianut bangsa Indonesia yaitu
Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan
masyarakat yang dianggap baik, sumber dari agama sumber yang menadi pangkal serta
muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat
pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja
2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang
lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam
3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,
mempersatukan dan mengkoordinasikannya
4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi
sudut pan dangannya berlainan.
2
2.2 Hubungan Filsafat dengan Agama
Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah
dan kehidupan manusia. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah
agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak
membicarakan pertentangan keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral
keduanya.
Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan
filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-
persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan
dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil,
karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat
manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan
kesempurnaan hakiki. Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan
tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan
dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek
penelitian dan pengkajian filsafat.
Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan
tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama
senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional
seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya. Dengan demikian, filsafat
tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan
sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat
tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya
menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama.

2.3 Hubungan Filsafat dengan Ilmu


Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu, dengan mencari
sebab-sebab terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri. Ilmu pengetahuan
adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang
merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu. Jadi berarti ada metode,
ada sistem, ada satu pandangan yang dipersatukan (memberi sintesis), dan yang dicari ialah
sebab-sebabnya.
3
Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang
kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam
usahanya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan
mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu
pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.
Ilmu Filsafat
Segi-segi yang dipelajari dibatasi Mencoba merumuskan pertanyaan atas
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum,
tidak membatasi segi pandangannya bahkan
cenderung memandang segala sesuatu secara
umum dan keseluruhan

Obyek penelitian yang terbatas Keseluruhan yang ada


Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai Menilai obyek renungan dengan suatu
tertentu. makna, misalkan: religi, kesusilaan, keadilan
dsb.

Bertugas memberikan jawaban Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu

Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.
Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun
demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat
maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan
mempunyai obyek material dan formal.
Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas,
sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai
induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu
pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.

2.4 Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan


Pada dasarnya kebudayaan adalah semua ciptaan manusia yang berlangsung dalam
kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu
pendidikan adalah proses pengoperan kebudayaan dalam arti membudayakan manusia aspek

4
lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah
laku, bahkan menjadi kepribadian anak didik. Jadi hubungan pendidikan dengan
kebudayaan adalah terdapat hubungan nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai
pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina
kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan
kebudayaan.

Perlu disadari bahwa asumsi sebaga ipribadi, masyarakat, angsa dan negara hidup
dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan sosial
budaya yang dilakkan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan baik. Maka
membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman pelaksanaannya.
Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas filosofis yang menjamin tujuan
untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, marbtabat bangsawa, kewibawaan dan
kejayaan negara.

Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarkat, berbagai
macam kekuatan harus dihadapi seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Kebudayaan
masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada
masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayan
kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan di dalamnya.

Apabila dibandingkan defenisi kebudayaan dan defenisi filsafat, bertemu dalam hal
berfikir. Filsafat ialah cara atau metode berfikir sistematik dan universal yang berujung pada
setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat yang termaniferstasi
pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup dan pandangan hidup . Dengan demikian, jelaslah
filsafat mengendalikan cara berfikir kebudayaan. Di balik kebudayaan ditemukan filsafat.
Perbedaan kebudayaan dikembalikan kepada perbedaan filsafat.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada prinsipnya antara filsafat dengan filsafat pendidikan, agama, ilmu maupun budaya
memiliki kaitan yang erat dan saling terkait satu sama lain. Dimana dalam diri manusia
terdapat daya yang menggerakkan ilmu, filsafat, agama dan budaya yang melalui akal
pikiran, rasa, dan keyakinan. Hubungan tersebut juga memiliki persamaan dan
perbedaan. Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebutuham manusia untuk memahami
keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.

3.2 Saran
Kesemua aspek ini sama-sama mencari kebenaran. Dengan lebih memahami arti ilmu,
filsafat, dan agama maka kehidupan manusia akan semakin tertata, dan mengetahui serta
memahami pentingnya mencari jawaban atas segala persoalan perihal alam, manusia, dan
Tuhan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifuddin. 1987. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya:Bina Ilmu.
Bakar, Osman. 1997. Hirarki Ilmu. Bandung:Mizan.
Hamzah, Abbas. 1981. Pengantar Filsafat Alam. Surabaya:Al-Ikhlas.
Kattsoof, Louis O. 1953. Elements Of Philosofy. New York:The Ronald Press Co.
Suhartono, Suparlan. 2008. Dasar-Dasar Filsafat. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group.
Zen, Zelhendri. 2011. Filsafat Pendidikan. Padang:UNP Press.

Anda mungkin juga menyukai