Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FISIKA STATISTIK

APLIKASI STATISTIK MAXWELL-BOLTZMANN TERHADAP ATOM


MAGNETIK DALAM MEDAN MAGNET UNTUK MENGANALISIS
RESONANSI MAGNETIK ATOM

Oleh:
Nadia Ramadhanty (16033107)
Ria Monica (16033114)

Dosen Pembimbing: Dr. Ahmad Fauzi, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah dengan judul “Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann terhadap Atom
Magnetik dalam Medan Magnet untuk Menganalisis Resonansi Magnetik Atom”.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan semangat dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Bapak Dr. H. Ahmad Fauzi, M.Si. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Fisika Statistik yang telah membimbing penulis dalam penyusunan
makalah ini. Dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini, semoga Allah membalas semua kebaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pendidikan dan pengajaran serta menjadi amal ibadah di sisi-
Nya.
Padang, 28 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................. 1

BAB II KAJIAN TEORI


2.1. Statistika Maxwell-Boltzmann ............................................. 3
2.2. Konfigurasi Penyusunan Sistem Klasik Maxwell-
Boltzmann. ........................................................................... 3
2.3. Keadaan Atom Magnetik dalam Medan Magnet ................. 10
2.4. Resonansi Magnetik Atom ................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann terhadap Atom Magnetik
dalam Medan Magnet untuk Menganalisis Resonansi Magnetik Atom
.............................................................................................. . 14

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................................... 19
4.2. Saran ..................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Statistika Maxwell-Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung
konfigurasi partikel-partikel yang dapat dibedakan, untuk menghitung berapa
momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan Atom-Atom dapat
menggunakan Statistika Maxwell-Boltzmann, karena atom-atom dalam medan
magnet dapat terbedakan,
Resonansi magnetik atom yang dihasilkan oleh kumpulan Atom-Atom
yang diberikan medan magnet dapat diselesaikan menggunakan Statistika
Maxwell-Boltzmann yang akan dibahas pada makalah ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu Statistika Maxwell Boltzmann ?
2. Bagaimana Konfigurasi Penyusunan Statistika Maxwell Boltzmann?
3. Bagaimana Keadaan Atom Magnetik dalam Medan Magnet?
4. Bagaimana Resonansi Magnetik Atom?
5. Bagaimana Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann terhadap Keadaan
Atom Magnetik dalam Medan Magnet untuk Menjelaskan Resonansi
Magnetik Atom?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan apa itu Statistika Maxwell Boltzmann.
2. Menentukan Konfigurasi Penyusunan menggunakan Statistika Maxwell
Boltzmann .
3. Menentukan keadaan Atom Magnetik dalam Medan Magnet.
4. Menentukan Resonansi Magnetik Atom

1
5. Menentukan Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann terhadap Atom
Magnetik dalam Medan Magnet untuk Menjelaskan Resonansi Magnetik
Atom.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Statistika Maxwell Boltzmann


Statistika Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung konfigurasi dari
partikel-partikel yang terbedakan, dalam statistika Boltzmann satu keadaan dapat
ditempati oleh satu sistem, atau beberapa sistem, atau tidak ditempati oleh satu
sistem apapun.
Statistika Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistika bagi
zarah klasik “terbedakan”. Sistem zarah klasik terbedakan merupakan system
zarah yang konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih zarah dipertukarkan.
Dengan kata lain, konfigurasi zarah A di dalam keadaan 1 dan zarah B di dalam
keadaan 2 berbeda dengan konfigurasi ketika zarah B berada dalam keadaan 1
sedangkan zarah A dalam keadaan 2. Ketika gagasan di atas diimplementasikan
akan dihasilkan distribusi (Boltzmann) biasa bagi zarah dalam berbagai tingkat
energi. Fungsi distribusi ini menghasilkan hasil yang kurang fisis untuk entropi,
sebagaimana ditunjukkan dalam “paradoks Gibbs”. Namun, masalah itu tidak
muncul pada peninjauan statistik ketika semua zarah dianggap tak terbedakan.
Secara khusus, statistika Maxwell-Boltzmann berguna untuk mempelajari
berbagai sifat gas mampat.(Akhmad,2009:2)

2.2 Konfigurasi Penyusunan Sistem Klasik Maxwell Boltzmann


Tiap penyusunan sistem dalam assembli mempunyai peluang kemunculan
yang persis sama. Dengan demikian, probabilitas kemunculan sebuah kofigurasi
sebanding dengan jumlah penyusunan sistem yang dapat dilakukan untuk
membangun kofigurasi tersebut. Oleh karena itu, mencari probabilitas kemunculan
kofigurasi dengan kondisi
ˆ Ada n1 sistem pada kelompok energi 1
ˆ Ada n2 sistem pada kelompok energi 2

3
ˆ Ada n3 sistem pada kelompok energi 3
...
ˆ Ada ns sistem pada kelompok energi s
...
ˆ Ada nM sistem pada kelompok energi M
Ekivalen dengan mencari berapa cara penyusunan
ˆ n1 sistem pada g1 keadaan energi di kelompok energi 1
ˆ n2 sistem pada g2 keadaan energi di kelompok energi 2
ˆ n3 sistem pada g3 keadaan energi di kelompok energi 3
...
ˆ ns sistem pada gs keadaan energi di kelompok energi s
...
ˆ nM sistem pada gM keadaan energi di kelompok energi M
Selanjutnya kita akan menentukan jumlah cara penyusunan sistem- sistem
yang tersebar pada tingkat-tingkat energi di atas. Untuk maksud terse but, mari
kita mulai dengan menganggap semua keadaan energi kosong (tidak di tempati
sistem) dan di luar ada sejumlah sistem yang akan diisi pada keadaan-keadaan
tersebut. Di sini ada dua tahap proses yang terjadi.
Proses I adalah membawa N buah sistem dari luar ke dalam assembli dan
proses II adalah menyusun sistem pada kempompok-kelompok energi yang ada di
dalam assembli.

Gambar 1. Cara membawa N system diluar masuk kedalam Assembli


Proses I: Membawa N Buah Sistem ke Dalam Assembli. Mari kita hitung
jumlah cara yang dapat ditempuh pada tiap proses pertama yaitu membawa N buah
sistem dari luar ke dalam assembli. Proses ini tidak bergantung pada konfigurasi

4
assembli. Yang terpenting adalah bagaimana membawa masuk N buah sistem ke
dalam assembli. Untuk menentukan jumlah cara tersebut, perhatikan tahap-tahap
berikut ini.
i) Ambil satu sistem dari daftar N buah sistem yang berada di luar assembli
(Gambar 1). Kita bebas memilih satu sistem ini dari N buah sistem yang
ada tersebut. Jadi jumlah cara pemilihan sistem yang pertama kali dibawa
masuk ke dalam assembli adalah N cara.
ii) Setelah sistem pertama dimasukkan ke dalam assembli maka tersisa N- 1
sistem dalam daftar di luar. Ketika membawa masuk system kedua ke
dalam assembli kita dapat memilih salah satu dari N-1 buah sistem dalam
daftar. Jumlah cara pemilihan sistem ini adalah N- 1 cara.
iii) Begitu seterusnya.
iv) Akhirnya, ketika sistem ke-N akan dimasukkan ke dalam assembli hanya
ada satu sistem yang tersisa di luar. Tidak ada pilihan-pilihan yang
mungkin sehingga jumlah cara memasukkan sistem ke-N ke dalam asembli
adalah hanya 1 cara.
v) Dengan demikian, jumlah total cara membawa masuk N buah sistem
ke dalam assembli adalah

N x (N-1) x (N-2) x…x2x1 = N!


Proses II: Penyusunan Sistem di Dalam Kelompok-Kelompok Energi
Selanjutnya kita tinjau proses kedua. Tahapan yang ditempuh sebagai berikut.
Tinjau kelompok 1 yang mengandung g1 keadaan dan ditempati oleh n1 sistem.
Sebagai ilustrasi lihat Gbr. (2).

5
Gambar 2 Menentukan cara menyusun n1 sistem pada g1 keadaan
Ambil partikel pertama. Kita dapat menempatkan partikel ini entah di
keadaan ke-1, keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga keadaan ke-g1.
Jadi jumlah cara menempatkan partikel pertama pada kelompok-1 yang memiliki
g1 keadaan adalah g1 cara.
Setelah partikel-1 ditempatkan, kita ambil partikel 2. Partikel ini pun dapat
ditempatkan di keadaan ke-1, keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga
keadaan ke-g1. Dengan demikian, jumlah cara menempatkan partikel kedua juga
g1 cara. Hal yang sama juga berlaku bagi partikel ke-3, partikel ke-4, dan
seterusnya, hingga partikel ke-n1 . Akhirnya, jumlah cara menempatkan n1
partikel pada g1 buah keadaan adalah
g1x g1 x g1x…..x(n1 buah perkalian)=g1 n1
Sejumlah 𝑔1 𝑛1 cara di atas secara implisit mengandung makna bahwa
urutan pemilihan partikel yang berbeda menghasilkan penyusunan yang berbeda
pula. Padahal tidak demikian. Urutan pemilihan yang berbeda dari sejumlah 𝑛1
partikel yang ada tidak berpengaruh pada penyusunan asalkan jumlah partikel pada
tiap bangku tetap jumlahnya. Urutan pemilihan sejumlah 𝑛1 partikel menghasilkan
𝑛1 ! macam cara penyusunan. Dengan demikian, jumlah riil cara penyusunan 𝑛1
partikel pada 𝑔1 buah keadaan seharusnya adalah
𝑔1 𝑛1
𝑛1 !

6
Penjelasan yang sama juga berlaku bagi 𝑛2 buah partikel yang disusun pada
𝑔2 keadaan. Secara umum jumlah cara menempatkan ns partikel di dalam
kelompok energi yang mengandung keadaan adalah:
𝑔𝑠 𝑛𝑠
𝑛𝑠 !
Akhirnya jumlah cara mendistribusikan secara bersama-sama n1 sistem
pada kelompok dengan g1 keadaan, n2 sistem pada kelompok dengan g2
keadaan, .. , ns sistem pada gs keadaan adalah

Dengan demikian, jumlah total cara menempatkan N buah sistem kedalam


konfigurasi yang mengandung n1 sistem pada kelompok dengan g1keadaan, n2
sistem pada kelompok dengan g2 keadaan, .., ns sistem pada kelompok dengan gs
keadaan adalah

Konfigurasi dengan Probablititas Maximum


Sekarang kita mencari yang memiliki probabilitas kemunculan paling
besar.Kita menganggap bahwa kongurasi yang dibentuk oleh sistem-sistem dalam
assembli yang menghasilkan besaran makroskopik adalah kogurasi den- gan
probabilitas maksimum tersebut. Cara yang dilakukan adalah mencari kumpulan
ns sedemikian sehingga W maksimum. Tetapi karena W meru- pakan perkalian
sejumlah faktor maka akan lebih mudah jika kita memaksi- malkan lnW. Sebab
jika lnW maksimum maka W pun maksimum. Dengan cara demikian kita peroleh

7
Karena baik N maupun ns merupakan bilangan-bilangan yang sangat be sar
makauntuk mempermudah perhitungan kita dapat menggunakan pendekatan
Stirling. Pendekatan tersebut berbentuk
ln N! = N ln N- N
ln ns= ns ln ns - ns
Sehingga kita dapatkan bentuk aproksimasi
𝑀

ln 𝑊 ≅ 𝑁 ln 𝑁 − 𝑁 + ∑{𝑛𝑠 ln 𝑔𝑠 − 𝑛𝑠 ln 𝑛𝑠 + 𝑛𝑠 }
𝑠=1

Dengan demikian, diferensial dari lnW (ns) menjadi


𝛿 ln 𝑊 ≅ 𝛿𝑁 ln 𝑁 − 𝛿𝑁 + 𝛿 ∑𝑀
𝑠=1{𝑛𝑠 ln 𝑔𝑠 − 𝑛𝑠 ln 𝑛𝑠 + 𝑛𝑠 }

= 0 − 0 + ∑𝑚
𝑠=1{𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑔𝑠 + 𝑛𝑠 𝛿 ln 𝑔𝑠 − 𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑛𝑠 − 𝑛𝑠 𝛿𝑙𝑛 𝑛𝑠 + 𝛿𝑛𝑠 }
1
= ∑𝑀
𝑠=1 {𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑔𝑠 + 𝑛𝑠 𝑥 0 − 𝛿𝑛𝑠 ln 𝑛𝑠 − 𝑛𝑠 (𝑛 𝛿𝑛𝑠 ) + 𝛿𝑛𝑠 }
𝑠

= ∑𝑀
𝑠=1{𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑔𝑠 − 𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑛𝑠 }

= ∑𝑀
𝑠=1{ln 𝑔𝑠 − ln 𝑛𝑠 }𝛿𝑛𝑠
𝑔
= ∑𝑀 𝑠
𝑠=1 𝑙𝑛 ( 𝑛 ) 𝛿𝑛𝑠
𝑠

Karena kita harus menerapkan syarat batas kekekalan energi dan jumlah
partikel, maka solusi untuk ns dicari dengan menggabungkan persamaan

Ke dalam Persamaan
𝛿 ln 𝑊 + 𝛼𝛿𝑁 + 𝛽𝛿𝑈 = 0
𝑀 𝑀 𝑀
𝑔𝑠
∑ 𝑙𝑛 ( ) 𝛿𝑛𝑠 + 𝛼 ∑ 𝛿𝑛𝑠 + 𝛽 ∑ 𝐸𝑠 𝛿𝑛𝑠 = 0
𝑛𝑠
𝑠=1 𝑠=1 𝑠=1

yang dapat disederhanakan menjadi

8
𝑀
𝑔𝑠
∑ {𝑙𝑛 ( ) + 𝛼 + 𝛽𝐸𝑠 } 𝛿𝑛𝑠 = 0
𝑛𝑠
𝑠=1

nilai 𝑛𝑠 berapapun maka harus terpenuhi


𝑔𝑠
𝑙𝑛 ( ) + 𝛼 + 𝛽𝐸𝑠 = 0
𝑛𝑠
𝑔𝑠
𝑙𝑛 ( ) = − 𝛼 − 𝛽𝐸𝑠
𝑛𝑠
𝑔𝑠
= exp(− 𝛼 − 𝛽𝐸𝑠 )
𝑛𝑠
𝑔
𝑠
𝑛𝑠 = 𝑒 (𝛼+𝛽𝐸𝑠)

2.3 Keadaan Atom Magnetik dalam Medan Magnet


Suatu assembli yang mengandung kumpulan atom yang memiliki momen
magnet, didalam assembli tersebut diberikan medan magnet B

Gambar 6. Dalam medan magnet,momen magnetic atom dianggap hanya dapat


mengambil salah satu dari arah orientasi,searah atau berlawanan dengan arah
medan magnet
Untuk mempermudah,kita asumsikan sifat-sifat dalam assembli sebagai berikut:
a. Tidak ada interaksi antara atom. Interaksi hanya terjadi antara atom dengan
medan magnet luar yang diberikan.(ini hanya penyederhanaan, karena
sebenarnya antara momen magnetik ada interaksi)

9
b. Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah satu dari dua arah
orientasi yaitu searah medan magnet atau berlawanan arah medan magnet
Jadi untuk mengetahui konfigurasi momen magnetik total yang dihasilkan
oleh kumpulan atom-atom tersebut dapat kita gunakan Statistik Maxwell
Boltzmann, karena Atom merupakan sistem klasik yang memenuhi fungsi
distribusi Maxwell-Boltzmann. (Abdullah, Mikrajuddiah. 2009 : 89)

2.4 Resonansi Magnetik Atom


Kita mempelajari transisi resonansi di negara internal atom melewati
medan periodik statis. Resonansi gerak-induced ini terjadi ketika frekuensi osilasi
lapangan bahwa pengalaman atom sama dengan frekuensi transisi. Prinsip
resonansi adalah sama dengan "efek Okorokov" [1] atau "resonansi eksitasi
koheren" [2], yang telah dipelajari secara ekstensif menggunakan balok ion cepat
melewati kristal untuk resonansi pada frekuensi tinggi bahkan di x- yang Rezim
ray. Prinsipnya adalah, bagaimanapun, cukup umum, dan kami tertarik untuk
ekstensi eksperimen energi untuk sangat rendah, seperti resonansi di rf atau
microwave wilayah. Jika salah satu justru dapat mengontrol kedua gerakan atom
dan lapangan periodisitas, adalah mungkin untuk mengontrol negara internal atom
dengan teknik resonansi ini dengan cara yang sama dengan menggunakan radiasi
elektromagnetik.
Gerak-diinduksi resonansi adalah sangat kecepatan tergantung di alam, dan
itu sangat perlu dicatat bahwa eksitasi internal harus terjadi dengan mengorbankan
energi kinetik atom. Fitur-fitur ini tidak dicapai dengan teknik rf atau microwave
resonansi standar, dan kami berharap bahwa resonansi gerak-diinduksi akan
menemukan aplikasi yang berguna sebagai tipe baru metode kontrol atom. Kami
telah melaporkan resonansi magnetik gerak-diinduksi menggunakan sel tipis uap
Rb, yang bidang periodik diterapkan dengan sepasang array kabel pembawa arus
paralel [3, 4]. Its setup eksperimental sederhana cukup memuaskan untuk
demonstrasi gerak-diinduksi resonansi di wilayah rf. Namun, atom dalam sel tipis

10
bertabrakan dengan permukaan sel cukup sering, yang terdegradasi ketajaman
resonansi.
Untuk penyelidikan lebih lanjut, kami membutuhkan interaksi lagi koheren
atom dengan bidang periodik, bersama-sama dengan peningkatan rasio signal-to-
noise dari spektrum resonansi. Oleh karena itu kami telah membangun sistem
eksperimental baru, di mana sinar atom berlebihan dari Rb melewati tumpukan
array planar kawat pembawa arus paralel ("kisi magnet") ditempatkan dalam ruang
vakum. Periode spasial dari medan magnet yang dihasilkan oleh kisi magnetik
adalah a= 1 mm. Kecepatan v atom adalah sekitar 500 m / s, yang dipilih dengan
kesegarisan Laser balok menggunakan efek Doppler. Frekuensi osilasi lapangan
atom lihat adalah maka f = v / a ~ 500 kHz. Sinar laser polarizes atom oleh
pemompaan optik, dan laser probe lain mendeteksi transisi resonansi magnetik
antara sublevels Zeeman dari keadaan dasar. Sebagai memindai medan magnet
longitudinal, kita memiliki puncak resonansi yang diamati jauh lebih tajam dan
jelas daripada percobaan sel sebelumnya. Profil resonansi sempit diperoleh dalam
pengukuran memiliki lebar hampir hanya ditentukan oleh waktu transit melalui
bidang periodik.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann terhadap Atom Magnetik dalam


Medan Magnet untuk Menganalisis Resonansi Magnetik Atom

Gambar 1. Skema dari setup eksperimental. Inset: tingkat energi yang relevan
dari 85Rb. Laser detuning juga ditampilkan.
Skema dari pengaturan eksperimental ditunjukkan pada Gambar. 1. atom
Rb muncul dari oven dengan suhu di sekitar 200◦C dengan distribusi kecepatan
luas Maxwell-Boltzmann, dimana kita menggunakan atom dalam kisaran
kecepatan yang sempit, seperti yang dijelaskan kemudian. Atom effused yang
collimated oleh dua lubang yang diameternya 2 mm dipisahkan oleh L = 100 mm.
Resultan divergensi berkas adalah 2/100.

12
Gambar 2. (a) Bagian tengah dari kisi magnetik dilihat dalam arah balok atom.
(b) Skema diagram sirkuit pada printed circuit boards (PCB). Satu PCB sesuai
dengan daerah hijau gelap. PCB ditunjukkan berdampingan, meskipun mereka
benar-benar menumpuk. (c) Kompensasi untuk bidang periodik terdistorsi dengan
menggunakan dua kawat koreksi tambahan. Medan magnet yang dihitung adalah
komponen tegak lurus terhadap PCB di pusat antara dua PCB yang berdekatan
untuk arus 1 A.
Sebuah kisi magnetik terdiri dari tumpukan printed circuit boards (PCB),
yang masing-masing memiliki arus periodik. Sebuah bagian tengah kisi magnetik
dilihat dalam arah balok ditunjukkan pada Gambar. 2 (a). Setiap papan memiliki
bentuk persegi panjang 60 mm lebar dan 30 mm sepanjang arah balok. Dengan
total 11 PCB ditumpuk dengan kesenjangan 0,8 mm antara satu sama lain, di mana
sebagian besar atom Rb dalam berkas lulus. Sudut kisi magnetik dapat disesuaikan
untuk mencapai keselarasan yang baik antara kisi dan balok.

13
Sebuah diagram skematik rangkaian ditunjukkan pada Gambar. 2 (b).
Sebuah jejak tembaga hantar arus (0,4 mm lebar) berjalan bolak-balik dengan
periode spasial dari = 1 mm. Arus di tepi papan dibelah dua untuk
mengkompensasi distorsi bidang periodik yang dihasilkan oleh array dari jumlah
terbatas kabel [5] pembawa arus. Gambar 2 (c) secara skematis menggambarkan
bagaimana kompensasi ini bekerja. Secara keseluruhan 28 periode spasial yang
dihasilkan. Juga mengacu Ref. [3] untuk rincian medan magnet periodik yang
dihasilkan oleh array dari kawat pembawa arus paralel.
85
Diagram tingkat energi dari Rb relevan dengan pengukuran diberikan
dalam inset dari Gambar. 1. Sebuah pompa laser yang sirkuler terpolarisasi
(panjang gelombang: 780 nm) polarizes atom dari 85Rb dalam keadaan dasar F =
3 oleh pemompaan optik. Transisi resonansi magnetik antara sublevels Zeeman-
split ini negara F = 3 terdeteksi dengan laser probe (panjang gelombang: 780 nm)
melalui penyerapan. Polarisasi probe laser termodulasi antara kiri dan kanan
sirkuler polarisasi di 42 kHz oleh modulator fotoelastik untuk lock-in deteksi.
Sinyal resonansi diamati sebagai memindai medan magnet membujur diterapkan
oleh sepasang kumparan sepanjang balok pompa dan dengan demikian mengubah
membelah Zeeman. Dua pasang lainnya dari kumparan (tidak ditampilkan dalam
gambar) yang digunakan untuk membatalkan medan magnet liar.
Peran penting lain dari sinar laser adalah memilih atom dalam sempit
kecepatan berkisar dari distribusi yang luas Maxwell-Boltzmann menggunakan
efek Doppler. Frekuensi laser stabil untuk salah satu jalur resonansi spektrum
penyerapan kejenuhan 85Rb dan selanjutnya bergeser menggunakan modulasi
acousto-optik. The detuning resultan dari frekuensi laser dari F = 3 → F '= 4 siklik
transisi menentukan kecepatan yang dipilih. Lebar distribusi kecepatan yang
dipilih diperkirakan sekitar 5 -. 10 m / s, yang terutama ditentukan oleh linewidth
alami (6 MHz) dari F = 3 → F '= 4 transisi.

14
Gambar Berkala 3. spektrum yang diamati dengan medan magnet periodik (a)
dan (b ) off.

Gambar 3 (a) dan (b) menunjukkan gerak-induced resonansi untuk atom


dengan kecepatan 512 m / s dipilih oleh detuning laser 656 MHz. X dan y-sumbu
adalah scanning medan magnet longitudinal dan sinyal lock-in intensitas laser
probe yang dikirimkan, masing-masing. Arus dari 5 mA menghasilkan medan
magnet periodik dengan amplitudo 0,8 μT di pusat antara dua PCB yang
berdekatan. Medan magnet periodik dan laser cukup lemah untuk mendapatkan
sinyal sempit di setup eksperimental ini. Jejak yang rata-rata 1000 kali lebih dari
500 s. Seperti jelas terlihat dalam angka, sinyal resonansi gerak-diinduksi hanya
muncul ketika medan magnet periodik diterapkan. Sinyal memuncak di 510 kHz,
dalam perjanjian yang baik dengan nilai yang diharapkan dari 512 kHz. Perhatikan
bahwa puncak besar terlihat di kedua tokoh di medan magnet membujur nol
disebut yang "resonansi Hanle", yang diproduksi oleh medan magnet transversal
residual.
Perhatikan salah satu dari gambar bahwa ada dua dips kecil pada Gambar.
3 (a). sinyal dari motion- diinduksi resonansi atom dengan kecepatan yang

15
berbeda. dimaksudkan untuk mengamati atom dengan kecepatan 512 m / s melalui
F = 3 → F '= 4 siklik transisi, tetapi sebenarnya, meskipun jumlahnya lebih kecil,
atom dengan kecepatan 368 m / s atau 417 m / s merupakan tambahan yang
diamati melalui transisi dari F = 3 untuk masing-masing F '= 2 atau 3,. Perhatikan
bahwa laser memiliki detunings berbeda sehubungan dengan transisi ini karenanya
dipilih kecepatan yang berbeda juga. Dua sinyal kecil berubah dalam arah yang
berlawanan dibandingkan dengan puncak resonansi utama, karena transmisi laser
yang menurun untuk transisi ini ketika gerakan-diinduksi resonansi terjadi,
sementara itu meningkatkan untuk F = 3 → F '= 4 transisi.
Perluasan garis karena dengan waktu penerbangan melalui kisi magnetik,
batas fundamental dari lebar garis di setup, diperkirakan 16,3 kHz (lebar penuh
pada setengah maksimum) [6], yang merupakan kontribusi utama untuk lebar garis
diperoleh dari 20 kHz. Ini berarti bahwa faktor-faktor lain yang berkontribusi
terhadap linewidth, seperti dephasing disebabkan oleh tabrakan atom dengan
papan sirkuit cetak, tidak kritis. Di antara mereka, namun, lebar terbatas pilihan
kecepatan tentu menyebabkan perluasan tambahan, diperkirakan sekitar 10%
peningkatan dari transit-time perluasan. ketakserbasamaan dari medan magnet
longitudinal alasan kemungkinan lain untuk memperluas itu.

BAB IV

16
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Statistika Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung konfigurasi dari
partikel-partikel yang terbedakan, dalam Statistika Maxwell-Boltzmann
satu keadaan dapat ditempati oleh satu sistem, atau beberapa sistem, atau
tidak ditempati oleh satu sistem apapun,
2. Penyusunan menggunakan Statistik Maxwell Boltzmann dapat dicari
𝑔𝑠𝑛𝑠
dengan menggunnakan persaamaan 𝑤({𝑛𝑠}) = 𝑁! ∏𝑚
𝑠=1 𝑛𝑠!

3. Keadaan Atom Magnetik dalam bahan dan Medan Magnet luar yang
diberikan keduanya saling berinteraksi,ada yang bergerak searah dengan
medan magnet yang diberikan,ada yang berlawanan dengan medan medan
magnet yang diberikan dan ada yang bergerak acak .
4. Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann terhadap Atom Magnetik dalam
Medan Magnet bisa digunakan untuk menentukan momen magnetik total
yang dihasilkan oleh kumpulan atom-atom

4.2 Saran
Diharapkan dengan makalah Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann ini
pembaca dapat memahami dan mengerti tentang Statistika Maxwell Boltzmann
dan mengaplikasikannya dalam permasalahan fisika.
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, jadi kami sebagai
penulis mengharapkan saran-saran yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

17
Abdullah, Mikrajudin.2009. Pengantar Fisika Statistik. Bandung:ITB.
Akhmad, Bama Aminudindan Ramlan.2009. Statistika Sistem Zarah dari Klasik
hingga Eksotik. Palembang:Universitas Sriwijaya.
Y Kobayashi dan A Hatakeyama. 2009. Magnetic Resonance of Atom Passing Through
A Magnetic Lattice. Tokyo: University of Agriculture and Technology.

18

Anda mungkin juga menyukai