Oleh:
Nadia Ramadhanty (16033107)
Ria Monica (16033114)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................. 1
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................................... 19
4.2. Saran ..................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Statistika Maxwell-Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung
konfigurasi partikel-partikel yang dapat dibedakan, untuk menghitung berapa
momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan Atom-Atom dapat
menggunakan Statistika Maxwell-Boltzmann, karena atom-atom dalam medan
magnet dapat terbedakan,
Resonansi magnetik atom yang dihasilkan oleh kumpulan Atom-Atom
yang diberikan medan magnet dapat diselesaikan menggunakan Statistika
Maxwell-Boltzmann yang akan dibahas pada makalah ini.
1
5. Menentukan Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann terhadap Atom
Magnetik dalam Medan Magnet untuk Menjelaskan Resonansi Magnetik
Atom.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
ˆ Ada n3 sistem pada kelompok energi 3
...
ˆ Ada ns sistem pada kelompok energi s
...
ˆ Ada nM sistem pada kelompok energi M
Ekivalen dengan mencari berapa cara penyusunan
ˆ n1 sistem pada g1 keadaan energi di kelompok energi 1
ˆ n2 sistem pada g2 keadaan energi di kelompok energi 2
ˆ n3 sistem pada g3 keadaan energi di kelompok energi 3
...
ˆ ns sistem pada gs keadaan energi di kelompok energi s
...
ˆ nM sistem pada gM keadaan energi di kelompok energi M
Selanjutnya kita akan menentukan jumlah cara penyusunan sistem- sistem
yang tersebar pada tingkat-tingkat energi di atas. Untuk maksud terse but, mari
kita mulai dengan menganggap semua keadaan energi kosong (tidak di tempati
sistem) dan di luar ada sejumlah sistem yang akan diisi pada keadaan-keadaan
tersebut. Di sini ada dua tahap proses yang terjadi.
Proses I adalah membawa N buah sistem dari luar ke dalam assembli dan
proses II adalah menyusun sistem pada kempompok-kelompok energi yang ada di
dalam assembli.
4
assembli. Yang terpenting adalah bagaimana membawa masuk N buah sistem ke
dalam assembli. Untuk menentukan jumlah cara tersebut, perhatikan tahap-tahap
berikut ini.
i) Ambil satu sistem dari daftar N buah sistem yang berada di luar assembli
(Gambar 1). Kita bebas memilih satu sistem ini dari N buah sistem yang
ada tersebut. Jadi jumlah cara pemilihan sistem yang pertama kali dibawa
masuk ke dalam assembli adalah N cara.
ii) Setelah sistem pertama dimasukkan ke dalam assembli maka tersisa N- 1
sistem dalam daftar di luar. Ketika membawa masuk system kedua ke
dalam assembli kita dapat memilih salah satu dari N-1 buah sistem dalam
daftar. Jumlah cara pemilihan sistem ini adalah N- 1 cara.
iii) Begitu seterusnya.
iv) Akhirnya, ketika sistem ke-N akan dimasukkan ke dalam assembli hanya
ada satu sistem yang tersisa di luar. Tidak ada pilihan-pilihan yang
mungkin sehingga jumlah cara memasukkan sistem ke-N ke dalam asembli
adalah hanya 1 cara.
v) Dengan demikian, jumlah total cara membawa masuk N buah sistem
ke dalam assembli adalah
5
Gambar 2 Menentukan cara menyusun n1 sistem pada g1 keadaan
Ambil partikel pertama. Kita dapat menempatkan partikel ini entah di
keadaan ke-1, keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga keadaan ke-g1.
Jadi jumlah cara menempatkan partikel pertama pada kelompok-1 yang memiliki
g1 keadaan adalah g1 cara.
Setelah partikel-1 ditempatkan, kita ambil partikel 2. Partikel ini pun dapat
ditempatkan di keadaan ke-1, keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga
keadaan ke-g1. Dengan demikian, jumlah cara menempatkan partikel kedua juga
g1 cara. Hal yang sama juga berlaku bagi partikel ke-3, partikel ke-4, dan
seterusnya, hingga partikel ke-n1 . Akhirnya, jumlah cara menempatkan n1
partikel pada g1 buah keadaan adalah
g1x g1 x g1x…..x(n1 buah perkalian)=g1 n1
Sejumlah 𝑔1 𝑛1 cara di atas secara implisit mengandung makna bahwa
urutan pemilihan partikel yang berbeda menghasilkan penyusunan yang berbeda
pula. Padahal tidak demikian. Urutan pemilihan yang berbeda dari sejumlah 𝑛1
partikel yang ada tidak berpengaruh pada penyusunan asalkan jumlah partikel pada
tiap bangku tetap jumlahnya. Urutan pemilihan sejumlah 𝑛1 partikel menghasilkan
𝑛1 ! macam cara penyusunan. Dengan demikian, jumlah riil cara penyusunan 𝑛1
partikel pada 𝑔1 buah keadaan seharusnya adalah
𝑔1 𝑛1
𝑛1 !
6
Penjelasan yang sama juga berlaku bagi 𝑛2 buah partikel yang disusun pada
𝑔2 keadaan. Secara umum jumlah cara menempatkan ns partikel di dalam
kelompok energi yang mengandung keadaan adalah:
𝑔𝑠 𝑛𝑠
𝑛𝑠 !
Akhirnya jumlah cara mendistribusikan secara bersama-sama n1 sistem
pada kelompok dengan g1 keadaan, n2 sistem pada kelompok dengan g2
keadaan, .. , ns sistem pada gs keadaan adalah
7
Karena baik N maupun ns merupakan bilangan-bilangan yang sangat be sar
makauntuk mempermudah perhitungan kita dapat menggunakan pendekatan
Stirling. Pendekatan tersebut berbentuk
ln N! = N ln N- N
ln ns= ns ln ns - ns
Sehingga kita dapatkan bentuk aproksimasi
𝑀
ln 𝑊 ≅ 𝑁 ln 𝑁 − 𝑁 + ∑{𝑛𝑠 ln 𝑔𝑠 − 𝑛𝑠 ln 𝑛𝑠 + 𝑛𝑠 }
𝑠=1
= 0 − 0 + ∑𝑚
𝑠=1{𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑔𝑠 + 𝑛𝑠 𝛿 ln 𝑔𝑠 − 𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑛𝑠 − 𝑛𝑠 𝛿𝑙𝑛 𝑛𝑠 + 𝛿𝑛𝑠 }
1
= ∑𝑀
𝑠=1 {𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑔𝑠 + 𝑛𝑠 𝑥 0 − 𝛿𝑛𝑠 ln 𝑛𝑠 − 𝑛𝑠 (𝑛 𝛿𝑛𝑠 ) + 𝛿𝑛𝑠 }
𝑠
= ∑𝑀
𝑠=1{𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑔𝑠 − 𝛿𝑛𝑠 𝑙𝑛 𝑛𝑠 }
= ∑𝑀
𝑠=1{ln 𝑔𝑠 − ln 𝑛𝑠 }𝛿𝑛𝑠
𝑔
= ∑𝑀 𝑠
𝑠=1 𝑙𝑛 ( 𝑛 ) 𝛿𝑛𝑠
𝑠
Karena kita harus menerapkan syarat batas kekekalan energi dan jumlah
partikel, maka solusi untuk ns dicari dengan menggabungkan persamaan
Ke dalam Persamaan
𝛿 ln 𝑊 + 𝛼𝛿𝑁 + 𝛽𝛿𝑈 = 0
𝑀 𝑀 𝑀
𝑔𝑠
∑ 𝑙𝑛 ( ) 𝛿𝑛𝑠 + 𝛼 ∑ 𝛿𝑛𝑠 + 𝛽 ∑ 𝐸𝑠 𝛿𝑛𝑠 = 0
𝑛𝑠
𝑠=1 𝑠=1 𝑠=1
8
𝑀
𝑔𝑠
∑ {𝑙𝑛 ( ) + 𝛼 + 𝛽𝐸𝑠 } 𝛿𝑛𝑠 = 0
𝑛𝑠
𝑠=1
9
b. Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah satu dari dua arah
orientasi yaitu searah medan magnet atau berlawanan arah medan magnet
Jadi untuk mengetahui konfigurasi momen magnetik total yang dihasilkan
oleh kumpulan atom-atom tersebut dapat kita gunakan Statistik Maxwell
Boltzmann, karena Atom merupakan sistem klasik yang memenuhi fungsi
distribusi Maxwell-Boltzmann. (Abdullah, Mikrajuddiah. 2009 : 89)
10
bertabrakan dengan permukaan sel cukup sering, yang terdegradasi ketajaman
resonansi.
Untuk penyelidikan lebih lanjut, kami membutuhkan interaksi lagi koheren
atom dengan bidang periodik, bersama-sama dengan peningkatan rasio signal-to-
noise dari spektrum resonansi. Oleh karena itu kami telah membangun sistem
eksperimental baru, di mana sinar atom berlebihan dari Rb melewati tumpukan
array planar kawat pembawa arus paralel ("kisi magnet") ditempatkan dalam ruang
vakum. Periode spasial dari medan magnet yang dihasilkan oleh kisi magnetik
adalah a= 1 mm. Kecepatan v atom adalah sekitar 500 m / s, yang dipilih dengan
kesegarisan Laser balok menggunakan efek Doppler. Frekuensi osilasi lapangan
atom lihat adalah maka f = v / a ~ 500 kHz. Sinar laser polarizes atom oleh
pemompaan optik, dan laser probe lain mendeteksi transisi resonansi magnetik
antara sublevels Zeeman dari keadaan dasar. Sebagai memindai medan magnet
longitudinal, kita memiliki puncak resonansi yang diamati jauh lebih tajam dan
jelas daripada percobaan sel sebelumnya. Profil resonansi sempit diperoleh dalam
pengukuran memiliki lebar hampir hanya ditentukan oleh waktu transit melalui
bidang periodik.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 1. Skema dari setup eksperimental. Inset: tingkat energi yang relevan
dari 85Rb. Laser detuning juga ditampilkan.
Skema dari pengaturan eksperimental ditunjukkan pada Gambar. 1. atom
Rb muncul dari oven dengan suhu di sekitar 200◦C dengan distribusi kecepatan
luas Maxwell-Boltzmann, dimana kita menggunakan atom dalam kisaran
kecepatan yang sempit, seperti yang dijelaskan kemudian. Atom effused yang
collimated oleh dua lubang yang diameternya 2 mm dipisahkan oleh L = 100 mm.
Resultan divergensi berkas adalah 2/100.
12
Gambar 2. (a) Bagian tengah dari kisi magnetik dilihat dalam arah balok atom.
(b) Skema diagram sirkuit pada printed circuit boards (PCB). Satu PCB sesuai
dengan daerah hijau gelap. PCB ditunjukkan berdampingan, meskipun mereka
benar-benar menumpuk. (c) Kompensasi untuk bidang periodik terdistorsi dengan
menggunakan dua kawat koreksi tambahan. Medan magnet yang dihitung adalah
komponen tegak lurus terhadap PCB di pusat antara dua PCB yang berdekatan
untuk arus 1 A.
Sebuah kisi magnetik terdiri dari tumpukan printed circuit boards (PCB),
yang masing-masing memiliki arus periodik. Sebuah bagian tengah kisi magnetik
dilihat dalam arah balok ditunjukkan pada Gambar. 2 (a). Setiap papan memiliki
bentuk persegi panjang 60 mm lebar dan 30 mm sepanjang arah balok. Dengan
total 11 PCB ditumpuk dengan kesenjangan 0,8 mm antara satu sama lain, di mana
sebagian besar atom Rb dalam berkas lulus. Sudut kisi magnetik dapat disesuaikan
untuk mencapai keselarasan yang baik antara kisi dan balok.
13
Sebuah diagram skematik rangkaian ditunjukkan pada Gambar. 2 (b).
Sebuah jejak tembaga hantar arus (0,4 mm lebar) berjalan bolak-balik dengan
periode spasial dari = 1 mm. Arus di tepi papan dibelah dua untuk
mengkompensasi distorsi bidang periodik yang dihasilkan oleh array dari jumlah
terbatas kabel [5] pembawa arus. Gambar 2 (c) secara skematis menggambarkan
bagaimana kompensasi ini bekerja. Secara keseluruhan 28 periode spasial yang
dihasilkan. Juga mengacu Ref. [3] untuk rincian medan magnet periodik yang
dihasilkan oleh array dari kawat pembawa arus paralel.
85
Diagram tingkat energi dari Rb relevan dengan pengukuran diberikan
dalam inset dari Gambar. 1. Sebuah pompa laser yang sirkuler terpolarisasi
(panjang gelombang: 780 nm) polarizes atom dari 85Rb dalam keadaan dasar F =
3 oleh pemompaan optik. Transisi resonansi magnetik antara sublevels Zeeman-
split ini negara F = 3 terdeteksi dengan laser probe (panjang gelombang: 780 nm)
melalui penyerapan. Polarisasi probe laser termodulasi antara kiri dan kanan
sirkuler polarisasi di 42 kHz oleh modulator fotoelastik untuk lock-in deteksi.
Sinyal resonansi diamati sebagai memindai medan magnet membujur diterapkan
oleh sepasang kumparan sepanjang balok pompa dan dengan demikian mengubah
membelah Zeeman. Dua pasang lainnya dari kumparan (tidak ditampilkan dalam
gambar) yang digunakan untuk membatalkan medan magnet liar.
Peran penting lain dari sinar laser adalah memilih atom dalam sempit
kecepatan berkisar dari distribusi yang luas Maxwell-Boltzmann menggunakan
efek Doppler. Frekuensi laser stabil untuk salah satu jalur resonansi spektrum
penyerapan kejenuhan 85Rb dan selanjutnya bergeser menggunakan modulasi
acousto-optik. The detuning resultan dari frekuensi laser dari F = 3 → F '= 4 siklik
transisi menentukan kecepatan yang dipilih. Lebar distribusi kecepatan yang
dipilih diperkirakan sekitar 5 -. 10 m / s, yang terutama ditentukan oleh linewidth
alami (6 MHz) dari F = 3 → F '= 4 transisi.
14
Gambar Berkala 3. spektrum yang diamati dengan medan magnet periodik (a)
dan (b ) off.
15
berbeda. dimaksudkan untuk mengamati atom dengan kecepatan 512 m / s melalui
F = 3 → F '= 4 siklik transisi, tetapi sebenarnya, meskipun jumlahnya lebih kecil,
atom dengan kecepatan 368 m / s atau 417 m / s merupakan tambahan yang
diamati melalui transisi dari F = 3 untuk masing-masing F '= 2 atau 3,. Perhatikan
bahwa laser memiliki detunings berbeda sehubungan dengan transisi ini karenanya
dipilih kecepatan yang berbeda juga. Dua sinyal kecil berubah dalam arah yang
berlawanan dibandingkan dengan puncak resonansi utama, karena transmisi laser
yang menurun untuk transisi ini ketika gerakan-diinduksi resonansi terjadi,
sementara itu meningkatkan untuk F = 3 → F '= 4 transisi.
Perluasan garis karena dengan waktu penerbangan melalui kisi magnetik,
batas fundamental dari lebar garis di setup, diperkirakan 16,3 kHz (lebar penuh
pada setengah maksimum) [6], yang merupakan kontribusi utama untuk lebar garis
diperoleh dari 20 kHz. Ini berarti bahwa faktor-faktor lain yang berkontribusi
terhadap linewidth, seperti dephasing disebabkan oleh tabrakan atom dengan
papan sirkuit cetak, tidak kritis. Di antara mereka, namun, lebar terbatas pilihan
kecepatan tentu menyebabkan perluasan tambahan, diperkirakan sekitar 10%
peningkatan dari transit-time perluasan. ketakserbasamaan dari medan magnet
longitudinal alasan kemungkinan lain untuk memperluas itu.
BAB IV
16
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Statistika Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung konfigurasi dari
partikel-partikel yang terbedakan, dalam Statistika Maxwell-Boltzmann
satu keadaan dapat ditempati oleh satu sistem, atau beberapa sistem, atau
tidak ditempati oleh satu sistem apapun,
2. Penyusunan menggunakan Statistik Maxwell Boltzmann dapat dicari
𝑔𝑠𝑛𝑠
dengan menggunnakan persaamaan 𝑤({𝑛𝑠}) = 𝑁! ∏𝑚
𝑠=1 𝑛𝑠!
3. Keadaan Atom Magnetik dalam bahan dan Medan Magnet luar yang
diberikan keduanya saling berinteraksi,ada yang bergerak searah dengan
medan magnet yang diberikan,ada yang berlawanan dengan medan medan
magnet yang diberikan dan ada yang bergerak acak .
4. Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann terhadap Atom Magnetik dalam
Medan Magnet bisa digunakan untuk menentukan momen magnetik total
yang dihasilkan oleh kumpulan atom-atom
4.2 Saran
Diharapkan dengan makalah Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann ini
pembaca dapat memahami dan mengerti tentang Statistika Maxwell Boltzmann
dan mengaplikasikannya dalam permasalahan fisika.
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, jadi kami sebagai
penulis mengharapkan saran-saran yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
17
Abdullah, Mikrajudin.2009. Pengantar Fisika Statistik. Bandung:ITB.
Akhmad, Bama Aminudindan Ramlan.2009. Statistika Sistem Zarah dari Klasik
hingga Eksotik. Palembang:Universitas Sriwijaya.
Y Kobayashi dan A Hatakeyama. 2009. Magnetic Resonance of Atom Passing Through
A Magnetic Lattice. Tokyo: University of Agriculture and Technology.
18