Oleh:
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat Beliau maka makalah yang berjudul Distribusi Kecepatan dan Kelajuan
Maxwell ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan tanpa adanya hambatan yang
berarti.
Pada pembuatan makalah ini, penulis mengetahui bahwa tulisan yang dibuat ini
masih belum dapat dikatakan sempurna dan tentunya memerlukan pengembangan serta
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang kiranya bersifat membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan perbaikan sehingga dapat
menyempurnakan tulisan ini. Penulis juga sangat mengharapkan tulisan yang telah dibuat ini
mampu dan dapat menjadi bahan atau acuan dalam pembuatan-pembuatan tulisan yang
serupa.
Penulis pada kesempatan mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah statistika lanjut atas bimbingannya serta arahannya serta kepada keluarga dan teman-
teman yang mendukung dan turut membantu dalam penyusunan tulisan ini.
Selain itu, penulis juga tidak lupa ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya bila
dalam tulisan ini terdapat kata-kata yang kiranya kurang berkenan bagi para pembaca
maupun orang-orang yang merasa terkait didalamnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang................................................................................................. 1
2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
4 Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
1 Distribusi Kecepatan Molekul Gas................................................................... 3
2 Distribusi Kelajuan Molekul Gas...................................................................... 9
3 Persamaan Distribusi Kecepatan Molekul menurut Maxwell yang
mengandung Bilangan dan ......................................................................... 12
4 Penerapan Distribusi Maxwell-Boltzmann....................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
molekul tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan membahas mengenai
fungsi kecepatan molekul dalam makalah yang berjudul Distribusi Kecepatan Molekul.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kajian pertama dalam penentuan distribusi kecepatan molekul gas adalah distribusi
komponen kecepatan pada satu arah, yaitu arah sumbu koordinat. Ditinjau suatu daerah
kecepatan (gambar 1) dan daerah kecepatan ini meliputi perubahan kecepatan
(1.2)
vy dan v y +d v y
(1.3)
v z dan v z +d v z
(1.4)
Jika dimisalkan jumlah seluruh molekul adalah N, maka terdapat sejumlah
Pada setiap arah kecepatan dengan kecepatan yang berbeda-beda, terdapat jumlah
molekul yang berbeda-beda pula, sehingga jumlah molekul dengan komponen kecepatan
ke tiap arah merupakan fungsi dari kecepatan yang bersangkutan, yaitu :
f ( v x ) , f ( v y ) ,dan f ( v z ) (1.5)
Persamaan (1.5) disebut dengan fungsi distribusi atau fungsi probabilitas. Jumlah
fraksi molekul
(1.6)
d Nv x
Fraksi ini bergantung pada dua faktor, yaitu ketebalan lempeng (d v x ) dan letak
4
d Nv
=f ( v x ) d v x
x
Hal yang serupa juga berlaku untuk jumlah molekul dengan komponen kecepatan ke
d N v =N f ( v x ) d v x
x (1.8a)
d N v =N f ( v y ) d v y
y (1.8b)
d N v =N f ( v z ) d v z
z (1.8c)
Hubungan ini menunjukkan jumlah molekul pada tiap-tiap arah bagi komponen-
komponen kecepatan dalam sistem koordinat kartesius.
Molekul dapat mempunyai komponen kecepatan sekaligus ke dua arah yang sesuai
dengan daerah kecepatan pada arah bersangkutan. Jumlah molekul yang mempunyai
komponen kecepatan ke dua arah, misalkan arah X dan Y pada daerah kecepatan antara
Bagian ini merupakan fungsi dari kecepatan v y , sehingga dari persamaan (1.8)
d 2 N v v =d N vx f ( v y ) d v y
x y (1.9)
Demikian juga
2
d N v v =d N v y f ( v z ) d v z
y z (1.10)
d 2 N v v =d N vx f ( v x ) d v x
z x (1.11)
5
Jika persamaan (1.8a), (1.8b), dan (1.8c) disubstitusikan ke persamaan (1.9),
(1.10), dan (1.11) akan didapatkan :
d 2 N v v =N f ( v x ) f ( v y ) d v x d v y
x y (1.12)
d 2 N v v =N f ( v y ) f ( v z ) d v y d v z
y z (1.13)
d 2 N v v =N f ( v z ) f ( v x ) d v z d v x
z x (1.14)
Persamaan (1.12), (1.13), dan (1.14) merupakan fungsi dari kedua daerah
kecepatan yang bersangkutan.
Seperti keadaan sebelumnya untuk kecepatan dua arah, dari jumlah molekul yang
ditentukan bagian jumlah molekul komponen kecepatan yang sekaligus pada ketiga
jumlah molekul untuk yang berkomponen pada tiga arah masing-masing yaitu,
d 3 N v x v y v z =d 2 N v v f ( v z ) d v z
x y (1.15)
d 3 N v x v y v z =d 2 N v v f ( v x ) d v x
y z (1.16)
d 3 N v z v x v y =d 2 N v v f ( v y ) d v y
z x (1.17)
Substitusi dari persamaan (1.12), (1.13), dan (1.14) memberikan harga sama bagi
ketiga hasil ini, yaitu :
d3 N v x
=N f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) d v x d v y d v z
v y vz (1.18)
d 3 N v v v =N f d v x d v y d v z
x y z (1.19)
6
Suku f d vxd v yd vz merupakan bagian dari seluruh molekul yang mempunyai
sehingga jika bagian ini diintegrasikan akan diperoleh jumlah keseluruhannya, yaitu
f d v x d v y d v z=1
(1.20)
Persamaan (1.20) juga dapat ditulis dengan bentuk lain, yaitu :
N f d v x d v y d v z=N f d v x d v y d v z =N
Jadi jumlah molekul pada seluruh komponen bagi seluruh kecepatan memberikan
seluruh jumlah molekul itu (Naga, 1991).
Distribusi molekul bagi tiap daerah kecepatan dapat ditentukan dari persamaan
(1.19) apabila fungsi distribusi atau fungsi probabilitas telah diketahui bentuknya.
Sebelum menentukan distribusi molekul, maka terlebih dahulu ditentukan fungsi
distribusinya dan juga hubungannya dengan panas.
Sejalan dengan rapat molekul, didefinisikan rapat kecepatan sebagai berikut
d3 N v v v
= =Nf
x y z
(1.21)
d vxd vy d vz
Terdapat perubahan pada rapat kecepatan, terdapat juga ditentukan perubahan pada
besaran kecepatan dari persamaan (1.1), yakni
7
vdv =v x d v x + v y d v y + v z d v z (1.25)
Pergeseran daerah kecepatan ini berlaku umum, dan oleh karenanya dapat
menggeserkannya juga di sepanjang daerah konsentris dari koordinat kecepatan itu.
Pergeseran ini berarti berpindah di sepanjang daerah kecepatan yang sama harganya atau
perubahan harga besaran kecepatannya nol ( dv=0 , dan dari persamaan (1.25)
diperoleh
v x d v x + v y d v y + v z d v z =0 (1.26)
Perpindahan pada kecepatan serta rapat kecepatan yang sama dapat memberikan
hasil bagi bentuk fungsi distribusi. Jadi bentuk fungsi distribusi dapat ditentukan dari
salah satu corak perpindahan dalam kecepatan, juga untuk harga dan rapat kecepatan
yang sama (Naga, 1991).
Ketiga variabel d vx,d vy , dan d vz dapat bebas tak bergantungan satu sama
lainnya tetapi dapat juga bergantungan. Oleh sebab itu persamaan (1.26) dan (1.28)
{ f ' ( vx )
f (v x ) } {
+ v x d vx +
f '(vy)
f ( v y) } {
+ v y d v y+
f ' (v z )
f ( vz ) }
+ v z d v z=0
(1.31)
8
f ' ( v x)
+ v x =0
f ( v )
Dan sisanya
{ f '(vy)
f (v y ) } {
(1.32)
+ vy d vy+
f ' ( v z)
f ( vz ) }
+ v z d v z=0
diambil bebas, sehingga dapat diambil d vy dan d vz yang bebas dan oleh
karenanya, diperoleh
' (1.33)
f (vy)
+ v y =0
f (vy)
f ' ( v z)
+ v z =0 (1.34)
f ( vz )
d f (v y ) (1.35b)
= v y d v y
f (vy)
(1.35c)
d f (v z )
= v z d v z
f ( v z)
Apabila persamaan pertama dari (1.35a), (1.35b), dan (1.35c) diintegrasikan, maka
diperoleh
1 2 (1.36)
ln f ( v x ) + ln = vx
2
sama dapat diperoleh bentuk fungsi lainnya dari (1.35) itu. Bentuk ini dapat dinyatakan
dalam eksponensial,
1 2
vx
2
f ( v x )= e
1 2
v y
2
f ( v y )= e
9
(1.37a)
(1.37b)
1 2
vz
2
f ( v z ) = e (1.37c)
2 1
Dengan menggunakan substitusi = ke dalam persamaan (1.37), diperoleh
2
(1.38a)
2 2
v
f ( v x )= e x
(1.38b)
2 2
f ( v y )= e v y (1.38c)
2 2
f ( v z ) = e v z
Jadi bentuk komponen fungsi atau fungsi probabilitas adalah fungsi eksponensial
dari kecepatan. Selanjutnya diperoleh fungsi distribusi secara keseluruhan yakni
2 2 2 2
f =f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) = 3 e (v + v + v )
x y z
(1.39)
2 2
(1.40)
f = 3 e v
Fungsi distribusi ini merupakan fungsi distribusi Maxwell, dan dengan fungsi ini
dapat ditentukan distribusi kecepatan molekul menurut Maxwell. Berdasarkan persamaan
(1.22) diperoleh rapat kecepatan dengan bentuk grafik seperti gambar 2.
2 2
=N 3 e v (1.41)
d 3 N v v v =N 3 e v d v x d v y d v z
x y z (1.42)
10
Jika parameter dan diketahui, maka distribusi kecepatan molekul untuk
daerah kecepatan dapat dihitung. Parameter ini tentunya bergantung kepada keadaan
molekul terutamanya temperatur.
v v dv
Molekul yang memiliki laju dari sampai , titik representatifnya akan terletak
v dv
pada lapisan bola yang jari-jarinya dan tebalnya . Adapun cara termudah untuk
v v dv
menghitung jumlah molekul dengan laju antara sampai adalah dengan
mengasumsikan kerapatannya seragam, sehingga dalam volume ini akan sama pada lapisan
bola yang berjari-jari v. Oleh karena itu, volume lapisan bola ini yaitu:
V 4 v 2 dv
(2.1)
N 3 e v
2 2
(2.2)
Jumlah molekul yang memiliki laju v sampai v+dv dinyatakan dengan d N v , yaitu :
dN v . 4 v 2 dv dN v N 3 e .4 v 2 dv
2 2
v
dN v 4 N v 2 3 e dv
2 2
v
dN v
4 N v 2 3 e v
2 2
dv
(2.3)
11
dN v
dv
Rasio disebut fungsi distribusi laju molekul dari Maxwell
4 N v 2 3e v
dN v 2 2
dv
(2.4)
Fungsi distribusi laju ini tidak sama dengan distribusi kecepatan, di mana fungsi
distribusi laju ini tidak menyatakan jumlah molekul per satuan volume, tetapi jumlah molekul
dv
per satuan rentangan laju . Jika digambarkan dalam bentuk grafik, fungsi distribusi laju
dN v
dv
molekul terlihat seperti berikut :
dN v
dv
Area dNv
fungsi ekponensial
dv
Gambar 3. Grafik fungsi distribusi kelajuan Maxwell Boltzmann
dN v
v0
12
dN v
dv
4 Di antara kedua harga v ini terdapat harga yang maksimum.
5 Jumlah molekul dengan kecepatan v sampai v+dv dinyatakan dengan luas daerah
yang diarsir.
Jumlah molekul dengan kecepatan lebih kecil dari v0 dinyatakan dengan luas daerah di
sebelah kiri v0 dan luas daerah yang lebih besar dari v0 dinyatakan dengan luas daerah di
sebelah kanan v0. Selanjutnya akan ditentukan jumlah molekul yang memiliki kecepatan
dNv x
ini dinyatakan dengan yang besarnya dirumuskan seperti berikut. dan
dNv x Nf (v x ) dv x (2.5)
f (v x )
Nilai adalah sebagai berikut :
(2.6)
( 2v x 2 )
f (v x ) e
Jika persamaan (2.6) disubstitusikan ke persamaan (2.5), maka didapatkan hasil, yaitu :
2
vx 2 ) (2.7)
dNv x Ne ( dv x
Berdasarkan persamaan (2.7), maka akan didapat jumlah molekul per satuan
komponen kecepatan pada sumbu X seperti berikut
dNv x 2 2 (2.8)
N e ( v x )
dv x
13
dNv x
dv x
dNv x
dv x
v0
dv x vx
Berdasarkan persamaan (2.8), maka akan dapat ditentukan pula jumlah molekul per satuan
komponen kecepatan pada sumbu Y dan sumbu Z, yaitu :
dNv z 2 2
Ne ( v z ) (2.9)
dv z
dNv y ( 2v y 2 )
N e (2.10)
dv y
Jumlah molekul dengan kecepatan dari v sampai dengan v+dv dapat dinyatakan
dengan dNv. Jumlah molekul tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
2
d N v =( 4 v dv)
14
2 2
d N v =N 3 e ( v ) ( 4 v 2 dv ) (3.1)
v= v=
2 2
d N v = N 3 e( v ) (4 v 2 dv )
v=0 v=0
v= v= v=
2 2 2 2
d N v =4 N 3
v e 2 ( v )
dv N=4 N 3
v 2 e( v ) dv
v=0 v=0 v=0
(3.2)
Persamaan (3.2) dapat diselesaikan dengan memanfaatkan bentuk fungsi gamma, yaitu :
( n+1 )= x n ex dx (3.3)
0
2 2
Jika v =u , maka
u
v 2= 2
(3.4)
v =
u
u e
( ) 1
2 u
du
v=0
v= n1
1
u 2
eu
2
n +1
du
v=0
v= n1
1 (3.6)
2 n+1
u 2
eu du
v=0
Berdasarkan persamaan (3.3), maka persamaan (3.6) dapat ditulis sebagai berikut :
1 n+1
2
n+1
( )
2
(3.7)
15
Jika persamaan (3.7) dimisalkan dengan F(n), dengan n adalah pangkat dari v pada
persamaan (3.2), maka penyelesaian bagian integral pada persamaan (3.2) dapat
dituliskan sebagai berikut :
1 n+ 1
F ( n) =
2 n+1
2 ( )
Pada persamaan (3.2) dapat dilihat bahwa pangkat dari v adalah 2, sehingga :
1 2+1
F ( 2 )=
2
2 +1
2 ( )
1
F ( 2 )= 3
( 1,5 )
2
1
F ( 2 )= ( 1,5 )
2 3
1 1
F ( 2 )=
2 2
3
1
F ( 2 )=
4 3
Jika nilai dari penyelesaian di atas di substitusikan pada persamaan (3.2), maka
akan didapatkan :
3 1
N=4 N
4 3
3= 3
3
3=
3
3= 3 2
3
3 3 2
=
3
3 3
Jika nilai = 2
, disubtitusikan ke persamaan (3.1), maka akan didapatkan :
2 2
3 4 N 3 v 2 e( v )
d N v =N 3 2
2 2
e( v ) (4 v 2 dv) d N v= dv
(3.8)
16
A. Hubungan parameter dengan kecepatan rata-rata ( v )
Kecepatan rata-rata:
v dN v
v 0
N
N 3v 2 e v dv
4
v
2 2
v 0
N
4 N 3 3 2v 2
N 0
v ve dv
4 v dv (3.9)
v e
2 2
v 3 3
2
v
2
(3.10)
v
3
3= 3 2
, maka didapatkan :
17
3 3
2 2
3
= ( v ) 2
=
v
vrms
B. Hubungan parameter dengan
1 /2
[ ]
v 2
d Nv (3.11)
v rms = v 2= 0
N
dN v
pada persamaan (3.8) disubstitusikan pada persamaan (3.11),
Jika nilai
maka akan didapatkan :
1
1 2 4
N 3 v 2 e v dv
2
2 2
v rms v
N 0
1
4 3 4 2v 2 2
(3.12)
vrms v e dv
0
1
3 1 2
v rms 2
2
18
3 1
v rms
2
3 1
(3.13)
2 v rms
3
3 3
= 2
, maka akan didapatkan :
(3.14)
=
3 1
2 v rms
vm
C. Hubungan parameter dengan
Setiap kecepatan memiliki jumlah molekul tertentu, dimana jumlah molekul
tersebut berbeda-beda untuk kecepatan yang berbeda-beda . Kecepatan yang
dimiliki oleh paling banyak molekul diistilahkan dengan vm yang juga sering
disebut dengan the most probable value (Naga, 1991). Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dapat pula dikatakan bahwa jumlah molekul yang memiliki
kecepatan vm paling banyak jika dibandingkan dengan molekul yang mempunyai
kecepatan yang lain.
Perhitungan dari harga vm dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan:
v N e v dv
4 3 2 2 2
dN v
(3.15)
dN v
Pada persamaan (3.14), menyatakan jumlah molekul yang memiliki
kecepatan dari v sampai v +dv. Jumlah molekul ini per satuan kecepatan memenuhi
persamaan:
dN v 4 3 2
v N e v
2 2
(3.16)
dv
dN v
dv
Grafik hubungan terhadap v dapat dilihat pada gambar berikut ini.
19
dN
v
dv
Gambar 5. Grafik hubungan terhadap v
dN
v 0
dv
Berdasarkan Gambar 5, maka jika v = 0, maka , dan jika v = ,
dN
v
dv
maka . Titik ekstrim diperoleh dengan menentukan turunan pertama dari
persamaan 9 terhadap v dan disamakan dengan nol. Penjelasannya adalah sebagai
berikut.
d dN v
0
dv dv
d 2 2
v N e v 0
4 3 2
dv
dv
v e
4 3 d 2 2v 2
N 0
dv
d 2 2v 2
v e
0 (3.17)
Untuk menentukan turunan dari persamaan ini, maka dapat digunakan rumus
turunan perkalian sebagai berikut.
d ( pq ) p q ' q p'
Dengan ketentuan:
p v2 p' 2v
, sehingga
qe 2v 2
q' (2 2 v)e v
2 2
, sehingga
Penyelesaian diferensial dari persamaan (4.6) dapat dituliskan sebagai berikut.
20
dv
d 2 2v 2
v e 0
v 2 2 2 v e v e v (2v) 0
2 2 2 2
e v 2 2 v 3 2v 0
2 2
2 2 v 3 2v 0
2v3 v 0
2v 3 v
2v 2 1
1
(3.18) v
Harga v ini ditandai dengan vm. Sehingga bentuk persamaan (4.7) dapat
dituliskan:
1
(3.19) vm
1
(3.20)
vm
sehingga dapat dinyatakan dalam m, k, dan T. Sehingga persamaan untuk
adalah sebagai berikut.
3 1
2 vrms
3 m
2 3k T
m
(3.21)
2kT
Nilai dalam bentuk m, k, dan T tersebut dapat digunakan kesemua
persamaan distribusi Maxwell, sehingga persamaan distribusi Maxwell dapat
21
v
dinyatakan dalam bentuk m, k, dan T serta , vm, dan vrms, maka distribusi
kecepatan Maxwell dapat dapat ditentukan nilainya. Persamaan yang digunakan
adalah:
3 3 / 2 3
2 1 2
1
2
(3.22)
N 2 2
dN vx e vx
dvx
2
1 m vx
N m 2 2 kT
dN v x e
dv x (3.23)
2kT
N 2v 2
dN v y e y
dv y
2
1 mvy
N m 2 2 kT
dN v y e
dv y
2kT (3.24)
N 2 2
dN v z e vz
dv z
2
1 m vz
N m 2 2 kT
dN v z e
dv z (3.25)
2kT
22
d) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-x
dari vx sampai (vx+d vx) dan pada sumbu-y dari vy sampai (vy+d vy).
d 2 N v v N f (v x ) f (v y ) dv x dv y
x y
2 ( vx2 v 2y )
d 2 N vxv y N 2 e dv x dv y
m 2 2
N m ( vx v y )
d 2 N vx v y e
2 kT
dv x dv y (3.26)
2kT
2 ( v 2y vz2 )
d 2 N v y vz N 2 e dv y dv z
m 2 2
N m ( v y vz )
2
d N v yvx e
2 kT
dv y dv z (3.27)
2kT
g) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan yang besarnya dari v sampai (v+dv),
dengan distribusi kecepatan isotropic.
4 N 3 2 2v 2
dN v v e dv
2
3 mv
4N m 2 2 kT
dN v v e2
dv (3.29)
2kT
23
2
3 mv
N m 2 2 kT
(3.30) 3
d N vxvyvz 3 e
dv x dv y dv z
2 2kT
v
Hubungan antara vm, vrms dan dapat diuraikan sebagai berikut:
Sebelumnya telah diperoleh persamaan, yaitu :
2 1
(3.31) v
3 1
(3.32) vrms
2
1
(3.33) vm
,
Perbandingannya pada persamaan (3.30), (3.31), dan (3.32) diperoleh, yaitu :
3 2
(3.34)
v 2
vm : vrms : = 1: :
v
Gambar 6. Laju rata-rata ( ), vrms, dan vm
24
dN
v
dv
Gambar 7. Grafik terhadap sumbu v
dN
v
dv
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa luas yang diperoleh antara grafik
dNv
dv
dv
dan sumbu v adalah sama dengan integral dari dengan batas dari 0 sampai v.
adapun perumusannya dapat dituliskan sebagai berikut.
V
dNv
(3.35) L dv
0
dv
Jika v = maka persamaan (3.34) menjadi:
(3.36)
L dN v
0
=N
Jika v = , maka luasnya akan sama dengan N. Dimana N adalah jumlah molekul
seluruhnya. Jika dari grafik pada Gambar 7 diambil kecepatannya sebesar v0, maka
jumlah molekul yang memiliki kecepatan dari v0 sampai akan sama dengan luas antara
grafik garis vertikal v0 dan sumbu v.
Untuk mengetahui jumlah molekul yang memiliki kecepatan lebih kecil dari v0
dapat ditentukan dengan mengambil batas integral dari 0 sampai batas garis vertikal v0
yang dibatasi oleh grafik dan sumbu v.
Untuk menentukan persamaan terhadap sumbu x, maka dapat dilihat dari gambar
berikut.
dN vx
dv x
0
vx0 vx 25
0 vx0 dN
0
vx
1 2
v xo mVX
N m 2 2 kT
0 v x0 e
dv x (3.38)
0 2kT
m
2kT
Jika , maka persamaan (3.37) dapat dituliskan sebagai berikut.
vxo
N 2v 2
N 0 e dv x
0
vxo
N 2v 2
N0
0
e dv x
(3.39)
Untuk mengubah persamaan (3.38) ke dalam bentuk lain, maka harus terlebih
dahulu ditentukan, yakni:
vx x
x vx
vm vx
dx
dx dv x dv x
N 0 vx 0 N0 x
=
26
N 0 vx 0 N0 x N0 x
Jika = , maka diperoleh persamaan sebagai berikut.
x
N x x 2 2 dx
N 0 x exp 2 v x
0 vx vx
xN x
x dx 2
2
0 vx
exp v
v x x x
vx
N x
x
2 v
x v x 2 x dx
0 vx
exp
v 2 x
x
N
x
x vx 2
x v x 2 dx
0 vx x
exp
v 2
x
x
N
e
x2
dx
0
x
N 2
e
x2
(3.40) dx
2 0
Berdasarkan persamaan (3.39) yang di atas, maka yang disebut dengan error
x
2
e
x2
dx
0
function adalah persamaan . Bentuk lainnya dapat dinyatakan dalam
persamaan:
x
2
e (3.41)
x2
dx
0
erf(x)=
No x erf (x)
1 0 0
2 0,2 0,2227
3 0,4 0284,
4 0,6 0,6039
27
5 0,8 0,7421
6 1,0 0,8427
7 1,2 0,9103
8 1,4 0,9523
9 1,6 0,9763
10 1,8 0,9891
11 2,0 0,9953
12 2,2 0,9981
13 2,4 0,9993
14 2,6 0,9998
15 2,8 0,9999
Untuk nilai x yang lebih besar dari yang terdapat di tabel tersebut, dapat ditentukan
dengan persamaan:
e x 1 3 5
2
1 1 3
erf ( x) 1 1 2 (3.42)
x 2x
2x2
2
2 x 2
3
Teknologi pelapisan tipis (thin film) merupakan salah satu teknologi yang
digunakan dalam proses modifikasi permukaan bahan. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman mengenai bagaimana gerakan atom di dalam gas, atau ion di dalam plasma.
28
Berdasarkan teori kinetik gas, maka besar kecepatan atom-atom gas tersebut bisa
diperkirakan nilai.
Pertama-tama, untuk memudahkan, kita bisa bayangkan sebuah atom gas ideal
yang berada dalam bejana tertutup seperti Gambar 10, sehingga atom itu hanya bergerak
pada satu sumbu saja, misalkan sumbu x.
Gambar 10. Atom gas ideal yang berada dalam bejana tertutup
Jika diasumsikan bahwa setiap kali menumbuk permukaan dinding, atom tersebut
berbalik arah secara sempurna yang menyebabkan kecepatannya berubah menjadi v,
maka perubahan momentum yang terjadi sebesar :
(4.2) dP 2mv
Menurut hukum Newton, gaya adalah perubahan momentum per satuan waktu.
Berikut uraian dari pernyataan tersebut.
F ma
dv
F m
dt
dP (4.3)
F
dt
Apabila panjang tabung adalah L, maka selang waktu antar tumbukan pada
permukaan dinding adalah T=2L/v, yang berarti frekuensi tumbukan per detik adalah
1 v
f (4.4)
T 2L
29
Maknanya, setiap detik akan terjadi perubahan momentum sebesar
dP v
2mv.
dt 2L
dP mv2
F
dt L
Pada gambar 11 diasumsikan terdapat sejumlah N atom gas di dalam sebuah bejana
kotak bervolume V=LA. L adalah panjang bejana dan A adalah luas salah satu sisi bejana.
Kecepatan atom-atom tersebut pada arah sumbu x ialah v1x v2x v3x vNx yang
akan menumbuk dinding sebelah kanan yang luasnya A, sehingga timbul total gaya Fx
yang bekerja pada dinding bejana itu. Tumbukan-tumbukan atom-atom tersebut
menimbulkan tekanan Px pada dinding tersebut sebesar
N N
(4.5) Fx mv ix
2
m vix
2
Px i 1
i 1
A LA V
v
2
Apabila rata-rata kuadrat kecepatan dalam arah x itu dinyatakan sebagai
N
1
v 2
(4.6) v2 ix
N i
30
Hubungan persamaan (4.5) dan persamaan (4.6) dapat dituliskan sebagai berikut :
N
m vix
2
(4.7) mNv 2
Px i
V V
v 2 vx 2 vy 2 vz 2
kecepatan v, dimana (lihat Gambar 11). Namun, tekanan pada
masing-masing dinding yang terdapat pada arah sumbu x, y, z umumnya sama besar. Jika
(4.8)
dimisalkan pada suatu saat tertentu, terdapat N buah atom menumbuk dinding yang
terdapat pada ketiga sumbu x, y, z, maka akan terjadi tekanan pada dinding itu sesuai
dengan kecepatan yang dimiliki atom-atom pada arah masing-masing sumbu (yaitu vx,
vy, vz). Oleh karena tekanan pada setiap dinding adalah sama (Px=Py=Pz=P), maka bisa
diperoleh hubungan:
Jika tekanan pada setiap dinding adalah sama, maka hubungan antara kecepatan
dan tekanan pada dinding bejana di atas menjadi :
(4.9) mN v2
PV =
3
Pada gas ideal berlaku hukum PV = n RT, dimana n=N/NA dengan NA adalah
bilangan Avogadro, dan R adalah konstanta gas (8.314472 JK1mol1).
Selanjutnya, dengan memasukkan konstanta Boltzmann k=R/NA, maka persamaan
(4.9) dapat dituliskan :
mN v 2
PV = = NKT
3
m v
2
3 = KT
(4.10)
2
Ek = m v = 3/2 KT
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi di atas, adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut :
vx v y vz
1 Distribusi Maxwell adalah suatu sebaran molekul dalam ruang kecepatan , , dan .
N 3 e v
2 2
4 N v 2 3e v
dN v 2 2
dv
2 Fungsi distribusi kelajuan Maxwell adalah
3 Pada fungsi distribusi Maxwell terdapat dua konstanta distribusi yang harus dicari
hubungannya. Adapun konstanta distribusi yang dimaksud adalah dan , dan
hubungan antara kedua konstanta tersebut adalah sebagai berikut
3
3 2
3
3
3
Berdasarkan persamaan di atas, dapat ditentukan laju molekul (vrms), laju rata-rata
v
molekul ( ), dan (vm) seperti berikut.
3KT 8KT 2 KT
vrms v vm
m m m
Penentuan fungsi kesalahan atau error function ditandai dengan erf(x), dengan :
x
2
erf ( x) ( ) exp ( x 2 ) dx
0
4 Penerapan distribusi Maxwell-Boltmann salah satunya pada kecepatan atom gas pada
proses modifikasi permukaan bahan.
32
DAFTAR PUSTAKA
33