Anda di halaman 1dari 36

FISIKA STATISTIK

Distribusi Molekul Gas: Distribusi Maxwell

Oleh:

KELAS VI A/ Kelompok III

NI MADE EVI PRACINTIA (1413021004)


NI PUTU HAPPY RAHAYU (1413021006)
GEDE ADI SEPTIAWAN (1413021017)
LUH RUMNI OKTARIA (1413021028)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat Beliau maka makalah yang berjudul Distribusi Kecepatan dan Kelajuan
Maxwell ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan tanpa adanya hambatan yang
berarti.
Pada pembuatan makalah ini, penulis mengetahui bahwa tulisan yang dibuat ini
masih belum dapat dikatakan sempurna dan tentunya memerlukan pengembangan serta
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang kiranya bersifat membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan perbaikan sehingga dapat
menyempurnakan tulisan ini. Penulis juga sangat mengharapkan tulisan yang telah dibuat ini
mampu dan dapat menjadi bahan atau acuan dalam pembuatan-pembuatan tulisan yang
serupa.
Penulis pada kesempatan mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah statistika lanjut atas bimbingannya serta arahannya serta kepada keluarga dan teman-
teman yang mendukung dan turut membantu dalam penyusunan tulisan ini.
Selain itu, penulis juga tidak lupa ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya bila
dalam tulisan ini terdapat kata-kata yang kiranya kurang berkenan bagi para pembaca
maupun orang-orang yang merasa terkait didalamnya.

Singaraja, 29 Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang................................................................................................. 1
2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
4 Manfaat Penulisan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
1 Distribusi Kecepatan Molekul Gas................................................................... 3
2 Distribusi Kelajuan Molekul Gas...................................................................... 9
3 Persamaan Distribusi Kecepatan Molekul menurut Maxwell yang
mengandung Bilangan dan ......................................................................... 12
4 Penerapan Distribusi Maxwell-Boltzmann....................................................... 25

BAB III PENUTUP


1 Kesimpulan....................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika statistik menunjukkan bahwa bagaimana sifat makroskopik sistem banyak


partikel dapat diturunkan dari sifat mikroskopik partikel penyusunnya. Walaupun
sepintas sangat berbeda dan tidak bersesuaian dari kedua sifat tersebut, namun
sebenarnya kedua pendekatan tersebut saling terkait. Bila kedua pendekatan tersebut
diterapkan pada sistem yang sama maka harus dihasilkan kesimpulan yang sama.
Hubungan yang sama berlaku antara termodinamika (besaran makroskopik) dengan
fisika statistik (besaran mikroskopik). Hubungan keduanya terletak pada kenyataan
bahwa beberapa sifat makroskopik yang terukur secara langsung sebenarnya merupakan
nilai rata-rata terhadap selang waktu tertentu dari sejumlah ciri khas mikroskopik.

Terdapat beberapa proses modifikasi permukaan bahan seperti teknologi pelapisan


tipis (thin film), metoda penembakan ion gas atau elektron untuk mengubah sifat
permukaan bahan itu. Penggunaan metoda CVD (Chemical Vapour Depostion), PVD
(Physical Vapour Deposition), implantasi ion, ion sputtering dan lain sebagainya. Hal-hal
di lingkungan sekitar mulai dari sel surya sampai layar komputer, bahan mata bor dan
semikonduktor merupakan produk hasil dari modifikasi permukaan bahan.

Metode yang digunakan dalam modifikasi permukaan bahan tersebut sebagian


besar menggunakan gas atau plasma (campuran ion, elektron, dan atom netral) di dalam
bejana vakum. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memahami bagaimana gerakan
atom di dalam gas atau ion di dalam plasma. Berdasarkan teori kinetik gas, dapat
diperkirakan besar kecepatan atom-atom gas tersebut. Selain itu, dengan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai teori kinetik gas, dapat pula dijelaskan keadaan fisis ion-
ion di dalam plasma tersebut.

Pada pembahasan sebelumnya, telah dibahas mengenai tumbukan molekul-molekul


gas dengan dinding wadah. Molekul-molekul gas yang menumbuk dinding tersebut
memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Oleh karena molekul-molekul tersebut memiliki
kecepatan dan arah yang berbeda-beda, maka perlu diketahui fungsi kecepatan dari

1
molekul tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan membahas mengenai
fungsi kecepatan molekul dalam makalah yang berjudul Distribusi Kecepatan Molekul.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana fungsi distribusi kecepatan molekul Maxwell?
1.2.2 Bagaimana fungsi distribusi kelajuan molekul Maxwell?
1.2.3 Bagaimana cara menentukan konstanta-konstanta dalam fungsi distribusi
kecepatan Maxwell dan fungsi laju molekul Maxwell?
1.2.4 Bagaimana cara menentukan fungsi kesalahan atau error functions?
1.2.5 Bagaimana penerapan distribusi Maxwell-Boltmann?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, dapat disusun tujuan pembahasan materi
dalam makalah ini, yakni sebagai berikut.
1.3.1 Untuk menjelaskan fungsi distribusi kecepatan molekul Maxwell.
1.3.2 Untuk menjelaskan fungsi distribusi kelajuan molekul Maxwell.
1.3.3 Untuk menjelaskan cara menentukan konstanta-konstanta dalam fungsi distribusi
kecepatan Maxwell dan fungsi laju molekul Maxwell.
1.3.4 Untuk menjelaskan cara menentukan fungsi kesalahan atau error functions.
1.3.5 Untuk menjelaskan penerapan distribusi Maxwell-Boltmann.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Dapat menjelaskan fungsi distribusi kecepatan molekul Maxwell
1.4.2 Dapat menjelaskan fungsi distribusi kelajuan molekul Maxwell
1.4.3 Dapat menjelaskan cara menentukan konstanta-konstanta dalam fungsi distribusi
kecepatan Maxwell dan fungsi laju molekul Maxwell.
1.4.4 Dapat menjelaskan cara untuk menentukan fungsi kesalahan atau error functions.
1.4.5 Dapat menjelaskan penerapan distribusi Maxwell-Boltmann

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Distribusi Kecepatan Molekul Gas

2.1.1 Jumlah Molekul Berkecepatan ke Satu Arah


Adanya panas mengakibatkan molekul gas bergerak ke segala arah. Besar
kecepatan pergerakan molekul bermacam-macam, demikian juga arahnya. Kecepatan
setiap molekul dinyatakan sebagai vektor dengan titik tangkap pada pusat koordinat,
sehingga vektor-vektor tersebut akan tampak sebagai kumpulan anak panah yang
menembus permukaan khayal tertentu. Setiap vektor dapat diwakili oleh ujung vektor
berupa titik. Titik-titik ini akan membentuk sebuah ruang yang kita sebut sebagai ruang
kecepatan (Surungan, 2011).
Vektor kecepatan molekul gas ini dapat diuraikan ke dalam komponen-komponen
sistem koordinat. Representasi kecepatan molekul tersebut adalah ruang tiga dimensi

yaitu sistem koordinat kartesian. Vektor kecepatan molekul v dapat diuraikan ke

dalam ketiga komponennya masing-masing v x , v y , dan v z , sehingga dapat

dituliskan sebagai berikut :


v 2=v 2x + v 2y + v 2z (1.1)

Pada setiap kecepatan, terdapat bermacam-macam jumlah molekul, demikian juga


bagi komponen kecepatan itu. Penentuan jumlah molekul bagi tiap kecepatan merupakan
persoalan distribusi kecepatan molekul. Untuk dapat menentukan distribusi kecepatan
molekul, maka digunakan teori distribusi Maxwell.

Gambar 1. Diagram ruang kecepatan

3
Kajian pertama dalam penentuan distribusi kecepatan molekul gas adalah distribusi
komponen kecepatan pada satu arah, yaitu arah sumbu koordinat. Ditinjau suatu daerah
kecepatan (gambar 1) dan daerah kecepatan ini meliputi perubahan kecepatan

d vx,d vy , dan d vz yang terdiri dari molekul yang mempunyai komponen

kecepatan terletak di antara


v x dan v x + d v x

(1.2)
vy dan v y +d v y

(1.3)
v z dan v z +d v z

(1.4)
Jika dimisalkan jumlah seluruh molekul adalah N, maka terdapat sejumlah

d N vx molekul dengan komponen kecepatan antara vx dan v x + d v x . Selain itu,

terdapat pula sejumlah d N vy dan d N vz molekul yang mempunyai komponen

kecepatan antara v y dan v y +d v y serta antara v z dan v z +d v z .

Pada setiap arah kecepatan dengan kecepatan yang berbeda-beda, terdapat jumlah
molekul yang berbeda-beda pula, sehingga jumlah molekul dengan komponen kecepatan
ke tiap arah merupakan fungsi dari kecepatan yang bersangkutan, yaitu :
f ( v x ) , f ( v y ) ,dan f ( v z ) (1.5)

Persamaan (1.5) disebut dengan fungsi distribusi atau fungsi probabilitas. Jumlah

molekul dengan komponen kecepatan arah x antara v x dan v x + d v x mempunyai

fraksi molekul
(1.6)
d Nv x

Fraksi ini bergantung pada dua faktor, yaitu ketebalan lempeng (d v x ) dan letak

lempeng (v x ) pada ruang kecepatan, sehingga fraksi molekul dinyatakan sebagai


(1.7)

4
d Nv
=f ( v x ) d v x
x

Hal yang serupa juga berlaku untuk jumlah molekul dengan komponen kecepatan ke

arah x dan y . Jadi bagi N molekul, diperoleh

d N v =N f ( v x ) d v x
x (1.8a)

d N v =N f ( v y ) d v y
y (1.8b)

d N v =N f ( v z ) d v z
z (1.8c)

Hubungan ini menunjukkan jumlah molekul pada tiap-tiap arah bagi komponen-
komponen kecepatan dalam sistem koordinat kartesius.

2.1.2 Jumlah Molekul Berkecepatan ke Dua Arah

Molekul dapat mempunyai komponen kecepatan sekaligus ke dua arah yang sesuai
dengan daerah kecepatan pada arah bersangkutan. Jumlah molekul yang mempunyai
komponen kecepatan ke dua arah, misalkan arah X dan Y pada daerah kecepatan antara

vx dan v x+ d vx serta vy dan v y +d v y dapat ditentukan dengan memandang

molekul d vx yang sekaligus mempunyai komponen pada daerah kecepatan d vy .

Bagian ini merupakan fungsi dari kecepatan v y , sehingga dari persamaan (1.8)

diperoleh molekul dengan komponen kecepatan pada daerah d vx yang sekaligus

mempunyai komponen terhadap kecepatan pada daerah kecepatan d v y sebagai :

d 2 N v v =d N vx f ( v y ) d v y
x y (1.9)

Demikian juga
2
d N v v =d N v y f ( v z ) d v z
y z (1.10)

d 2 N v v =d N vx f ( v x ) d v x
z x (1.11)

5
Jika persamaan (1.8a), (1.8b), dan (1.8c) disubstitusikan ke persamaan (1.9),
(1.10), dan (1.11) akan didapatkan :
d 2 N v v =N f ( v x ) f ( v y ) d v x d v y
x y (1.12)

d 2 N v v =N f ( v y ) f ( v z ) d v y d v z
y z (1.13)

d 2 N v v =N f ( v z ) f ( v x ) d v z d v x
z x (1.14)

Persamaan (1.12), (1.13), dan (1.14) merupakan fungsi dari kedua daerah
kecepatan yang bersangkutan.

2.1.3 Jumlah Molekul Berkecepatan ke Tiga Arah

Seperti keadaan sebelumnya untuk kecepatan dua arah, dari jumlah molekul yang

mempunyai komponen kecepatan pada daerah kecepatan d vx dan d vy dapat

ditentukan bagian jumlah molekul komponen kecepatan yang sekaligus pada ketiga

daerah kecepatan d vx,d vy , dan d v z . Bagian tersebut yaitu dari d2 N v x


vy

sekaligus berkomponen kecepatan pada daerah kecepatan d vx dan dari d2 N v z


vx

yang sekaligus mempunyai komponen kecepatan pada daerah kecepatan d v y . Bagian

jumlah molekul untuk yang berkomponen pada tiga arah masing-masing yaitu,
d 3 N v x v y v z =d 2 N v v f ( v z ) d v z
x y (1.15)

d 3 N v x v y v z =d 2 N v v f ( v x ) d v x
y z (1.16)

d 3 N v z v x v y =d 2 N v v f ( v y ) d v y
z x (1.17)

Substitusi dari persamaan (1.12), (1.13), dan (1.14) memberikan harga sama bagi
ketiga hasil ini, yaitu :
d3 N v x
=N f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) d v x d v y d v z
v y vz (1.18)

Jika f =f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) , maka persamaan (1.18) akan menjadi sebagai berikut :

d 3 N v v v =N f d v x d v y d v z
x y z (1.19)

6
Suku f d vxd v yd vz merupakan bagian dari seluruh molekul yang mempunyai

komponen kecepatan sekaligus pada daerah kecepatan d vx,d vy , dan d vz ,

sehingga jika bagian ini diintegrasikan akan diperoleh jumlah keseluruhannya, yaitu

f d v x d v y d v z=1
(1.20)
Persamaan (1.20) juga dapat ditulis dengan bentuk lain, yaitu :

N f d v x d v y d v z=N f d v x d v y d v z =N
Jadi jumlah molekul pada seluruh komponen bagi seluruh kecepatan memberikan
seluruh jumlah molekul itu (Naga, 1991).

2.1.4 Fungsi Distribusi Molekul Gas

Distribusi molekul bagi tiap daerah kecepatan dapat ditentukan dari persamaan
(1.19) apabila fungsi distribusi atau fungsi probabilitas telah diketahui bentuknya.
Sebelum menentukan distribusi molekul, maka terlebih dahulu ditentukan fungsi
distribusinya dan juga hubungannya dengan panas.
Sejalan dengan rapat molekul, didefinisikan rapat kecepatan sebagai berikut
d3 N v v v
= =Nf
x y z
(1.21)
d vxd vy d vz

Atau dapat juga dinyatakan dengan


=N f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) (1.22)

Perubahan rapat kecepatan dari titik v ke v + dv sebesar d atau

diferensial total dari rapat kecepatan yaitu


(1.23)
d= d v x+ d v y+ dv
vx vy vz z

Diferensial dari (1.22) menurut ketentuan pada (1.23) memberikan,


d=N f ' ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) d v x + Nf ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) d v y + Nf ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) d v z (1.24)

Terdapat perubahan pada rapat kecepatan, terdapat juga ditentukan perubahan pada
besaran kecepatan dari persamaan (1.1), yakni

7
vdv =v x d v x + v y d v y + v z d v z (1.25)

Pergeseran daerah kecepatan ini berlaku umum, dan oleh karenanya dapat
menggeserkannya juga di sepanjang daerah konsentris dari koordinat kecepatan itu.
Pergeseran ini berarti berpindah di sepanjang daerah kecepatan yang sama harganya atau

perubahan harga besaran kecepatannya nol ( dv=0 , dan dari persamaan (1.25)

diperoleh
v x d v x + v y d v y + v z d v z =0 (1.26)

Pada perpindahan sepanjang daerah kecepatan yang sama (konsentris), perubahan

rapat kecepatannya adalah nol ( d=0 , sehingga


(1.27)
'
N f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) d v x + Nf ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) d v y + Nf ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) d v z=0

Atau seteleh dibagi dengan Nf (v x )f ( v y )f (v z) memberikan

f '(v x ) f ' (v y ) f '( v z )


d v(1.28)
x+ d vy+ d v z=0
f (v x ) f (vy) f (v z )

Perpindahan pada kecepatan serta rapat kecepatan yang sama dapat memberikan
hasil bagi bentuk fungsi distribusi. Jadi bentuk fungsi distribusi dapat ditentukan dari
salah satu corak perpindahan dalam kecepatan, juga untuk harga dan rapat kecepatan
yang sama (Naga, 1991).

Ketiga variabel d vx,d vy , dan d vz dapat bebas tak bergantungan satu sama

lainnya tetapi dapat juga bergantungan. Oleh sebab itu persamaan (1.26) dan (1.28)

diselesaikan dengan metode Lagrange, yakni mengalikan suatu faktor pada

persamaan (1.26), sehingga


v x d v x + v y d v y + v z d v z =0 (1.29)

Penjumlahan dengan persamaan (1.28) memberikan

{ f ' ( vx )
f (v x ) } {
+ v x d vx +
f '(vy)
f ( v y) } {
+ v y d v y+
f ' (v z )
f ( vz ) }
+ v z d v z=0

Harga dipilih sehingga dapat dicarikan suatu harga , dengan ketentuan

(1.31)

8
f ' ( v x)
+ v x =0
f ( v )

Dan sisanya

{ f '(vy)
f (v y ) } {
(1.32)
+ vy d vy+
f ' ( v z)
f ( vz ) }
+ v z d v z=0

Berdasarkan tiga variabel padapersamaan (1.32), dua diantaranya selalu dapat

diambil bebas, sehingga dapat diambil d vy dan d vz yang bebas dan oleh

karenanya, diperoleh
' (1.33)
f (vy)
+ v y =0
f (vy)

f ' ( v z)
+ v z =0 (1.34)
f ( vz )

Bentuk persamaan (1.31), (1.33), dan (1.34) setelah disusun, memberikan


d f (v x ) (1.35a)
= v x d v x
f ( v x)

d f (v y ) (1.35b)
= v y d v y
f (vy)
(1.35c)
d f (v z )
= v z d v z
f ( v z)

Apabila persamaan pertama dari (1.35a), (1.35b), dan (1.35c) diintegrasikan, maka
diperoleh
1 2 (1.36)
ln f ( v x ) + ln = vx
2

ln pada persamaan (1.36) sebagai konstanta integrasi. Dengan jalan yang

sama dapat diperoleh bentuk fungsi lainnya dari (1.35) itu. Bentuk ini dapat dinyatakan
dalam eksponensial,
1 2
vx
2
f ( v x )= e

1 2
v y
2
f ( v y )= e

9
(1.37a)

(1.37b)
1 2
vz
2
f ( v z ) = e (1.37c)

2 1
Dengan menggunakan substitusi = ke dalam persamaan (1.37), diperoleh
2
(1.38a)
2 2
v
f ( v x )= e x
(1.38b)
2 2

f ( v y )= e v y (1.38c)

2 2

f ( v z ) = e v z

Jadi bentuk komponen fungsi atau fungsi probabilitas adalah fungsi eksponensial
dari kecepatan. Selanjutnya diperoleh fungsi distribusi secara keseluruhan yakni
2 2 2 2

f =f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) = 3 e (v + v + v )
x y z
(1.39)

2 2
(1.40)
f = 3 e v

Fungsi distribusi ini merupakan fungsi distribusi Maxwell, dan dengan fungsi ini
dapat ditentukan distribusi kecepatan molekul menurut Maxwell. Berdasarkan persamaan
(1.22) diperoleh rapat kecepatan dengan bentuk grafik seperti gambar 2.
2 2

=N 3 e v (1.41)

Gambar 2. Rapat kecepatan molekul terhadap kecepatan pada daerah kecepatan

Distribusi jumlah molekul untuk daerah kecepatan oleh karenanya menjadi


2 2

d 3 N v v v =N 3 e v d v x d v y d v z
x y z (1.42)

10
Jika parameter dan diketahui, maka distribusi kecepatan molekul untuk

daerah kecepatan dapat dihitung. Parameter ini tentunya bergantung kepada keadaan
molekul terutamanya temperatur.

2.2 Distribusi Kelajuan Molekul Gas

v v dv
Molekul yang memiliki laju dari sampai , titik representatifnya akan terletak

v dv
pada lapisan bola yang jari-jarinya dan tebalnya . Adapun cara termudah untuk

v v dv
menghitung jumlah molekul dengan laju antara sampai adalah dengan

mengasumsikan kerapatannya seragam, sehingga dalam volume ini akan sama pada lapisan
bola yang berjari-jari v. Oleh karena itu, volume lapisan bola ini yaitu:

V 4 v 2 dv
(2.1)

Persamaan kerapatan pada jarak v dari pusat bola yaitu:

N 3 e v
2 2

(2.2)

Jumlah molekul yang memiliki laju v sampai v+dv dinyatakan dengan d N v , yaitu :

dN v . 4 v 2 dv dN v N 3 e .4 v 2 dv
2 2
v

dN v 4 N v 2 3 e dv
2 2
v

dN v
4 N v 2 3 e v
2 2

dv

(2.3)

11
dN v
dv
Rasio disebut fungsi distribusi laju molekul dari Maxwell

4 N v 2 3e v
dN v 2 2

dv
(2.4)
Fungsi distribusi laju ini tidak sama dengan distribusi kecepatan, di mana fungsi
distribusi laju ini tidak menyatakan jumlah molekul per satuan volume, tetapi jumlah molekul

dv
per satuan rentangan laju . Jika digambarkan dalam bentuk grafik, fungsi distribusi laju

dN v
dv
molekul terlihat seperti berikut :

dN v
dv
Area dNv

fungsi ekponensial

dv

Gambar 3. Grafik fungsi distribusi kelajuan Maxwell Boltzmann
dN v
v0

Dari grafik dapat diperoleh:


1 Luas di bawah grafik meyatakan jumlah molekul
2 Pada v = 0 jumlah molekul persatuan kecepatan juga nol

3 Pada v = jumlah molekul persatuan kecepatan juga nol

12
dN v
dv
4 Di antara kedua harga v ini terdapat harga yang maksimum.
5 Jumlah molekul dengan kecepatan v sampai v+dv dinyatakan dengan luas daerah
yang diarsir.

Jumlah molekul dengan kecepatan lebih kecil dari v0 dinyatakan dengan luas daerah di
sebelah kiri v0 dan luas daerah yang lebih besar dari v0 dinyatakan dengan luas daerah di
sebelah kanan v0. Selanjutnya akan ditentukan jumlah molekul yang memiliki kecepatan

dengan komponen kecepatan pada sumbu X dari vx sampai v x + d v x . Jumlah molekul

dNv x
ini dinyatakan dengan yang besarnya dirumuskan seperti berikut. dan
dNv x Nf (v x ) dv x (2.5)

f (v x )
Nilai adalah sebagai berikut :
(2.6)
( 2v x 2 )
f (v x ) e

Jika persamaan (2.6) disubstitusikan ke persamaan (2.5), maka didapatkan hasil, yaitu :
2
vx 2 ) (2.7)
dNv x Ne ( dv x

Berdasarkan persamaan (2.7), maka akan didapat jumlah molekul per satuan
komponen kecepatan pada sumbu X seperti berikut

dNv x 2 2 (2.8)
N e ( v x )
dv x

13
dNv x
dv x

dNv x
dv x

v0
dv x vx

Gambar 4. Grafik Fungsi Distribusi Kecepatan Maxwell Boltzmann

Berdasarkan persamaan (2.8), maka akan dapat ditentukan pula jumlah molekul per satuan
komponen kecepatan pada sumbu Y dan sumbu Z, yaitu :

dNv z 2 2
Ne ( v z ) (2.9)
dv z

dNv y ( 2v y 2 )
N e (2.10)
dv y

2.3 Persamaan Distribusi Kecepatan Molekul Menurut Maxwell yang Mengandung


Bilangan dan

2.3.1 Penentuan Parameter dan

Jumlah molekul dengan kecepatan dari v sampai dengan v+dv dapat dinyatakan
dengan dNv. Jumlah molekul tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
2
d N v =( 4 v dv)

14
2 2

d N v =N 3 e ( v ) ( 4 v 2 dv ) (3.1)

Apabila dNv diintegral untuk seluruh nilai dari v =0 sampai dengan

v = , maka jumlah molekul total adalah N.

v= v=
2 2

d N v = N 3 e( v ) (4 v 2 dv )
v=0 v=0

v= v= v=
2 2 2 2

d N v =4 N 3
v e 2 ( v )
dv N=4 N 3
v 2 e( v ) dv
v=0 v=0 v=0

(3.2)
Persamaan (3.2) dapat diselesaikan dengan memanfaatkan bentuk fungsi gamma, yaitu :

( n+1 )= x n ex dx (3.3)
0

2 2
Jika v =u , maka

u
v 2= 2

(3.4)
v =
u

Jika persamaan (3.4) diturunkan sekali, maka akan mendapatkan :


1
dv= du (3.5)
2 u

Jika persamaan (3.4) dan persamaan (3.5) disubstitusikan ke persamaan (3.2),


maka khusus pada bentuk integralnya dapat ditulis :
v= 2 u

u e
( ) 1
2 u
du
v=0

v= n1
1
u 2
eu
2
n +1
du
v=0

v= n1
1 (3.6)
2 n+1
u 2
eu du
v=0

Berdasarkan persamaan (3.3), maka persamaan (3.6) dapat ditulis sebagai berikut :
1 n+1
2
n+1
( )
2
(3.7)

15
Jika persamaan (3.7) dimisalkan dengan F(n), dengan n adalah pangkat dari v pada
persamaan (3.2), maka penyelesaian bagian integral pada persamaan (3.2) dapat
dituliskan sebagai berikut :
1 n+ 1
F ( n) =
2 n+1

2 ( )
Pada persamaan (3.2) dapat dilihat bahwa pangkat dari v adalah 2, sehingga :
1 2+1
F ( 2 )=
2
2 +1

2 ( )
1
F ( 2 )= 3
( 1,5 )
2

Jika ( n+1 )=n n dan ( 0,5 )= , maka diperoleh :

1
F ( 2 )= ( 1,5 )
2 3

1 1
F ( 2 )=
2 2
3

1
F ( 2 )=
4 3

Jika nilai dari penyelesaian di atas di substitusikan pada persamaan (3.2), maka
akan didapatkan :
3 1
N=4 N
4 3

3= 3
3

3=

3
3= 3 2

3
3 3 2
=
3
3 3
Jika nilai = 2
, disubtitusikan ke persamaan (3.1), maka akan didapatkan :
2 2
3 4 N 3 v 2 e( v )
d N v =N 3 2
2 2

e( v ) (4 v 2 dv) d N v= dv

(3.8)

16
A. Hubungan parameter dengan kecepatan rata-rata ( v )
Kecepatan rata-rata:

v dN v

v 0
N



N 3v 2 e v dv
4
v
2 2


v 0
N

4 N 3 3 2v 2
N 0
v ve dv


4 v dv (3.9)
v e
2 2
v 3 3

Untuk menyelesaikan bagian integral pada persamaan (3.9), maka dapat


menggunakan persamaan (3.7), yaitu :
1 n+ 1
F ( n) =
2
n+1
( )
2

Nilai n pada persamaan (3.9) adalah 3, sehingga didapatkan :


1 3+1 1 1
F ( 3 )=
2
3+1
( )
2
F ( 3 )=
2 4
( 2) F ( 3 )=
2 4

Jika nilai dari integrasi di atas disubstitusikan ke persamaan (3.9), maka


diperoleh :
4 1
v 3
2 4

2
v

2
(3.10)
v

Jika nilai pada persamaan (3.10) disubstitusikan pada persamaan

3
3= 3 2
, maka didapatkan :

17
3 3
2 2
3
= ( v ) 2
=
v

vrms
B. Hubungan parameter dengan
1 /2

[ ]

v 2
d Nv (3.11)

v rms = v 2= 0
N

dN v
pada persamaan (3.8) disubstitusikan pada persamaan (3.11),
Jika nilai
maka akan didapatkan :
1
1 2 4
N 3 v 2 e v dv
2


2 2
v rms v
N 0

1
4 3 4 2v 2 2
(3.12)
vrms v e dv
0

Untuk menyelesaikan bagian integral pada persamaan (3.12), maka dapat


menggunakan persamaan (3.7), yaitu :
1 n+ 1
F ( n) =
2
n+1

2 ( )
Nilai n pada persamaan (3.12) adalah 4, sehingga didapatkan :
1 4+1 1 3 3
F ( 4 )=
2 4+1

2 ( ) F ( 4 )=
2 5 4
F ( 4 )=
8 5

Jika nilai dari integrasi di atas disubstitusikan ke persamaan (3.12), maka


diperoleh :
1
4 3 2
v rms 3
8 5

1
3 1 2
v rms 2
2

18
3 1
v rms
2

3 1
(3.13)
2 v rms

Jika nilai pada persamaan (3.13) disubstitusikan pada persamaan

3
3 3
= 2
, maka akan didapatkan :
(3.14)
=
3 1
2 v rms

vm
C. Hubungan parameter dengan
Setiap kecepatan memiliki jumlah molekul tertentu, dimana jumlah molekul
tersebut berbeda-beda untuk kecepatan yang berbeda-beda . Kecepatan yang
dimiliki oleh paling banyak molekul diistilahkan dengan vm yang juga sering
disebut dengan the most probable value (Naga, 1991). Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dapat pula dikatakan bahwa jumlah molekul yang memiliki
kecepatan vm paling banyak jika dibandingkan dengan molekul yang mempunyai
kecepatan yang lain.
Perhitungan dari harga vm dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan:
v N e v dv
4 3 2 2 2
dN v
(3.15)
dN v
Pada persamaan (3.14), menyatakan jumlah molekul yang memiliki
kecepatan dari v sampai v +dv. Jumlah molekul ini per satuan kecepatan memenuhi
persamaan:
dN v 4 3 2
v N e v
2 2

(3.16)
dv

dN v
dv
Grafik hubungan terhadap v dapat dilihat pada gambar berikut ini.

19
dN
v
dv
Gambar 5. Grafik hubungan terhadap v

dN
v 0
dv
Berdasarkan Gambar 5, maka jika v = 0, maka , dan jika v = ,

dN
v
dv
maka . Titik ekstrim diperoleh dengan menentukan turunan pertama dari
persamaan 9 terhadap v dan disamakan dengan nol. Penjelasannya adalah sebagai
berikut.
d dN v
0
dv dv

d 2 2
v N e v 0
4 3 2

dv

dv
v e
4 3 d 2 2v 2
N 0

dv

d 2 2v 2
v e
0 (3.17)

Untuk menentukan turunan dari persamaan ini, maka dapat digunakan rumus
turunan perkalian sebagai berikut.
d ( pq ) p q ' q p'
Dengan ketentuan:
p v2 p' 2v
, sehingga
qe 2v 2
q' (2 2 v)e v
2 2

, sehingga
Penyelesaian diferensial dari persamaan (4.6) dapat dituliskan sebagai berikut.

20
dv

d 2 2v 2
v e 0

v 2 2 2 v e v e v (2v) 0
2 2 2 2


e v 2 2 v 3 2v 0
2 2

2 2 v 3 2v 0

2v3 v 0

2v 3 v

2v 2 1
1
(3.18) v

Harga v ini ditandai dengan vm. Sehingga bentuk persamaan (4.7) dapat
dituliskan:
1
(3.19) vm

1
(3.20)
vm

D. Hubungan parameter dengan temperatur


3k T
vrms
m
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, telah ditemukan bahwa: ,


sehingga dapat dinyatakan dalam m, k, dan T. Sehingga persamaan untuk
adalah sebagai berikut.
3 1

2 vrms

3 m

2 3k T

m
(3.21)
2kT


Nilai dalam bentuk m, k, dan T tersebut dapat digunakan kesemua
persamaan distribusi Maxwell, sehingga persamaan distribusi Maxwell dapat

21
v
dinyatakan dalam bentuk m, k, dan T serta , vm, dan vrms, maka distribusi
kecepatan Maxwell dapat dapat ditentukan nilainya. Persamaan yang digunakan
adalah:
3 3 / 2 3

2 1 2
1
2
(3.22)

Bentuk yang diperoleh adalah sebagai berikut:


a) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-x
dari vx sampai (vx+d vx).
2 2
dN vx N e vx
dv x

N 2 2
dN vx e vx
dvx
2
1 m vx
N m 2 2 kT
dN v x e
dv x (3.23)
2kT

b) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-y


dari vy sampai (vy+d vy).
2v 2y
dN v y N e dv y

N 2v 2
dN v y e y
dv y
2
1 mvy
N m 2 2 kT
dN v y e
dv y
2kT (3.24)

c) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-z


dari vz sampai (vz+d vz).
2 2
dN vz N e vz
dv z

N 2 2
dN v z e vz

dv z
2
1 m vz
N m 2 2 kT
dN v z e
dv z (3.25)
2kT

22
d) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-x
dari vx sampai (vx+d vx) dan pada sumbu-y dari vy sampai (vy+d vy).
d 2 N v v N f (v x ) f (v y ) dv x dv y
x y

2 ( vx2 v 2y )
d 2 N vxv y N 2 e dv x dv y

m 2 2
N m ( vx v y )
d 2 N vx v y e
2 kT
dv x dv y (3.26)
2kT

e) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-y


dari vy sampai (vy+d vy) dan pada sumbu-z dari vz sampai (vz+d vz).
d 2 N v v N f (v y ) f (v z ) dv y dv z
y z

2 ( v 2y vz2 )
d 2 N v y vz N 2 e dv y dv z

m 2 2
N m ( v y vz )
2
d N v yvx e
2 kT
dv y dv z (3.27)
2kT

f) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-x


dari vx sampai (vx+d vx) dan pada sumbu-z dari vz sampai (vz+d vz).
d 2 N vxvz N f (v x ) f (v z ) dv x dvz
2
( vx2 vz2 )
d 2 N vx vz N 2 e dv x dv z
m 2 2
N m ( v x vz )
2
d N vx vx e
2 kT
dv x dv z
2kT (3.28)

g) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan yang besarnya dari v sampai (v+dv),
dengan distribusi kecepatan isotropic.
4 N 3 2 2v 2
dN v v e dv

2
3 mv
4N m 2 2 kT
dN v v e2
dv (3.29)
2kT

h) Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-x


dari vx sampai (vx+d vx), pada sumbu-y dari vy sampai (vy+d vy), dan pada
sumbu-z dari vz sampai (vz+d vz).
2 2
d 3 N vxvyvz 3 N e v dv x dv y dvz

23
2
3 mv
N m 2 2 kT
(3.30) 3
d N vxvyvz 3 e
dv x dv y dv z
2 2kT

v
Hubungan antara vm, vrms dan dapat diuraikan sebagai berikut:
Sebelumnya telah diperoleh persamaan, yaitu :
2 1
(3.31) v

3 1
(3.32) vrms
2
1
(3.33) vm

,
Perbandingannya pada persamaan (3.30), (3.31), dan (3.32) diperoleh, yaitu :
3 2
(3.34)
v 2
vm : vrms : = 1: :

Ketiga kuantitas tersebut ditunjukkan pada gambar 6.

v
Gambar 6. Laju rata-rata ( ), vrms, dan vm

2.3.2 Fungsi Kesalahan (Error Function)

24
dN
v
dv
Gambar 7. Grafik terhadap sumbu v
dN
v
dv
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa luas yang diperoleh antara grafik

dNv
dv
dv
dan sumbu v adalah sama dengan integral dari dengan batas dari 0 sampai v.
adapun perumusannya dapat dituliskan sebagai berikut.
V
dNv
(3.35) L dv
0
dv


Jika v = maka persamaan (3.34) menjadi:

(3.36)
L dN v
0
=N
Jika v = , maka luasnya akan sama dengan N. Dimana N adalah jumlah molekul
seluruhnya. Jika dari grafik pada Gambar 7 diambil kecepatannya sebesar v0, maka
jumlah molekul yang memiliki kecepatan dari v0 sampai akan sama dengan luas antara
grafik garis vertikal v0 dan sumbu v.
Untuk mengetahui jumlah molekul yang memiliki kecepatan lebih kecil dari v0
dapat ditentukan dengan mengambil batas integral dari 0 sampai batas garis vertikal v0
yang dibatasi oleh grafik dan sumbu v.
Untuk menentukan persamaan terhadap sumbu x, maka dapat dilihat dari gambar
berikut.
dN vx
dv x

0
vx0 vx 25

Gambar 8. Grafik terhadap vx


Berdasarkan gambar 8, diperoleh persamaan dalam bentuk berikut.
1 mVX2
dN vx N m 2
2 kT


(3.37)
e
dv x 2kT

Untuk menghitung jumlah molekul yang memiliki komponen kecepatan pada


sumbu dari 0 sampai vx0 dapat ditentukan dengan menggunakan integral luas, yakni
dengan persamaan:
vX 0

0 vx0 dN
0
vx

1 2
v xo mVX
N m 2 2 kT
0 v x0 e
dv x (3.38)
0 2kT

m

2kT
Jika , maka persamaan (3.37) dapat dituliskan sebagai berikut.
vxo
N 2v 2
N 0 e dv x
0
vxo
N 2v 2
N0
0
e dv x
(3.39)

Untuk mengubah persamaan (3.38) ke dalam bentuk lain, maka harus terlebih
dahulu ditentukan, yakni:
vx x
x vx
vm vx

dx
dx dv x dv x

N 0 vx 0 N0 x
=

26
N 0 vx 0 N0 x N0 x
Jika = , maka diperoleh persamaan sebagai berikut.
x
N x x 2 2 dx
N 0 x exp 2 v x
0 vx vx

xN x
x dx 2
2

0 vx
exp v
v x x x
vx

N x
x
2 v
x v x 2 x dx

0 vx
exp
v 2 x
x

N
x
x vx 2
x v x 2 dx

0 vx x
exp
v 2
x

x
N
e
x2
dx
0

x
N 2
e
x2
(3.40) dx
2 0

Berdasarkan persamaan (3.39) yang di atas, maka yang disebut dengan error

x
2
e
x2
dx
0
function adalah persamaan . Bentuk lainnya dapat dinyatakan dalam
persamaan:
x
2
e (3.41)
x2
dx
0
erf(x)=

Harga untuk nilai ini telah ditentukan dalam tabel berikut.


Tabel 1. Nilai erf (x)

No x erf (x)
1 0 0
2 0,2 0,2227
3 0,4 0284,
4 0,6 0,6039

27
5 0,8 0,7421
6 1,0 0,8427
7 1,2 0,9103
8 1,4 0,9523
9 1,6 0,9763
10 1,8 0,9891
11 2,0 0,9953
12 2,2 0,9981
13 2,4 0,9993
14 2,6 0,9998
15 2,8 0,9999

Untuk nilai x yang lebih besar dari yang terdapat di tabel tersebut, dapat ditentukan
dengan persamaan:

e x 1 3 5
2
1 1 3
erf ( x) 1 1 2 (3.42)
x 2x
2x2
2
2 x 2
3

Berdasarkan perhitungan, diambil nilai untuk x = adalah sama dengan 1, yakni


dengan persamaan:
x
2
e dx 1
2
x
erf () (3.43)
0

2.4 Penerapan Distribusi Maxwell-Boltzmann


Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann

Gambar 9. Gerak atom dalam gas

Teknologi pelapisan tipis (thin film) merupakan salah satu teknologi yang
digunakan dalam proses modifikasi permukaan bahan. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman mengenai bagaimana gerakan atom di dalam gas, atau ion di dalam plasma.

28
Berdasarkan teori kinetik gas, maka besar kecepatan atom-atom gas tersebut bisa
diperkirakan nilai.
Pertama-tama, untuk memudahkan, kita bisa bayangkan sebuah atom gas ideal
yang berada dalam bejana tertutup seperti Gambar 10, sehingga atom itu hanya bergerak
pada satu sumbu saja, misalkan sumbu x.

Gambar 10. Atom gas ideal yang berada dalam bejana tertutup

Momentum atom tersebut adalah


(4.1)
P mv

Jika diasumsikan bahwa setiap kali menumbuk permukaan dinding, atom tersebut
berbalik arah secara sempurna yang menyebabkan kecepatannya berubah menjadi v,
maka perubahan momentum yang terjadi sebesar :
(4.2) dP 2mv

Menurut hukum Newton, gaya adalah perubahan momentum per satuan waktu.
Berikut uraian dari pernyataan tersebut.

F ma
dv
F m
dt
dP (4.3)
F
dt

Apabila panjang tabung adalah L, maka selang waktu antar tumbukan pada
permukaan dinding adalah T=2L/v, yang berarti frekuensi tumbukan per detik adalah

1 v
f (4.4)
T 2L

29
Maknanya, setiap detik akan terjadi perubahan momentum sebesar

dP v
2mv.
dt 2L
dP mv2
F
dt L

Gambar 11. Sejumlah N atom gas di dalam sebuah bejana kotak

Pada gambar 11 diasumsikan terdapat sejumlah N atom gas di dalam sebuah bejana
kotak bervolume V=LA. L adalah panjang bejana dan A adalah luas salah satu sisi bejana.
Kecepatan atom-atom tersebut pada arah sumbu x ialah v1x v2x v3x vNx yang
akan menumbuk dinding sebelah kanan yang luasnya A, sehingga timbul total gaya Fx
yang bekerja pada dinding bejana itu. Tumbukan-tumbukan atom-atom tersebut
menimbulkan tekanan Px pada dinding tersebut sebesar
N N

(4.5) Fx mv ix
2
m vix
2

Px i 1
i 1
A LA V

v
2
Apabila rata-rata kuadrat kecepatan dalam arah x itu dinyatakan sebagai

yang nilainya yaitu:

N
1
v 2
(4.6) v2 ix
N i

30
Hubungan persamaan (4.5) dan persamaan (4.6) dapat dituliskan sebagai berikut :
N
m vix
2
(4.7) mNv 2
Px i

V V

Kenyataannya atom-atom tersebut bergerak dalam ruang 3 dimensi dengan

v 2 vx 2 vy 2 vz 2
kecepatan v, dimana (lihat Gambar 11). Namun, tekanan pada
masing-masing dinding yang terdapat pada arah sumbu x, y, z umumnya sama besar. Jika
(4.8)
dimisalkan pada suatu saat tertentu, terdapat N buah atom menumbuk dinding yang
terdapat pada ketiga sumbu x, y, z, maka akan terjadi tekanan pada dinding itu sesuai
dengan kecepatan yang dimiliki atom-atom pada arah masing-masing sumbu (yaitu vx,
vy, vz). Oleh karena tekanan pada setiap dinding adalah sama (Px=Py=Pz=P), maka bisa
diperoleh hubungan:

mN v2x mN v2y mN v2z


= =
V V V

Jika tekanan pada setiap dinding adalah sama, maka hubungan antara kecepatan
dan tekanan pada dinding bejana di atas menjadi :

(4.9) mN v2
PV =
3

Pada gas ideal berlaku hukum PV = n RT, dimana n=N/NA dengan NA adalah
bilangan Avogadro, dan R adalah konstanta gas (8.314472 JK1mol1).
Selanjutnya, dengan memasukkan konstanta Boltzmann k=R/NA, maka persamaan
(4.9) dapat dituliskan :
mN v 2
PV = = NKT
3

m v
2

3 = KT
(4.10)

2
Ek = m v = 3/2 KT

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi di atas, adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut :
vx v y vz
1 Distribusi Maxwell adalah suatu sebaran molekul dalam ruang kecepatan , , dan .

N 3 e v
2 2

Fungsi distribusi kecepatan Maxwell .

4 N v 2 3e v
dN v 2 2

dv
2 Fungsi distribusi kelajuan Maxwell adalah
3 Pada fungsi distribusi Maxwell terdapat dua konstanta distribusi yang harus dicari


hubungannya. Adapun konstanta distribusi yang dimaksud adalah dan , dan
hubungan antara kedua konstanta tersebut adalah sebagai berikut
3
3 2
3
3
3

Berdasarkan persamaan di atas, dapat ditentukan laju molekul (vrms), laju rata-rata

v
molekul ( ), dan (vm) seperti berikut.

3KT 8KT 2 KT
vrms v vm
m m m

Penentuan fungsi kesalahan atau error function ditandai dengan erf(x), dengan :
x
2
erf ( x) ( ) exp ( x 2 ) dx
0

4 Penerapan distribusi Maxwell-Boltmann salah satunya pada kecepatan atom gas pada
proses modifikasi permukaan bahan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Naga, D. 1991. Fisika: Ilmu Panas Edisi Kedua. Jakarta: Gunadarma.


Surungan, T. 2011. Diktat Kuliah Fisika Statistik. Tersedia dalam
http://www.unhas.ac.id/fisika/tasrief/phy/mekstat.pdf. Diunduh pada 29 Maret 2017.

33

Anda mungkin juga menyukai