Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FISIKA STATISTIK

APLIKASI STATISTIK MAXWELL-BOLTZMANN TERHADAP ATOM


MAGNETIK DALAM MEDAN MAGNET UNTUK MENGANALISIS RESONANSI
MAGNETIKATOM

OLEH :

IZZATIL WAHYUNI 14034028

AYUTIA ZUSYA PUTRI 14034026

DOSEN :

Dr. H. AHMAD FAUZI, M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan makalah dengan
judul:Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann terhadap Atom Magnetik dalam Medan Magnet
untuk Menganalisis Resonansi Magnetik Atom.

Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan semangat dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada: Bapak Dr. H. Ahmad Fauzi, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah FISIKA
STATISTIK yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah.Semua pihak yang
terkait yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, semoga Allah membalas semua
kebaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidikan dan pengajaran
serta menjadi amal ibadah di sisiNya, amiin.

Padang, 21 November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3

ABSTRAK ............................................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN
1.1................................................................................................Latar
Belakang................................................................................... 5
1.2................................................................................................Rumusan Masalah
............................................................................................................ 5
1.3................................................................................................Tujuan Penulisan
............................................................................................................ 5
1.4................................................................................................Manfaat Penulisan
............................................................................................................ 6

BAB II KAJIAN TEORI


2.1................................................................................................Statistika Maxwell-
Boltzmann........................................................................................... 7
2.2................................................................................................Konfigurasi
Penyusunan Sistem Klasik Maxwell-Boltzmann.................. 7
2.3................................................................................................Konfigurasi Atom
Magnetik dalam Medan Magnet menggunakan Statistika Maxwell-Boltzmann
............................................................................................................ 13
2.4................................................................................................Resonansi Magnetik
Atom .................................................................................... 14

BAB III PEMBAHASAN


3.1................................................................................................Aplikasi Statistik
Maxwell-Boltzmann terhadap Atom Magnetik dalam Medan Magnet untuk
Menganalisis Resonansi Magnetik Atom........................................... 16

3
BAB IV PENUTUP
4.1................................................................................................Kesimpulan.. ......
............................................................................................... 20
4.2................................................................................................Saran .............
............................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ABSTRAK: Statistika Maxwell-Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung


konfigurasi partikel-partikel yang dapat dibedakan, sehingga didapatkan
konfigurasi dari suatu keadaan, Abstrak. Kami telah mengamati resonansi
magnetik atom Rb melewati medan magnet periodik yang dihasilkan oleh
tumpukan array planar kawat pembawa arus paralel ("kisi magnet").
Resonansi magnetik terjadi antara sublevels Zeeman-split atom Rb ketika
frekuensi osilasi lapangan bahwa pengalaman atom sama dengan
frekuensi transisi. Sebuah laser pompa polarizes atom Rb dengan
kecepatan tertentu yang dipilih oleh efek Doppler dan laser probe
mendeteksi resonansi magnetik. Garis resonansi sempit yang diperoleh
memiliki lebar terutama ditentukan oleh transit-time perluasan.

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Statistika Maxwell-Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung konfigurasi


partikel-partikel yang dapat dibedakan, untuk menghitung berapa momen magnetik total
yang dihasilkan oleh kumpulan Atom-Atom dapat menggunakanStatistika Maxwell-
Boltzmann, karena atom-atom dalam medan magnet dapat terbedakan.

Resonansi magnetik atom yang dihasilkan oleh kumpulan Atom-Atom yang


diberikan medan magnet dapat diselesaikan menggunakan Statistika Maxwell-Boltzmann
yang akan dibahas pada makalah ini.

1.2.Rumusan masalah
1. Apa itu Statistika Maxwell Boltzmann ?
2. Bagaimana Konfigurasi Penyusunan Statistika Maxwell Boltzmann?
3. Bagaimana Keadaan Atom Magnetik dalam Medan Magnet?
4. Bagaimana Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann terhadap Keadaan Atom Magnetik
dalam Medan Magnet untuk Menjelaskan Resonansi Magnetik Atom?

1.3.Tujuan Penulisan

1. Menentukan Statistika Maxwell Boltzmann.


2. Menentukan Konfigurasi Penyusunan menggunakan Statistika Maxwell Boltzmann.

5
3. Menentukan keadaan Atom Magnetik dalam Medan Magnet.
4. Menentukan Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann terhadap Atom Magnetik dalam
Medan Magnet untuk Menjelaskan Resonansi Magnetik Atom.

1.4. Manfaat Penulisan


2. Membantu memahami Statistika Maxwell Boltzmann.
3. Membantu memahami Konfigurasi Penyusunan menggunakan Statistika Maxwell
Boltzmann.
4. Membantu memahami keadaan Atom Magnetik dalam Medan Magnet.
5. Membantu memahami Aplikasi Maxwell Boltzmann terhadap atom magnetic dalam
Medan Magnetuntuk Menjelaskan Resonansi Magnetik Atom

6
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Statistika Maxwell Boltzmann

Statistika Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung konfigurasi dari partikel-


partikel yang terbedakan, dalam statistika Boltzmann satu keadaan dapat ditempati oleh satu
sistem, atau beberapa sistem, atau tidak ditempati oleh satu sistem apapun.

Statistika Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistika bagi zarah klasik


terbedakan. Sistem zarah klasik terbedakan merupakan system zarah yang konfigurasinya
berbeda ketika dua atau lebih zarah dipertukarkan. Dengan kata lain, konfigurasi zarah A di
dalam keadaan 1 dan zarah B di dalam keadaan 2 berbeda dengan konfigurasi ketika zarah B
berada dalam keadaan 1 sedangkan zarah A dalam keadaan 2. Ketika gagasan di atas
diimplementasikan akan dihasilkan distribusi (Boltzmann) biasa bagi zarah dalam berbagai
tingkat energi. Fungsi distribusi ini menghasilkan hasil yang kurang fisis untuk entropi,
sebagaimana ditunjukkan dalam paradoks Gibbs.Namun, masalah itu tidak muncul pada
peninjauan statistik ketika semua zarah dianggap tak terbedakan. Secara khusus, statistika
Maxwell-Boltzmann berguna untuk mempelajari berbagai sifat gas mampat.
(Akhmad,2009:2)

2.2. Konfigurasi Penyusunan Sistem Klasik Maxwell Boltzmann

Tiap penyusunan sistem dalam assemblimempunyai peluang kemunculan yang persis


sama. Dengan demikian, probabilitas kemunculan sebuah kofigurasi sebanding dengan
jumlah penyusunan sistem yang dapat dilakukan untuk membangun kofigurasi tersebut. Oleh
karena itu, mencari probabilitas kemunculan kofigurasi dengan kondisi

7
Ada n1 sistem pada kelompok energi 1

Ada n2 sistem pada kelompok energi 2

Ada n3 sistem pada kelompok energi 3

...

Ada ns sistem pada kelompok energi s

...

Ada nM sistem pada kelompok energi M

Ekivalen dengan mencari berapa cara penyusunan

n1 sistem pada g1 keadaan energi di kelompok energi 1

n2 sistem pada g2 keadaan energi di kelompok energi 2

n3 sistem pada g3 keadaan energi di kelompok energi 3

...

ns sistem pada gs keadaan energi di kelompok energi s

...

nM sistem pada gM keadaan energi di kelompok energi M

Selanjutnya kita akan menentukan jumlah cara penyusunan sistem- sistem yang
tersebar pada tingkat-tingkat energi di atas. Untuk maksud terse but, mari kita mulai dengan
menganggap semua keadaan energi kosong (tidak di tempati sistem) dan di luar ada sejumlah
sistem yang akan diisi pada keadaan-keadaan tersebut. Di sini ada dua tahap proses yang
terjadi.

Proses I adalah membawa N buah sistem dari luar ke dalam assembli dan proses II
adalah menyusun sistem pada kempompok-kelompok energi yang ada di dalam assembli.

8
Gambar 1. Cara membawa N system diluar masuk kedalam Assembli

Proses I: Membawa N Buah Sistem ke Dalam Assembli. Mari kita hitung jumlah cara
yang dapat ditempuh pada tiap proses pertama yaitu membawa N buah sistem dari luar ke
dalam assembli. Proses ini tidak bergantung pada konfigurasi assembli. Yang terpenting
adalah bagaimana membawa masuk N buah sistem ke dalam assembli. Untuk menentukan
jumlah cara tersebut, perhatikan tahap-tahap berikut ini.

i. Ambil satu sistem dari daftar N buah sistem yang berada di luarassembli (Gambar 1).
Kita bebas memilih satu sistem ini dari N buahsistem yang ada tersebut. Jadi jumlah
cara pemilihan sistem yangpertama kali dibawa masuk ke dalam assembli adalah N
cara.
ii. Setelah sistem pertama dimasukkan ke dalam assembli maka tersisa N- 1 sistem
dalam daftar di luar. Ketika membawa masuk system kedua ke dalam assembli kita
dapat memilih salah satu dari N-1buah sistem dalam daftar. Jumlah cara pemilihan
sistem ini adalah N- 1 cara.
iii. Begitu seterusnya.
iv. Akhirnya, ketika sistem ke-N akan dimasukkan ke dalam assemblihanya ada satu
sistem yang tersisa di luar. Tidak ada pilihan-pilihanyang mungkin sehingga jumlah
cara memasukkan sistem ke-N ke dalamasembli adalah hanya 1 cara.
v. Dengan demikian, jumlah total cara membawa masuk N buah sistem ke dalam
assembli adalah :

N x (N-1) x (N-2) xx2x1 = N!

Proses II: Penyusunan sistem di alam kelompok-kelompok energi selanjutnya kita


tinjau proses kedua. Tahapan yang ditempuh sebagai berikut.Tinjau kelompok 1 yang
mengandung g1 keadaan dan ditempati oleh n1 sistem. Sebagai ilustrasi lihat Gbr. (2).

9
Gambar 2 Menentukan cara menyusun n1 sistem pada g1 keadaan

Ambil partikel pertama.Kita dapat menempatkan partikel ini entah di keadaan ke-1,
keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga keadaan ke-g1. Jadi jumlah cara
menempatkan partikel pertama pada kelompok-1 yang memiliki g1 keadaan adalah g1 cara.

Setelah partikel-1 ditempatkan, kita ambil partikel 2.Partikel ini pun dapat
ditempatkan di keadaan ke-1, keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga keadaan ke-
g1. Dengan demikian, jumlah cara menempatkan partikel kedua juga g1 cara. Hal yang sama
juga berlaku bagi partikel ke-3, partikel ke-4, dan seterusnya, hingga partikel ke-n1 .
Akhirnya, jumlah cara menempatkan n1 partikel pada g1 buah keadaan adalah

g1x g1 x g1x..x(n1 buah perkalian)=g1n1

Sejumlah g1 (n )
1

cara di atas secara implisit mengandung makna bahwa urutan

pemilihan partikel yang berbeda menghasilkan penyusunan yang berbeda pula. Padahal tidak
demikian.Urutan pemilihan yang berbeda dari sejumlah n_1 partikel yang ada tidak
berpengaruh pada penyusunan asalkan jumlah partikel pada tiap bangku tetap jumlahnya.
Urutan pemilihan sejumlah n_1 partikel menghasilkan n_1! macam cara penyusunan. Dengan
demikian, jumlah riil cara penyusunan n_1 partikel pada g_1 buah keadaan seharusnya adalah

g_1^(n_1 )/(n_1 !)

Penjelasan yang sama juga berlaku bagi n_2 buah partikel yang disusun pada g_2
keadaan. Secara umum jumlah cara menempatkan ns partikel di dalam kelompok energi yang
mengandung keadaan adalah:

g_s^(n_s )/(n_s !)

10
Akhirnya jumlah cara mendistribusikan secara bersama-sama n1 sistem pada
kelompok dengan g1 keadaan, n2 sistem pada kelompok dengan g2 keadaan, .. , ns sistem
pada gs keadaan adalah

g n1 1 gn2 2 gn3 3 gnM


M
M
gns
s
x x x x =
n1 ! n2 ! n3 ! n M ! s=1 n s !

Dengan demikian, jumlah total cara menempatkan N buah sistem kedalam konfigurasi
yang mengandung n1 sistem pada kelompok dengan g1keadaan, n2 sistem pada kelompok
dengan g2 keadaan, .., ns sistem pada kelompok dengan gs keadaan adalah

M
g ns
W ( { n s } ) =N ! s

1 ns !

Keadaan distribusi maxwell-boltzman bahwa jumlah rata rata partikel f MB ( )

dalam keadaan energi dalam sistem partikel pada temperatur absolut T adalah

f MB ( )= A e / kT

Nilai A bergantung pada jumlah partikel dalam sistem dan memainkan peran sepadan
untuk konstanta normalisasi pada fungsi gelombang.Biasanya,k adalah konstanta boltzman
yang nilainya adalah

k =1.381 x 10-23 J/K =8.617 x 10-5 eV / K

Dapat dibedakan partikel dalam sebuah kumpulan pada temperatur T bahwa

memberikan energi :

n ( )= Ag ( ) e /kT

Harga Rata-Rata

Banyak sekali yang diperbolehkan ketika menempatkan N sistem ke dalam M


kelompok energi. Contoh konfigurasi tersebut adalah semua sistem men- empati kelompok
energi pertama sedangkan semua kelompok energi lainnya kosong, atau semua kelompok

11
ditempati oleh sistem dalam jumlah yang sama banyak, dan sebagainya. Tiap konfigurasi
memiliki peluang kemunculan yang berbeda-beda.

Misalkan X adalah salah satu sifat sebuah assembli. Nilai X yang kita ukur
merupakan perata-rataan nilai X pada semua konfigurasi yang mungkin. Misalkan nilai X
beserta peluang kemunculan konfigurasi dilukiskan pada Tabel.

Gambar . Jumlah partikel yang menempati tiap kelompok energi

Perlu diperhatikan di sini bahwa jumlah konfigurasi yang mungkin tidak sama
dengan jumlah sistem atau jumlah kelompok energi dalam assembli. Nilai rata-rata X
memenuhi hubungan

12
Perlu diperhatikan di sini bahwa jumlah konfigurasi yang mungkin tidak sama
dengan jumlah sistem atau jumlah kelompok energi dalam assembli. Nilai rata-rata X
memenuhi hubungan dengan probabilitas maksimum, memiliki nilai yang jauh lebih besar
daripa- da probabilitas konfigurasi-konfigurasi lainnya, maka perhitungan menjadi sangat
sederhana. Misalkan P (konfig t) = Pmaks dan terpenuhi syarat-syarat berikut ini:

Konfigurasi dengan Probablititas Maximum

Sekarang kita mencari yang memiliki probabilitas kemunculan paling besar. Kita
menganggap bahwa kongurasi yang dibentuk oleh sistem-sistem dalam assembli yang
menghasilkan besaran makroskopik adalah kogurasi dengan probabilitas maksimum
tersebut.Cara yang dilakukan adalah mencari kumpulan ns sedemikian sehingga W
maksimum. Tetapi karena W meru- pakan perkalian sejumlah faktor maka akan lebih mudah
jika kita memaksi- malkan lnW. Sebab jika lnW maksimum maka W pun maksimum. Dengan
cara demikian kita peroleh :

13
M
gnss
ln W ( { ns } ) =ln N !+ ln
s=1 ns !

{ }
n1 n2 nM
g1 g2 g
ln N ! +ln x x x M
n 1 ! n2 ! nM !

gn1 1 gn 2 g nM
ln N ! +ln ( ) ( )
n1 !
+ ln 2 ++ ln M
n2 ! nM ! ( )
gnss
( )
M
ln N ! + ln
s=1 ns !

M
ln N ! + {ln g ns
s ln n s ! }
s=1

M
ln N ! + {ns ln g sln ns ! }
s=1

Karena baik N maupun ns merupakan bilangan-bilangan yang sangat besar maka


untuk mempermudah perhitungan kita dapat menggunakan pendekatan Stirling. Pendekatan
tersebut berbentuk

ln N! = N ln N- N

ln ns= ns ln ns - ns

Sehingga kita dapatkan bentuk aproksimasi

M
ln W N ln N N + { n s ln g sn s ln ns +n s }
s=1

Dengan demikian, diferensial dari lnW (ns) menjadi

M
lnW N ln N N + { ns ln gs ns ln n s+ ns }
s=1

14
m
00+ { ns ln gs +n s ln gs n s ln nsns ln ns + ns }
s=1

s =1 {
n s ln g s+ ns x 0 n s ln ns ns
( n1 n )+ n }
s
s s

M
{ ns ln g s n s ln n s }
s =1

M
{ ln g sln n s } ns
s =1

M
gs
ln
s =1
( )
ns
ns

Karena kita harus menerapkan syarat batas kekekalan energi dan jumlah partikel, maka solusi
untuk ns dicari dengan menggabungkan persamaan

M
N = ns
s=1

M
U = E s n s
s=1

Ke dalam Persamaan

lnW + N + U =0

M M M
gs
ln
s=1
( ) ns
n s+ ns + Es n s=0
s=1 s=1

yang dapat disederhanakan menjadi

{( ) }
M
gs
ln
ns
+ + Es n s=0
s=1

15
ns
Nilai berapapun maka harus terpenuhi

gs
ln ( )
ns
+ + Es =0

gs
ln ( )
ns
= E s

gs
=exp ( E s)
ns

g s
n s= (+Es)
e

2.3. Konfigurasi Atom Magnetik dalam Medan Magnet mengunakan Statistika Maxwell
Boltzmann

Suatu assembli yang mengandung kumpulan atom yang memiliki momen magnet,
didalam assembli tersebut diberikan medan magnet B

Gambar 3. Dalam medan magnet,momen magnetic atom dianggap hanya dapat


mengambil salah satu dari arah orientasi,searah atau berlawanan dengan arah medan
magnet

Untuk mempermudah,kita asumsikan sifat-sifat dalam assembli sebagai berikut:

a. Tidak ada interaksi antara atom. Interaksi hanya terjadi antara atom dengan medan
magnet luar yang diberikan.(ini hanya penyederhanaan, karena sebenarnya antara
momen magnetik ada interaksi)

16
b. Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah satu dari dua arah orientasi yaitu
searah medan magnet atau berlawanan arah medan magnet

Jadi untuk mengetahui konfigurasi momen magnetik total yang dihasilkan oleh
kumpulan atom-atom tersebut dapat kita gunakan Statistik Maxwell Boltzmann, karena Atom
merupakan sistem klasik yang memenuhi fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann. (Abdullah,
Mikrajuddiah. 2009 : 89)

Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan
atom atom tersebut .Kita mulai dengan menghitung energi yang dimiliki masing masing atom

akibat interaksi momen magnetik dengan magnet luar.Interaksi antara momen magnetik

dengan magnet luar B memberikan tambahan energi pada atom sebesar

Dengan adalah sudut antara momen magnetik dan medan magnet. karena hanya

ada dua arah orientasi momen magnetik yang diizinkan yaitu searah medan magnet (

=0 dan berlawanan arah dengan arah medan magnetik ( = , maka tambahan

energi atom dengan momen magnetik searah medan magnet adalah

U =B

Dan tambahan energi atom dengan momen magnetik berlawanan arah medan magnet
adalah

U =B

Probabilitas mendapatkan atom dengan arah momen searah medan magnet sebanding

U
dengan n( ) dan probabilitas menemukan atom dengan arah momen berlawanan dengan

U
arah medan magnet sebanding dengan n( ) . dengan demikina kita dapat menulis

17
P=K n(U )

P=K n(U )

Dimana K adalah faktor penormalisasi titik karena jumlah total probabilitas harus 1,

+ P
maka P =1 yang memberikan ungkapan untuk faktor normalisasi sebagai berikut

1
K=
n ( U ) +n (U )

Dengan demikian

n (U )
P =
n ( U ) +n(U )

n(U )
P =
n ( U ) +n(U )

Atom merupakan sistem klasik yang memenuhi fungsi distribusi maxwell-boltzman


.oleh karena itu probabilitas masing masing arah orientasi memenuhi

n ( U ) exp [ ] [ ]
U
kT
=exp
B
kT

n ( U ) exp [ ] [ ]
U
kT
=exp
B
kT

P P
Subsitusi persamaan diatas kedalam dan .Kita dapatkan bentuk eksplisit

dari probabilitas sbagai berikut

P =
[ ]
exp
B
kT

exp [ ] [ ]
B
kT
+exp
B
kT

18
P =
exp[ ] B
kT

exp [ ] [ ]
B
kT
+exp
B
kT

Selanjutnya kita menghitung momen magnetik rata rata atom.Karena hanya ada dua
arah orientasi yang diijinkan maka momen magnetik rata rata atom dapat dihitung dengan
persamaan sederhana

=+ P P

=+
[ ]
exp
B
kT

exp
[ ]B
kT

[ ] [ ]
exp
B
kT
+exp
B
kT
exp
[ ] [ ]
B
kT
+ exp
B
kT


exp
B
kT [ ] [ ]
exp
B
kT

exp
B
kT [ ] [ ]
+exp
B
kT

exp
B
kT [ ] [ ]
exp
B
kT
sinh
B
[ ]
2 kT
=
exp
B
kT [ ] [ ]
+ exp
B
kT
cosh
B
kT [ ]
2

tanh
[ ]
B
kT

2.4. Resonansi Magnetik Atom

Kita mempelajari transisi resonansi di negara internal atom melewati medan periodik
statis. Resonansi gerak-induced ini terjadi ketika frekuensi osilasi lapangan bahwa
pengalaman atom sama dengan frekuensi transisi. Prinsip resonansi adalah sama dengan

19
"efek Okorokov" [1] atau "resonansi eksitasi koheren" [2], yang telah dipelajari secara
ekstensif menggunakan balok ion cepat melewati kristal untuk resonansi pada frekuensi
tinggi bahkan di x- yang Rezim ray. Prinsipnya adalah, bagaimanapun, cukup umum, dan
kami tertarik untuk ekstensi eksperimen energi untuk sangat rendah, seperti resonansi di rf
atau microwave wilayah. Jika salah satu justru dapat mengontrol kedua gerakan atom dan
lapangan periodisitas, adalah mungkin untuk mengontrol negara internal atom dengan teknik
resonansi ini dengan cara yang sama dengan menggunakan radiasi elektromagnetik.

Gerak-diinduksi resonansi adalah sangat kecepatan tergantung di alam, dan itu sangat
perlu dicatat bahwa eksitasi internal harus terjadi dengan mengorbankan energi kinetik atom.
Fitur-fitur ini tidak dicapai dengan teknik rf atau microwave resonansi standar, dan kami
berharap bahwa resonansi gerak-diinduksi akan menemukan aplikasi yang berguna sebagai
tipe baru metode kontrol atom. Kami telah melaporkan resonansi magnetik gerak-diinduksi
menggunakan sel tipis uap Rb, yang bidang periodik diterapkan dengan sepasang array kabel
pembawa arus paralel [3, 4].Its setup eksperimental sederhana cukup memuaskan untuk
demonstrasi gerak-diinduksi resonansi di wilayah rf. Namun, atom dalam sel tipis
bertabrakan dengan permukaan sel cukup sering, yang terdegradasi ketajaman resonansi.

Untuk penyelidikan lebih lanjut, kami membutuhkan interaksi lagi koheren atom
dengan bidang periodik, bersama-sama dengan peningkatan rasio signal-to-noise dari
spektrum resonansi.Oleh karena itu kami telah membangun sistem eksperimental baru, di
mana sinar atom berlebihan dari Rb melewati tumpukan array planar kawat pembawa arus
paralel ("kisi magnet") ditempatkan dalam ruang vakum. Periode spasial dari medan magnet
yang dihasilkan oleh kisi magnetik adalah a= 1 mm. Kecepatan v atom adalah sekitar 500 m /
s, yang dipilih dengan kesegarisan Laser balok menggunakan efek Doppler. Frekuensi osilasi
lapangan atom lihat adalah maka f = v / a ~ 500 kHz. Sinar laser polarizes atom oleh
pemompaan optik, dan laser probe lain mendeteksi transisi resonansi magnetik antara
sublevels Zeeman dari keadaan dasar. Sebagai memindai medan magnet longitudinal, kita
memiliki puncak resonansi yang diamati jauh lebih tajam dan jelas daripada percobaan sel
sebelumnya. Profil resonansi sempit diperoleh dalam pengukuran memiliki lebar hampir
hanya ditentukan oleh waktu transit melalui bidang periodik.

20
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann terhadap Atom Magnetik dalam Medan


Magnetuntuk Menganalisis Resonansi Magnetik Atom

21
Gambar 4. Skema dari setup eksperimental. Inset: tingkat energi yang relevan dari 85Rb.
Laser detuning juga ditampilkan.

Skema dari pengaturan eksperimental ditunjukkan pada Gambar. 1. atom Rb muncul


dari oven dengan suhu di sekitar 200C dengan distribusi kecepatan luas Maxwell-
Boltzmann, dimana kita menggunakan atom dalam kisaran kecepatan yang sempit, seperti
yang dijelaskan kemudian. Atom effused yang collimated oleh dua lubang yang diameternya
2 mm dipisahkan oleh L = 100 mm. Resultan divergensi berkas adalah 2/100.

22
Gambar 5. (a) Bagian tengah dari kisi magnetik dilihat dalam arah balok atom. (b) Skema
diagram sirkuit pada printed circuit boards (PCB). Satu PCB sesuai dengan daerah hijau
gelap.PCB ditunjukkan berdampingan, meskipun mereka benar-benar menumpuk. (c)
Kompensasi untuk bidang periodik terdistorsi dengan menggunakan dua kawat koreksi
tambahan. Medan magnet yang dihitung adalah komponen tegak lurus terhadap PCB di
pusat antara dua PCB yang berdekatan untuk arus 1 A.

Sebuah kisi magnetik terdiri dari tumpukan printed circuit boards (PCB), yang
masing-masing memiliki arus periodik. Sebuah bagian tengah kisi magnetik dilihat dalam
arah balok ditunjukkan pada Gambar. 2 (a).Setiap papan memiliki bentuk persegi panjang 60
mm lebar dan 30 mm sepanjang arah balok. Dengan total 11 PCB ditumpuk dengan
kesenjangan 0,8 mm antara satu sama lain, di mana sebagian besar atom Rb dalam berkas
lulus. Sudut kisi magnetik dapat disesuaikan untuk mencapai keselarasan yang baik antara
kisi dan balok.

Sebuah diagram skematik rangkaian ditunjukkan pada Gambar. 2 (b). Sebuah jejak
tembaga hantar arus (0,4 mm lebar) berjalan bolak-balik dengan periode spasial dari = 1 mm.
Arus di tepi papan dibelah dua untuk mengkompensasi distorsi bidang periodik yang
dihasilkan oleh array dari jumlah terbatas kabel [5] pembawa arus. Gambar 2 (c) secara
skematis menggambarkan bagaimana kompensasi ini bekerja.Secara keseluruhan 28 periode
spasial yang dihasilkan. Juga mengacu Ref. [3] untuk rincian medan magnet periodik yang
dihasilkan oleh array dari kawat pembawa arus paralel.

Diagram tingkat energi dari 85Rb relevan dengan pengukuran diberikan dalam inset
dari Gambar. 1. Sebuah pompa laser yang sirkuler terpolarisasi (panjang gelombang: 780 nm)
polarizes atom dari 85Rb dalam keadaan dasar F = 3 oleh pemompaan optik. Transisi
resonansi magnetik antara sublevels Zeeman-split ini negara F = 3 terdeteksi dengan laser
probe (panjang gelombang: 780 nm) melalui penyerapan. Polarisasi probe laser termodulasi
antara kiri dan kanan sirkuler polarisasi di 42 kHz oleh modulator fotoelastik untuk lock-in
deteksi. Sinyal resonansi diamati sebagai memindai medan magnet membujur diterapkan oleh
sepasang kumparan sepanjang balok pompa dan dengan demikian mengubah membelah
Zeeman. Dua pasang lainnya dari kumparan (tidak ditampilkan dalam gambar) yang
digunakan untuk membatalkan medan magnet liar.

Peran penting lain dari sinar laser adalah memilih atom dalam sempit kecepatan
berkisar dari distribusi yang luas Maxwell-Boltzmann menggunakan efek Doppler. Frekuensi

23
laser stabil untuk salah satu jalur resonansi spektrum penyerapan kejenuhan 85Rb dan
selanjutnya bergeser menggunakan modulasi acousto-optik. The detuning resultan dari
frekuensi laser dari F = 3 F '= 4 siklik transisi menentukan kecepatan yang dipilih. Lebar
distribusi kecepatan yang dipilih diperkirakan sekitar 5 -. 10 m / s, yang terutama ditentukan
oleh linewidth alami (6 MHz) dari F = 3 F '= 4 transisi.

Gambar Berkala 6. spektrum yang diamati dengan medan magnet periodik (a) dan (b ) off.

Gambar 3 (a) dan (b) menunjukkan gerak-induced resonansi untuk atom dengan
kecepatan 512 m / s dipilih oleh detuning laser 656 MHz. X dan y-sumbu adalah scanning
medan magnet longitudinal dan sinyal lock-in intensitas laser probe yang dikirimkan, masing-
masing. Arus dari 5 mA menghasilkan medan magnet periodik dengan amplitudo 0,8 T di
pusat antara dua PCB yang berdekatan. Medan magnet periodik dan laser cukup lemah untuk
mendapatkan sinyal sempit di setup eksperimental ini. Jejak yang rata-rata 1000 kali lebih
dari 500 s. Seperti jelas terlihat dalam angka, sinyal resonansi gerak-diinduksi hanya muncul
ketika medan magnet periodik diterapkan. Sinyal memuncak di 510 kHz, dalam perjanjian
yang baik dengan nilai yang diharapkan dari 512 kHz.Perhatikan bahwa puncak besar terlihat
di kedua tokoh di medan magnet membujur nol disebut yang "resonansi Hanle", yang
diproduksi oleh medan magnet transversal residual.

Perhatikan salah satu dari gambar bahwa ada dua dips kecil pada Gambar. 3 (a).sinyal
dari motion- diinduksi resonansi atom dengan kecepatan yang berbeda. dimaksudkan untuk
mengamati atom dengan kecepatan 512 m / s melalui F = 3 F '= 4 siklik transisi, tetapi

24
sebenarnya, meskipun jumlahnya lebih kecil, atom dengan kecepatan 368 m / s atau 417 m / s
merupakan tambahan yang diamati melalui transisi dari F = 3 untuk masing-masing F '= 2
atau 3,. Perhatikan bahwa laser memiliki detunings berbeda sehubungan dengan transisi ini
karenanya dipilih kecepatan yang berbeda juga. Dua sinyal kecil berubah dalam arah yang
berlawanan dibandingkan dengan puncak resonansi utama, karena transmisi laser yang
menurun untuk transisi ini ketika gerakan-diinduksi resonansi terjadi, sementara itu
meningkatkan untuk F = 3 F '= 4 transisi.

Perluasan garis karena dengan waktu penerbangan melalui kisi magnetik, batas
fundamental dari lebar garis di setup, diperkirakan 16,3 kHz (lebar penuh pada setengah
maksimum) [6], yang merupakan kontribusi utama untuk lebar garis diperoleh dari 20 kHz.
Ini berarti bahwa faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap linewidth, seperti dephasing
disebabkan oleh tabrakan atom dengan papan sirkuit cetak, tidak kritis.Di antara mereka,
namun, lebar terbatas pilihan kecepatan tentu menyebabkan perluasan tambahan,
diperkirakan sekitar 10% peningkatan dari transit-time perluasan.ketakserbasamaan dari
medan magnet longitudinal alasan kemungkinan lain untuk memperluas itu.

BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

1. Statistika Boltzmann dapat digunakan untuk menghitung konfigurasi dari partikel-


partikel yang terbedakan, dalam Statistika Maxwell-Boltzmann satu keadaan dapat
ditempati oleh satu sistem, atau beberapa sistem, atau tidak ditempati oleh satu sistem
apapun.
2. Penyusunan menggunakan Statistik Maxwell Boltzmann dapat dicari dengan
menggunnakan persaamaan

w ( { ns } )=N !

25
m
gsns
ns !
s=1

3. Keadaan Atom Magnetik dalam bahan dan Medan Magnet luar yang diberikan
keduanya saling berinteraksi,ada yang bergerak searah dengan medan magnet yang
diberikan,ada yang berlawanan dengan medan medan magnet yang diberikan dan ada
yang bergerak acak .
4. Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann terhadap Atom Magnetik dalam Medan
Magnet bisa digunakan untuk menentukan momen magnetik total yang dihasilkan
oleh kumpulan atom-atom

4.2.Saran

Diharapkan dengan makalah Aplikasi Statistika Maxwell Boltzmann ini pembaca


dapat memahami dan mengerti tentang Statistika Maxwell Boltzmann dan
mengaplikasikannya dalam permasalahan fisika.

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, jadi kami sebagai penulis
mengharapkan saran-saran yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajudin.2009.Pengantar Fisika Statistik.Bandung:ITB.

Bama,Akhmad Aminudindan Ramlan.2009.Statistika Sistem Zarahdari Klasik hingga


Eksotik.Universitas Sriwijaya. Edisi Khusus Desember 2009 (B) 09:12-

http://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-
6596/185/1/012021/pdf;jsessionid=EF24EF415024D6E2156CDD287934DC6
6.c4.iopscience.cld.iop.org

26

Anda mungkin juga menyukai