1
3.2 Proses Terjadinya Induksi Elektromagnetik ..............................................48
3.3 Penerapan Induksi Elektromagnetik Dalam Kehidupan Sehari-hari..........50
3.3.1 Generator listrik ..............................................................................50
3.3.2 Transformator .................................................................................52
3.3.3 Macam-macam Transformator ....................................................... 53
3.3.4 Transformator Ideal ........................................................................53
3.3.5 Efisiensi Transformator ..................................................................54
3.4 Induktor ......................................................................................................54
3.5 Terjadinya Medan Magnet .........................................................................55
3.5.1 Induktansi Searah ...........................................................................55
3.5.2 Induktansi Bolat-Balik....................................................................56
3.5.3 Pengisian Induktor ..........................................................................57
3.5.4 Pengosongan Induktor ....................................................................57
3.6 Rumus Induksi Elektromagnetik ................................................................ 58
3.7 Contoh Soal dan Penyelesaian ...................................................................59
PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI ....................................................67
KESIMPULAN .............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................71
2
BAB I
GAYA DALAM MEDAN MAGNET
Medan magnet merupakan sebuah gambaran yang biasa kita gunakan untuk
merepresentasikan bagaimana gaya magnet terdistribusi diantara suatu benda
bermagnet atau disekitar benda bermagnet tersebut.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa magnet memiliki dua kutub dimana
jika kita dekatkan dua buah magnet maka dapat terjadi gaya tarik-menarik ataupun
gaya tolak-menolak tergantung kutub-kutub yang didekatkan. Selain itu, kita juga
tahu bahwa gaya tarik-menarik atau tolak-menolak tersebut memiliki batas
jangkauan disekitar magnet tersebut yang tidak bisa kita lihat. Medan magnet
dapat mendeskripsikan bagaimana gaya yang tidak terlihat tersebut disekitar
magnet.[1][2]
3
2. Cara lain untuk mengilustrasikannya adalah dengan menggunakan garis.
Setiap vektor disambungkan dengan sebuah garis yang tidak terputus dan
banyaknya garis dapat dibuat sebanyak mungkin. [1][3]
Cara inilah yang paling sering dipakai untuk menggambarkan suatu medan
magnet.
4
akan menghasilkan karakteristik yang sama seperti pada garis-garis medan
magnet.[1]
Lorentz merupakan nama dari sebuah gaya dalam fisika modern yang
diambil dari nama belakang seorang ahli fisika kelahiran Arnhem Belanda yang
bernama Hendrik Anton Lorentz. Ahli fisika asal negeri kincir angin ini meneliti
tentang sebuah interaksi penghantar berarus yang diletakkan di dalam sebuah
medan magnet. Dan hasilnya ia berhasil menemukan sebuah gaya yang kemudian
disebut dengan gaya lorentz. Berdasarkan hasil kerja ilmuwan-ilmuwan
sebelumnya, Lorentz mengoreksi dan merampungkan hukum gaya
elektromagnetik yang sekarang menyandang namanya. [2][3]
Gaya lorentz merupakan gabungan antara gaya elektrik dan gaya magnetik
pada suatu medan elektromagnetik. Gaya Lorentz ditimbulkan karena adanya
muatan listrik yang bergerak atau karena adanya arus listrik dalam suatu medan
magnet. Arah dari gaya Lorentz selalu tegak lurus dengan arah kuat arus listrik (I)
dan induksi magnetik yang ada (B). [1][3]
5
atau kaidah pemutaran sekrup. Lihatlah seperti gambar yang ada dibawah
berikut ini.[2][3]
Florentz = B . I . l . Sin θ
Keterangan:
6
apabila arah arus pada kedua kawat saling bertolak belakang/berlawanan,
maka akan mengalami gaya tolak-menolak.[2][3]
𝝁𝒐𝐈1𝐈2
Florentz = F1 = F2 = 𝒍
𝟐𝝅𝒂
Keterangan:
7
magnetik yang bekerja pada partikel partikel bermuatan, seperti ion-ion atau
elektron-elektron menyebabkan timbulnya gaya pada partikel-partikel
tersebut. Gaya yang dikerjakan pada penghantar tidak lain ialah resultan
gaya-gaya yang bekerja pada elektron-elektron yang bergerak dalam
penghantar tersebut.[1][2]
1.3.3.1 Besar gaya yang dialami partikel bermuatan yang bergerak dalam
Medan Magnetik
Florentz = q v B sin α
8
Keterangan:
1.3.3.2 Arah gaya yang dialami partikel bermuatan yang bergerak dalam
gaya magnetik
9
Menentukan arah gaya pada partikel bermuatan dengan
kaidah tangan kanan kedua[1]
Contoh:
Sebuah partikel bermuatan listrik bergerak memasuki gaya
magnetik (lihat gambar). Kemanakah arah gaya Lorentz yang
dialami oleh partikel tersebut jika partikel tersebut adalah: proton,
elektron.[2]
Jawab:
Mari kita gunakan kaidah tangan kanan kedua untuk
memecahkan soal.
Arahkan jempol Anda sesuai dengan arah gerak partikel,
yaitu ke arah Z+, dan putar keempat jari lain yang dirapatkan
sehingga menunjuk arah gaya magnetik, yaitu ke arah X+. Anda
peroleh bahwa arah telapak tangan Anda mendorong adalah ke
arah Y—. Jadi, arah gaya F yang diperoleh dari kaidah tangan
kanan kedua adalah ke arah Y. [1]
Untuk partikel bermuatan positif seperti proton, arah gaya
Lorentz yang dialami partikel bermuatan adalah searah dengan
arah gaya F yang diperoleh dari kaidah tangan kanan kedua. Jadi,
arah gaya Lorentz yang dialami proton adalah ke arah Y.[1]
Untuk partikel bermuatan negatif, seperti elektron, arah gaya
Lorentz yang dialami partikel bermuatan adalah berlawanan arah
dengan arah gaya F yang diperoleh dari kaidah tangan kanan
10
kedua. Jadi, arah gaya Lorentz yang dialami elektron adalah ke
arah Y+.[1]
FS = FL
𝑣2
F =m = q.v.B
𝑅
11
𝑚.𝑣
R= 𝑞.𝐵
dengan
R = jari-jari lintasan (m)
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan (m/s)
B = besar induksi magnetik (Wb m-2 = T)
q = muatan listrik (coulomb).
12
1.4 Manfaat dan Aplikasi Gaya Lorentz
Manfaat dan aplikasi terbesar dari penerapan gaya Lorentz adalah motor
listrik. Dengan mengalirkan arus listrik pada kumparan di dalam medan magnet,
dapat dihasilkan gaya Lorentz berupa rotasi pada motor listrik untuk
menggerakkan batang shaft yang kemudian dapat dipakai untuk segala
kebutuhan.[2][3]
13
kadangkala disebut kuda kerjanya industri sebab diperkirakan bahwa motor-
motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri Bagaimana
sebuah motor listrik bekerja[2][3].
Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama, arus
listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya Jika kawat yang
membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop, maka kedua
sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya
pada arah yang berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/
torque untuk memutar kumparan. Motor-motor memiliki beberapa loop pada
dinamonya untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan
magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan
medan. Dalam memahami sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang
dimaksud dengan beban motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga
putar/ torque sesuai dengan kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya
dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok (BEE India, 2004): Beban torque
konstan adalah beban dimana permintaan keluaran energinya bervariasi
dengan kecepatan operasinya namun torque nya tidak bervariasi. Contoh
beban dengan torque konstan adalah conveyors, rotary kilns, dan pompa
displacement konstan. Beban dengan variabel torque adalah beban dengan
torque yang bervariasi dengan kecepatan operasi. Contoh beban dengan
variabel torque adalah pompa sentrifugal dan fan (torque bervariasi sebagai
kwadrat kecepatan).[2][3]
Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor
listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor
asinkron IEC berbasis metrik (milimeter), sedangkan motor listrik
NEMA berbasis imperial (inch), dalam aplikasi ada satuan daya dalam
horsepower (hp) maupun kiloWatt (kW).[2][3]
Selain motor listrik, aplikasi gaya Lorentz diterapkan pada railguns,
linear motor, loud speaker, generator listrik, linear alternator, dan lain
sebagainya.[3]
14
1.5 Contoh Soal dan Penyelesaian
1. Kawat penghantar AB dan PQRS berturut-turut dialiri arus listrik 20A dan 30 A
seperti gambar berikut.
Q
B R
I1
10 cm
A P S
Jika PQ = 40 cm, QR = 20cm, dan AB= 50 cm, resultan dan arah Lorentz pada
kawat AB adalah….
Penyelesaian :
B Q R
I1
I2
FRS
FPQ I2
P S
a1
a2
A
a1 = 10 cm = 0,1 m
a2 = 10+20 cm = 30cm = 0,3 m
15
FPQ = µ0I1I2lAB
2πa1
FPQ = (4 𝜋 x 10-7)(20)(30)(5x10-1)
(2π)(10-1)
FPQ = 6 x 10-4 N
FRS = µ0I1I2lAB
2πa2
FRS = (4 𝜋 x 10-7)(20)(30)(5x10-1)
(2𝜋)(3 x10-1)
FRS = 2 x 10 -5
FAB = FPQ - FRS
FAB = (6 x 10-4) – (0,2 x 10-4)
FAB = 5,8 x 10 -4 N searah FRS
3. Sebuah muatan positif bergerak dibawah sebuah kawat berarus listrik sebesar
5 A berjarak 10 cm. Kecepatan muatan 2000 m/s searah dengan arah arus
listrik. Jika besar muatannya 2.106 C berapa besar dan arah gaya Lorentz yang
dialami oleh muatan tersebut ?
16
Jawab :
Diket : I = 5 A
a = 0,1 m
v = 2000 m/s
Q = 2.106 C
Ditanya : FL = ….. ?
Dijawab : FL= B.Q.v sin θ
= μ0. I. Q. v. (sin 90/2π. a)
= 4π. 107. 5. 2.106 . 2000 / 2π. 0,1
= 4. 108 Newton dengan arah mendekati kawat
4. Suatu partikel bermuatan 0,04C bergerak sejajar dengan kawat bearus listrik 10A.
Jika jarak partikel kawat 5cm, laju partikel 5m/s dam, maka gaya yang dialami
partikel adalah..
Jawab:
F= Bqv sin 𝜃 B= µ0i
2π a
F= µ0iqv sin 𝜃
2π a
F= 4π. 10-7 .10. 0,04 .5 sin 90˚
2π.5x 10-2
F= 8 x 10-6 N = 8 µ N
5. Tiga Buah kawat sejajar dialiri arus listrik dengan arah seperti gambar , Jika Jarak
masing- masing kawat adalah a = 4 cm dan besar arus adalah masing-masing
sama 8 A . Tentukan besar dan arah gaya Lorentz persatuan panjang yang dialami
oleh kawat B ?
17
Jawab :
𝐹𝐿 𝜇0 𝐼1 𝐼2
𝐹𝐵 = =
𝑙 2𝜋𝑎
𝐹𝐿 𝜇0 𝐼1 𝐼2
𝐹𝐵𝐶 = =
𝑙 2𝜋𝑎
6. Jika terdapat Sebuah Kawat dengan Panjang sebesar 4 meter yang telah dialiri
oleh Arus Listrik sebesar 25 Ampere. Maka Kawat tersebut akan berada di dalam
pengaruh Medan Magnet sebesar 0.06 Telsa yg akan membentuk Sudut 30 Derajat
terhadap Kawat. Maka hitunglah Besarnya Gaya Lorentz yg bekerja di Kawat
tersebut?
Diketahui:
I = 25 Ampere
l = 4 meter
B = 0.06 Telsa
a = 30 derajat
Ditanya :
F = ..........?
18
Jawaban:
F = B I l Sin a
F=3N
I = 2,5A
Apabila kuat medan magnet 0,05T, besar dan arah gaya magnet yang dialami
penghantar sebesar
Diketahui: Ɩ = 4m
I = 2,5A
B = 0,05T
Ditanya: F?
Jawab: F = B I Ɩ
= 0,05 x 2,5 x 4
= 0,5 N kebawah
8. Dua kawat sejajar satu sama lain berjarak 10 cm, pada kedua kawat mengalir arus
listrik yang sama besar yaitu 10 A dengan arah arus yang sama. Bila panjang
kawat 1 meter maka tentukan besar dan arah gaya Lorentz yang dialami kedua
kawat!
19
Diketahui :
I1 = I2 = 10 A
a = 10 cm = 0,1 m
ℓ = 1 meter
Ditanya :
FL = …………………….?
Dijawab :
4π x 10-7 x 10 x 10
FL = 2π x 0,1
1
= 2 x 10-4 N
9. Sebuah kawat berarus listrik I = 2 A membentang horizontal dengan arah arus dari
utara ke selatan, berada dalam medan magnet homogen B = 10– 4 T dengan arah
vertikal ke atas. Bila panjang kawatnya 5 meter dan arah arus tegak lurus arah
medan magnet. Berapa besar dan arah gaya Lorentz yang dialami oleh kawat ? ...
Diketahui :
I=2A
B = 10– 4 T
ℓ=5m
Ditanya :
FL?
Dijawab :
FL = I . ℓ . B . sin θ
20
= 10-3 newton
10. Suatu kawat penghantar lurus panjang yang dialiri arus listrik i=4A terletak
diruang hampa.sebuah elektron bergerak lurus sejajar dengan kawat dan
berlawanan arah dengan arah arus,dengan kelajuan 5.104m/s.Bila jarak elektron
dari kawat 16mm,maka gaya magnet yang dialami elektron besarnya.
Diketahui: I = 4 A
v = 5.104 m/s
a = 16 mm
q = 1,6.10-19 C
Ditanya: F?
μoi
Jawab: F = Bqv sin0 B = 2πa
𝜇𝑜 𝐼𝑞𝑣
F= sin 90
2𝜋𝑎
F = 4.10-19N
21
BAB II
SUMBER MEDAN MAGNET
μ0 |q|vsin∅
B= (29 − 1)
4π r2
22
Dengan µo/4π adalah konstanta kesebandingan (µo dilafalkan sebagai
“miu-nought” atau “miu sub-nol”). Alas an mengapa konstanta itu ditulis
demikian akan dipaparkan kemudian. Kita telah melakukan sesuatu yang serupa
dengan hukum coulomb dalam subbab 22-5.[9][10]
Kita dapat menggabungkan besar dan arah ⃗B ke dalam sebuah persamaan
vector tunggal dengan menggunakan perkalian vector. Untuk menghindari
penggunaan istilah “arah dari sumber q ke titik medan p” secara berulang-ulang ,
maka di sini akan diperkenalkan vector satuan r̂ (“r-topi”) yang menunjuk dari
titik sumber ke titik medan. Vector satuan ini sama dengan vector r̂ dari sumber
ke titik medan dibagi panjang vector r itu: r̂ = r/r. [9][10]
Maka medan --- sebuah muatan titik yang bergerak adalah
μ0 qv
⃗ × r
B=
4π r 2
(medan magnetik sebuah muatan titik dengan kecepatan konstan)
Gambar 29-1 memperlihatkan hubungan r̂ dengan p dan juga
⃗ pada beberapa titik di sekitar muatan itu. Di
memperlihatkan medan magnetic B
semua titik sepanjang garis yang melalui muatan itu yang pararel dengan
kecepatan v
⃗ , medan itu adalah nol karena sin ∅ = 0 di semua titik tersebut. Di
sembarang jarak r dari q, ⃗B mempunyai besar (magnitude) yang paling besar di
titik-titik yang terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap v
⃗ karena di semua
titik tersebut, ∅ = 90o dan sin ∅ = 1. Jika muatan q negative, maka arah ⃗B
berlawanan dengan arah yang diperlihatkan di dalam gambar 29-1.[9][10]
Sebuah muatan titik yang bergerak juga menghasilkan suatu medan
listrik, dengan garis-garis medan yang memancar keluar dari sebuah muatan
positif. Garis-garis medan magnetic sepenuhnya berbeda. Pembicaraan di atas
memperlihatkan bahwa untuk sebuah muatan titik yang bergerak dengan
kecepatan v
⃗ , garis-gari medan magnetic itu berupa lingkaran-lingkaran yang
berpusat pada garis v
⃗ dan terletak pada bidang-bidang yang tegak lurus terhadap
garis ini. Arah garis medan untuk sebuah muatan positif diberikan oleh kaidah
tangan kanan berikut ini, yaitu salah satu dari beberapa kaidah yang akan kita
jumpai dalam bab ini untuk menentukan arah medan magnetic yang disebabkan
oleh sumber yang berbeda-beda. Gemgamlah vector kecepatan v
⃗ dengan tangan
23
kanan anda sehingga ibu jari kanan anda menunjuk ke arah v
⃗ , jari-jari anda yang
lain kemudian melengkung mengelilingi garis v
⃗ dalam arah yang sama seperti
garis-garis medan magnetic (dengan mengansumsikan q adalah positif). Gambar
29-1a memperlihatkan bagian-bagian dari beberapa garis medan, Gambar 29-1b
memperlihatkan beberapa garis medan dalam sebuah bidang yang melalui q yang
tegak lurus terhadap v
⃗ , seperti yang terlihat dengan memandangnya dalam arah
⃗ .[9][10]
v
Persamaan (29-1) dan (29-2) menjelaskan medan ⃗B dari sebuah muatan
titik yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jika muatan dipercepat, medan
menjadi jauh lebih rumit. Kita tidak akan memerlukan hasil-hasil yang lebih rumit
untuk tujuan pembelajaran kita. (partikel bermuatan yang bergerak yang membuat
arus dalam sebuah kawat akan dipercepat di titik-titik di mana kawat itu bengkok
dan arah v
⃗ akan berubah. Tetapi karena besarnya vd dari kecepatan penyimpan
dalam sebuah konduktor umumnya sangat kecil, maka percepatan vd 2 /r adalah
juga sangat kecil, dan efek percepatan itu dapat diabaikan.[9]
Satuan B adalah satuan tesla (1 T):
s N
1T=1N∙ ∙ m=1 ∙m
C A
Dengan menggunakan ini Bersama dengan persamaan (29-1) atau (29-2),
kita mendapatkan bahwa satuan konstanta --- adalah
s2 N Wb
1N∙ 2
=1 2=1 ∙ m = 1 T ∙ m/A
c A A
Dalam satuan SI, nilai numerik μ0 tepatnya adalah 4π × 10−7 . Jadi
s2 Wb
μ0 = 4π × 10−7 N ∙ C2 4π × 10−7 N ∙ m = 4π × 10−7 T ∙ m/A (29-3)
A
24
1 −7
s2 2
k= = (10 N ∙ 2 )c
4π ∈0 C
1
c2 = (29 − 4)
∈0 μ0
25
secara rata-rata akan saling meniadakan di setiap titik). Dari persamaan (29-1)
⃗ yang dihasilkan di sembarang titik medan p adalah
besarnya medan dB
Tapi dari persamaan (26-2), n|q|vd A sama dengan arus I dalam elemen itu. Maka
μ0 I dl sin ∅
dB = (29 − 5)[6][7][8]
4π r2
μ0 I di × ̂r
⃗ =
dB (medan magnetik sebuah elemen arus)
4π r 2
Dengan dI adalah sebuah vector dengan panjang dl, dalam arah yang sama
seperti arus dalam konduktor tersebut.[6][7]
Persamaan (29-5) dan (29-6) dinamakan hukum biot dan savart
(dilafalkan “Bi-o” dan “sa-va”). Kita dapat menggunakan hukum ini untuk
⃗ di sembarang titik dalam ruang yang di
mencari medan magnetic total B
timbulkan oleh arus dalam suatu rangkaian lengkap. Untuk melakukan ini, kita
26
mengintegralkan persamaan (29-6) terhadap segmen dI yang mengangkutarus
secara simbolik,
μ0 I di × r̂
⃗B = ∫
4π r2
Dalam subbab berikutnya kita akan melakukan integral vector ini dalam
beberapa contoh.[6][7][8]
⃗
Seperti yang diperlihatkan pada gambar 29-3a, vector-vektor medan dB
dan garis-garis medan magnetic dari sebuah elemen arus persis mempunyai vector
medan dan garis arah kecepatan menyimpan ⃗⃗⃗⃗
vd . Garis-garis medan itu adalah
lingkaran-lingkaran dalam bidang-bidang yang tegak lurus terhadap dI dan
berpusat pada garis dI. Arahnya diberikan oleh kaidah tangan kanan yang sama
yang diperkenalkan untuk muatan-muatan titik.[6][7]
Kita tidak dapat membuktikan secara langsung persamaan (29-5) atau
(29-6) karena kita tidak pernah dapat bereksperimen dengan sebuah segmen yang
terisolasi dari sebuah rangkaian pengankut arus. Apa yang kita ukur secara
⃗ total untuk suatu rangkaian lengkap. Tetapi kita masi
eksperimental adalah B
dapat membuktikan persamaan-persamaan ini secara tidak langsung dengan
⃗ untuk berbagai konfigurasi arus dengan menggunakan persamaan
menghitung B
(29-7) dan dengan membandingkan hasil-hasil itu dengan pengukuran
eksperimental.[7][8]
Jika materi hadir dalam ruang di sekeliling suatu konduktor yang
mengangkut arus, maka medan di sebuah titik medan p dalam pinggirannya akan
mempunyai sebuah kontribusi tambahan yang dihasilkan dari magnetisasi material
itu. Meskipun demikian material itu adalah besi atau jenis material feromagnetik
lain, maka medan tambahan ini kecil dan biasanya dapat diabaikan. Kerumitan
akan bertambah jika hadir medan listrik atau medan magnetic yang berubah
terhadap waktu atau jika material itu adalah sebuah superkonduktor.[6][7][8]
27
dijumpai dalam semua alat listrik dan alat elektronik. Gambar 29-5
memperlihatkan sebuah konduktor seperti itu dengan panjang 2a yang mengankut
⃗ di sebuah titik terjauh x dari konduktor itu pada garis
arus I, kita akan mencari B
bagi yang tegak lurus.[9][10]
Kita pertama kali menggunakan hukum Biot dan Savart, persamaan (29-5),
⃗ yang disebabkan oleh elemen konduktor yang
untuk mencari medan dB
panjangnya dl = dy yang diperlihatkan dalam gambar 29-5. Dari gambar itu, r =
√x 2 + y 2 dan sin ∅ = sin(π − ∅) = x/√x 2 + y 2 . Kaidah tangan kanan untuk
⃗ adalah ke dalam
untuk perkalian vector dI × r̂ memperlihatkan bahwa arah dB
⃗ dari
bidang gambar, yang tegak lurus terhadang bidang itu, selain itu, arah dB
semua elemen konduktor itu adalah sama. Jadi dalam mengintegralkan persamaan
⃗ , yang merupakan sebuah
(29-7), kita dapat saja menambahkan besarnya dB
penyederhanaan penting.[10]
Dengan menggabungkan potongan-potongan ini Bersama-sama, kita
mendapatkan bahwa besarnya medan ⃗B total adalah
μ0 I a x dy
B= ∫
4π −a (x + y 2 )3/2
2
μ0 I 2a
B= (29 − 8) [9][10]
4π x√x2 a2
μ I
0
B = 2πx [9][10]
28
⃗ harus
Situasi fisis mempunyai simetri aksial terhadap sumbu y, maka B
mempunyai besar (magnitude) yang sama di semua titik pada sebuah lingkaran
yang berpusat pada konduktor itu dan yang terletak dalam sebuah bidang yang
⃗ di mana-mana harus menyinggung
tegak lurus terhadap konduktor itu, dan arah B
ke sebuah lingkaran seperti itu. Jadi [9][10]
μ0 I
B= (sebuah konduktor lurus panjang yang mengangkut arus)
2πr
(29 − 9)
29
melingkar arus yang bertindak sebagai sumber dari medan magnetic. Garis-garis
medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan-muatan bermula dan berakhir di
muatan-muatan tersebut, tetapi garis-garis medan magnetic selalu membentuk
simpal tertutup dan tak pernah mempunyai titik-titik akhir, tak peduli
bagaimanapun bentuk konduktor yang mengangkut arus yang menghasilkan
medan itu. Ini adalah kosekuensi hukum gauss untuk kemagnetan (magnetisme),
yang menyatakan bahwa fluks mengetik total yang melalui sembarang permukaan
tertutup selalu sama dengan nol:
Ini berarti bahwa tidak ada muatan magnetic yang terisolasi atau monopol
magnetic. Sembarang garis medan magnetic yang memasuki sebuah permukaan
tertutup harus juga muncul keluar dari permukaan tersebut.[9]
30
Dari persamaan (29-9) konduktor yang di bawah (lower) menghasilkan
⃗ yang, pada kedudukan konduktor yang di atas (upper),
sebuah medan B
mempunyai besar
μ0I
B=
2πr
Dari persamaan (28-19) gaya yang dikerahkan oleh medan ini dengan
⃗ = I’L
panjang L dari konduktor yang di atas adalah F ⃗ XB
⃗ , di mana L
⃗ berada dalam
arah arus I’ dan mempunyai besar L, maka besarnya gaya ini adalah
⃗F = I′ LB = μ0 II′L
2πr
F μ0 II′
=
L 2πr
(29-11) [9][10]
Tarikan atau tolakan di atantara dua konduktor paralel yang lurus yang
mengangkut arus adalah dasar dari definisi SI untuk ampere yang resmi:
31
Satu ampere adalah arus yang tidak berubah yang, jika hadir dalam masing-
masing konduktor paralel yang panjangnya tak terhingga dan terpisah sejauh satu
meter dalam ruang hampa, akan menyebabkan masing-masing konduktor
mengalami gaya tepat sebesar 2 x 10−7 newton per meter panjang.[9][10]
Ini adalah sebuah definisi operasional; definisi ini memberi kita suatu
prosedur eksperimental yang sesungguhnya dalam mengukur arus dan untuk
mendefinisikan sebuah satuan arus. Pada prinsipnya kita dapat menggunakan
definisi ini untuk mengkalibrasi sebuah ammeter, hanya dengan menggunakan
sebuah tongkat meter (pengukur) dan sebuah neraca pegas. Untuk standardisasi
berpresisi tinggi dari ampere, koil-koil kawat digunakan sebagai ganti dari kawat-
kawat lurus, dan pemisahannya hanya beberapa centimetre. Instrumen lengkap,
yang mampu mengukur arus dengan derajat ketetapan sangat tinggi, dinamakan
neraca arus (current balance).[9][10]
32
itu dinamakan efek jepitan (pinch effect). Suhu tinggi yang dihasilkan oleh efek
jepitan dalam suatu plasma telah digunakan dalam Teknik untuk menghasilkan
fusi inti (nuclear fusion).[9][10]
Jika Anda melihat ke bagian dalam sebuah bel pintu, transformator, atau
motor listrik, maka Anda akan menjumpai koil-koil kawat dengan jumlah lilitan
yang besar, yang jarak antaranya begitu dekat sehingga setiap hampir merupakan
simpal (loop) lingkaran yang sebidang. Arus dalam suatu koil seperti ini
digunakan untuk menghasilkan sebuah medan magnetik. Maka kita perlu
menurunkan sebuah pernyataan untuk medan magnetik yang dihasilkan oleh
simpal konduktor lingkaran tunggal yang mengangkut arus atau yang dihasilkan
oleh N simpal lingkaran yang sangat rapat yang membentuk koil. Dalam Subbab
28-8 kita meninjau gaya dan torka pada sebuah simpal arus seperti itu yang
ditempatkan dalam sebuah medan magnetik luar yang dihasilkan oleh arus lain;
kita sekarang hampir mencari medan magnetik yang dihasilkan oleh simpal itu
sendiri.[6][7][8]
Kita dapat menggunakan hokum Biot dan Savart, persamaan (29-5) atau
(29-6), untuk mencari medan magnetik pada titik P pada sumbu simpal itu, sejauh
⃗⃗⃗ dan r̂ saling tegak
x dari pusatnya. Seperti yang diperlihatkan pada gambar itu, dl
⃗ yang disebabkan karena oleh elemen dl yang terletak
lurus, dan arah medan dB
dalam bidang xy. Karena r 2 = x 2 + a2 , maka besarnya db dari medan yang
ditimbulkan oleh elemen dl itu adalah
μ I
0 dl
db= 4π (x2 × a2 )
(29-12)
33
⃗ adalah
Komponen-komponen dari vektor dB
0 μ I dl a
dbx =db cos θ= 4π (29-13)
(x2 +a2 ) (x2 +a2 )1⁄2
0 μ I dl x
dby =db sin θ = 4π (29-14) [9][10]
(x2 +a2 ) (x2 +a2 )1⁄2
Situasi ini mempunyai simetri rotasi terhadap sumbu x, sehingga tidak ada
komponen dari medan total ⃗B yang tegak lurus terhadap sumbu ini. Untuk setiap
elemen dl ada sebuah elemen yang bersangkutan pada sisi yang berlawanan dari
simpal itu, dalam arah yang berlawanan. Kedua elemen ini memberi kontribusi
⃗ , yang diberikan oleh persamaan (29-13),
yang sama kepada komponen x dari db
tetapi komponen-komponen yang berlawanan yang tegak lurus terhadap sumbu x
yang bertahan.[9][10]
dalam pernyataan ini kecuali dl adalah konstan dan tepat dikeluarkan dari integral
itu, dan kita mempunyai
μ I
0 a dl 0μ Ia
Bx =∫ 4π = 4π(x2 +a2 )3⁄2 ∫ dl
(x2 +a2 )3⁄2
Integral dl adalah keliling lingkaran itu,∫ dl = 2πa, dan kita akhirnya memperoleh
0 μ Ia2
Bx = 2(x2 +a2 )3⁄2
(pada sumbu sebua simpal lingkaran).
(29-15)[9][10]
34
Sekarang anggap bahwa sebagai ganti dari sebuah simpal tunggal dalam
Gambar 29-10 kita mempunyai sebuah koil yang terdiri dari N simpal, semuanya
dengan jari-jari yang sama. Simpal-simpal itu sangat rapat sehingga bidang setiap
simpal pada pokonya berada sejauh x yang sama dari titik p. Setiap simpal
memberi kontribusi yang sama pada medan itu, dan medan total itu adalah N kali
medan sebuah simpal tunggal:
μ NI2
0
Bx =2(X2 +a2 )3⁄2
(simpal sumbu sebuah simpal lingkaran).
(29-16)[9][10]
μ0 NI
Bx = (di pusat dari N simpal lingkaran)
2a
(29-17) [9][10]
Jika kita pergi keluar sepanjang sumber itu, maka besarnya medan itu
berkurang. kita mendefinisikan momen dipol magnetik μ (atau momen magnetik)
dari sebuah simpal yang mengangkat arus sama dengan IA, di mana A adalah
luas penampang simpal itu . Jika ada N simpal, maka momen magnetik total
adalah NIA. Simpal lingkaran dalam Gambar 29-10 mempunyai luas A = πa2
.sehingga momen magnetik sebuah simpal tunggal adalah μ = Iπa2 ; untuk N
simpal, μ = NI πa2 . Dengan mensubstitusikan hasil-hasil ini ke dalam
persamaan (29-15) dan (29-16), kita mendapatkan bahwa kedua pernyataan ini
dapat dituliskan sebagai
0 μ μ
Bx = 2π(x2 +a2 )3⁄2
35
(pada sumbu dari sebarang banyaknya simpal lingkaran).
(29-18)[9][10]
Berikut adalah beberapa aspek dari sifat-sifat magnet dari material yang
dibagi menjadi tiga golongan yaitu paramagnetisme, diamagnetisme, dan
feromagnetisme.[6]
2.6.1 Paramagnetisme
Bila sebuah material (atom) ditempatkan dalam medan magnetik,
maka medan ini mengerahkan sebuah torka pada setiap momen magnetik.
Torka ini cenderung memparalelkan momen magnetik itu dengan medan
36
tersebut yang menyatakan kedudukan yang energi potensialnya minimum.
Dalam posisi ini, arah simpal arus adalah sedemikian rupa sehingga akan
menambah besarnya medan magnetik yang diberikan dari luar.
Magnetisasi dapat dirumuskan dengan
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝜇 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
⃗⃗ =
𝑀
𝑉
⃗ dalam material adalah
Medan magnetik total 𝐵
⃗ = ⃗⃗⃗⃗
𝐵 ⃗⃗
𝐵0 + 𝜇0 𝑀
dimana ⃗⃗⃗⃗
𝐵0 adalah medan yang disebabkan oleh arus dalam konduktor
tersebut.[9][10]
Sebuah material yang memperlihatkan perilaku yang baru saja
dijelaskan dikatakan sebagai paramagnetik. Hasilnya adalah bawha medan
magnetik di sebarang titik dalam material seperti itu lebih besar oleh
sebuah faktor tak berdimensi Km yang dinamakan permeabilitas relatif.
Permeabilitas pada material dapat diperoleh dengan
μ = 𝐾𝑚 𝜇0
Jumlah yang menyatakan perbedaan permeabilitas realtif itu dari
satu satuan dinamakan suseptibilitas magnetik (magnetic susceptibility),
yang dinyatakan oleh 𝑋𝑚.
𝑋𝑚 = 𝐾𝑚 − 1 [9][10]
Kecenderungan momen magnetik atom untuk menjajarkan dirinya
paralel dengan magnetik (dimana energi potensialnya minimum) ditentang
oleh gerak termal acak, yang cenderung mengacak orientasinya sehingga
suseptibilitas paramagnetiknya selalu berkurang dengan semakin
bertambahnya suhu. Suseptibilitas paramagnetik berbanding yerbalik
dengan suhu mutlak T dan magnetisasinya M dapat dinyatakan sebagai
𝐵
𝑀 = 𝐶 𝑇 [9][10]
37
Tabel 2.9 – 1
Paramagnetik
Tawas Amonium Besi 66
Uranium 40
Platina 26
Alumunium 2,2
Natrium 0,72
Gas oksigen 0,19
Diamagnetik
Bismut -16,6
Air raksa -2,9
Perak -2,6
Karbon (intan) -2,1
Timah -1,8
Natrium khlorida -1,4
Tembaga -1
2.6.2 Diamagnetisme
Dalam beberapa material, momen magnetik total dari semua simpal
arus-arus atom adalah nol bila tidak ada medan magnetik yang hadir.
Tetapi material ini pun mempunyai efek magnetik karena sebuah medan
luar mengubah gerak elektron di dalam atom itu yang menyebabkan
simpal-simpal arus tambahan dan dipol-dipol magnet induksi yang dapat
dibandingkan dengan dipol-dipol listrik induksi. Dalam kasus ini, medan
tambahan yang disebabkan oleh simpal arus ini selalu berlawanan arahnya
terhadap arah medan luar tersebut.[6][7][8]
38
Material ini dikatakan sebagai diamagnetik (diamagnetic). Material
ini selalu mempunyai suseptibilitas negatif seperti yang diperlihatkan
dalam tabel 2.9-1 dan permeabilitas relatif 𝐾𝑚 sedikit lebih kecil daripada
satu satuan. Suseptibilitas diamagnetik hampir tidak tergantung pada
suhu.[7][8]
2.6.3 Feromagnetisme
Material feromagnetik, termasuk besi, nikel, cobalt, dan banyak
campuran logam yang mengandung elemen-elemen ini. Dalam material ini
interaksi kuat di antara momen-momen magnetik atom akan menyebabkan
momen-momen magnetik berbaris paralel satu sama lain dalam daerah
ranah magnetik. Gambar a, b, dan c di bawah inimemperlihatkan sebuah
contoh struktur ranah magnetik.[7][8]
Gambar 3.6.1-1 Simpal histeresis. Kedua material (a) dan (b) tetap
dimagnetkan secara kuat bila 𝐵0direduksi ke nol. Karena (a) juga sukar
untuk menghilangkan magnetnya, maka (a) akan baik untuk magnet
permanen. Karena memagnetkan dan menghilangkan magnet (b) lebih
mudah, maka (b) dapat digunakan sebagai material ingatan komputer.
39
Material (c) akan berguna untuk transformator dan alat arus bolak-balik
lainnya dalam nama histeresis nol akan optimal.[9][10]
Pada pelat sejajar, muatan akan terkumpul pada pelat-pelatnya sehingga praktis
tidak ada arus konduksi di antara dua pelat tersebut. Namun pada kenyataannya,
di antara dua pelat tersebut terdeteksi adanya medan magnet. Pada daerah sebelah
kiri pelat positif terdapat 𝐼 yang tercakup sebesar 𝑖𝑐, sehingga ∮ 𝐵 × 𝑑𝑠 sama
dengan 𝜇0 𝑖𝑐, sedangkan pada daerah di antara dua plat (karena tidak ada arus)
maka ∮ 𝐵 × 𝑑𝑠 sama dengan nol, ini adalah keadaan yang tidak dikehendaki
karena pada praktiknya medan magnet di antara dua plat tersebut benar-benar ada.
Dari hubungan tersebut maka kondisi di antara plat sejajar dapat diperoleh dengan
𝜀𝐴
𝑞 = 𝐶𝑣 = (𝐸𝑑) = 𝜀𝐴𝐸 = 𝜀∅𝐸
𝑑
𝑑𝑞 𝑑∅𝐸
𝑖𝑐 = = 𝜀
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Dari persamaan tersebut dapat dikembangkan imajinasi adanya arus fiktif dalam
daerah di antara pelat-pelat tersebut, arus tersebut bila kita beri nama sebagai arus
pergeseran (𝑖𝐷) sehingga :
𝑑∅𝐸
𝑖𝐷 = 𝜀
𝑑𝑡
Dengan dasar ini, maka persamaan Hukum Ampere yang lebih umum yaitu :
40
2.8 Contoh Soal dan Penyelesaian
Tentukan :
a) Kuat medan magnet di titik P
b) Arah medan magnet di titik P
c) Kuat medan magnet di titik Q
d) Arah medan magnet di titik Q
Jawaban :
Diketahui : 𝐼=4𝐴
𝑎𝑃 = 2 m
𝑎𝑄 = 1 m
Ditanya : a. 𝐵𝑃
b. Arah medan magnet di titik P
c. 𝐵𝑄
d. Arah medan magnek di titik Q
Penyelesaian :
𝜇0 𝐼
a. 𝐵 = 2𝜋𝑎
𝜇0 𝐼 4𝜋 × 10−7 × 4
𝐵𝑃 = = = 4 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
2𝜋𝑎𝑃 2𝜋 ×2
b. Arah ditentukan dengan kaidah tangan kanan, dimana ibu jari mewakili arah
arus dan empat jari sebagai arah medan magnet dengan posisi tangan
menggenggam kawat. Sehingga arah kuat medan magnet di titik P adalah
keluar bidang baca (mendekati pembaca).
𝜇0 𝐼
c. 𝐵 = 2𝜋𝑎
𝜇0 𝐼 4𝜋 × 10−7 × 4
𝐵𝑄 = = = 8 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
2𝜋𝑎𝑄 2𝜋 ×1
41
d. Arah medan masuk bidang baca (menjauhi pembaca)
Jawaban :
Diketahui : 𝐼𝐴 = 2 𝐴
𝐼𝐵 = 2 𝐴
𝑎𝐴 = 2 𝑚
𝑎𝐴 = 4 𝑚
Ditanya : Besar dan arah kuat medan magnet di titik P
Penyelesaian :
𝜇0 𝐼 𝐴 4𝜋 × 10−7 × 2
𝐵𝐴 = = = 2 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
2𝜋𝑎𝐴 2𝜋 ×2
𝜇0 𝐼 𝐵 4𝜋 × 10−7 × 2
𝐵𝐵 = = = 1 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
2𝜋𝑎𝐵 2𝜋 × 4
3. Titik P berada di sekitar dua buah penghantar berbentuk setengah lingkaran dan
kawat lurus panjang seperti gambar berikut!
42
Tentukan besar kuat medan magnet di titik P!
Jawaban :
8
Diketahui : 𝐼1 = 𝐴
𝜋
𝐼2 = 2 𝐴
𝑎1 = 1 𝑚
𝑎2 = 1 𝑚
Ditanya : 𝐵𝑃
Penyelesaian :
8
1 𝜇0 𝐼1 4𝜋 × 10−7 ×
𝐵1 = × = 𝜋
= 8 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
2 2𝑎𝐴 4 ×1
𝜇0 𝐼2 4𝜋 × 10−7 × 2
𝐵2 = = = 4 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
2𝜋𝑎2 2𝜋 × 1
4. Suatu solenoid panjang 4 meter dengan 1000 lilitan dan jari-jari 2 cm. Bila
solenoid itu dialiri arus sebesar 0,5 A, tentukanlah induksi magnet pada ujung
solenoid. (𝜇0 = 4𝜋 . 10–7 𝑊𝑏. 𝐴–1 . 𝑚–1 ).
Diketahui : 𝑙 = 4 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑁 = 1000 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
𝑟 = 2 𝑐𝑚
𝐼 = 0,5 𝐴
𝜇0 = 4𝜋 . 10–7 𝑊𝑏. 𝐴–1 . 𝑚–1
Ditanya : 𝐵
Penyelesaian :
𝜇0 𝐼𝑁
𝐵=
2𝑙
4𝜋 × 10−7 × 0,5 × 1000
𝐵= = 2,5𝜋 × 10−9 𝑊𝑏. 𝑚–2
2×4
43
5. Kawat seperempat lingkaran dialiri arus 5 A seperti gambar berikut.
Jika jari-jari kawat melingkar adalah 40 cm, tentukan kuat medan magnet di titik
P!
Diketahui : 𝐼 = 5𝐴
𝐴 = 40 𝑐𝑚 = 4 × 10−1 𝑚
Ditanya : 𝐵𝑃
Penyelesaian :
1
𝐵𝑃 = × 𝐵ʘ
4
1 4𝜋 × 10−7 × 5
𝐵𝑃 = × = 6,25𝜋 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
4 2 ×4 × 10−1
Penyelesaian :
Diket:
I=2A
a = 10 cm = 0,1 m
44
7. Dua buah penghantar sejajar dialiri arus sebesar 4 A dengan arah yang
berlawanan. Kedua penghantar tersebut terpisah sejauh 10 cm. Jika µo = 4π x 10-
7
Wb/ Am maka besar induksi magnetik di tengah-tengah kedua penghantar
tersebut adalah.. (lihat gambar)
Penyelesaian :
Diket:
I=4A
a1 = a2 = 5 cm = 0,05 m
𝜇0 𝐼
𝐵𝑝 =
𝜋𝑎
4𝜋𝑥10−7 𝑥4
=
𝜋𝑥5𝑥10−2
𝐵𝑝 = 3,2𝑥10−5 𝑇
Penyelesaian :
45
9. Perhatikan gambar penghantar kawat setengah lingkaran dibawah ini
Jika a = 10 cm dan arus I = 2 Ampere, maka besar dan arah induksi magnetik
dititik P adalah…
Penyelesaian :
I=2A
a = 10 cm = 0,1 m
N= ½
46
10. Suatu kawat dilengkungkan dengan jari-jari R = 40 cm dan dialiri arus listrik
seperti pada gambar.
47
BAB III
PENERAPAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
48
Gambar. Ilustrasi Percobaan Faraday
Bila jumlah fluks magnet yang memasuki suatu kumparan berubah, maka pada
ujung-ujung kumparan timbul gaya gerak listrik induksi (ggl induksi).
Besarnya gaya gerak listrik induksi bergantung pada laju perubahan fluks dan
banyaknya lilitan.[11]
∆𝜙
𝜀𝑙𝑖𝑛𝑑 = −𝑁
∆𝑡
Dengan : N = Jumlah Lilitan
∆𝜙
= 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑓𝑙𝑢𝑘𝑠 𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 (𝑤𝑏⁄𝑠)
∆𝑡
49
Dari rumus di atas, untuk menimbulkan perubahan fluks magnet agar
menghasilkan ggl induksi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
50
Gambar Generator AC
ε = B.A.ω.N.sinθ
Keterangan :
51
3.3.2 Transformator
Trafo ada dua jenis, yaitu trafo step-up dan step-down. Trafo
step-up berfungsi untuk menaikkan tegangan AC sumber, jumlah lilitan
kumparan skunder lebih banyak dibandingkan jumlah lilitan primer. Trafo
step-down berfungsi untuk menurunkan tegangan AC sumber, jumlah
lilitan skundernya lebih sedikit.[12]
Rumus Trafo:
𝑉𝑝 𝑁𝑝 𝐼𝑠
= =
𝑉𝑠 𝑁𝑠 𝐼𝑝
52
Pp = daya primer (Watt)
Besar tegangan dan kuat arus pada trafo bergantung banyaknya lilitan.
Besar tegangan sebanding dengan jumlah lilitan. Makin banyak jumlah
lilitan tegangan yang dihasilkan makin besar. Hal ini berlaku untuk lilitan
primer dan sekunder. Hubungan antara jumlah lilitan primer dan sekunder
dengan tegangan primer dan tegangan sekunder (perbandingan1). Trafo
dikatakan ideal jika tidak ada energi yang hilang menjadi kalor, yaitu
53
ketika jumlah energi yang masuk pada kumparan primer sama dengan
jumlah energi yang keluar pada kumparan sekunder. Hubungan antara
tegangan dengan kuat arus pada kumparan primer dan sekunder
(perbandingan2).[13]
Efesiensi trafo :
𝑃𝑠 𝑉𝑠.𝐼𝑠
𝜂 = 𝑃𝑝 × 100% 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜂 = × 100%
𝑉𝑝.𝐼𝑝
3.4 Induktor
54
Satuan induktansi adalah henry (H) atau milihenry (mH). Untuk
memperbesar induktansi, didalam kumparan disisipkan bahan sebagai inti.
Induktor yang berinti dari bahan besi disebut elektromagnet. Induktor memiliki
sifat menahan arus AC dan konduktif terhadap arus DC.[13]
55
hasil kali dari jumlah gulungan dalam kumparan dan arus listrik yang
melalui kumparan tersebut.[13]
XL = 2 π f L
Keterangan :
π = 3.14
L = Induktansi ( Henry )
56
XL = reaktansi induktif ( Ω )
Bila arus listrik l sudah memenuhi lilitan , maka terjadilah arus akan
bergerak berlawanan arah dengan proses pengisian sehingga pembangkitan
medan magnet dengan garis gaya magnet yang sama akan menjalankan
fungsi dari lilitan tersebut makin tinggi nilai L ( induktansi) yang
dihasilkan maka makin lama proses pengosongannya.[14]
57
Rangkaian Pengosongan Induktasi
𝜙=𝐵𝐴
Faktanya, induksi magnet B tidak selalu tegak lurus pada bidang, bisa
membentuk sudut tertentu. Misalkan ada sebuah induksi medan magnet yang
membentuk sudut teta dengan garis normal maka besarnya fluks magnet yang
dihasilkan adalah :[15]
𝜙 = 𝐵 𝐴 cos 𝜃
ϕ = Fluks magnet
B = induksi magnet
A = luas bidang
θ = sudut antara arah induksi magnet B dengan arah garis normal bidang
58
3.7 Contoh Soal dan Penyelesaian
1. Sebuah generator armatur berbentuk bujur sangkar dengan sisi 8 cm dan terdiri
atas 100 lilitan. Jika armaturnya berada dalam medan magnet 0,50 T,
berapakah frekuensi putarnya supaya menimbulkan tegangan maksimum 20
volt?
Jawaban :
Diketahui:
A = 8 cm × 8 cm = 64 cm2 = 64 × 10-4 m2
B = 0,50 T
N = 100 lilitan
εm = 20 volt
Ditanya: f = ... ?
Pembahasan : ε m = N.B.A.ω = N.B.A.2π.f
ℰ𝑚
𝑓 = 𝑁.𝐵.𝐴.2𝜋
20
= (100)(0,50)(64𝑥10−4 )(2)(3,14)
20
= 20,096𝑥10−4
= 9,95 𝐻𝑧
2. Sebuah transformator dapat digunakan untuk menghubungkan radio transistor 9
volt AC, dari tegangan sumber 120 volt. Kumparan sekunder transistor terdiri
atas 30 lilitan. Jika kuat arus yang diperlukan oleh radio transistor 400 mA,
hitunglah :
a. Jumlah lilitan primer
b. Kuat arus primer
c. Daya yang dihasilkan transformator
Jawaban :
Diketahui: Vp = 120 V
Ns = 30
59
Vs = 9 V
Is = 400 mA = 0,4 A
Ditanya: a. Np = ... ?
b. Ip = ... ?
c. P = ... ?
Pembahasan :
𝑉𝑠 𝑁
𝐴. = 𝑁𝑠
𝑉𝑝 𝑝
𝑉𝑝 120
𝑁𝑝 = 𝑁𝑠 ( 𝑉 ) = 30 ( ) = 400 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
𝑠 9
𝐼𝑠 𝑁
𝐵. = 𝑁𝑠
𝐼𝑝 𝑝
𝑁𝑝 400
𝐼𝑝 = 𝐼𝑠 ( 𝑁 ) = 0,4 ( 30 )
𝑠
𝐼𝑝 = 5,33 𝐴
𝐶. 𝑃𝑠 = 𝐼𝑠 . 𝑉𝑠 = (0,4 𝐴)(9 𝑉) = 3,6 𝑊
Tentukan :
a)besar ggl induksi
b) kuat arus yang mengalir pada kawat PQ
c) arah kuat arus pada kawat PQ
d) potensial yang lebih tinggi antara titik P dan Q
e) besar gaya Lorentz pada PQ
f) arah gaya Lorentz pada PQ
g) daya yang diserap hambatan R = 0,02 Ω
60
Jawaban:
a) besar ggl induksi
𝐸 = 𝐵𝑙𝑣 𝑆𝑖𝑛 𝜃
𝐸 = (0,02)(0,5)(2)(1) = 0,02 𝑣𝑜𝑙𝑡
b) kuat arus yang mengalir pada kawat PQ
𝐸 0,02
𝐼= = 0,02 = 1 𝐴
𝑅
61
f) arah gaya Lorentz pada PQ
Kaidah tangan kanan untuk menentukan arah gaya Lorentz (gaya magnetik) :
- 4 jari = arah kuat medan maganet (B)
- ibu jari = arah arus listrik (i)
- telapak tangan = arah gaya (F)
Arah gaya F ke kiri (berlawanan dengan arah gerak v)
𝑃 = 𝐼2𝑅
Jawaban:
Diketahui :
Jumlah lilitan N = 1000
Selang waktu Δ t = 10 ms = 10 x 10−3 sekon
Selisih fluks Δ φ = 5 x 10− 5− 3 x 10− 5 = 2 x 10− 5 Wb
∆𝜙
𝐸 = 𝑁 ∆𝑡
2 𝑥 10−5
𝐸 = 1000 𝑥 = 2 𝑣𝑜𝑙𝑡
10 𝑥 10−3
62
induksi saat t = 1 sekon!
Jawaban :
𝑑𝜙
𝐸=𝑁
𝑑𝑡
𝑑(0,02𝑡 3 + 0,4𝑡 2 + 5)
𝐸 = 10 = 10 (0,6𝑡 2 + 0,8𝑡)
𝑑𝑡
𝑡 = 1 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 → 𝐸 = 10(0,06(1)2 + 0,8(1) = 8,6 𝑣𝑜𝑙𝑡
6. Sebuah generator listrik AC menghasilkan tegangan sesuai persamaan berikut:
Tentukan:
a) Frekuensi sumber listrik
b) Tegangan maksimum yang dihasilkan
c) Nilai tegangan efektif sumber
Jawaban :
a) Frekuensi sumber listrik
∈= 𝐵 𝐴 𝑁 𝜔 sin 𝜔𝑡
∈= 220√2 sin 120 𝜋𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝜔 = 120𝜋
2𝜋𝑓 = 120𝜋
𝑓 = 60 𝐻𝑧
b) Tegangan maksimum yang dihasilkan
∈𝑚𝑎𝑘𝑠
∈𝑒𝑓 = √2
∈= 220√2𝑣𝑜𝑙𝑡
∈𝑚𝑎𝑘𝑠
∈𝑒𝑓 = √2
63
220√2
∈𝑒𝑓 = = 220𝑐𝑜𝑙𝑡
√2
7. Sebuah kumparan dengan jumlah lilitan 100 dalam waktu 0,01 detik
menimbulkan perubhan fluks magnet sebesar 10-4 Wb, berapat ggl induksi
yang timbul pada ujung-ujung kumparan tersebut?
Jawaban :
Diketahui :
N = 100 lilitan
dΦ /dt = 10-4 Wb/ 0,01 s = 10-2 Wb/s
Ditanya :
ε =….?
Pembahasan :
ε = -N (dΦ/dt)
ε = – 100 (10-2)
ε = -1 volt
(tanda negatif hanya menunjukkan arah arus induksi)
64
Penyelesaian :
Vp/Vs = Is/Ip
Ip = (Vs/Vp) x Is
Ip = (120 V/12 V) x 0,6 A
Ip = 6 A
Vp/Vs = Np/Ns
Ns = (Vs/Vp) x Ns
Ns = (120 V/12 V) x 300
Ns = 3000
Jadi, kuat arus primernya 0,6 A dan kumparan sekunder terdiri atas 3.000 lilitan.
9. Sebuah trafo arus primer dan sekundernya masing-masing 0,8 A dan 0,5 A. Jika
jumlah lilitan primer dan sekunder masing-masing 100 dan 800, berapakah
efisiensi trafo?
Jawab:
Diketahui:
Ip = 0,8 A
Np = 1.000
Is = 0,5 A
Ns = 800
Ditanya:
η = ... ?
Penyelesaian:
η = (Is x Ns/ Ip x Np) x 100%
η = (0,5 A x 800/ 0,8 A x 1000) x 100%
η = (400/ 800) x 100%
η = 0,5 x 100%
η = 50%
65
Jadi, efisiensi trafo sebesar 50%.
10. Efisiensi sebuah trafo 60%. Jika energi listrik yang dikeluarkan 300 J, berapakah
energi listrik yang masuk trafo?
Jawab:
Diketahui:
η = 60%
Ws = 300 Jz
Ditanya:
Wp = ... ?
Pembahasan:
η = (Ws/Wp) x 100%
60% = (300 J/Wp) x 100%
60% = (300 J/Wp) x 100%
6 = 3000 J/Wp
Wp = 3000 J/6
Wp = 3000 J/6
Wp = 500 J
Jadi, energi yang masuk trafo sebesar 500 J.
66
PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI
Penanya :
1. Hafizh Ma’arif Setiadi (2018-71-152)
2. Muhammad Luthfiansyah R (2018-71-148)
3. Belgis Amarilla (2018-71-151)
4. Armansa Dito Pratama (2018-71-144)
5. Cindy Arifadea Hamidah (2018-71-143)
6. Dega Prastyo Utama (2018-71-156)
7. Fikri Aldi Prakas (2018-71-154)
Penjawab :
1. Dhira Pratami (2018-71-126)
2. Jose Immanuel Siregar (2018-71-153)
3. Wendi Nurmizan (2018-71-128)
4. Abdul Malik (2018-71-149)
5. Aditya Pratama Vamca Tantra (2018-71-146)
6. Reynaldi Handrian Bayu L.S (2018-71-155)
7. Vicario Sillarts Nosi (2018-71-138)
SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan monoton?
2. Mengapa saat tegangan (V) semakin besar, arus yang mengalir (I) menjadi
semakin kecil? Sedangkan pada Hukum Ohm, tegangan berbanding lurus dengan
arus yang mengalir?
3. Apakah kuat medan magnet di ujung dan di pusat solenoida sama atau berbeda?
Jelaskan!
4. Apakah bisa jika pada persamaan 𝐹 = 𝐹1 = 𝐹2 , F1 dan F2 posisinya ditukar?
5. Jelaskan mengapa F menjadi tarik menarik dan mengapa arusnya saling tolak
menolak?
6. Bagaimana bentuk medan magnet pada saat AC dan bagaimana bentuk medan
magnet pada transformator?
67
7. Sebutkan penerapan trafo step up dan step down pada kehidupan sehari-hari!
JAWABAN
1. Monoton yakni berarti tidak berubah-ubah
2. Karena lilitan pada bagian outputnya juga semakin banyak otomatis hambatannya
juga semakin besar sehingga arus yang dihasilkan menjadi kecil.
3. Karena kuat magnet pada solenoida akan kuat jika di letakkan di dalam atau di
tengah dan akan lemah jika berada di luar atau di ujung, serta solenoida idealnya
berada di tengah.
4. Jika F1 ditukar denga F2 itu bisa karena diketahui bahwa 𝐹 = 𝐹1 = 𝐹2 dimana 𝐹 =
𝐵. 𝐼. 𝐿 atau besar gaya sebanding dengan kuat medan magnet, arus listrik, dan
panjang kawat.
5. Karena pada saat kawat sejajar di situ terdapat cross dan dot. Dimana cross yaitu
arah masuk bidang seangkan dot adalah arah yang keluar bidang. Pada saat arah
yang masuk bidang atau cross, arah gaya menunjuk ke kanan sedangkan pada dot
gaya menunjuk keluar sehingga akan terjadi tarik menarik.
Sedangkan untuk arusnya yang berlawanan, di situ ada arus cross dan cross. Yang
dimana akan sama-sama keluar. Jika arus listrik yang mengalir ke bawah, maka
arah gayanga ke kiri karena masuk bidang atau cross. Sedangkan pada saat arah
listrik yang mengalir ke atas maka arah gaya yang masuk itu ke kiri, berarti terjadi
tolak menolak.
6. Jadi, arah atau bentuk medan magnet di sini mengikuti arah arus listriknya. Jika
pada rangkaian arus DC, arusnya searah. Sehingga arah medan magnetnya di
tentukan. Namun jika pada rangkaian AC yang arusnya berubah-ubah, tentu saja
arah medan magnetnya nanti juga akan berubah-ubah tergantung arah arusnya.
Sama halnya dengan yang terjadi pada transformator. Pada transformator, arus
yang digunakan adalah arus AC dan di transformator sendiri itu memiliki 2
kumparan alirnya arah medan magnet yang dihasilkan berubah-ubah tergantung
arah arus yang melalui kumparan.
7. Contoh penerapan trafo step up dan step down dapat kita lihat pada proses
pengaliran listrik dari pusat pembangkit hingga sampai pada rumha-rumah.
Pertama-tama tegangan yang dikeluarkan generator pembangkit listrik biasanya
68
berkisar 11kV. Kemudian teganggan 11 kV ini dinaikkan menggunakan trafo step
up menjadi tegangan tinggi 70 kV sampai 150 kV atau sampai dengan tegangan
extra tinggi 500 kV. Tujuan dari penaikan tegangan ini yakni untuk mengurangi
kerugian akibat hambatan pada kawat penghantar selagi proses transmisi.
Tegangan yang sudah dinaikkan ini kemudian ditransmisikan melalui jaringan
Saluran Udara Tenganan Tinggi (SUTT) atau melalui Saluran Udara Tegangan
Extra Tinggi (SUTET) menuju ke Gardu Induk (GI). Pada gardu induk inilah
tegangan diturunkan voltasenya menjadi tegangan menengah 20 kV menggunakan
trafo step down.
Setelah diturunkan, sehingga tegangan menengah 20 kV ini kemudian disalurkan
melalui saluran distribusi atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), yang
kemudian menuju trafo distribusi. Pada trafo-trafo distribusi voltasenya
diturunkan lagi dari 20 kV menjadi 380 atau 220 V.
69
KESIMPULAN
Magnet merupakan fenomena yang timbul karena adanya aliran listrik melalui
kumparan kawat sehingga pada kumparan kawat tersebut timbul medan magnet (Hukum
Oersted). Semakin banyak lilitan, maka semakin kuat pula medan magnetnya atau
berbanding lurus. Ini sesuai dengan konsep induksi elektromagnetik. Medan magnet
sendiri adalah suatu daerah yang masih terpengaruh gaya magnetik. Medan magnet
dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet yang selalu keluar dari kutub utara
magnet dan kutub selatan magnet. Sementara di dalam magnet, garis-garis gaya magnet
memiliki arah dari kutub selatan magnet ke kutub utara magnet. Garis-garis tersebut
tidak pernah saling berpotongan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, S., 2009. Fisika Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
http://www.academia.edu/11736561/Medan_Magnet_Gaya_Lorentz_dan_Energi_Elektr
ostatik
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Fisdas2_6%20[Compatibility%20Mode].pdf
https://www.gurupendidikan.co.id/induksi-elektromagnetik-pengertian-penerapan-dan-
rumus/
71