Anda di halaman 1dari 73

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 1
BAB I GAYA DALAM MEDAN MAGNET.............................................................. 3
1.1 Pengertian Medan Magnet........................................................................... 3
1.2 Visualisasi Medan Magnet.......................................................................... 3
1.3 Gaya Lorentz................................................................................................5
1.3.1 Lorentz Pada Kawat Berarus Listrik................................................5
1.3.2 Gaya Lorentz Pada Kawat Sejajar Yang Berarus Listrik..................6
1.3.3 Gaya Lorentz Pada Muatan Bergerak Dalam Medan Magnet..........7
1.3.3.1 Besar gaya yang dialami partikel bermuatan yang
bergerak dalam medan magnetik........................................8
1.3.3.2 Arah gaya yang dialami partikel bermuatan yang
bergerak dalam gaya magnetik...........................................9
1.3.3.3 Bentuk lintasan partikel bermuatan dalam suatu
medan magnetik................................................................11
1.4 Manfaat dan Aplikasi Gaya Lorentz...........................................................13
1.5 Contoh Soal dan Penyelesaian ................................................................. 15
BAB II SUMBER DALAM MEDAN MAGNET.......................................................22
2.1 Medan Magnetik Sebagai Muatan Yang Bergerak....................................22
2.2 Medan Magnetik Sebuah Elemen Arus.....................................................25
2.3 Medan Magnet Sebuah Konduktor Lurus Yang Mengangkut Arus
....................................................................................................................27
2.4 Gaya di Antara Konduktor-konduktor Pararel...........................................30
2.5 Medan Magnetik sebuah simpal arus lingkaran.........................................33
2.6 Material Magnetik......................................................................................36
2.6.1 Paramagnetisme..............................................................................36
2.6.2 Diamagnetisme...............................................................................38
2.6.3 Feromagnetisme..............................................................................39
2.7 Arus Pergeseran..........................................................................................40
2.8 Contoh Soal dan Penyelesaian...................................................................41
BAB III PENERAPAN INDUKSI ELEKTROMAGNET.........................................48

1
3.1 Pengertian Induksi Elektromagnetik..........................................................48
3.2 Proses Terjadinya Induksi Elektromagnetik...............................................48
3.3 Penerapan Induksi Elektromagnetik Dalam Kehidupan Sehari-hari
....................................................................................................................50
3.3.1 Generator listrik..............................................................................50
3.3.2 Transformator.................................................................................52
3.3.3 Macam-macam Transformator.......................................................53
3.3.4 Transformator Ideal........................................................................53
3.3.5 Efisiensi Transformator..................................................................54
3.4 Induktor......................................................................................................54
3.5 Terjadinya Medan Magnet..........................................................................55
3.5.1 Induktansi Searah...........................................................................55
3.5.2 Induktansi Bolat-Balik....................................................................56
3.5.3 Pengisian Induktor..........................................................................57
3.5.4 Pengosongan Induktor....................................................................57
3.6 Rumus Induksi Elektromagnetik................................................................58
3.7 Contoh Soal dan Penyelesaian...................................................................59
PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI......................................................67
KESIMPULAN .............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................71

2
BAB I
GAYA DALAM MEDAN MAGNET

1.1 Pengertian Medan Magnet

Medan magnet merupakan sebuah gambaran yang biasa kita gunakan untuk
merepresentasikan bagaimana gaya magnet terdistribusi diantara suatu benda
bermagnet atau disekitar benda bermagnet tersebut.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa magnet memiliki dua kutub dimana
jika kita dekatkan dua buah magnet maka dapat terjadi gaya tarik-menarik ataupun
gaya tolak-menolak tergantung kutub-kutub yang didekatkan. Selain itu, kita juga
tahu bahwa gaya tarik-menarik atau tolak-menolak tersebut memiliki batas
jangkauan disekitar magnet tersebut yang tidak bisa kita lihat. Medan magnet
dapat mendeskripsikan bagaimana gaya yang tidak terlihat tersebut disekitar
magnet.[1][2]

1.2 Visualisasi Medan Magnet

Terdapat dua cara untuk menggambarkannya:

1. Dideskripsikan secara matematik sebagai vektor. Setiap vektor pada setiap


titik yang berbentuk panah tersebut memiliki arah dan besaran tergantung dari
besar gaya magnetik pada titik tersebut.[1][3]

Gambar 1. Vektor medan magnet pada sebuah


magnet persegi panjang

3
2. Cara lain untuk mengilustrasikannya adalah dengan menggunakan garis.
Setiap vektor disambungkan dengan sebuah garis yang tidak terputus dan
banyaknya garis dapat dibuat sebanyak mungkin. [1][3]

Cara inilah yang paling sering dipakai untuk menggambarkan suatu medan
magnet.

Gambar 2. Garis-garis medan magnet


pada sebuah magnet persegi panjang

Garis-garis medan magnet memiliki karakteristik yang berguna untuk analisa:

 Setiap garis tidak pernah berpotongan satu sama lain[1]


 Garis akan makin semakin rapat pada wilayah dimana medan magnet
semakin besar. Hal ini menandakan bahwa semakin rapat garis-garis medan
magnet, maka semakin besar gaya magnetnya pada wilayah tersebut.[1]
 Garis-garis ini tidak bermulai atau berhenti dari manapun, akan tetapi garis-
garis tersebut membentuk suatu lingkaran tertutup dan tetap menyambung di
dalam material magnet.[1]
 Arah medan magnet direpresentasikan dengan panah pada garis-garisnya.
Terkadang, tanda panah tidak digambar pada garis-garis medan magnet, akan
tetapi medan magnet akan selalu memiliki arah dari kutub Utara (North) ke
Selatan (South).[1]
 Garis-garis ini dapat divisualisasikan secara nyata. Cara yang paling
sederhana adalah dengan menyebarkan bubuk pasir besi di sekitar magnet dan
akan menghasilkan karakteristik yang sama seperti pada garis-garis medan
magnet.[1]

4
Gambar 3. Visualisasi secara nyata
menggunakan bubuk pasir besi

1.3 Gaya Lorentz

Lorentz merupakan nama dari sebuah gaya dalam fisika modern yang
diambil dari nama belakang seorang ahli fisika kelahiran Arnhem Belanda yang
bernama Hendrik Anton Lorentz. Ahli fisika asal negeri kincir angin ini meneliti
tentang sebuah interaksi penghantar berarus yang diletakkan di dalam sebuah
medan magnet. Dan hasilnya ia berhasil menemukan sebuah gaya yang kemudian
disebut dengan gaya lorentz. Berdasarkan hasil kerja ilmuwan-ilmuwan
sebelumnya, Lorentz mengoreksi dan merampungkan hukum gaya
elektromagnetik yang sekarang menyandang namanya. [2][3]

Gaya lorentz merupakan gabungan antara gaya elektrik dan gaya magnetik
pada suatu medan elektromagnetik. Gaya Lorentz ditimbulkan karena adanya
muatan listrik yang bergerak atau karena adanya arus listrik dalam suatu medan
magnet. Arah dari gaya Lorentz selalu tegak lurus dengan arah kuat arus listrik (I)
dan induksi magnetik yang ada (B). [1][3]

1.3.1 Gaya Lorentz pada Kawat Berarus Listrik

Dalam berbagai aplikasi soal fisika sering sekali kita menanyakan


arah dari gaya lorentz. Untuk menentukan arah gaya lorentz kita bisa
menggunakan dua alternatif cara / kaidah yakni dengan kaidah tangan kanan
atau kaidah pemutaran sekrup. Lihatlah seperti gambar yang ada dibawah
berikut ini.[2][3]

5
Besar gaya Lorentz sebanding dengan kuat medan magnet, arus
listrik, dan panjang kawat. Bila kedudukan gaya, kuat medan magnet dan
arus listrik saling tegak lurus, maka besarnya gaya Lorentz bisa dirumuskan
seperti yang ada dibawah berikut ini.[2][3]

Ditentukan dengan rumus:

Florentz = B . I . l . Sin θ

Keterangan:

F = Gaya Lorentz (Newton)


B = Kuat Medan Magnet (Tesla)
I = Kuat Arus yang mengalir pada kawat (Ampere)
l = Panjang Kawat (Meter)
θ = Sudut antara arah I dan B

1.3.2 Gaya Lorentz pada Kawat Sejajar yang Berarus Listrik


Ketika terdapat dua buah kawat dengan panjang l dialiri arus listrik
sebesar I yang tiap kawat diletakkan pada suatu medan magnetik sebesar B,
maka akan timbul gaya Lorentz berupa gaya tarik menarik ataupun tolak
menolak tergantung dari arah arus listrik pada tiap kawat. Jika kedua kawat
memiliki arah arus yang searah, maka akan mengalami gaya tarik menarik;
apabila arah arus pada kedua kawat saling bertolak belakang/berlawanan,
maka akan mengalami gaya tolak-menolak.[2][3]

6
Besarnya gaya tarik-menarik ataupun tolak-menolak pada kawat sejajar
berarus listrik dapat dicari dengan menggunakan rumus: [2][3]

μo I 1 I 2
Florentz = F1 = F2 = l
2 πa

Keterangan:

F1 = F2 = F = gaya tarika menarik atau tolak menolak (Newton)

μo = permeabilitas vakum (4 π. 10-7 Wb/Am)

I1 = kuat arus pada kawat A

I2 = kuat arus pada kawat B

l = panjang kawat penghantar

a = jarak kedua kawat

1.3.3 Gaya Lorentz pada Muatan Bergerak dalam Medan Magnet

Sebuah penghantar berarus mengalami suatu gaya ketika


diletakkan dalam suatu medan magnetik. lurus listrik dapat dipandang
sebagai partikel bermuatan yang bergerak sehingga kita pikir medan
magnetik yang bekerja pada partikel partikel bermuatan, seperti ion-ion atau
elektron-elektron menyebabkan timbulnya gaya pada partikel-partikel

7
tersebut. Gaya yang dikerjakan pada penghantar tidak lain ialah resultan
gaya-gaya yang bekerja pada elektron-elektron yang bergerak dalam
penghantar tersebut.[1][2]

Foto pada Gambar dibawah ini menunjukkan gaya yang bekerja


pada partikel-partikel bermuatan yang bergerak dalam suatu daerah medan
magnetik. Pada Gambar (a) tidak ada medan magnetik, terlihat lintasan
elektron berupa garis lurus. Kemudian, medan magnetik diberikan dan kita
amati lintasan yang ditempuh elektron. Pada gambar b. Terlihat lintasan
eletron dibelokkan sehingga berbentuk busur lingkaran.[1][2]

Sehingga pengamatan ini menunjukkan bahwa:

Partikel bermuatan yang bergerak di dalam suatu daerah medan


magnetik akan mengalami gaya. Gaya ini disebut gaya Lorentz.[1][2]

Gambar (a) Gambar (b)

1.3.3.1 Besar gaya yang dialami partikel bermuatan yang bergerak dalam
Medan Magnetik

Ketika terdapat muatan listrik q yang bergerak dengan kecepatan v


pada suatu medan magnetik sebesar B, maka muatan listrik tersebut
akan mengalami gaya Lorentz yang besarnya dapat dihitung
dengan rumus [1][2]:

Florentz = q v B sin α

Keterangan:

8
q = Muatan listrik (Coloumb)
v = Kecepatan gerak muatan listrik (m/s)
B = Kuat medan magnet (Tesla)
α = Sudut yang dibentuk oleh B dan v

1.3.3.2 Arah gaya yang dialami partikel bermuatan yang bergerak dalam
gaya magnetik

Kita telah dapat menentukan besar gaya yang dialami oleh


partikel bermuatan yang bergerak dalam medan magnetik dengan
Persamaan di atas Bagaimana kita menentukan arah gayanya[2][3].

Arah gaya Lorentz yang dialami oleh partikel bermuatan


dapat kita tentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan
kedua (Gambar 2) sebagai berikut[1].

Bila tangan kanan dibuka dengan jempol menunjukkan


partikel bermuatan (v) dan keempat jari lain yang dirapatkan
menunjukkan arah medan magnetik (B) maka arah dorong telapak
tangan menunjukkan arah gaya Lorentz (FL)[1][2]

Perhatikan! Jika partikel bermuatan positif (misal proton)


maka arah gaya Lorentz yang dialami partikel adalah searah
dengan arah gaya F yang diperoleh dari kaidah tangan kanan kedua
Tetapi jika partikel bermuatan negatif (misal elektron) maka arah
gaya Lorentz yang dialami partikel haruslah berlawanan dengan
arah gaya F yang diperoleh dari kaidah tangan kedua.[1]

9
Menentukan arah gaya pada partikel bermuatan dengan
kaidah tangan kanan kedua[1]
Contoh:
Sebuah partikel bermuatan listrik bergerak memasuki gaya
magnetik (lihat gambar). Kemanakah arah gaya Lorentz yang
dialami oleh partikel tersebut jika partikel tersebut adalah: proton,
elektron.[2]

Jawab:
Mari kita gunakan kaidah tangan kanan kedua untuk
memecahkan soal.
Arahkan jempol Anda sesuai dengan arah gerak partikel,
yaitu ke arah Z+, dan putar keempat jari lain yang dirapatkan
sehingga menunjuk arah gaya magnetik, yaitu ke arah X+. Anda
peroleh bahwa arah telapak tangan Anda mendorong adalah ke
arah Y—. Jadi, arah gaya F yang diperoleh dari kaidah tangan
kanan kedua adalah ke arah Y. [1]
Untuk partikel bermuatan positif seperti proton, arah gaya
Lorentz yang dialami partikel bermuatan adalah searah dengan
arah gaya F yang diperoleh dari kaidah tangan kanan kedua. Jadi,
arah gaya Lorentz yang dialami proton adalah ke arah Y.[1]
Untuk partikel bermuatan negatif, seperti elektron, arah gaya
Lorentz yang dialami partikel bermuatan adalah berlawanan arah
dengan arah gaya F yang diperoleh dari kaidah tangan kanan
kedua. Jadi, arah gaya Lorentz yang dialami elektron adalah ke
arah Y+.[1]

10
1.3.3.3 Bentuk lintasan partikel bermuatan dalam suatu medan magnetik

a. Partikel bergerak sejajar dengan medan magnet (v//B) berarti


' sehingga: F = qvB sin = 0 Karena F = 0, maka partikel
tidak dibelokkan dalam medan magnet. Ini menyebabkan
lintasan partikel berbentuk garis lurus.[2][3]
b. Partikel bergerak tegak lurus terhadap medan magnet (v B),
berarti  = 90' F = qvB sin 90' = qvB
Arah gaya Lorentz F kita tentukan dengan kaidah
tangan kanan.[2][3]

Gaya Lorentz di A. Arahkan jempol sesuai dengan


arah gerak muatan (ke kanan) dan arahkan keempat jari
lainnya sesuai dengan arah B (masuk ke bidang), maka kita
peroleh arah dorong telapak tangan (arah F) adalah ke atas.[2]
[3]
Gaya Lorentz di C. Dengan cara yang sama, untuk arah
gerak muatan (v) ke atas dan arah B masuk ke bidang kertas,
maka kita peroleh arah gaya Lorentz F ke kiri.[2][3]
Pada gambar di samping diperlihatkan bahwa arah gaya
F selalu menuju ke titik yang sama, yaitu titik pusat. Gaya F
yang bersifat seperti ini adalah gaya sentripetal pada
lingkaran. Jari-jari lintasan yang ditempuh oleh partikel yang
bergerak tegak lurus dalam medan magnetik dapat kita hitung
dengan cara menyamakan gaya sentripetal dengan gaya
Lorentz.[2][3]

FS = FL
v2
F =m = q.v.B
R
m. v
R=
q.B
dengan

11
R = jari-jari lintasan (m)
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan (m/s)
B = besar induksi magnetik (Wb m-2 = T)
q = muatan listrik (coulomb).

c. Partikel bergerak membentuk sudut 30 terhadap medan


magnet.

Misalkan B dan v terletak pada bidang XOY dan arah B


searah dengan sumbu X. Kecepatan v dapat diuraikan atas
komponen vx dan vy. Komponen vy. yang tegak lurus B, sesuai
dengan kaidah tangan kanan, menghasilkan: Lorentz Fz yang
tegak lurus vy. Gaya Fz ini berfungsi sebagai gaya sentripetal,
sehingga muatan akan bergerak lingkaran, dengan letak
lingkaran sejajar dengan bidang YOZ. Komponen vx. yang
sejajar B tidak menghasilkan gaya Lorentz pada muatan,
sehingga muatan akan lurus pada sumbu X.[2][3]
Gabungan dari kedua gerak ini menghasilkan lintasan
bebentuk spiral atau helix dfflzaill, sumbu lintasan (poros)
sejajar terhadap sumbu X, seperti ditunjukkan pada Gambar.[2]
[3]

1.4 Manfaat dan Aplikasi Gaya Lorentz

12
Manfaat dan aplikasi terbesar dari penerapan gaya Lorentz adalah motor
listrik. Dengan mengalirkan arus listrik pada kumparan di dalam medan magnet,
dapat dihasilkan gaya Lorentz berupa rotasi pada motor listrik untuk
menggerakkan batang shaft yang kemudian dapat dipakai untuk segala kebutuhan.
[2][3]

 Cara Kerja Motor Listrik


Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang rfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut generator atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan
pada peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan
penyedot debu. Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga
mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi
magnet yang disebut sebagai elektro magnit.[2][3]
Sebagaimana kita ketahui bahwa : kutub-kutub dari magnet yang
senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama, tarik-menarik.
Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet
pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu
kedudukan yang tetap.[2][3]
Motor Listrik

Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang


mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini
digunakan untuk, misalnya, memutar impeller pompa, fan atau blower,
menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dll. Motor listrik digunakan
juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri. Motor listrik
kadangkala disebut kuda kerjanya industri sebab diperkirakan bahwa motor-
motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri Bagaimana
sebuah motor listrik bekerja[2][3].

13
Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama, arus
listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya Jika kawat yang
membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop, maka kedua
sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya
pada arah yang berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/
torque untuk memutar kumparan. Motor-motor memiliki beberapa loop pada
dinamonya untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan
magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan
medan. Dalam memahami sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang
dimaksud dengan beban motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga
putar/ torque sesuai dengan kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya
dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok (BEE India, 2004): Beban torque
konstan adalah beban dimana permintaan keluaran energinya bervariasi
dengan kecepatan operasinya namun torque nya tidak bervariasi. Contoh
beban dengan torque konstan adalah conveyors, rotary kilns, dan pompa
displacement konstan. Beban dengan variabel torque adalah beban dengan
torque yang bervariasi dengan kecepatan operasi. Contoh beban dengan
variabel torque adalah pompa sentrifugal dan fan (torque bervariasi sebagai
kwadrat kecepatan).[2][3]
Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor
listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor
asinkron IEC berbasis metrik (milimeter), sedangkan motor listrik
NEMA berbasis imperial (inch), dalam aplikasi ada satuan daya dalam
horsepower (hp) maupun kiloWatt (kW).[2][3]
Selain motor listrik, aplikasi gaya Lorentz diterapkan pada railguns,
linear motor, loud speaker, generator listrik, linear alternator, dan lain
sebagainya.[3]

14
1.5 Contoh Soal dan Penyelesaian

1. Kawat penghantar AB dan PQRS berturut-turut dialiri arus listrik 20A dan 30 A
seperti gambar berikut.

B Q R

I1

10 cm

Jika PQ = 40 cm, QR = 20cm, dan AB= 50 cm, resultan dan arah Lorentz pada
kawat AB adalah….
A P S
Penyelesaian :

B Q R

I1 I2
FPQ FRS I2

a1
a2

A P a1 = 10 cm = 0,1
S m
a2 = 10+20 cm = 30cm = 0,3 m

FPQ = µ0I1I2lAB
2πa1
FPQ = (4 π x 10-7)(20)(30)(5x10-1)
(2π ¿ (10-1)
FPQ = 6 x 10-4 N

FRS = µ0I1I2lAB
2πa2
FRS = (4 π x 10-7)(20)(30)(5x10-1)
(2 π ¿ (3 x10-1)
FRS = 2 x 10 -5
FAB = FPQ - FRS
FAB = (6 x 10-4) – (0,2 x 10-4)
FAB = 5,8 x 10 -4 N searah FRS

15
2. Sebuah partikel bermuatan 1 μC bergerak tegak lurus dalam medan magnet
homogen yang besarnya 10-4 T dengan jika kecepatan partikelnya 105 m/s. ,
maka tentukan gaya Lorentz yang dialami oleh partikel ?
Jawab :
Diketahui : q = 1 μC = 10-6 C
B = 10-4 T
V = 105 m/s
Ditanya : FL = …………….. ?
Dijawab :
FL = q . v . B . sin θ
= 10-6 C . 10-4 T . 105 m/s
= 10-5 N

3. Sebuah muatan positif bergerak dibawah sebuah kawat berarus listrik sebesar
5 A berjarak 10 cm. Kecepatan muatan 2000 m/s searah dengan arah arus
listrik. Jika besar muatannya 2.106 C berapa besar dan arah gaya Lorentz yang
dialami oleh muatan tersebut ?
Jawab :
Diket : I = 5 A
a = 0,1 m
v = 2000 m/s
Q = 2.106 C
Ditanya : FL = ….. ?
Dijawab : FL= B.Q.v sin θ
= μ0. I. Q. v. (sin 90/2π. a)
= 4π. 107. 5. 2.106 . 2000 / 2π. 0,1
= 4. 108 Newton dengan arah mendekati kawat

4. Suatu partikel bermuatan 0,04C bergerak sejajar dengan kawat bearus listrik 10A.
Jika jarak partikel kawat 5cm, laju partikel 5m/s dam, maka gaya yang dialami
partikel adalah..
Jawab:

16
F= Bqv sin θ B= µ0i
2π a
F= µ0iqv sin θ
2π a
F= 4π. 10-7 .10. 0,04 .5 sin 90˚

2π.5x 10-2

F= 8 x 10-6 N = 8 µ N

5. Tiga Buah kawat sejajar dialiri arus listrik dengan arah seperti gambar , Jika Jarak
masing- masing kawat adalah a = 4 cm dan besar arus adalah masing-masing
sama 8 A . Tentukan besar dan arah gaya Lorentz persatuan panjang yang dialami
oleh kawat B ?

Jawab :

F L μ0 I 1 I 2
FB= =
l 2 πa

4 π . 10−7 .8 .8
FB=
2 π .4 . 10−2
−4
FB=3,2 .10 Newton dengan arah ke atas

F L μ0 I 1 I 2
F BC = =
l 2 πa

4 π .10−7 .8 .8
FBc =
2 π .4 . 10−2
−4
FB C =3,2 .10 Newton dengan arah ke atas

17
Karena FAB dan FBC searah maka ,
FB = gaya total yang dialami B adalah FAB + FBC = 6,4 . 10-4 N
Dengan arah keatas

6. Jika terdapat Sebuah Kawat dengan Panjang sebesar 4 meter yang telah dialiri
oleh Arus Listrik sebesar 25 Ampere. Maka Kawat tersebut akan berada di dalam
pengaruh Medan Magnet sebesar 0.06 Telsa yg akan membentuk Sudut 30 Derajat
terhadap Kawat. Maka hitunglah Besarnya Gaya Lorentz yg bekerja di Kawat
tersebut?

Diketahui:

I = 25 Ampere

l = 4 meter

B = 0.06 Telsa

a = 30 derajat

Ditanya :

F = ..........?

Jawaban:

F = B I l Sin a

F = 0.06 x 25 x 4 sin 30º

F=3N

7. Sebuah penghantar sepanjang 4 m dialiri arus listrik dan menembus medan


magnet homogen seperti gambar berikut.

I = 2,5A

18
Apabila kuat medan magnet 0,05T, besar dan arah gaya magnet yang dialami
penghantar sebesar

Diketahui: Ɩ = 4m

I = 2,5A

B = 0,05T

Ditanya: F?

Jawab: F = B I Ɩ

= 0,05 x 2,5 x 4

= 0,5 N kebawah

8. Dua kawat sejajar satu sama lain berjarak 10 cm, pada kedua kawat mengalir arus
listrik yang sama besar yaitu 10 A dengan arah arus yang sama. Bila panjang
kawat 1 meter maka tentukan besar dan arah gaya Lorentz yang dialami kedua
kawat!

Diketahui :

I1 = I2 = 10 A

a = 10 cm = 0,1 m

ℓ = 1 meter

Ditanya :

FL = …………………….?

Dijawab :

4π x 10 -7 x 10 x 10
FL = 1
2π x 0,1

= 2 x 10-4 N

Dengan arah saling tarik menarik

19
9. Sebuah kawat berarus listrik I = 2 A membentang horizontal dengan arah arus dari
utara ke selatan, berada dalam medan magnet homogen B = 10 – 4 T dengan arah
vertikal ke atas. Bila panjang kawatnya 5 meter dan arah arus tegak lurus arah
medan magnet. Berapa besar dan arah gaya Lorentz yang dialami oleh kawat ? ...

Diketahui :

I = 2A

B = 10– 4 T

ℓ=5m

Ditanya :

FL?

Dijawab :

FL = I . ℓ . B . sin θ

= 2 ampere x 5 meter x 10-4 Tesla x sin 90

= 10-3 newton

Dengan arah gaya menunjuk ke Barat

10. Suatu kawat penghantar lurus panjang yang dialiri arus listrik i=4A terletak
diruang hampa.sebuah elektron bergerak lurus sejajar dengan kawat dan
berlawanan arah dengan arah arus,dengan kelajuan 5.104m/s.Bila jarak elektron
dari kawat 16mm,maka gaya magnet yang dialami elektron besarnya.

Diketahui: I = 4 A

v = 5.104 m/s

a = 16 mm

q = 1,6.10-19 C

Ditanya: F?

μoi
Jawab: F = Bqv sin0 B =
2πa

20
μ o Iqv
F= sin 90
2 πa

4 π .10−7 4.1,6 . 10−19 5. 104


F=
2 π .16 .10−3

F = 4.10-19N

21
BAB II
SUMBER MEDAN MAGNET

2.1 Medan Mangnetik Sebagai Muatan Yang Bergerak


Kita mendapatkan bahwa di sebuah titik medan sejauh r dari sebuah
muatan titik q, besarnya medan listrik ⃗
E yang disebabkan muatan |q| dan
sebanding dengan 1/r2, dan arah ⃗E (untuk q yang positif) adalah sepanjang
garis dari titik sumber ke titik medan. Hubungan yang bersangkutan untuk medan
magnetic ⃗ B sebuah muatan q yang bergerak dengan kecepatan konstan
mempunyai beberapa kemiripan dan beberapa perbedaan yang menarik.[9][10]

Eksperimen-eksperimen bahwa besarnya ⃗


B juga berbanding dengan |q|
dan sebanding dengan1/r2. Tetapi arah ⃗
B tidak sepanjang garis dari titik
sumber ke titik medan. Sebagai gantinya, ⃗
B
tegak lurus terhadap bidang yang
mengandung garis ini dan vector kecepatan partikel ⃗ , seperti yang
V
diperhatikan dalam gambar 29-1. Lagi pula, besar medan B itu juga sebanding
dengan laju partikel V dan sebanding dengan sinus sudut ∅ diantara ⃗
V dan

B . Jadi besar medan magnetic di titik p diberikan oleh.[9][10]

μ0 |q|vsin ∅
B= 2
( 29−1)
4π r

Dengan µo/4π adalah konstanta kesebandingan (µo dilafalkan sebagai


“miu-nought” atau “miu sub-nol”). Alas an mengapa konstanta itu ditulis

22
demikian akan dipaparkan kemudian. Kita telah melakukan sesuatu yang serupa
dengan hukum coulomb dalam subbab 22-5.[9][10]
Kita dapat menggabungkan besar dan arah ⃗
B ke dalam sebuah
persamaan vector tunggal dengan menggunakan perkalian vector. Untuk
menghindari penggunaan istilah “arah dari sumber q ke titik medan p” secara
berulang-ulang , maka di sini akan diperkenalkan vector satuan r^ (“r-topi”)
yang menunjuk dari titik sumber ke titik medan. Vector satuan ini sama dengan
vector r^ dari sumber ke titik medan dibagi panjang vector ⃗r itu: r^ =
⃗r /r. [9][10]
Maka medan --- sebuah muatan titik yang bergerak adalah
μ0 q ⃗v × r
B=
4 π r2
( medanmagnetik sebuah muatan titik dengan kecepatan konstan )
Gambar 29-1 memperlihatkan hubungan r^ dengan p dan juga
memperlihatkan medan magnetic ⃗
B pada beberapa titik di sekitar muatan itu.
Di semua titik sepanjang garis yang melalui muatan itu yang pararel dengan
kecepatan ⃗v , medan itu adalah nol karena sin ∅ = 0 di semua titik tersebut.
Di sembarang jarak r dari q, ⃗B mempunyai besar (magnitude) yang paling
besar di titik-titik yang terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap ⃗v
karena di semua titik tersebut, ∅ = 90o dan sin ∅ = 1. Jika muatan q
negative, maka arah ⃗ B berlawanan dengan arah yang diperlihatkan di dalam
gambar 29-1.[9][10]
Sebuah muatan titik yang bergerak juga menghasilkan suatu medan
listrik, dengan garis-garis medan yang memancar keluar dari sebuah muatan
positif. Garis-garis medan magnetic sepenuhnya berbeda. Pembicaraan di atas
memperlihatkan bahwa untuk sebuah muatan titik yang bergerak dengan
kecepatan ⃗v , garis-gari medan magnetic itu berupa lingkaran-lingkaran yang
berpusat pada garis ⃗v dan terletak pada bidang-bidang yang tegak lurus
terhadap garis ini. Arah garis medan untuk sebuah muatan positif diberikan oleh
kaidah tangan kanan berikut ini, yaitu salah satu dari beberapa kaidah yang akan
kita jumpai dalam bab ini untuk menentukan arah medan magnetic yang
disebabkan oleh sumber yang berbeda-beda. Gemgamlah vector kecepatan ⃗v

23
dengan tangan kanan anda sehingga ibu jari kanan anda menunjuk ke arah ⃗v ,
jari-jari anda yang lain kemudian melengkung mengelilingi garis ⃗v dalam arah
yang sama seperti garis-garis medan magnetic (dengan mengansumsikan q adalah
positif). Gambar 29-1a memperlihatkan bagian-bagian dari beberapa garis medan,
Gambar 29-1b memperlihatkan beberapa garis medan dalam sebuah bidang yang
melalui q yang tegak lurus terhadap ⃗v , seperti yang terlihat dengan
memandangnya dalam arah ⃗v .[9][10]
Persamaan (29-1) dan (29-2) menjelaskan medan ⃗
B dari sebuah
muatan titik yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jika muatan dipercepat,
medan menjadi jauh lebih rumit. Kita tidak akan memerlukan hasil-hasil yang
lebih rumit untuk tujuan pembelajaran kita. (partikel bermuatan yang bergerak
yang membuat arus dalam sebuah kawat akan dipercepat di titik-titik di mana
kawat itu bengkok dan arah ⃗v akan berubah. Tetapi karena besarnya vd dari
kecepatan penyimpan dalam sebuah konduktor umumnya sangat kecil, maka
2
percepatan v d /r adalah juga sangat kecil, dan efek percepatan itu dapat
diabaikan.[9]
Satuan B adalah satuan tesla (1 T):
s N
1T =1 N ∙ ∙m=1 ∙ m
C A
Dengan menggunakan ini Bersama dengan persamaan (29-1) atau (29-2),
kita mendapatkan bahwa satuan konstanta --- adalah
s2 N Wb
1N ∙ 2
=1 2 =1 ∙ m=1 T ∙ m/ A
c A A
Dalam satuan SI, nilai numerik μ0 tepatnya adalah 4 π ×10−7 . Jadi
2
s Wb
μ0=4 π × 10−7 N ∙ 4 π ×10−7 N ∙ m=4 π ×10−7 T ∙ m/ A (29-3)
C
2
A

Mungkin kelihatannya luar bisa bahwa μ0 benar-benar mempunyai


nilai numerik ini, ternyata ini adalah sebuah nilai yang didefisinikan yang timbul
dari difinisi ampere.[9][10]
Telah disebutkan dalam subbab 22-5 bahwa konstanta 1/4 π ∈0 dalam
hukum coulomb dihibungkan dengan laju cahaya c:

24
1 s2
k= =(10−7 N ∙ 2 )c 2
4 π ∈0 C

Ketika kita mempelajari gelombang elektromagnetik, kita akan


mendapatkan bahwa laju perambatan gelombang elektromagnetik dalam ruang
hampa, yang sama dengan laju cahaya c, diberikan oleh[10]

1
c 2= (29−4 )
∈0 μ0

Jika menyelesaikan persamaan k =1/4 π ∈0 untuk ∈0 , dan kita


mensubstitusikan pernyataan yang dihasilkan ke dalam persamaan (29-4), dan
menyelesaikan untuk μ0 , maka kita benar-benar mendapatkan nilai tersebut di
atas. Pembicaraan ini sedikit terlalu dini, tetapi dapat memberi anda sebuah
petunjuk mengenai salah satu benang pemersatu yang baik yang melingkupi teori
elektromagnetik.[9][10]

2.2 Medan Magnetik Sebuah Elemen Arus


Seperti halnya untuk medan listrik, ada sebuah prinsip superposisi medan-
medan magnetic (principle of superposition of magnetic fields), medan magnetic
total yang disebabkan oleh beberapa muatan yang bergerak adalah jumlah vector
dari medan-medan yang disebabkan oleh muatan-muatan individu.[6][7][8]
Kita mulai dengan menghitung medan magnetic yang disebabkan oleh
sebuah elemen pendek d ⃗i dari sebuah konduktor pengangkut arus, seperti yang
diperhatikan dalam gambar 29.3a. volume segmen itu adalah A dl, dengan A
adalah luas penampang konduktor itu. Jika terdapat n partikel bermuatan yang
bergerak persatuan volume yang masing-masing bermuatan q, maka muatan total
yang bergerak dQ dalam segmen itu adalah [6][8]
dQ = nqA dl.
Muatan bergerak dalam segmen ini ekuivalen dengan sebuah muatan tunggal dQ,
yang berjalan dalam suatu kecepatan yang sama dengan kecepatan penyimpan

25
(drift) ⃗v d . (medan magnetic yang di timbulkan oleh gerak acak dari muatan itu
secara rata-rata akan saling meniadakan di setiap titik). Dari persamaan (29-1)
besarnya medan d ⃗
B yang dihasilkan di sembarang titik medan p adalah

μ 0 |dQ| v d sin ∅ μ0 n|q| v d A dlsin ∅


dB= =
4π r2 4π r2

Tapi dari persamaan (26-2), n|q| v d A sama dengan arus I dalam elemen itu.
Maka
μ 0 I dl sin ∅
dB= (29−5) [6][7][8]
4π r2

Dalam bentuk vector , dengan menggunakan satuan r^ kita mempunyai

μ 0 I d ⃗i× r^
d⃗
B= ( medan magnetik sebuah elemen arus )
4 π r2

Dengan d ⃗I adalah sebuah vector dengan panjang dl, dalam arah yang
sama seperti arus dalam konduktor tersebut.[6][7]
Persamaan (29-5) dan (29-6) dinamakan hukum biot dan savart
(dilafalkan “Bi-o” dan “sa-va”). Kita dapat menggunakan hukum ini untuk
mencari medan magnetic total ⃗
B di sembarang titik dalam ruang yang di

26
timbulkan oleh arus dalam suatu rangkaian lengkap. Untuk melakukan ini, kita
mengintegralkan persamaan (29-6) terhadap segmen d ⃗I yang mengangkutarus
secara simbolik,
μ0 I d i×
⃗ r^

B=

∫ r
2

Dalam subbab berikutnya kita akan melakukan integral vector ini dalam
beberapa contoh.[6][7][8]
Seperti yang diperlihatkan pada gambar 29-3a, vector-vektor medan
d⃗
B dan garis-garis medan magnetic dari sebuah elemen arus persis
mempunyai vector medan dan garis arah kecepatan menyimpan v d . Garis-garis

medan itu adalah lingkaran-lingkaran dalam bidang-bidang yang tegak lurus
terhadap d ⃗I dan berpusat pada garis d ⃗I . Arahnya diberikan oleh kaidah
tangan kanan yang sama yang diperkenalkan untuk muatan-muatan titik.[6][7]
Kita tidak dapat membuktikan secara langsung persamaan (29-5) atau
(29-6) karena kita tidak pernah dapat bereksperimen dengan sebuah segmen yang
terisolasi dari sebuah rangkaian pengankut arus. Apa yang kita ukur secara
eksperimental adalah ⃗
B total untuk suatu rangkaian lengkap. Tetapi kita masi
dapat membuktikan persamaan-persamaan ini secara tidak langsung dengan
menghitung ⃗
B untuk berbagai konfigurasi arus dengan menggunakan
persamaan (29-7) dan dengan membandingkan hasil-hasil itu dengan pengukuran
eksperimental.[7][8]
Jika materi hadir dalam ruang di sekeliling suatu konduktor yang
mengangkut arus, maka medan di sebuah titik medan p dalam pinggirannya akan
mempunyai sebuah kontribusi tambahan yang dihasilkan dari magnetisasi material
itu. Meskipun demikian material itu adalah besi atau jenis material feromagnetik
lain, maka medan tambahan ini kecil dan biasanya dapat diabaikan. Kerumitan
akan bertambah jika hadir medan listrik atau medan magnetic yang berubah
terhadap waktu atau jika material itu adalah sebuah superkonduktor.[6][7][8]

2.3 Medan Magnet Sebuah Konduktor Lurus Yang Mengangkut Arus


Sebuah aplikasi penting dari hukum Biot dan Savart adalah mencari
medan magnetic yang dihasilkan oleh sebuah konduktor lurus yang mengangkut

27
arus. Hasil ini sangat berguna karena kawat konduktor yang lurus pada dasarnya
dijumpai dalam semua alat listrik dan alat elektronik. Gambar 29-5
memperlihatkan sebuah konduktor seperti itu dengan panjang 2a yang mengankut
arus I, kita akan mencari ⃗
B di sebuah titik terjauh x dari konduktor itu pada
garis bagi yang tegak lurus.[9][10]
Kita pertama kali menggunakan hukum Biot dan Savart, persamaan (29-
5), untuk mencari medan d ⃗ B yang disebabkan oleh elemen konduktor yang
panjangnya dl = dy yang diperlihatkan dalam gambar 29-5. Dari gambar itu,

( π−∅ )=¿ x / √ x 2+ y 2
r= √ x 2 + y 2 dan . Kaidah tangan kanan untuk untuk
sin ∅=sin ¿
perkalian vector d ⃗I × r^ memperlihatkan bahwa arah d B ⃗ adalah ke dalam
bidang gambar, yang tegak lurus terhadang bidang itu, selain itu, arah d ⃗
B dari
semua elemen konduktor itu adalah sama. Jadi dalam mengintegralkan persamaan
(29-7), kita dapat saja menambahkan besarnya d ⃗ B , yang merupakan sebuah
penyederhanaan penting.[10]
Dengan menggabungkan potongan-potongan ini Bersama-sama, kita
mendapatkan bahwa besarnya medan ⃗
B total adalah

μ0 I a
B= ∫ x dy
4 π −a ( x2 + y 2 )3/ 2

Kita dapat mengintegralkan ini dengan substitusi trigonometric atau


dengan menggunakan sebuah tabel integral. Hasil akhirnya adalah

μ0 I 2 a
B= (29−8) [9][10]
4 π x √ x2 a2

Bila panjang 2a dari konduktor itu sangat besar di bandingkan dengan


jarak x dari titik p, maka kita dapat menganggapnya sebagai konduktor dengan
panjang tak terhingga. Bila a jauh lebih besar daripada x, maka √ x2 +a 2 secara
aproksimasi sama dengan a, maka dalam limit a → ∞ , persamaan (29-8)
menjadi

28
μ0 I
B= [9][10]
2 πx

Situasi fisis mempunyai simetri aksial terhadap sumbu y, maka ⃗


B harus
mempunyai besar (magnitude) yang sama di semua titik pada sebuah lingkaran
yang berpusat pada konduktor itu dan yang terletak dalam sebuah bidang yang
tegak lurus terhadap konduktor itu, dan arah ⃗ B di mana-mana harus
menyinggung ke sebuah lingkaran seperti itu. Jadi [9][10]

Terdapat sebuah lingkaran yang jari-jarinya r yang mengelilingi konduktor itu,


besarnya ⃗
B adalah

μ0 I
B= ( sebuah konduktor lurus panjang yang mengangkut arus )
2 πr
(29−9)

Bagian medan magnetic yang mengelilingi konduktor lurus panjang pengangkut


arus diperlihatkan dalam gambar 29-6.[9][10]
Geometri soal ini serupa dengan geometri serupa dengan geometri,
ketika kita menyelesaikan soal medan listrik yang disebabkan oleh sebuah garis
muatan yang panjangnya tak berhingga. Integral yang sama muncul dalam kedua
soal, dan besarnya medan dari kedua soal sebanding dengan 1/r. Tetapi garis-garis

29

B dalam soal magnetic sepenuhnya mempunyai bentuk yang berbeda dengan
garis-garis ⃗
E dalam soal listrik yang analog tersebut. Garis-garis medan listrik
memancar keluar dari sebuah distribusi muatan garis positif (memancar kedalam
untuk muatan negatif). Bertentangan dengan itu, garis-garis medan magnetic
melingkar arus yang bertindak sebagai sumber dari medan magnetic. Garis-garis
medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan-muatan bermula dan berakhir di
muatan-muatan tersebut, tetapi garis-garis medan magnetic selalu membentuk
simpal tertutup dan tak pernah mempunyai titik-titik akhir, tak peduli
bagaimanapun bentuk konduktor yang mengangkut arus yang menghasilkan
medan itu. Ini adalah kosekuensi hukum gauss untuk kemagnetan (magnetisme),
yang menyatakan bahwa fluks mengetik total yang melalui sembarang permukaan
tertutup selalu sama dengan nol:

∮ ⃗B ∙ d ⃗A =0 ( fluks magnetik melalui sembarang permukaantertutup )


(29−10) [9][10]

Ini berarti bahwa tidak ada muatan magnetic yang terisolasi atau monopol
magnetic. Sembarang garis medan magnetic yang memasuki sebuah permukaan
tertutup harus juga muncul keluar dari permukaan tersebut.[9]

2.4 Gaya di Antara Konduktor-Konduktor Pararel

Dalam Contoh 29-4 (Subbab 29-4) kita telah memperlihatkan bagaimana


menggunakan prinsip superposisi medan-medan magnetik untuk mencari medan
total yang ditimbulkan oleh dua kawat panjang yang mengangkut arus. Aspek lain
yang penting dari konfigurasi ini adalah gaya interaksi di antara konduktor-
konduktor itu. Gaya ini memainkan sebuah peran dalam banyak situasi praktis
saat kawat-kawat yang mengangkut arus sangat berdekatan satu sama lain, dan
gaya itu juga secara fundamental berperan penting sehubungan dengan definisi
ampere. Gambar 29-8 memperlihatkan segmen-segmen dari dua konduktor paralel
yang lurus dan panjang, yang terpisah sejauh r dan berturut-turut mengangkut arus
l atau oleh konduktor lainnya, sehingga masing-masing konduktor itu mengalami

30
sebuah gaya. Diagaram itu memperlihatkan beberapa dari garis-garis medan yang
ditimbulkan oleh arus dalam konduktor yang di bawah.[9][10]

Dari persamaan (29-9) konduktor yang di bawah (lower) menghasilkan


sebuah medan ⃗ B yang, pada kedudukan konduktor yang di atas (upper),
mempunyai besar

μ0I
B=
2 πr

Dari persamaan (28-19) gaya yang dikerahkan oleh medan ini dengan
panjang L dari konduktor yang di atas adalah ⃗
F = I’ ⃗L X ⃗ B , di mana
⃗L berada dalam arah arus I’ dan mempunyai besar L, maka besarnya gaya ini
adalah

μ0 II ' L

F = I ' LB=
2 πr

Dan gaya per satuan panjang FIL adalah

F μ 0 II '
L = 2 πr

(dua konduktor sejajar yang Panjang, yang mengangkut arus).

(29-11) [9][10]

Dengan menerapkan kaidah tangan kanan pada ⃗


F = I’ ⃗L × ⃗
B
maka akan menunjukkan bahwa gaya pada konduktor yang di atas diarahkan ke
bawah. arus konduktor yang di atas juga menimbulkan sebuah medan di
kedudukan konduktor yang di bawah. Dua pemakaian berturutan dari kaidah
tanga kanan untuk perkalian vektor (satu kaidah tangan kanan untuk mencari arah
medan ⃗ B yang di timbulkan oleh konduktor yang di atas, seperti dalam Subbab
29-3, dan satu kaidah tangan kanan untuk mencari arah gaya yang dikerahkan oleh
medan ini pada konduktor yang dibawah, seperti dalam Subbab 28-7)
memperlihatkan bahwa gaya pada konduktor yang di bawah adalah ke atas. Jadi
dua konduktor paralel yang mengangkut arus dalam arah yang sama akan saling
tari-menarik. Jika arah sakah satu dibalik, maka gaya juga akan terbalik

31
(berlawanan). Konduktor-konduktor paralel mengangkut arus dalam arah yang
berlawanan akan saling tolak-menolak.[9][10]

Tarikan atau tolakan di atantara dua konduktor paralel yang lurus yang
mengangkut arus adalah dasar dari definisi SI untuk ampere yang resmi:

Satu ampere adalah arus yang tidak berubah yang, jika hadir dalam masing-
masing konduktor paralel yang panjangnya tak terhingga dan terpisah sejauh satu
meter dalam ruang hampa, akan menyebabkan masing-masing konduktor
mengalami gaya tepat sebesar 2 x 10−7 newton per meter panjang.[9][10]

Dari persamaaan (29-11) Anda dapat melihat bahwa definisi ampere


mengarahkan kita untuk memilih nilai sebesar 4 π x 10
−7
T m/A bagi
μ0 . Definisi ini juga membentuk dasar definisi SI untuk coulomb, yakni
banyaknya muatan yang dipindahkan dalam satu detik oleh arus sebesar satu
ampere.[10]

Ini adalah sebuah definisi operasional; definisi ini memberi kita suatu
prosedur eksperimental yang sesungguhnya dalam mengukur arus dan untuk
mendefinisikan sebuah satuan arus. Pada prinsipnya kita dapat menggunakan
definisi ini untuk mengkalibrasi sebuah ammeter, hanya dengan menggunakan
sebuah tongkat meter (pengukur) dan sebuah neraca pegas. Untuk standardisasi
berpresisi tinggi dari ampere, koil-koil kawat digunakan sebagai ganti dari kawat-
kawat lurus, dan pemisahannya hanya beberapa centimetre. Instrumen lengkap,

32
yang mampu mengukur arus dengan derajat ketetapan sangat tinggi, dinamakan
neraca arus (current balance).[9][10]

Gaya tarikan bersama tidak hanya terdapat di antara kawat-kawat yang


mengangkut arus dalam arah yang sama, tetapi juga di antara elemen-elemen
longitudinal dari cairan atau gas yang terionisasi (plasma), maka gaya-gaya ini
menghasilkan penyimpanan konduktor, seakan-akan permukaannya mengalami
aksi dari sebuah tekanan yang menuju ke bagian dalam. Penyempitan konduktor
itu dinamakan efek jepitan (pinch effect). Suhu tinggi yang dihasilkan oleh efek
jepitan dalam suatu plasma telah digunakan dalam Teknik untuk menghasilkan
fusi inti (nuclear fusion).[9][10]

2.5 Medan Magnetik Sebuah Simpal Arus Lingkaran

Jika Anda melihat ke bagian dalam sebuah bel pintu, transformator, atau
motor listrik, maka Anda akan menjumpai koil-koil kawat dengan jumlah lilitan
yang besar, yang jarak antaranya begitu dekat sehingga setiap hampir merupakan
simpal (loop) lingkaran yang sebidang. Arus dalam suatu koil seperti ini
digunakan untuk menghasilkan sebuah medan magnetik. Maka kita perlu
menurunkan sebuah pernyataan untuk medan magnetik yang dihasilkan oleh
simpal konduktor lingkaran tunggal yang mengangkut arus atau yang dihasilkan
oleh N simpal lingkaran yang sangat rapat yang membentuk koil. Dalam Subbab
28-8 kita meninjau gaya dan torka pada sebuah simpal arus seperti itu yang
ditempatkan dalam sebuah medan magnetik luar yang dihasilkan oleh arus lain;
kita sekarang hampir mencari medan magnetik yang dihasilkan oleh simpal itu
sendiri.[6][7][8]

Gambar 29-10 memperlihatkan sebuah konduktor lingkaran dengan jari-jari


a yang mengangkut arus I. Aru situ dibiarkan ke dalam dan ke luar simpal itu
melalui dua kawat lurus panjang yang saling berdampingan; arus-arus dalam
kawat-kawat yang berada dalam arah yang berlawanan, dan medan-medan
magnetiknya hampir saling meniadakan satu sama lain.[6][7][8]

33
Kita dapat menggunakan hokum Biot dan Savart, persamaan (29-5) atau
(29-6), untuk mencari medan magnetik pada titik P pada sumbu simpal itu, sejauh
x dari pusatnya. Seperti yang diperlihatkan pada gambar itu, ⃗
dl dan r^ saling
tegak lurus, dan arah medan d⃗
B yang disebabkan karena oleh elemen d ⃗l
yang terletak dalam bidang xy. Karena r2 = x2 + a2 , maka besarnya db
dari medan yang ditimbulkan oleh elemen d ⃗l itu adalah

μ0 I dl
db= 2 2 (29-12)
4π (x × a )

Komponen-komponen dari vektor d ⃗


B adalah

x
μ0 I dl (¿ ¿ 2+a 2) 1/2
d bx =db cos θ = (29-13)
4 π (x 2+ a2 ) a
¿

μ0 I dl x
d b y =db sin θ = (29-14) [9][10]
4 π (x + a ) (x + a2)1/2
2 2 2

Situasi ini mempunyai simetri rotasi terhadap sumbu x, sehingga tidak ada
komponen dari medan total ⃗
B yang tegak lurus terhadap sumbu ini. Untuk
setiap elemen d ⃗l ada sebuah elemen yang bersangkutan pada sisi yang
berlawanan dari simpal itu, dalam arah yang berlawanan. Kedua elemen ini
memberi kontribusi yang sama kepada komponen x dari d b⃗ , yang diberikan
oleh persamaan (29-13), tetapi komponen-komponen yang berlawanan yang tegak
lurus terhadap sumbu x yang bertahan.[9][10]

Untuk mendapatkan komponen x dari medan total ⃗


B , kita
mengintegralkan persamaan (29-13), termasuk semua d ⃗l di sekeliling simpal
itu. Segala sesuatu dalam pernyataan ini kecuali dl adalah konstan dan tepat
dikeluarkan dari integral itu, dan kita mempunyai

34
μ I a dl μ0 Ia
Bx = ∫ 40π 22
= 2 2
( x +a )3/2 4 π ( x + a ) 3/2
∫ dl

Integral dl adalah keliling lingkaran itu, ∫ dl = 2 πa , dan kita akhirnya


memperoleh

2
μ0 I a
B x= 2 2
(pada sumbu sebua simpal lingkaran).
2( x + a )3 /2

(29-15)[9][10]

Sekarang anggap bahwa sebagai ganti dari sebuah simpal tunggal dalam
Gambar 29-10 kita mempunyai sebuah koil yang terdiri dari N simpal, semuanya
dengan jari-jari yang sama. Simpal-simpal itu sangat rapat sehingga bidang setiap
simpal pada pokonya berada sejauh x yang sama dari titik p. Setiap simpal
memberi kontribusi yang sama pada medan itu, dan medan total itu adalah N kali
medan sebuah simpal tunggal:

μ0 N I 2
Bx = 2 2 (simpal sumbu sebuah simpal lingkaran).
2( X +a )3 /2

(29-16)[9][10]

Faktor N dalam persamaan (29-16) adalah alas an mengapa koil-koil kawat,


bukan simpal-simpal tunggal, digunakan untuk menghasilkan medan magnetik
yang kuat; untuk sebuah kekuatan medan yang diinginkan, penggunaan sebuah
simpal tunggal mungkin mengharuskan sebuah arus l yang begitu besar sehingga
akan melebihi penilaian kawat simpal itu.[6][7][8]

35
Gambar 29-11 memperlihatkan sebuah grafik Bx sebagai fungsi dari x.
Nilai maksimum medan itu di x = 0, yakni pusat simpal koil, adalah

μ0 ∋ ¿
2a (di pusat dari N simpal lingkaran)
Bx =¿

(29-17) [9][10]

Jika kita pergi keluar sepanjang sumber itu, maka besarnya medan itu
berkurang. kita mendefinisikan momen dipol magnetik μ (atau momen
magnetik) dari sebuah simpal yang mengangkat arus sama dengan IA, di mana A
adalah luas penampang simpal itu . Jika ada N simpal, maka momen magnetik
total adalah NIA. Simpal lingkaran dalam Gambar 29-10 mempunyai luas A =
π a2 .sehingga momen magnetik sebuah simpal tunggal adalah μ = I
2 2
πa ; untuk N simpal, μ = NI πa . Dengan mensubstitusikan hasil-
hasil ini ke dalam persamaan (29-15) dan (29-16), kita mendapatkan bahwa kedua
pernyataan ini dapat dituliskan sebagai

μ0 μ
B x=
2 π ( x +a 2) 3/2
2

(pada sumbu dari sebarang banyaknya simpal lingkaran).

(29-18)[9][10]

Dalam tanggapannya terhadap sebuah medan magnetik yang di hasilkan


oleh arus di luar dipol itu. Tetapi sebuah dipol magnetik adalah juga sebuah
sumber medan magnetik. Persamaan (29-18) menjelaskan medan magnetik yang
dihasilkan sebuah dipol magnetik untuk titik-titik seoanjang sumbu dipol itu.
Medan itu berbanding langsung dengan momen dipol magnetik μ . Perhatikan
bahwa medan sepanjang sumbu x berada dalam arah yang sama seperti momen
magnetik vektor ⃗μ ; ini benar pada kedua sumbu x positif dan sumbu x
negatif.

PERHATIAN > Persamaan (29-15),(29-16), dan (29-18) hanya berlaku pada


sumbu sebuah simpal atau koil. Jangan coba-coba menggunakan persamaan ini di
titik lain.[6][7][8]

36
Beberapa dari garis-garis medan magnetik yang mengitari sebuah simpal
arus lingkaran (dipol magnetik), dalam bidang-bidang yang melalui sumbu itu,
diperlihatkan dalam Gambar 29-12. Arahnya garis medan diberikan oleh kaidah
tangan kanan yang sama seperti untuk sebuah konduktor lurus yang panjang.
Genggamlah konduktor itu dengan tangan kanan Anda, dengan ibu jari Anda
dalam arah arus; jari-jari Anda memutar dalam simpal arus lingakaran adalah
kurva tertutup yang melingkari konduktor itu; akan tetapi, garis medan itu bukan
merupakan lingkaran.[6][7]

2.6 Material Magnetik

Berikut adalah beberapa aspek dari sifat-sifat magnet dari material yang
dibagi menjadi tiga golongan yaitu paramagnetisme, diamagnetisme, dan
feromagnetisme.[6]

2.6.1 Paramagnetisme

Bila sebuah material (atom) ditempatkan dalam medan magnetik,


maka medan ini mengerahkan sebuah torka pada setiap momen magnetik.
Torka ini cenderung memparalelkan momen magnetik itu dengan medan
tersebut yang menyatakan kedudukan yang energi potensialnya minimum.
Dalam posisi ini, arah simpal arus adalah sedemikian rupa sehingga akan
menambah besarnya medan magnetik yang diberikan dari luar.
Magnetisasi dapat dirumuskan dengan
μ

M = total

V
Medan magnetik total ⃗ B dalam material adalah

B =⃗
B0 + μ0 ⃗
M
dimana ⃗ B 0 adalah medan yang disebabkan oleh arus dalam konduktor
tersebut.[9][10]
Sebuah material yang memperlihatkan perilaku yang baru saja
dijelaskan dikatakan sebagai paramagnetik. Hasilnya adalah bawha medan
magnetik di sebarang titik dalam material seperti itu lebih besar oleh
sebuah faktor tak berdimensi Km yang dinamakan permeabilitas relatif.
Permeabilitas pada material dapat diperoleh dengan

37
µ=K m μ0
Jumlah yang menyatakan perbedaan permeabilitas realtif itu dari
satu satuan dinamakan suseptibilitas magnetik (magnetic susceptibility),
yang dinyatakan oleh X m .
X m =K m−1 [9][10]
Kecenderungan momen magnetik atom untuk menjajarkan dirinya
paralel dengan magnetik (dimana energi potensialnya minimum) ditentang
oleh gerak termal acak, yang cenderung mengacak orientasinya sehingga
suseptibilitas paramagnetiknya selalu berkurang dengan semakin
bertambahnya suhu. Suseptibilitas paramagnetik berbanding yerbalik
dengan suhu mutlak T dan magnetisasinya M dapat dinyatakan sebagai
B
M =C [9][10]
T

Hubungan ini dinamakan hukum Curie. Kuantitas C adalah sebuah


konstanta, yang berbeda untuk material yang berbeda dinamakan
konstanta Curie.

Tabel 2.9 – 1

Suseptibilitas Magnetik dari Material Paramagnetik dan Material


Diamagnetik pada T = 20°C [9]

X m =K m - 1(
MATERIAL −5
×10 ¿
Paramagnetik
Tawas Amonium Besi 66
Uranium 40
Platina 26
Alumunium 2,2
Natrium 0,72
Gas oksigen 0,19
Diamagnetik
Bismut -16,6
Air raksa -2,9
Perak -2,6
Karbon (intan) -2,1

38
Timah -1,8
Natrium khlorida -1,4
Tembaga -1

2.6.2 Diamagnetisme
Dalam beberapa material, momen magnetik total dari semua simpal
arus-arus atom adalah nol bila tidak ada medan magnetik yang hadir.
Tetapi material ini pun mempunyai efek magnetik karena sebuah medan
luar mengubah gerak elektron di dalam atom itu yang menyebabkan
simpal-simpal arus tambahan dan dipol-dipol magnet induksi yang dapat
dibandingkan dengan dipol-dipol listrik induksi. Dalam kasus ini, medan
tambahan yang disebabkan oleh simpal arus ini selalu berlawanan arahnya
terhadap arah medan luar tersebut.[6][7][8]
Material ini dikatakan sebagai diamagnetik (diamagnetic). Material
ini selalu mempunyai suseptibilitas negatif seperti yang diperlihatkan
dalam tabel 2.9-1 dan permeabilitas relatif Km sedikit lebih kecil
daripada satu satuan. Suseptibilitas diamagnetik hampir tidak tergantung
pada suhu.[7][8]

2.6.3 Feromagnetisme

Material feromagnetik, termasuk besi, nikel, cobalt, dan banyak


campuran logam yang mengandung elemen-elemen ini. Dalam material ini
interaksi kuat di antara momen-momen magnetik atom akan menyebabkan
momen-momen magnetik berbaris paralel satu sama lain dalam daerah
ranah magnetik. Gambar a, b, dan c di bawah inimemperlihatkan sebuah
contoh struktur ranah magnetik.[7][8]

Pada kebanyakan material feromagnetik, hubungan magnetisasi


denga medan magnetik luar semakin bertambah akan berbeda dengan bila
medan luar semakin berkurang. Perilaku ini disebut histeresis dan kurva-
kurvanya dinamakan simpal-simpal histeresis.[6][7]

39
Gambar 3.6.1-1 Simpal histeresis. Kedua material (a) dan (b) tetap
dimagnetkan secara kuat bila B 0 direduksi ke nol. Karena (a) juga
sukar untuk menghilangkan magnetnya, maka (a) akan baik untuk magnet
permanen. Karena memagnetkan dan menghilangkan magnet (b) lebih
mudah, maka (b) dapat digunakan sebagai material ingatan komputer.
Material (c) akan berguna untuk transformator dan alat arus bolak-balik
lainnya dalam nama histeresis nol akan optimal.[9][10]

2.7 Arus Pergeseran

Hukum Ampere dihadapkan pada situasi yang sulit ketika harus


menjelaskan medan magnet di antara dua pelat sejajar.
∮ B ×ds=μ 0 I

Pada pelat sejajar, muatan akan terkumpul pada pelat-pelatnya sehingga praktis
tidak ada arus konduksi di antara dua pelat tersebut. Namun pada kenyataannya,
di antara dua pelat tersebut terdeteksi adanya medan magnet. Pada daerah sebelah
kiri pelat positif terdapat I yang tercakup sebesar ic , sehingga ∮ B ×ds
sama dengan μ0 ic , sedangkan pada daerah di antara dua plat (karena tidak ada
arus) maka ∮ B ×ds sama dengan nol, ini adalah keadaan yang tidak
dikehendaki karena pada praktiknya medan magnet di antara dua plat tersebut
benar-benar ada. Dari hubungan tersebut maka kondisi di antara plat sejajar dapat
diperoleh dengan

εA
q=Cv= ( Ed )=εAE=ε ∅ E
d

Sewaktu kapasitor mengisi muatan, kecepatan perubahan q adalah arus


konduksi

40
dq d ∅E
ic= =ε
dt dt

Dari persamaan tersebut dapat dikembangkan imajinasi adanya arus fiktif dalam
daerah di antara pelat-pelat tersebut, arus tersebut bila kita beri nama sebagai arus
pergeseran ( iD ) sehingga :

d ∅E
iD=ε
dt

Dengan dasar ini, maka persamaan Hukum Ampere yang lebih umum yaitu :

∮ B ×ds=μ 0 ( i c +i D ) yang tercakup [9][10]

41
2.8 Contoh Soal dan Penyelesaian

1. Seutas kawat dialiri arus listrik I =4 A seperti gambar berikut !

Tentukan :
a) Kuat medan magnet di titik P
b) Arah medan magnet di titik P
c) Kuat medan magnet di titik Q
d) Arah medan magnet di titik Q

Jawaban :
Diketahui : I =4 A
a P=¿ 2 m
aQ =¿ 1 m
Ditanya : a. B P
b. Arah medan magnet di titik P
c. B Q
d. Arah medan magnek di titik Q
Penyelesaian :

μ0 I
a. B=
2 πa

μ0 I 4 π ×10−7 ×4
BP= = =4 ×10−7 Tesla
2 π aP 2 π ×2

b. Arah ditentukan dengan kaidah tangan kanan, dimana ibu jari mewakili arah
arus dan empat jari sebagai arah medan magnet dengan posisi tangan
menggenggam kawat. Sehingga arah kuat medan magnet di titik P adalah
keluar bidang baca (mendekati pembaca).

μ0 I
c. B=
2 πa

42
μ0 I −7
4 π ×10 ×4
B Q= = =8 ×10−7 Tesla
2 π aQ 2 π ×1

d. Arah medan masuk bidang baca (menjauhi pembaca)

2. Perhatikan gambar berikut ini!

Tentukan besar dan arah kuat medan magnet di titik P !

Jawaban :
Diketahui : I A =2 A
I B=2 A
a A =2 m
a A =4 m
Ditanya : Besar dan arah kuat medan magnet di titik P
Penyelesaian :
μ0 I A 4 π ×10−7 ×2
B A= = =2 ×10−7 Tesla
2π aA 2 π ×2
μ0 I B 4 π ×10−7 ×2
BB= = =1 ×10−7 Tesla
2 π aB 2 π ×4
B total=( 2 ×10−7 ) −(1 ×10−7 )=10−7 Tesla
Arah sesuai Ba yaitu masuk bidang.

3. Titik P berada di sekitar dua buah penghantar berbentuk setengah lingkaran dan
kawat lurus panjang seperti gambar berikut!

43
Tentukan besar kuat medan magnet di titik P!

Jawaban :
8
Diketahui : I1 = A
π
I 2 =2 A
a1=1m
a2=1m
Ditanya : B P
Penyelesaian :
8
1 μ I 4 π ×10−7 ×
B 1= × 0 1 = π
2 2 aA =8 ×10−7 Tesla
4×1
μ0 I 2 −7
4 π ×10 ×2
B 2= = =4 ×10−7 Tesla
2 π a2 2 π ×1
B P =B 1−B 2=( 8 ×10 ) −( 4 × 10 )=4 × 10 Tesla
−7 −7 −7

Arah sesuai arah B1 masuk bidang baca.

4. Suatu solenoid panjang 4 meter dengan 1000 lilitan dan jari-jari 2 cm. Bila
solenoid itu dialiri arus sebesar 0,5 A, tentukanlah induksi magnet pada ujung
solenoid. ( μ0=4 π .10 – 7 Wb . A – 1 . m – 1 ).

Diketahui : l=4 meter


N=1000 lilitan
r=2 cm

44
I =0,5 A
μ0=4 π .10 – 7 Wb . A – 1 . m– 1
Ditanya : B
Penyelesaian :
μ0 ∈ ¿
2l
B=¿
4 π ×10−7 ×0,5 ×1000
B= =2,5 π ×10−9 Wb . m– 2
2× 4

5. Kawat seperempat lingkaran dialiri arus 5 A seperti gambar berikut.

Jika jari-jari kawat melingkar adalah 40 cm, tentukan kuat medan magnet di titik
P!

Diketahui : I =5 A
−1
A=40 cm=4 ×10 m
Ditanya : B P
Penyelesaian :
1
BP= × Bʘ
4
−7
1 4 π ×10 ×5
BP= × =6,25 π × 10−7 Tesla
4 2 × 4 ×10
−1

6. Sebuah penghantar lurus panjang berarus 2 A berada di udara . Jika µo = 4π x 10-


7
Wb/ Am., maka besar induksi magnetik pada jarak 10 cm dari penghantar
tersebut adalah …

45
Penyelesaian :

Diket:

I = 2A
a = 10 cm = 0,1 m

7. Dua buah penghantar sejajar dialiri arus sebesar 4 A dengan arah yang
berlawanan. Kedua penghantar tersebut terpisah sejauh 10 cm. Jika µo = 4π x 10-
7
Wb/ Am maka besar induksi magnetik di tengah-tengah kedua penghantar
tersebut adalah.. (lihat gambar)

Penyelesaian :
Diket:
I=4A
a1 = a2 = 5 cm = 0,05 m

μ0 I ❑
B p=
π a❑

46
−7
4 πx 10 x 4
¿
πx 5 x 10−2

−5
B p=3,2 x 10 T

8. Sebuah kawat melingkar dengan jari-jari 20 cm dialiri arus 0,5 A. ika µo = 4π x


10 -7 Wb/ Am maka besar dan arah induksi magnetik di pusat lingkaran adalah..

Penyelesaian :

9. Perhatikan gambar penghantar kawat setengah lingkaran dibawah ini

Jika a = 10 cm dan arus I = 2 Ampere, maka besar dan arah induksi magnetik
dititik P adalah…

Penyelesaian :

I = 2A
a = 10 cm = 0,1 m
N= ½

47
10. Suatu kawat dilengkungkan dengan jari-jari R = 40 cm dan dialiri arus listrik
seperti pada gambar.

Diketahui µ0 = 4π . 10-7 Wb/Am, maka induksi magnetik dipusat lengkungan P


sebesar...

48
BAB III

PENERAPAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

3.1 Pengertian Induksi Elektromagnetik

Induksi Elektromagnetik adalah peristiwa timbulnya arus listrik akibat


adanya perubahan fluks magnetik. Fluks magnetik adalah banyaknya garis gaya
magnet yang menembus suatu bidang.[11]

Seorang ilmuwan dari Jerman yang bernama Michael Faraday memiliki


gagasan bahwa medan magnet dapat menghasilkan arus listrik. Pada tahun 1821
Michael Faraday membuktikan bahwa perubahan medan magnet dapat
menimbulkan arus listrik. Galvanometer merupakan alat yang dapat digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya arus listrik yang mengalir. Gaya gerak listrik yang
timbul akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet disebut GGL
induksi, sedangkan arus yang mengalir dinamakan arus induksi dan peristiwanya
disebut induksi elektromagnetik.[11]

Faktor yang mempengaruhi besar GGL induksi yaitu : (1) Kecepatan


perubahan medan magnet, Semakin cepat perubahan medan magnet, maka GGL
induksi yang timbul semakin besar. (2) Banyaknya lilitan, Semakin banyak
lilitannya, maka GGL induksi yang timbul juga semakin besar. (3) Kekuatan
magnet, Semakin kuat gejala kemagnetannya, maka GGL induksi yang timbul
juga semakin besar.[11]

3.2 Proses Terjadinya Induksi Elektromagnetik

Induksi elektromagnetik adalah gejala timbulnya gaya gerak listrik di


dalam suatu kumparan/konduktor bila terdapat perubahan fluks magnetik pada
konduktor tersebut atau bila konduktor bergerak relatif melintasi medan magnetik.
[11]

49
Gambar. Ilustrasi Percobaan Faraday

Sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan


dapat menghasilkan arus listrik pada kumparan itu. Galvanometer merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arus listrik yang
mengalir. Ketika sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada
kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya
jarum galvanometer menunjukkan bahwa magnet yang digerakkan keluar dan
masuk pada kumparan menimbulkan arus listrik. Arus listrik bisa terjadi jika
pada ujung-ujung kumparan terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi
di ujung-ujung kumparan dinamakan GGL induksi. Arus listrik hanya timbul pada
saat magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam kumparan, di ujung kumparan
tidak terjadi arus listrik, sehingga ditetapkan hukum Faraday yang berbunyi:

 Bila jumlah fluks magnet yang memasuki suatu kumparan berubah, maka pada
ujung-ujung kumparan timbul gaya gerak listrik induksi (ggl induksi).

 Besarnya gaya gerak listrik induksi bergantung pada laju perubahan fluks dan
banyaknya lilitan.[11]

∆ϕ
ε lind =−N
∆t

50
Dengan : N = Jumlah Lilitan
∆ϕ
=laju perubahan fluks magnetik ( wb/ s )
∆t

Dari rumus di atas, untuk menimbulkan perubahan fluks magnet agar


menghasilkan ggl induksi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

 Memperbesar perubahan induksi magnet B.

 Memperkecil luas bindang A yang ditembus oleh medan magnet.

 Memperkecil sudut.

3.3 Penerapan Induksi Elektromagnetik Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pada induksi elektromagnetik terjadi perubahan bentuk energi gerak


menjadi energi listrik. Induksi elektromagnetik digunakan pada pembangkit energi
listrik. Pembangkit energi listrik yang menerapkan induksi elektromagnetik adalah
generator dan dinamo.[11][12]

Di dalam generator dan dinamo terdapat kumparan dan magnet.


Kumparan atau magnet yang berputar menyebabkan terjadinya perubahan
jumlah garis-garis gaya magnet dalam kumparan. Perubahan tersebut
menyebabkan terjadinya GGL induksi pada kumparan.[11][12]

Energi mekanik yang diberikan generator dan dinamo diubah ke


dalam bentuk energi gerak rotasi. Hal itu menyebabkan GGL induksi dihasilkan
secara terus-menerus dengan pola yang berulang secara periodik.[11][12]

3.3.1 Generator listrik

Generator adalah alat untuk mengubah energi mekanik menjadi energi


listrik. Generator ada dua jenis yaitu generator arus searah (DC) atau
dynamo dan generator arus bolak-balik (AC) atau alternator. Generator
bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik yaitu dengan

51
memutar suatu kumparan dalam medan magnet sehingga timbul GGL
induksi.[12]

Gambar Generator AC

Jika kumparan dengan N buah lilitan diputar dengan kecepatan sudut w,


maka GGL induksi yang dihasilkan oleh generator adalah :

ε = B.A.ω.N.sinθ

GGL induksi akan maksimum jika θ = 90o atau sin θ = 1 , sehingga :

ε max = B.A.ω.N , sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi:

ε = B.A.ω.N.sinθ / ε = ε max sin θ

Keterangan :

ε = GGL induksi (Volt)

εmax = GGL induksi maksimum (volt)

N = jumlah lilitan kumparan; B = induksi magnet (T)

A =luas bidang kumparan (m2)

52
ω = kecepatan sudut kumparan (rad/s); t = waktu (s)

θ = ω.t = sudut (o)

3.3.2 Transformator

Transformator atau trafo merupakan alat untuk mengubah


(memperbesar atau memperkecil) tegangan AC berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik yaitu memindahkan energi listrik secara induksi
melalui kumparan primer ke kumparan skunder. Trafo menimbulkan GGL
pada kumparan skunder karena medan magnet yang berubah-ubah akibat
aliran arus listrik bolak-balik pada kumparan primer yang diinduksikan
oleh besi lunak ke dalam kumparan sekunder.[12]

Gambar Transformator step down

Trafo ada dua jenis, yaitu trafo step-up dan step-down. Trafo
step-up berfungsi untuk menaikkan tegangan AC sumber, jumlah lilitan
kumparan skunder lebih banyak dibandingkan jumlah lilitan primer. Trafo
step-down berfungsi untuk menurunkan tegangan AC sumber, jumlah
lilitan skundernya lebih sedikit.[12]

Rumus Trafo:

Vp Np Is
= =
Vs Ns Ip

Vp = tegangan primer/masukan (V)

53
Vs = tegangan skunder/keluaran (V)

Np = Jumlah lilitan (kumparan) primer

Ns = Jumlah lilitan (kumparan) sekunder

Pp = daya primer (Watt)

Ps = daya skunder (Watt)

Ip = kuat arus primer/masukan (A)

Is = kuat arus skunder/keluaran (A)

3.3.3 Macam-Macam Transformator

Apabila tegangan terminal output lebih besar daripada tegangan yang


diubah, trafo yang digunakan berfungsi sebagai penaik tegangan.
Sebaliknya apabila tegangan terminal output lebih kecil daripada tegangan
yang diubah, trafo yang digunakan berfungsi sebagai penurun tegangan.
Dengan demikian, transformator (trafo) dibedakan menjadi dua, yaitu trafo
step up dan trafo step down. Trafo step up adalah transformator yang
berfungsi untuk menaikkan tegangan AC. Trafo ini memiliki ciri-ciri:

1. Jumlah lilitan primer lebih sedikit daripada jumlah lilitan sekunder,

2. Tegangan primer lebih kecil daripada tegangan sekunder,

3. Kuat arus primer lebih besar daripada kuat arus sekunder.

Trafo step down adalah transformator yang berfungsi untuk


menurunkan tegangan AC. Trafo ini memiliki ciri-ciri:

1. Jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder,

2. Tegangan primer lebih besar daripada tegangan sekunder,

3. Kuat arus primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder.[12]

3.3.4 Transformator Ideal

54
Besar tegangan dan kuat arus pada trafo bergantung banyaknya lilitan.
Besar tegangan sebanding dengan jumlah lilitan. Makin banyak jumlah
lilitan tegangan yang dihasilkan makin besar. Hal ini berlaku untuk lilitan
primer dan sekunder. Hubungan antara jumlah lilitan primer dan sekunder
dengan tegangan primer dan tegangan sekunder (perbandingan1). Trafo
dikatakan ideal jika tidak ada energi yang hilang menjadi kalor, yaitu
ketika jumlah energi yang masuk pada kumparan primer sama dengan
jumlah energi yang keluar pada kumparan sekunder. Hubungan antara
tegangan dengan kuat arus pada kumparan primer dan sekunder
(perbandingan2).[13]

3.3.5 Efisiensi Transformator

Pada kenyataannya trafo tidak pernah ideal. Jika trafo digunakan,


selalu timbul energi kalor. Dengan demikian, energi listrik yang masuk
pada kumparan primer selalu lebih besar daripada energi yang keluar pada
kumparan sekunder. Berkurangnya daya dan energi listrik pada sebuah
trafo ditentukan oleh besarnya efisiensi trafo. Perbandingan antara daya
sekunder dengan daya primer atau hasil bagi antara energi sekunder
dengan energi primer yang dinyatakan dengan persen disebut efisiensi
trafo. Efisiensi trafo dinyatakan dengan η.[13]

Efesiensi trafo :

Ps Vs . Is
η= × 100 atauη= ×100
Pp Vp . Ip

3.4 Induktor

Dalam elektronika, Induktor adalah salah satu komponen yang cara


kerjanya berdasarkan induksi magnet. Induktor biasa disebut juga spul dibuat dari
bahan kawat beremail tipis. Induktor dibuat dari bahan tembaga, diberi simbol L
dan satuannya Henry disingkat H. Fungsi pokok induktor adalah untuk

55
menimbulkan medan magnet. Induktor berupa kawat yang digulung sehingga
menjadi kumparan. Kemampuan induktor untuk menimbulkan medan magnet
disebut konduktansi.[13]

Satuan induktansi adalah henry (H) atau milihenry (mH). Untuk


memperbesar induktansi, didalam kumparan disisipkan bahan sebagai inti.
Induktor yang berinti dari bahan besi disebut elektromagnet. Induktor memiliki
sifat menahan arus AC dan konduktif terhadap arus DC.[13]

Induktor berfungsi sebagai :

1. Tempat terjadinya gaya magnet.

2. Pelipat tegangan.

3. Pembangkit getaran.

Berdasarkan kegunaannya Induktor bekerja pada :

1. Frekuensi tinggi pada spul antena dan osilator.

2. Frekuensi menengah pada spul MF.

3. Frekuensi rendah pada trafo input, trafo output, spul speaker, trafo
tenaga, spul relay dan spul penyaring.

56
3.5 Terjadinya Medan Magnet

3.5.1 Induktansi Searah

Bila kita mengalirkan arus listrik melalui kabel, terjadilah garis-garis


gaya magnet. Bila kita mengalirkan arus melalui spul atau coil (kumparan)
yang dibuat dari kabel yang digulung, akan terjadi garis-garis gaya dalam
arah sama yang membangkitkan medan magnet. Kekuatan medan magnet
sama dengan jumlah garis-garis gaya magnet, dan berbanding lurus dengan
hasil kali dari jumlah gulungan dalam kumparan dan arus listrik yang
melalui kumparan tersebut.[13]

3.5.2 Induktansi Bolak-balik

Bila dua kumparan ditempatkan berdekatan satu sama lain dan


salah satu kumparan (L1) diberi arus listrik AC, pada L1 akan terjadi fluks
magnet. Fluk magnet ini akan melalui kumparan kedua (L2) dan akan
membangkitkan emf (elektro motorive force) pada kumparan L2. Efek
seperti ini disebut induksi timbal balik (mutual induction). Hal seperti ini
biasanya kita jumpai pada transformator daya.[14]

Induktor terhubung sumber tegangan AC

Perlawanan yang diberikan kumparan tersebut dinamakan reaktansi


induktif. Reaktansi Induktif ini diberi simbol XL dalam satuan Ohm.[14]

XL = 2 π f L

57
Keterangan :

π = 3.14

F = frekuensi arus bolak-balik ( Hz)

L = Induktansi ( Henry )

∞ = kecepatan sudut ( 2πfL)

XL = reaktansi induktif ( Ω )

3.5.3 Pengisian Induktor

Bila kita mengalirkan arus listrik I, maka terjadilah garis-garis gaya


magnet. Bila kita mengalirkan arus melalui spul atau coil (kumparan) yang
dibuat dari kabel yang digulung,a akan terjadi garis-garis gaya dalam arah
sama membangkitkan medan magnet. Kekuatan medan magnet sama
dengan jumlah garis-garis gaya magnet dan berbanding lurus dengan hasil
kali dari jumlah gulungan dalam kumparan dan arus listrik yang melalui
kumparan tersebut. Contoh rangkaian :[14]

Rangkaian Pengisian Induktasi dengan tegangan DC

Rangkaian Pengisian Induktasi dengan tegangan AC

58
3.5.4 Pengosongan Induktor

Bila arus listrik l sudah memenuhi lilitan , maka terjadilah arus akan
bergerak berlawanan arah dengan proses pengisian sehingga pembangkitan
medan magnet dengan garis gaya magnet yang sama akan menjalankan
fungsi dari lilitan tersebut makin tinggi nilai L ( induktansi) yang
dihasilkan maka makin lama proses pengosongannya.[14]

Rangkaian Pengosongan Induktasi

3.6 Rumus Induksi Elektromagnetik

Fluks magnet diartikan sebagai perkalian antara medan magnet B (baca:


medan magnet) dengan luas bidang A yang letakknya tegak lurus dengan induksi
magnetnya. Secara matematis rumus fluks adalah :[15]

ϕ=B A

Faktanya, induksi magnet B tidak selalu tegak lurus pada bidang, bisa
membentuk sudut tertentu. Misalkan ada sebuah induksi medan magnet yang

59
membentuk sudut teta dengan garis normal maka besarnya fluks magnet yang
dihasilkan adalah :[15]

ϕ=B A cos θ

ϕ = Fluks magnet
B = induksi magnet
A = luas bidang
θ = sudut antara arah induksi magnet B dengan arah garis normal bidang

60
3.7 Contoh Soal dan Penyelesaian

1. Sebuah generator armatur berbentuk bujur sangkar dengan sisi 8 cm dan


terdiri atas 100 lilitan. Jika armaturnya berada dalam medan magnet 0,50 T,
berapakah frekuensi putarnya supaya menimbulkan tegangan maksimum 20
volt?

Jawaban :
Diketahui:
A = 8 cm × 8 cm = 64 cm2 = 64 × 10-4 m2
B = 0,50 T
N = 100 lilitan
εm = 20 volt
Ditanya: f = ... ?
Pembahasan : ε m = N.B.A.ω = N.B.A.2π.f

Em
f=
N . B . A .2 π
20
¿
(100)(0,50)(64 x 10−4 )(2)(3,14 )
20
¿ −4
20,096 x 10
¿ 9,95 Hz
2. Sebuah transformator dapat digunakan untuk menghubungkan radio transistor 9
volt AC, dari tegangan sumber 120 volt. Kumparan sekunder transistor terdiri
atas 30 lilitan. Jika kuat arus yang diperlukan oleh radio transistor 400 mA,
hitunglah :
a. Jumlah lilitan primer
b. Kuat arus primer
c. Daya yang dihasilkan transformator

61
Jawaban :
Diketahui: Vp = 120 V
Ns = 30
Vs = 9 V
Is = 400 mA = 0,4 A
Ditanya: a. Np = ... ?
b. Ip = ... ?
c. P = ... ?
Pembahasan :

Vs Ns
A. =
V p Np
Vp
N p=N s ( ) ( )
Vs
=30
120
9
=400 lilitan

Is Ns
B. =
Ip Np
Np
I p =I s ( ) ( )
Ns
=0,4
400
30
I p =5,33 A
C . Ps ¿ I s . V s =( 0,4 A ) ( 9 V )=3,6 W

3. Kawat PQ panjang 50 cm digerakkan tegak lurus sepanjang kawat AB memotong


medan magnetik serba sama 0,02 Tesla seperti pada gambar.

Tentukan :
a)besar ggl induksi
b) kuat arus yang mengalir pada kawat PQ
c) arah kuat arus pada kawat PQ
d) potensial yang lebih tinggi antara titik P dan Q

62
e) besar gaya Lorentz pada PQ
f) arah gaya Lorentz pada PQ
g) daya yang diserap hambatan R = 0,02 Ω

Jawaban:
a) besar ggl induksi
E=B l v sinθ
E= ( 0,02 )( 0,5 )( 2 ) ( 1 )=0,02 volt
b) kuat arus yang mengalir pada kawat PQ

E 0,02
I= = =1 A
R 0,02

c) Arah kuat arus pada kawat PQ


Kaidah tangan kanan untuk arah arus induksi :

- 4 jari = arah medan magnetik (B)


- ibu jari = arah gerak kawat (v)
- telapak tangan = arah arus induksi (i)

Arah arus dari P ke Q ( atau dari Q ke P melalui hambatan R)

d) potensial yang lebih tinggi antara titik P dan Q


Potensial P lebih tinggi dari Q karena arus listrik mengalir dari potensial lebih
tinggi ke rendah.

63
e) besar gaya Lorentz pada PQ

F=Bil sin θ=Bil sin( 90)

F=( 0,02 ) (1 )( 0,5 ) ( 1 )=0,01 Newton

f) arah gaya Lorentz pada PQ

Kaidah tangan kanan untuk menentukan arah gaya Lorentz (gaya magnetik) :
- 4 jari = arah kuat medan maganet (B)
- ibu jari = arah arus listrik (i)
- telapak tangan = arah gaya (F)
Arah gaya F ke kiri (berlawanan dengan arah gerak v)

g) daya yang diserap hambatan R = 0,02 Ω

P=I 2 R

2
P=( 1 ) ( 0,02 )=0,02 watt
4. Sebuah kumparan memiliki jumlah lilitan 1000 mengalami perubahan fluks
magnetik dari 3 x 10−5 Wb menjadi 5 x 10− 5 Wb dalam selang waktu 10 ms.
Tentukan ggl induksi yang timbul!

Jawaban:
Diketahui :
Jumlah lilitan N = 1000
Selang waktu Δ t = 10 ms = 10 x 10−3 sekon
Selisih fluks Δ φ = 5 x 10− 5− 3 x 10− 5 = 2 x 10− 5 Wb

∆ϕ
E=N
∆t
−5
2 x 10
E=1000 x −3
=2 volt
10 x 10

64
5. Kumparan dengan 10 lilitan mengalami perubahan fluks magnetik dengan
persamaan:
φ = 0,02 t3 + 0, 4 t2 + 5
dengan φ dalam satuan Weber dan t dalam satuan sekon. Tentukan besar ggl
induksi saat t = 1 sekon!
Jawaban :

E=N
dt
d ( 0,02t 3 +0,4 t 2 +5 )
E=10 =10 ( 0,6 t 2+ 0,8 t )
dt
1 ¿2 +0,8 ( 1 )=8,6 volt
0,06 ¿
t=1 sekon→ E=10 ¿
6. Sebuah generator listrik AC menghasilkan tegangan sesuai persamaan berikut:

Tentukan:
a) Frekuensi sumber listrik
b) Tegangan maksimum yang dihasilkan
c) Nilai tegangan efektif sumber

Jawaban :
a) Frekuensi sumber listrik
∈=B A N ω sin ωt
∈=220 √ 2sin 120 πt volt

ω=120 π

2 πf =120 π

f =60 H z b) Tegangan maksimum yang dihasilkan

∈ maks
∈ef =
√2

65
∈=220 √ 2 volt c ¿ Nilai tegangan efektif sumber

∈ maks
∈ef =
√2

220 √ 2
∈ef = =220 colt
√2

7. Sebuah kumparan dengan jumlah lilitan 100 dalam waktu 0,01 detik
menimbulkan perubhan fluks magnet sebesar 10-4 Wb, berapat ggl induksi
yang timbul pada ujung-ujung kumparan tersebut?

Jawaban :

Diketahui :
N = 100 lilitan
dΦ /dt = 10-4 Wb/ 0,01 s = 10-2 Wb/s

Ditanya :

ε =….?

Pembahasan :
ε = -N (dΦ/dt)
ε = – 100 (10-2)
ε = -1 volt
(tanda negatif hanya menunjukkan arah arus induksi)

8. Sebuah trafo digunakan untuk menaikkan tegangan AC dari 12 V menjadi 120 V.


Hitunglah kuat arus primer, jika kuat arus sekunder 0,6 A dan hitunglah jumlah
lilitan sekunder, jika jumlah lilitan primer 300?
Jawaban :
Diketahui:
Vp = 12 V
Is = 0,6 A
Vs = 120 V

66
Np = 300
Ditanya:
IP = ... ? dan Ns= ... ?
Penyelesaian :
Vp/Vs = Is/Ip
Ip = (Vs/Vp) x Is
Ip = (120 V/12 V) x 0,6 A
Ip = 6 A
Vp/Vs = Np/Ns
Ns = (Vs/Vp) x Ns
Ns = (120 V/12 V) x 300
Ns = 3000

Jadi, kuat arus primernya 0,6 A dan kumparan sekunder terdiri atas 3.000 lilitan.

9. Sebuah trafo arus primer dan sekundernya masing-masing 0,8 A dan 0,5 A. Jika
jumlah lilitan primer dan sekunder masing-masing 100 dan 800, berapakah
efisiensi trafo?
Jawab:

Diketahui:
Ip = 0,8 A
Np = 1.000
Is = 0,5 A
Ns = 800

Ditanya:
η = ... ?

Penyelesaian:
η = (Is x Ns/ Ip x Np) x 100%
η = (0,5 A x 800/ 0,8 A x 1000) x 100%

67
η = (400/ 800) x 100%
η = 0,5 x 100%
η = 50%
Jadi, efisiensi trafo sebesar 50%.

10. Efisiensi sebuah trafo 60%. Jika energi listrik yang dikeluarkan 300 J, berapakah
energi listrik yang masuk trafo?
Jawab:

Diketahui:
η = 60%
Ws = 300 Jz

Ditanya:
Wp = ... ?

Pembahasan:

η = (Ws/Wp) x 100%
60% = (300 J/Wp) x 100%
60% = (300 J/Wp) x 100%
6 = 3000 J/Wp
Wp = 3000 J/6
Wp = 3000 J/6
Wp = 500 J
Jadi, energi yang masuk trafo sebesar 500 J.

68
PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI

Penanya :
1. Hafizh Ma’arif Setiadi (2018-71-152)
2. Muhammad Luthfiansyah R (2018-71-148)
3. Belgis Amarilla (2018-71-151)
4. Armansa Dito Pratama (2018-71-144)
5. Cindy Arifadea Hamidah (2018-71-143)
6. Dega Prastyo Utama (2018-71-156)
7. Fikri Aldi Prakas (2018-71-154)

Penjawab :
1. Dhira Pratami (2018-71-126)
2. Jose Immanuel Siregar (2018-71-153)
3. Wendi Nurmizan (2018-71-128)
4. Abdul Malik (2018-71-149)
5. Aditya Pratama Vamca Tantra(2018-71-146)
6. Reynaldi Handrian Bayu L.S (2018-71-155)
7. Vicario Sillarts Nosi (2018-71-138)

SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan monoton?
2. Mengapa saat tegangan (V) semakin besar, arus yang mengalir (I) menjadi
semakin kecil? Sedangkan pada Hukum Ohm, tegangan berbanding lurus dengan
arus yang mengalir?
3. Apakah kuat medan magnet di ujung dan di pusat solenoida sama atau berbeda?
Jelaskan!
4. Apakah bisa jika pada persamaan F=F1=F 2 , F1 dan F2 posisinya ditukar?
5. Jelaskan mengapa F menjadi tarik menarik dan mengapa arusnya saling tolak
menolak?
6. Bagaimana bentuk medan magnet pada saat AC dan bagaimana bentuk medan
magnet pada transformator?

69
7. Sebutkan penerapan trafo step up dan step down pada kehidupan sehari-hari!

JAWABAN
1. Monoton yakni berarti tidak berubah-ubah
2. Karena lilitan pada bagian outputnya juga semakin banyak otomatis hambatannya
juga semakin besar sehingga arus yang dihasilkan menjadi kecil.
3. Karena kuat magnet pada solenoida akan kuat jika di letakkan di dalam atau di
tengah dan akan lemah jika berada di luar atau di ujung, serta solenoida idealnya
berada di tengah.
4. Jika F1 ditukar denga F2 itu bisa karena diketahui bahwa F=F1=F 2 dimana
F=B . I . L atau besar gaya sebanding dengan kuat medan magnet, arus listrik,
dan panjang kawat.
5. Karena pada saat kawat sejajar di situ terdapat cross dan dot. Dimana cross yaitu
arah masuk bidang seangkan dot adalah arah yang keluar bidang. Pada saat arah
yang masuk bidang atau cross, arah gaya menunjuk ke kanan sedangkan pada dot
gaya menunjuk keluar sehingga akan terjadi tarik menarik.
Sedangkan untuk arusnya yang berlawanan, di situ ada arus cross dan cross. Yang
dimana akan sama-sama keluar. Jika arus listrik yang mengalir ke bawah, maka
arah gayanga ke kiri karena masuk bidang atau cross. Sedangkan pada saat arah
listrik yang mengalir ke atas maka arah gaya yang masuk itu ke kiri, berarti terjadi
tolak menolak.
6. Jadi, arah atau bentuk medan magnet di sini mengikuti arah arus listriknya. Jika
pada rangkaian arus DC, arusnya searah. Sehingga arah medan magnetnya di
tentukan. Namun jika pada rangkaian AC yang arusnya berubah-ubah, tentu saja
arah medan magnetnya nanti juga akan berubah-ubah tergantung arah arusnya.
Sama halnya dengan yang terjadi pada transformator. Pada transformator, arus
yang digunakan adalah arus AC dan di transformator sendiri itu memiliki 2
kumparan alirnya arah medan magnet yang dihasilkan berubah-ubah tergantung
arah arus yang melalui kumparan.
7. Contoh penerapan trafo step up dan step down dapat kita lihat pada proses
pengaliran listrik dari pusat pembangkit hingga sampai pada rumha-rumah.
Pertama-tama tegangan yang dikeluarkan generator pembangkit listrik biasanya

70
berkisar 11kV. Kemudian teganggan 11 kV ini dinaikkan menggunakan trafo step
up menjadi tegangan tinggi 70 kV sampai 150 kV atau sampai dengan tegangan
extra tinggi 500 kV. Tujuan dari penaikan tegangan ini yakni untuk mengurangi
kerugian akibat hambatan pada kawat penghantar selagi proses transmisi.
Tegangan yang sudah dinaikkan ini kemudian ditransmisikan melalui jaringan
Saluran Udara Tenganan Tinggi (SUTT) atau melalui Saluran Udara Tegangan
Extra Tinggi (SUTET) menuju ke Gardu Induk (GI). Pada gardu induk inilah
tegangan diturunkan voltasenya menjadi tegangan menengah 20 kV menggunakan
trafo step down.
Setelah diturunkan, sehingga tegangan menengah 20 kV ini kemudian disalurkan
melalui saluran distribusi atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), yang
kemudian menuju trafo distribusi. Pada trafo-trafo distribusi voltasenya
diturunkan lagi dari 20 kV menjadi 380 atau 220 V.

71
KESIMPULAN

Magnet merupakan fenomena yang timbul karena adanya aliran listrik melalui
kumparan kawat sehingga pada kumparan kawat tersebut timbul medan magnet (Hukum
Oersted). Semakin banyak lilitan, maka semakin kuat pula medan magnetnya atau
berbanding lurus. Ini sesuai dengan konsep induksi elektromagnetik. Medan magnet
sendiri adalah suatu daerah yang masih terpengaruh gaya magnetik. Medan magnet
dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet yang selalu keluar dari kutub utara
magnet dan kutub selatan magnet. Sementara di dalam magnet, garis-garis gaya magnet
memiliki arah dari kutub selatan magnet ke kutub utara magnet. Garis-garis tersebut
tidak pernah saling berpotongan.

Dalam perkembangannya, induksi elektromagnetik juga bisa digunakan dalam


pendistribusian listrik dari pembangkit menuju pelanggan, dengan memanfaatkan
jumlah liitan di dalam suatu alat yang bernama trafo kita bisa menaikkan tegangan
dengan lilitan lebih banyak dari outputnya. Dengan konsep ini kita sekarang bisa
mendistribusikan listrik dengan mudah. Dalam prakteknya trafo tidak ada yang dapat
bekerja secara maksimal karena pasti ada energi yang hilang (menjadi kalor). Karena
energi itu bersifat kekal, maka energi listrik yang melalui trafo berubah menjadi kalor
panas. Selain pada trafo, manusia juga memanfaatkan perubahan medan magnet yang
melalui suatu kumparan untuk menghasilkan listrik (percobaan Faraday), yaitu pada
pembangkit atau yang kita sebut generator. Pada generator ini terdapat dua buah magnet
yang berhadapan kutub utara dan kutub selatan yang di antaranya diberikan penampang
yang ujungnya diberi lilitan kawat tembaga, pada ujung dari penampang ini lah putar
atau rotornya diputar dengan roda turbin air pada pembangkit listrik tenaga air.

72
DAFTAR PUSTAKA

Gianloci, Douglas. 2001. Fisika Listrik dan Magnet. Jakarta : Erlangga.

Yuliza. 1999. Fisika Dasar 2. Jakarta : Pusat pengembangan bahan ajar-UMB.

Tyler F, A Laboratory Manual of Physics, 2003

Sears-Zemansky, College Physics, Add. Wesley

Halliday & Resnick, Fisika, Erlangga, 1993

Pudak Scientific, Manual medan magnet dalam solenoida PEF 300

Crowell, B., 2006. Conceptual Physics. s.l.:s.n.

Handayani, S., 2009. Fisika Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional

Gelombang Elektromagnetik : Pengertian, Sifat, Macam, Dan Rumus Beserta Contoh


Soalnya Lengkap Listrik Arus Searah : Pengertian, Dan Sumber Beserta Contoh
Soalnya Secara Lengkap

http://www.academia.edu/11736561/Medan_Magnet_Gaya_Lorentz_dan_Energi_Elektr
ostatik
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Fisdas2_6%20[Compatibility%20Mode].pdf

https://www.gurupendidikan.co.id/induksi-elektromagnetik-pengertian-penerapan-dan-
rumus/

73

Anda mungkin juga menyukai