Anda di halaman 1dari 15

LKS JANGKA SORONG DAN MIKROMETER SEKRUP

I.TUJUAN 1. Mampu menggunakan jangka sorong sebagai alat ukur dasar 2.Mampu menggunakan micrometer sekrup sebagai alat ukur dasar 3.Mengenal skala nonius jangka sorong dan micrometer sekrup 4.Mengenal batas ketelitian jangka sorong dan micrometer sekrup serta dapat menggunakannya dalam perhitungan. II.ALAT DAN BAHAN 1.Kelereng 2.potongan besi 3.cincin 4.peluru 5.potongan kawat 6.jangka sorong 7.mikrometer sekrup III.TEORI RINGKAS A.Jangka sorong memiliki bagian utama yang disebut rahang tetap dimana terdapat skala utama dan rahang geser dimana terdapat skala nonius atau vernier. Nonius yang panjangnya 9 mm dibagi atas 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala utama adalah 0,1mm. Nilai 0,1mm merupakan batas ketelitian jangka sorong.

1.rahang atas untuk mengukur diameter dalam. 2.rahang bawah untuk mengukur diameter luar. 3.bagian untuk mengukur

kedalaman tabung.

Gambar diatas adalah contoh hasil pengukuran dengan jangka sorong, Skala utama = 2,5 cm Skala nonius = (4 x 0,1)mm = 0,04 cm Hasil pengukuran = 2,54 cm Angka 4 nonius segaris dengan skala utama, jadi angka inilah yang dikalikan dg batas ketelitian , kemudian dijumlahkan hasilnya dg hasil skala utama. B.Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan selubung luar yang memiliki skala putar sebagai nonius. Batas ketelitian micrometer sekrup 0,01mm.

Gambar di atas adalah contoh hasil pengukuran menggunakan micrometer sekrup, Skala utama = 6,5 mm Skala nonius = (9x 0 01)mm = 0,09 mm Hasil pengukuran = 6,59 mm

Angka 9 pada nonius berimpit dengan garis tengah skala utama, maka angka ini dikalikan dg batas kete Litian micrometer sekrup, kemudian ditambahkan hasilnya pada hasil skala utama. IV.LANGKAH-LANGKAH PENGAMATAN. A. 1.Ambil kelereng, letakkan pada rahang bawah jangka sorong untuk diukur diameternya. Jepit dg hati-hati dan kunci. Amati skala utama, catat hasilnya dalam tabel A, ulangi pengukurannya sebanyak 3 kali. TABEL A tr> No Benda Skala Utama Nonius (x batas ketelitian)

.. cm x . mm 1. Kelereng cm x . mm cm x . mm .. cm x . mm 2. Potongan Besi cm x . mm cm x . mm .. cm x . mm Cincin cm x . mm (diameter luar) cm x . mm .. cm x . mm Cincin cm x . mm (diameter luar) cm x . mm

3.

2. Amati nonius,cari angka yang segaris (berimpit) dg skala utama, catat dalam table A, kalikan juga dg batas ketelitian jangka sorong. Ulangi sampai 3 kali pengukuran. 3.Ambil potongan besi, lakukan seperti langkah A.1 dan A.2. 4.Ambil cincin, ukur diameter luarnya seperti langkah A.1 dan A.2. Sekarang lakukan pengukuran diameter dalamnya menggunakan rahang atas jangka sorong. Letakkan cincin di luar rahang dengan benar, kunci.Amati skala utama dan noniusnya seperti Langkah A.1 dan A.2. B.1.Ambil peluru,ukur diameternya dengan micrometer sekrup. Amati skala utamanya , catat Dalam table B, ulangi pengukuran sampai 3 kali. TABEL B. No Benda 1. peluru Skala Utama Nonius

.. mm x . mm mm x . mm

mm x . mm .. mm x . mm 2. potongan kawat mm . x . mm mm . x . mm 2.Amati skala nonius, cari angka yang berimpit dengan garis tengah skala utama, catat hasilnya Dalam table B, kalikan juga dengan batas ketelitian micrometer. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali. 3.Ambil potongan kawat, lakukan pengukaran seperti langkah B.1 dan B.2. V. PENGOLAHAN HASIL PENGAMATAN 1. Hitunglah nilai rata-rata pengamatan pada table A. Kemudian tentukan hasil pengukuran jangka sorong untuk masing-masing benda, seperti contoh pada teori. 2.Hitunglah nilai rata-rata pengamatan pada table B. Kemudian tentukan hasil pengukuran micrometer sekrup untuk masing-masing benda,seperti contoh pada teori. 3.Menurut anda lebih teliti mana pengukuran menggunakan jangka sorong atau micrometer sekrup ? 4.Berdasarkan nilai diameter kelereng dalam percobaan anda, tentukan volume kelereng menggunakan Rumus volume bola, gunakan aturan sampai 3 angka penting. VI.KESIMPULAN PERCOBAAN. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan anda : - Tentang alat ukurnya - Tentang keseluruhan praktikum anda.

Pengukuran Arus Dan Tegangan Untuk mengukur kuat arus di suatu rangkain digunakan amperemeter. Amperemeter itu di pasang seri seperti dalam gambar 1a. mengukur tegangan anatar dua titik dalam rangkaian digunakan voltmeter. Volmeter pengukur tegangan dipasang paralel seperti dalam gambar 1b. Mengukur serempak baik kuat arus maupun tegangan dapat dilakukan seperti dalam (gambar 1c) maupun dalam gambar 1d.

Tetapi pengukuran serempak ini ada kelemahan-kelemahannya. Pada gambar 1c volmeter mengukur tegangan ujung-ujung R tetepi amaperemeter bukan mengukur arus yang melalui R, tetapi sebaliknya pada gambar 1d amperemeter amperemeter mengukur arus melalui R tetapi volmeter tidak mengukur tegangan ujung-ujung R.

Jadi jika pengukuran arus yang dimaksud yang melalui R, tegangan yang dimaksud pada ujung-ujung R, maka baik pada gambar 1c maupun pada gambar 1d, hanya satu alat yang mengukur sebenarnya. Untuk itu hasil pengukuran perlu dikoreksi dan untuk mengoreksinya perlu diketahui hambatan dalam dari alat (amperemeter dan volmeter).

Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (Gaya Lorentz). Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet timbul gaya lorentz yang menggerakan jarum penunjuk menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian sebaliknya, ketika kuat arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula oleh pegas. Besar gaya yang dimaksud sesuai dengan Prinsip Gaya Lorentz F = B.I. L. Kemampuan amperemeter dapat ditingkatkan dengan memasang hambatan shunt secara parallel terhadap amperemeter. Besar hambatan shunt tergantung pada berapa kali kemampuannya akan ditingkatkan. Misalnya mula-mula arus maksimumnya adalah I, akan ditingkatkan menjadi I = n.I, maka besar hambatan shunt.

RG = Hambatan galvanometer mula-mula Contoh Soal: Sebuah amperemeter dengan hambatan RG = 100 ohm dapat mengukur kuat arus maksimum 100 mA. Berapa besar hambatan shunt yang diperlukan agar dapat mengukur kuat arus sebesar 10 A.

Prinsip Kerja Voltmeter hampir sama dengan Amperemeter karena desainnya juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana interaksi antara medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang

menggerakan jarum penunjuk sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan. Makin besar kuat arus akan makin besar penyimpangannya.

Desain penyusunan galvanometer dengan hambatan multiplier menjadi voltmeter dapat dilihat pada gambar berikut.

Fungsi dari multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang terjadi pada galvanometer tidak melebihi kapasitas maksimumnya, sehingga sebagian tegangan akan berkumpul pada multiplier. Dengan demikian kemampuan mengukurnya menjadi lebih besar. Jika kemampuannya ingin ditingkatkan menjadi n kali maka dapat ditentukan berapa besar hambatan multiplier yang diperlukan.

V = tegangan yang akan diukur VG = Tegangan maksimum galvanometer RG = Hambatan galvanometer Rm = Hambatan multiplier Banyak orang yang bertanya, Bagaimana sebenarnya prinsip kerja mikrometer sekrup? Sebelum disampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut cobalah memperhatikan penjelasan berikut.

Mikrometer terdiri dari sekrup yang menghasilkan skala terkecil 0,01 mm. Prinsip kerja dari mikrometer sekrup adalah dengan memanfaatkan bidang miring, yaitu prinsip skrup. dengan prinsip sekrup ini mikrometer dapat mengukur dengan ketelitian lebih tinggi. Ada 2 hal yang sebenarnya penting dalam memahami prinsip kerja mikrometer sekrup. Sebenarnya dalam mikrometer sekrup ada 2 macam pergeseran skala yaitu: 1. Skala putar (B) yang biasanya antara 0-50. Ini merupakan skala untuk ukuran 0,01 mm. 2. Skala geser (A) yang umumnya berbentuk ruas-ruas yang panjang setiap ruasnya adalah 0.5 mm Ada beberapa ketentau tentang skala putar dan skala geser, yaitu: 1. Jika kita memutar skala putar, maka secara otomatis skala geser akan bergerak. 2. Skala geser akan bergerak sesuai dengan putaran terhadap sekrup. 3. Skala geser akan bergerak sepanjang 0,5 mm jika skala putar sudah bergerak satu putaran penuh. 4. Demikianlah seterusnya.

Nonius Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat bantu ini membuat alat ukur berkemampuan lebih besar, karena jarak antara dua garis skala bertetangga seolah-olah menjadi lebih kecil. Biasanya pembagiuan skala utama dan nonius adalah 9 - 10 bagian skala nonius Selanjutnya marilah kita lihat hasil pengukuran lain dengan alat bantu nonius tersebut seperti yang ditunjukkan pad gambar. Skala 0 pada nonius tidak berimpit dengan salah satu angka pada skala alat ukur, melainkan terletak antara kedudukan 8.4 dan 8.5. Dalam pengukuran ini kita yakin bahwa harga X yang diukur adalah lebih besar dari 8.4 tetapi lebih kecil dari 8.5. Berapakah harga X emnurut hasil pembacaan ini ? Cobalah anda perhatikan Gambar 2 lebih teliti lagi. Ternyata salah satu garis skala nonius yang berimpit dengan skala alat ukur yaitu skala ke-6 dari skala nonius. Dalam keadaan pengukuran semacam ini menunjukkan bahwa harga X yang diukur adalah 8.46. Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan bacaan digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm. Dan jangka sorong merupakan suatu alat pengukuran yang cepat dan relatif teliti untuk mengukur diameter dalam, luar dan dalam suatu tabung, yang memiliki bentuk seperti gambar 1 di bawah ini.

5. 6. Kegunaan jangka sorong adalah: - untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit; - untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur; - untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara "menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang. Adapun penggunaan jangka sorong tersebut, adalah sebagai berikut : ~ Mengukur Diameter Luar Benda Cara mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong, geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan. ~ Mengukur Diameter Dalam Benda Cara mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung : Putarlah pengunci ke kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda , geser agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan. ~ Mengukur Kedalaman Benda Cara mengukur kedalaman benda : Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar tabung, putar pengunci ke kanan. Cara pembacaan skala jangka sorong yaitu :

7.

8. Mula-mula perhatikan skala nonius yang berimpit dengan salah satu skala utama.

Hitunglah berapa skala hingga ke angka nol. Pada gambar, skala nonius yang berimpit dengan skala utama adalah 4 skala. Artinya angka tersebut 0,4 mm. Selanjutnya perhatikan skala utama. Pada skala utama, setelah angka nol mundur ke belakang menunjukkan angka 4.7 cm. Sehingga diameter yang diukur sama dengan 4,7 cm + 0,4 mm = 4,74 cm. Alat dan Bahan : Jangka Sorong 1 buah Spidol 1 buah B. Langkah kerja : 1. Lihatlah posisi angka nol pada skala nonius terhadap skala utama. 2. Carilah garis skala nonius yang berimpit dengan skala utama. 3. Ukurlah panjang spidol dengan mengunakan jangka sorong. 4. Lalu, ukur juga diameter lubang spidol. 5. Kemudian, kedalam lubang spidol. 6. Dan, hitung pula diameter batang. 7. Ulangi percobaan tersebut sebanyak 5 kali untuk memperoleh ketelitian

C. Hasil Pengamatan :

Kemudian lakukan perhitungan kesalahan dengan rumus :Lebar rata-rata - Lebar Dasar

Maka hasil pengukuran adalah : Lebar dasar = 14,875 Diameter lubang = 1,25 Kedalaman Lubang = 1,525 Diameter Batang = 1,5797 Kesimpulan Hasil pengukuran tidak secara langsung menampilkan angka ketidakpastiannua , ketika didefinisikan dengan benar, kesalahan/ketidakpastian hanya berkenaan dengan pengukuran yaitu, untuk memperkirakan suatu nilak eksak dalam pengukuran, tidak mungkin pasti, karena akan adanya penyimpangan. Akan tetapi, pengukuran dapat mendekati nilai, dan hasil tersebut dapat diperoleh dari tingkat ketepatan suatu alat, seperti jangka sorong yang dipergunakan adalah 0,05 mm. Terima kasih , telah membaca laporan saya ini. Ada baiknya mencantumkan nama blog saya ini sebagai sumber referensi. Untuk download materi ini, klik ini Materi Jangka Sorong Anda punya cara lain .. Kotak komentar tersedia ..!!

PRAKTIKUMTITIKBERATBENDAA.TujuanMelakukanpercobaanuntukmene ntukanletaktitikberatsuatubenda.B.DasarTeoriSuatubendategardapatmengalamig eraktranslasi(geraklurus)dangerakrotasi.Bendategarakanmelakukangeraktranslas iapabilagayayangdiberikanpadabendatepatmengenaisuatutitikyangyangdisebuttit ikberat.Bendaakanseimbangjikapasdiletakkandititikberatnya.Titikberatmerupak antitikdimanabendaakanberadadalamkeseimbanganrotasi(tidakmengalamirotasi) .Padasaatbendategarmengalamigeraktranslasidanrotasisekaligus,makapadasaatit utitikberatakanbertindaksebagaisumburotasidanlintasangerakdarititikberatinime nggambarkanlintasangeraktranslasinya.Untukbendayangberbentukgaris(satudim

ensi),letaktitikberatnyaberadaditengahtengahgaris.Misalkansebuahkawatdenganpanjang6m,makatitikberatnyaberadapa dajarak3mdariujungnya.Letakatauposisititikberatyaituterletakpadaperpotongand iagonalruanguntukbendahomogenberbentukteratur,danterletakpadaperpotongan gariskeduagarisvertikaluntukbendasembarang.Adapunrumusuntukmenghitungtit ikberat:Y=wi.yi=w1.y1+w2.y2+w3.y3+..+wn.ynwiw1+w2+w3+..+wn X=wi.xi=w1.x1+w2.x2+w3.x3+..+wn.xnwiw1+w2+w3+..+wn

D. Tujuan Percobaan : Menentukan bahwa titik berat pusat massa benda luasan terletak pada garis berat melalui pengamatan / percobaan. E. Landasan Teori Sebuah benda tegar berada dalam keadaan seimbang mekanis bila, relative terhadap suatu kerangka acuan inersial 1. Percepatan linier pusat massanya nol. 2. Percepatan sudutnya mengelilingi sembarang sumbu tetap dalam kerangka acuan ini juga nol. Persyaratan di atas tidak mengharuskan benda tersebut dalam keadaan diam, karena persyaratan pertama membolehkan benda bergerak dengan kecepatan pusat massanya konstan, sedangkan persyaratan kedua membolehkan benda berotasi dengan kecepatan sudut rotasi yang konstan juga. Bila benda benarbenar diam (relatif terhadap suatu kerangka acuan), yaitu ketika kecepatan linier pusat massanya dan kecepatan sudut rotasinya terhadap sembarang sumbu tetap, bernilai nol keduanya, maka benda tegar tersebut dikatakan berada dalam keseimbangan statik. Bila suatu benda tegar berada dalam keadaan seimbang statik, maka kedua persyaratan di atas untuk keseimbangan mekanik akan menjamin benda tetap dalam keadaan seimbang statik. Persyaratan pertama ekuivalen dengan persyaratan bahwa total gaya eksternal yang bekerja pada benda tegar sama dengan nol Sedangkan persyaratan kedua ekuivalen dengan persyaratan bahwa total torka eksternal yang bekerja pada benda tegar sama dengan nol Dalam kasus ini yang akan ditinjau hanyalah keseimbangan benda tegar di dalam pengaruh gaya eksternal yang konservatif. Karena gayanya adalah gaya konservatif, maka terdapat hubungan antara gaya yang bekerja dengan energi potensialnya, Keadaan seimbang terjadi ketika nilai Fx = 0, kondisi ini tidak lain adalah syarat titik ekstrem untuk fungsi energi potensial U(x). Andaikan saja titik seimbang ini kita pilih sebagai posisi x = 0. Fungsi energi potensial dapat diekspansikan Bila a2 > 0 maka pergeseran kecil dari titik seimbang, memunculkan gaya yang mengarahkan

kembali ke titik seimbang. Keseimbangan ini disebut keseimbangan stabil. Bila a2 > 0 maka pergeseran sedikit dari titik seimbang, memunculkan gaya yang menjauhkan dari titik seimbangnya. Keseimbangan ini disebut keseimbangan labil. Bila a2 = 0 maka pergeseran sedikit dari titik seimbang tidak memunculkan gaya. Keseimbangan ini disebut keseimbangan netral.

BAB II PEMBAHASAN A. Alat dan Bahan : Benda luasan terbuat dari plat karton (bentuknya tidak beraturan) Benang halus dan kuat Alat ukur panjang (meteran/mistar) B. Langkah kerja : Kegiatan 1 Tujuan Percobaan : Menentukan bahwa titik berat pusat massa benda luasan terletak pada garis berat melalui pengamatan / percobaan. Prosedur 1. Siapkan benda yang bentuknya sembarang berikut benang dan statif sebagai tempat untuk menggantung benda dalam berbagai posisi bebas. 2. Dengan menggunakan tali/benang , benda kita gantungkan pada sebuah titik A pada bagian tepinya. Jika benda dalam keadaan diam, pusat gravitasi harus terletak lurus kebawah titik gantung A. Jadi, titik berat terletak pada Aa (garis Aa adalah garis perpanjangan tali penggantung benda)

3. Gantungkan benda itu lagi pada titik lain di B pada tepinya bagaimanakah prediksi anda apakah pusat gravitasi harus terletak pada garis Bb (perpanjangan garis Bb)?Ya, mengapa?berikan alasan anda! Karena, pusat gravitasi benda akan sama jika jaraknya dengan pusat bumi tidak dipindahkan. 4. Gantungkan benda itu pada sembarang titik lain pada bagian tepi, missal C, maka apakah

garis vertical Cc juga akan melalui O?Jelaskan jawaban anda lengkap dengan alasannya? Ya, karena jarak benda dari pusat bumi tidak dipindahkan dari keadaan semula sehingga pusat gravitasi bumi tetap sama. 5. Berdasarkan data yang diperoleh pada langkah 3 dan 4 , buatlah kesimpulan yang mengarah pada definisi tentang pusat massa ! Pusat massa adalah titik perpotongan antara garis yang telah dihubungkan oleh tiap-tiap sisi yang merupakan pusat gravitasi. Dan garis Aa , Bb, dan Cc akan berpotongan disatu titik yakni titik O , yang berada di tengah , hal ini membuktikan titik O adalah pusat massa. Kegiatan 1b : Tujuan Percobaan : Bahwa garis berat membagi benda menjadi dua bagian dimana jumlah partikel sebelah menyeblah garis berat sama banyaknya. Untuk benda homogen , jika masingmasing bagian itu ditimbang diramalkan akan memperoleh berat yang sama. Prosedur 1. Rangkuman materi kegiatan 1b diatas merupakan prediksi. Bagaimana pendapat anda lengkap dengan argumentasinya! Ya, karena menurut kami suatu garis yang membagi benda apabila dipusatkan pada gravitasi maka akan sama besar jumlah partikel sebelah menyebelah. 2. Untuk menguji prediksi itu pertama mtama carilah garis berat bangun homogen itu dengan prosedur yang ditunjukkan pada kegiatan 1! 3. Potonglah benda/bangun tersebut menjadi dua bagian melalui garis berat tersebut! 4. Timbanglah masing-masing bagian dengan neraca Ohaus dan catat hasil pernimbangan pada tabel 1 dibawah ini! Tabel 1 Massa bagian -1 (gram) 4,95 gr Massa bagian -2 (gram) 4,98 gr 5. Ulangi langkah 2,3 dan 4 untuk benda yang lain dan catat hasilnya pada tabel 2 dibawah ini! Tabel 2 Massa bagian -1 (gram) 4,90 gr Massa bagian -2 (gram) 4,95 gr 6. Berdasarkan data pada tabel 1 dan tabel 2 , buatlah kesimpulan yang mengarah pada definisi tentang garis berat ! Dengan menarik garis dari titik / lubang A, B, C , kita dapat menarik garis untuk mencari titik berat benda luasan sehingga kita akan mendapatkan titik tengah suatu benda luasan tersebut. Kegiatan 2 :

Tujuan Percobaan : Menentukan titik berat (titik pusat massa) benda luasan yang bentuknya beraturan (segitiga,bujursangkar, persegi panjang) melalui pengamatan. Prosedur 1. Cobalah kemukakan hipotesis atau dugaan sementara anda mengenai titik pusat massa, apakah pusat massa terletak pada garis simetri? Ya, pusat massa terletak pada garis simetri , karena titik berat dari berbagai benda yang bentuknya beraturan memiliki sumbu simetri. Bagaimana jika benda mempunya lebih dari satu garis simetri ? Pusat massanya terletak di titik tengah pertemuan dari garis simetri, jadi garis simetri tersebut dihubungkan sehingga akan dibentuk titik pertemuan. 2. Dengan langkah yang sama dengan kegiatan , tentukanlah titik pusat massa dari masingmasing bangun yang tersedia. Namakanlah titik pusat massa tersebut O. Kemudian buatlah garis simetri bangun tersebut. Garis simetri adalah garis yang membagi bangun menjadi dua bagian yang sama , sedemikian sehingga jika bangun dilipat pada garis tersebut menempati bingkainya dengan pas. 3. Apakah garis simetri tersebut melalu titik O? Bagimana dengan bangun yang mempunya garis simetri lebih dari satu? Ya, garis simetri melewati titik O, karena garis ini terletak di tengah-tengah bangun yang membagi bangun menjadi dua bangun yang sama, untuk garis simetri lebih dari satu, hendaknya dihubungkan antara satu sama lain, dan titik O adalah titik temunya. 4. Lakukanlah untuk bangun yang lain, apakah diperoleh hasil yang sama? Tidak, diperoleh hasil yang berbeda , karena untuk semua yang memiliki bentuk beraturan seperti segitiga , bujursangkar, dan persegi panjang , dan benda berukuran lainnya akan memeroleh luasan yang berbeda pula. 5. Berdasarkan langkah 3 dan 4 diatas, buatlah kesimpulan yang mengarah pada definisi tentang titik pusat massa! Garis yang membagi bangunan menjadi dua dengan simetris adalah titik pusat massa, tetapi antara bangun yang berbeda tidak bias terdapat titik pusat massa yang sama , karena luasan yang diperoleh juga akan berbeda antara satu dan lainnya.

Kegiatan 3 : Tujuan Percobaan : Menentukan titik berat (titik pusat massa) benda luasan yang bentuknya beraturan (segitiga,bujursangkar, persegi panjang) melalui pengamatan. Prosedur 1. Untuk keperluan pengamatan pilihlah bangun ABCDEF yang bentuk serta ukurannya seperti dibawah ini!

2. 3. Dengan langkah yang sama dengan kegiatan 1 , tentukanlah titik pusat massa bangun tersebut. Namakanlah titik puast massa terebut dengan O, dengan kordinat (xo,yo). Tentukanlah (xo,yo)!

Maka, (xo,yo) adalah (2a, 1,5a ) BAB III PENUTUP Kesimpulan Benda luasan apapun baik yang beraturan maupun tidak beraturan , memiliki titik berat dan pusat massa. Hal tersebut tidak mungkin akan sama letaknya antara satu sama lain. Walaupun, benda yang diamati sama yakni benda beraturan namun tidak akan sama antara garis berat , misal : segitiga dan bujursangkar , tidak akan diperoleh letak yang sama walapun keduanya benda beraturan. Terima kasih , telah membaca laporan saya ini. Ada baiknya mencantumkan nama blog saya ini sebagai sumber referensi. Untuk download materi ini, klik ini Materi Titik Berat

Anda mungkin juga menyukai