Anda di halaman 1dari 13

Nama : Rohani

Nim : 1115020039

Kelas : 3 Sipil 2

TEROWONGAN DAN LAPANGAN TERBANG

TEROWONGAN

1. Jenis-jenis terowongan
Klasifikasi Terowongan berdasarkan Fungsinya
1) Terowongan Lalu Lintas (Traffic)
Beberapa penggunaan terowongan untuk lalu-lintas diantaranya :
• Terowongan Kereta api
• Terowongan jalan raya
• Terowongan navigasi
• Terowongan tambang
2) Terowongan Angkutan
• Terowongan pembangkit Tenaga Listrik (Hidro Power)
• Terowongan Water Supply
• Terowongan Sewerage water
• Terowongan untuk utilitas umum
Terowongan yang dimaksud di sini adalah sebuah struktur bawah
tanah sehingga dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan tanpa boleh
mengganggu aktifitas/ kondisi di permukaan tanah atau dapat pula
dilakukan secara gali dan timbun (cut and cover)

Klasifikasi Terowongan berdasar Cara Pelaksanaannya


1) Micro Tunnel
Penggunaannya mayoritas untuk penempatan jalur pipa, kabel, dan
jaringan air. Ukuran dari terowongan ini berkisar antara 60 cm s/d 100 cm
dan dikerjakan secara modern dengan cara otomatis dengan peralatan
robot.
2) Terowongan Dongkrak (Jacking)
Teknik pelaksanaan ini dipilih sebagai alternative karena pengggalian
biasa terlalu mahal karena panjang yang terbatas, misalnya pembuatan
underpass dan sejenisnya. Secara umum pelaksanaannya dilakukan dengan
mendongkrak secara horizontal sebuah segmen beton precast atau baja
memotong tanah dan membuang keluar secara manual bagian volume
tanah yang terpotong segmen yang didongkrak tersebut.
3) Terowongan Batuan (Rock)
Terowongan ini dibuat menembus batuan masif yang relative keras dan
dapat dilakukan langsung dengan metode penggalian menggunakan
peralatan manual, mekanis maupun blasting. Masalah yang mungkin
dihadapai adalah yang berkaitan dengan air tanah, dan struktur penopang
pada zona patahan.
4) Terowongan melalui tanah lunak (soft ground)
Termasuk dalam kategoro ini adalah terowongan yang di buat melalui
tanah lempung, pasir dan batuan lunak (soft rock). Karena mudah runtuh
maka untuk pelaksanaan penggalian digunakan pelindung (shield).
Sedangkan lining tunnel harus segera dipasang bersamaan dengan
kemajuan gerakan Tunnel Boring Machine (TBM).
5) Terowongan Gali dan Timbun (Cut and Cover)
Terowongan ini dilaksanakan dengan menggali sebuah alur yang cukup
sampai kedalaman yang diinginkan, kemudian pengecoran lining tunnel
atau pemesangan lining precast dan melakukan penimbunan kembali
(covering). Metode ini cocok dilaksanakan jika tersedia areal yang cukup,
tidak mengganggu aktifitas dipermukaan dan letak jalur terowongan cukup
dekat dengan permukaan.
6) Terowongan Bawah air (Underwater)
Terowongan ini biasanya melewati jalur batuan atau tanah lunak. Hal yang
membedakan dengan terowongan tanah lunak adalah adanya tekanan air
yang sangat tingggi, sehingga diperlukan metode untuk membuat
terowongan menjadi kedap air. Salah satu metodenya yaitu dengan
membuat trench di dasar sungai atau laut lalu menempatkan precast tube
lining dan menerapkan teknik sambungan kedap air.

Berdasarkan Lokasinya
1. Underwater Tunnels
Terowongan yang dibangun dibawah dasar muka air. Pada umunnya
dibangun dibawah dasar dan sungai atau laut. Perhitungannya lebih
kompleks, selain ada tekanan tanah.juga terdapat tekanan air yang besar.
2. Mountain Tunnels
Terowongan jenis ini adalah salah satu terowongan yang mempunyai
peran penting ketika suatu daerah memiliki topografi yang beragam,
sehingga perlu adanya terowongan yang dibangun menembus sebuah bukit
maupun gunung.
3. Tunnels at Shallow Depth and Water City Streets
Jaringan transportasi di Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan
Jepang banyak yang menerapkan tipe terowongan ini. Terowongan jenis
ini sangat cocok untuk dibangun di perkotaan. Baik itu untuk transportasi
maupun saluran drainase kota.

Berdasarkan Material yang Dipakai, Paulus P Raharjo (2004)


menjelaskan terdapat 3 jenis terowongan, yaitu:
1. Terowongan Batuan (Rock Tunnels) =Terowongan batuan dibuat
langsung pada batuan massif dengan cara pemboran atau peledakan.
Terowongan batuan umumnya lebih mudah dikonstruksikan daripada
terowongan melalui tanah lunak karena pada umumnya batuan dapat
berdiri sendiri kecuali pada batuan yang mengalami fracture.
2. Terowongan melalui tanah lunak (Soft Ground Tunnels)
=Terowongan melalui tanah lunak dibuat melalui tanah lempung atau
pasir atau batuan lunak (soft rock) . Karena jenis material ini runtuh bila
digali, maka dibutuhkan suatu dinding atau atap yang kuat sebagai
penahan bersamaan dengan proses penggalian. Umumnya
digunakan shield (pelindung) untk memproteksi galian tersebut agar tidak
runtuh. Teknik yang umum digunakan pada saat ini adalah shield
tunneling Pada terowongan melalui tanah lunak ini, lininglangsung
dipasang dibelakang shield bersamaan dengan pergerakan maju dari mesin
pembor terowongan (Tunnel Boring Machine).
3. Terowongan gali – timbun (Cut and Cover Tunnel) = Terowongan ini
dibuat dengan cara menggali sebuartrench pada tanah, kenudian dinding
dan atap terowongan dikonstruksikan di dalam galian. Sesudah itu galian
ditimbun kembali dan seluruh struktur berada dibawah timbunan
tanah. (Sumber : Rai Made Astawa Rai : Teknik Terowongan: 1988

2. Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan jenis terowongan

Hal yang mempengaruhi dalam pemilihan terowongan yaitu:

₋ Lokasi
₋ Metode konstruksi
₋ Material
₋ Kegunaan

3. Metode pengerjaan terowongan


 Metode full face
Metode full face adalah suatu cara dimana seluruh penampang
terowongan digali secara bersamaan. Metode ini sangat cocok untuk
terowongan yang mempunyai ukuran penampang melintang kecil hingga
terowongan dengan diameter 3 meter. Cara penggaliannya yaitu dimana
seluruh bidang muka setelah dibor untuk tempat detonator kemudian
diledakkan seluruh bidang muka. Ini umumnya dilakukan pada adit yang
mempunyai diameter kecil yaitu kurang dari 10 feet.
Keuntungan :
 Pekerjaan akan lebih cepat karena penampang permukaan
terowongan digali secara bersamaan,
 Proses tunneling dapat dilakukan dengan kontinyu.
Kerugian :
 Banyak membutuhkan alat – alat mekanis
 Metoda ini tidak dapat digunakan apabila kondisi tanah tidak
stabil,
 Hanya untuk terowongan dengan lintasan pendek

 Metode Heading and Bench


Metode “ Heading” and “ Bench” adalah cara penggalian dimana
bagian atas penampang terowongan digali terlebih dahulu sebelum bagian
bawah penampangnya. Setelah penggalian bagian atas mencapai panjang 3
– 3,5 meter (heading), penggalian bawah penampang dikerjakan ( bench
cut) sampai membentuk penampang terowongan yang diinginkan. Ini
diterapkan bila bridging capacity rendah terutama pada adit yang
mempunyai diameter besar

Keuntungan :
 Memungkinkan pekerjaan pengeboran dan pembuangan sisa
peledakan dilakukan secara simultan,
 Metoda ini efektif untuk pekerjaan terowongan dengan penampang
besar dan dengan lintasan yang relative panjang

 Metoda Drift
Metode “drift” adalah suatu metode yang menggali terlebih dahulu
sebuah lubang bukaan berukuran kecil sepanjang lintasan terowongan
yang kemudian diperbesar sampai membentuk penampang yang
direncanakan. Metode ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
– Top Drift
– Centre Drift
– Bottom Drift
– Side Drift
(a) Top Drift
Metode ini banyak digunakan pada penggalian endapan di tambang.
Metode ini tidak jauh berbeda dengan medode “ heading and bench”.
(b) Centre Drift
Metode ini dimulai dengan penggalian lubang berukuran 2,5m x 2,5m –
3m x 3m dari portal ke portal. Perluasannya dimulai setelah
penggalian “center drift” selesai.
Keuntungan :
 Metoda ini menguntungkan karena memberikan sistem ventilasi yang
baik,
 Tidak memerlukan penyangga sementara yang rumit karena
ukurannya cukup kecil,
 Mucking dapat dilakukan bersamaan dengan penggalian.
Kerugian :
 Pekerjaan perluasannya harus menunggu center drift selesai secara
keseluruhan,
 Alat bor harus dipasang dengan pola tertentu.

(c) Bottom drift


Pada metode ini, penggalian dimulai dengan membuka bagian bawah
penampang. Pembuatan lubang-lubang bahan peledak untuk membuka
bagian atas penampang dilakukan dengan mem-bor dari bottom
drift vertikal ke atas.

(d) Side Drift


Pada metode ini dua “drift” digali sekaligus pada sisi-sisi penampang,
sepanjang lintasan terowongan. Proses selanjutnya adalah penggalian
bagian “arch” yang diikuti dengan pemasangan penyangga sementara.
Keuntungan :
 Proses pekerjaan lining dapat dilakukan sebelum penggalian bagian
tengah selesai
 Cocok untuk penggalian terowongan besar dan dengan kondisi tanah
yang buruk Metoda.
 Pillot Tunnel
Pilot tunnel digali paralel pada jarak kurang lebih 25 meter dari
sumbu terowongan yang akan direncanakan dengan ukuran 2 x 2 m2 – 3 x
3 m2. Penggalian pada terowongan utama sendiri dilakukan dengan
metode“drift”. (Sumber : Rai Made Astawa Rai : Teknik Terowongan:
1988)
Pilot tunnel adalah cara terbaik untuk menyelidiki lokasi terowongan dan
harus digunakan bila terowongan berukuran besar akan dilaksanakan pada
jalur yang mempunyai kondisi geologi yang kritis. Degan membuat pilot
tunnel maka berbagai masalah yang akan ditemui pada pelaksanaan
penggalian pada skala yang lebih besar dapat diantisipasi sedini mungkin.
Keuntungan :
 Cocok untuk penggalian terowongan besar dengan medan yang/kondisi
geologi ktiris.
 Tingkat resiko pada kondisi geologi yang kritis dapat dinimalisir.

 Metode Sumuran Vertical


Sumuran adalah suatu terowongan yang digali secara vertikal (yang
menyerupai sumur besar), dimana pada dinding atau dasar sumur tadi
dapat digali lubang-lubang ke arah horisontal
Metode ini dilaksanakan dengan membuat lubang vertikal tegak lurus
sampai pada terowongan yang akan digali. Dengan dibuatnya satu lubang
yang memotong lintasan terowongan akan didapatkan paling sedikit tiga
buah heading face.

4. Manfaat terowongan dalam system lalu lintas


 Menghindari persimpangan yang sebidang
 Mempercepat laju lalu lintas
 Memperpendek trase
 Mendapatkan kenyamanan yang ideal dengan adanya terowongan
5. Mengapa terowongan pada awal-awal lebih banyak digunakan untuk Kereta
Api?
Kehadiran Belanda di Indonesia pada abad ke 17 membuat perubahan
besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia kala itu. Banyak kebijakan-
kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Belanda. Salah satunya
kerja paksa dan perdagangan rempah-rempah. Untuk melancarkan
kegiatannya kala itu, pemerintah kolonial Belanda ingin membuat suatu mode
transportasi.

Transportasi tersebut harus] dapat menghubungkan beberapa daerah di


Indonesia yang masih banyak hutan dan berbukit. Transportasi tersebut
haruslah besar dan kuat, karena akan mengangkut hasil bumi dan pertanian.
Akhirnya dibangunlah kereta api yang menghubungkan beberapa daerah yang
dianggap penting kala itu.

oleh Sebab itu pihak belanda membuat Terowongan Kereta api agar dapat
menyingkat waktu perjalanan serta menembus rintangan sepeti bukit dan
gunung. Sayangnya banyak terowongan dan rel kereta yang telah hilang.
Menurut data, panjang rel yang dibangun saat dahulu mencapai 6.800
kilometer. Sekarang jejaknya hanya diketahui sekitar 4.000 kilometer saja

LAPANGAN TERBANG
1. Jenis-jenis Lapangan Terbang
 BandaraInternasional
Melayani angkutan langsung dari dan kelua rnegeri, Kapasitas
pesawat yang bisa digunakan adalah Boeing B747 atau Airbus 300
 BandaraDomestik
Bandara Domestik Melayani angkutan langsung dari dan kedaerah
untuk menuju daerah sekitarnya kemudian Terhubung dengan
bandara internasional, selain itu merupakan tempat
transit menuju daerah terpencil.
 BandaraPerintis
Bandara Perintis Melayani angkutan penerbangan untuk daerah
terpencil, Kapasitas hanya untuk pesawat ringan (CN-235, F27
atau Casa 212) Memiliki landasan pacu sempit dan pendek.

2. Bagian-Bagian Lapter
a. Terminal

Bisa dibilang terminal adalah elemen utama (selain landas pacu)


yang mutlak berada di bandara karena di bangunan inilah calon
penumpang pertama kali menginjakkan kakinya. Di dalam terminal ini,
kita dapat membeli tiket, melakukan check-in, menunggu, dan sebagainya.

Banyak bandara memiliki lebih dari satu terminal yang tiap


terminalnya pun dapat dibagi lagi menjadi bangunan-bangunan yang lebih
kecil yang disebut concourse. Contohnya, ada tiga buah terminal yang
berada di bandara Internasional Soekarno-Hatta yaitu terminal 1, 2, dan 3.
Pembagian pun dilakukan lagi menjadi tiga concourse di tiap terminal
(kecuali terminal 3) yaitu terminal 1a, 1b, 1c, dan terminal 2d, 2e, dan 2f.

Jenis terminal lainnya yaitu terminal satelit yang digunakan di


beberapa bandara. Terminal ini merupakan bagian yang terpisah dari
terminal utama dan hanya dihubungkan oleh jalan penghubung (misal:
jalan bawah tanah). Sehingga pesawat dapat parkir di setiap sisinya.

2. Apron

Apron atau pelataran pesawat adalah tempat dimana pesawat dapat


parkir untuk menaikkan / menurunkan penumpang ataupun mengisi bahan
bakar. Pada bandara internasional, biasanya terdapat garbarata yaitu lorong
yang menghubungkan antara pesawat dan terminal. Antara apron dan
landas pacu, dihubungkan dengan jalan rayap yang disebut taxiway.

3. Taxiway
Taxiway adalah jalan yang menghubungkan antara Apron dan landas
pacu. Keberadaannya sangatlah penting karena dengan adanya taxiway,
pesawat dapat berjalan menuju apron dengan aman tanpa mengganggu
pesawat lainnya.

4. ATC (Air Traffic Controller)

Pemandu Lalu Lintas Udara (Air Traffic Controller) adalah penyedia


layanan yang mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk
mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATC atau
yang disebut dengan Air Traffic Controller merupakan pengatur lalu lintas
udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain
dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas
separation, ATC juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic
flow), membantu pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan
memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information atau
informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll). ATC
adalah rekan dekat seorang Pilot disamping unit lainnya, peran ATC
sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan. Semua aktifitas
pesawat di dalam area pergerakan diharuskan mendapat izin terlebih
dahulu melalui ATC, yang nantinya ATC akan memberikan informasi,
insturksi, clearance/izin kepada Pilot sehingga tercapai tujuan keselamatan
penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang
sesuai dan memenuhi aturan.

5. Landas Pacu

Tanpa yang satu ini, bisa dipastikan (baca: tak akan mungkin)
pesawat dapat mendarat / lepas landas dari dan menuju bandara. Pada
awalnya, permukaan landas pacu adalah rumput atau pun tanah yang
dipadatkan. Akan tetapi, ketika badan pesawat bertambah besar maka yang
lazim digunakan saat ini adalah aspal dan beton. Panjang dan lebarnya pun
bervariasi mulai dari yang panjangnya 1000m hingga 5000m lebih.

Sementara ukuran landas pacu di Indonesia sendiri kurang lebih


3200m x 45m. Dengan ukuran seperti itu, tidaklah cukup untuk didarati
pesawat berbadan lebar seperti Airbus A380. Hanya beberapa bandara saja
di Indonesia yang ukurannya 4000m x 60m. Namun itu cukup wajar
mengingat wilayah Indonesia adalah kepulauan yang sangat membutuhkan
bandara kecil untuk penerbangan perintis. Ukuran landas pacu tidaklah
mutlak karean juga dipengaruhi iklim, semakin tinggi suhu yang berada
disekitar bandara, maka semakin panjang pula landasan pacu yang
diperlukan.

3. Mengapa lapter tersebut tergantung dengan jenis pesawat yang take


out atau landing disana?
Pengaruh muatan dari jenis pesawat tersebut yang mempengaruhi jenis
lapangan terbang tersebut, dari jenis muatan tersebut akan diketahui jenis
pesawat yang digunakan dan bahan bakar yang nantinya akan
mempengaruhi juga. Maka jenis lapangan terbang tersebut harus
disesuaikan dengan jenis pesawat yang ada.

4. Mengapa pengembangan lapter berkaitan erat dengan system lalu


lintas disekitarnya?
Perkembangan bandara harus didukung dengan system transportasi
disekitarnya. Dipermudah akses menuju bandara untuk memaksimalkan
waktu. Sangat buruk jika akses menuju bandara tidak baik atau jalan
tersebut sangat sulit dijangkau sehingga memakan waktu dan juga kualitas
jalan yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai