PROTEIN
Protein merupakan sumber asam amino yang terdiri dari unsur C, H, O, dan
N. Protein berfungsi sebagai zat pembangun jaringan-jaringan baru, pengatur
proses metabolisme tubuh dan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh
tidak terpenuhi oleh lemak dan karbohidrat (Winarno 2004). Rahmawati (2013)
menjelaskan bahwa protein merupakan senyawa organik kompleks tersusun atas
asam amino yang mengandung unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen) dan N
(nitrogen). Protein termasuk komponen kedua terbesar setelah air pada sebagian
besar jaringan tubuh. Senyawa ini adalah salah satu komponen penyusun bahan
pangan yang mempunyai peranan sangat besar dalam menentukan mutu produk
pangan. Protein dapat bersumber dari hewan (protein hewani) dan tumbuhan
(protein nabati).
b. Klasifikasi Protein
c. Struktur tersier
Terbentuk karena adanya pelipatan membentuk struktur yang kompleks. Pelipatan
distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan disulfida, interaksi ionik, ikatan hidrofobik
dan ikatan hidrofilik.
d. Struktur kuartener
Terbentuk dari beberapa bentuk tersier dengan kata lain multi subunit. Interaksi
intermolekul antar subunit protein ini membentuk struktur keempat/kuartener.
2. Berdasarkan Bentuknya
Menurut Dr.Feri Kusnandar (2011), Protein dapat dikelompokkan menjadi protein
sederhana (simple protein), protein konjugasi (konjugated protein), dan protein
turunan (derived protein). Perbedaan dari ketiga jenis protein tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Protein Sederhana
Protein sederhana adalah protein yang hanya mengandung residu asam amino.
Kelompok protein sederhana adalah albumin, globulin, gluletin, prolamin,
skleroprotein, histon, dan protamin. Protein sederhana ini dapat dikelompokkan
menjadi protein globular dan protein fibrilar. Albumin, globulin, histon, dan
protamin adalah termasuk protein globular, yaitu memiliki struktur bulat spherical.
Skleroprotein (kolagen dan elastin) termasuk kelompok protein fibrous yang
memiliki bentuk serat dan bersifat tidak larut dalam air. Protein fibrilar sangat
penting dalam menyusun struktur jaringan daging/unggas. Protein ini banyak
mengandung asam amino prolin dan hidroksiprolin, sistein, dan sistin. Beberapa
jenis protein sederhana yang penting dalam bahan pangan, bukan saja hanya
sebagai sumber asam amino, tetapi juga kandungan fungsional lainnya, yaitu
sebagai berikut.
1. Gluten
Gluten adalah struktur pembentuk protein utama dalam tepung terigu, dan
bertanggung jawab terhadap karakteristik elastis dari suatu adonan. Gluten juga
berperan terhadap penampilan dan struktur remah dari berbagai macam jenis
produk-produk roti. Untuk orang yang menderita penyakit coeliac, konsumsi
produk gandum dapat menyebabkan reaksi alergi sehingga mengurangi penyerapan
zat gizi serta meningkatkan risiko individu terkait penyakit kekurangan zat gizi
misalnya kekurangan zat gizi besi penyebab anemia, menurunnya penyerapan
asam folat, kalsium dan beberapa vitamin (Sarifudin,2015). Gluten terdiri atas dua
komponen protein, yaitu gliadin dan glutenin.
2. Ovalbumin
Ovalbumin adalah protein dalam bagian putih telur yang bersifat khas, yaitu
mudah membentuk buih yang permanen dan stabil jika dikocok. Sifat membuih
ovalbumin ini sangat penting untuk pembuatan kue dan roti.
b. Protein Konjugasi
Protein konjugasi adalah protein yang berikatan dengan molekul lainnya, seperti
karbohidrat, lemak, logam,dan fosfor, misalnya glikoprotein (berikatan dengan
karbohidrat), lipoprotein(berikatan dengan lemak), metalprotein (berikatan dengan
logam), fosfoproein (berikatan dengan gugus fosfat).
c. Protein Turunan
Protein turunan adalah protein yang telah dimodifikasi sifat fungsionalnya, baik
secara enzim maupun kimia. Protein hasil modifikasi ini dapat berubah sifat
kelarutannya dalam air, sifat koagulasi, atau panjang rantainya.
3. Berdasarkan Fungsinya
Winarno (1984), mengatakan bahwa protein mempunyai berbagai fungsi bagi
tubuh, yaitu :
a. Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makro
molekul spesifik yang disebut enzim, misalnya tripsin.
e. Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen.
e. Pembentukan antibodi
Kemampuan untuk menghilangkan racun dari tubuh dicontrol oleh enzim yang
terutama berlokasi dalam hari. Dalam keadaan kekurangan protein, kemampuan
untuk melawan pengaruh zat racun tersebut menjadi rendah, sehingga individu
yang menderita kekurangan protein lebih mudah mengalami keracunan.
f. Transpor nutrient
Protein berperan penting dalam transport nutrient dari usus, menembus dinding
usus sampai kedarah; dari darah ke jaringan, dan menembus membran sel ke dalam
sel. Sebagian besar zat yang membawa nutrien spesifik adalah protein.
(rantai samping)
Alanin Ala A
Arginin Arg R
Asparagin Asn N
Sistein Cys C
Glutamin Gln Q
Glisin Gly G
Histidin His H
Isoleusin Ile I
Leusin Leu L
Lisin Lys K
Metionin Met M
Fenilalanin Phe F
Prolin Pro P
Serin Ser S
Treonin Thr T
Triptofan Trp W
Tirosin Tyr Y
Valin Val V
Feri Kusnandar (2011) menjelaskan beberapa sifat asam amino sebagai berikut :
1. Lisin
Lisin adalah asam amino basa yang mengandung dua gugus amin, yaitu gugus
amin primer yang terikat pada karbon a dan gugus amin sekunder yang terikat pada
gugus R. Sifat basa dari lisin menyebabkannya berperan dalam pembentukan
ikatan interaksi elektrostatik. Lisin merupakan asam amino esensial yang banyak
terkandung pada daging, susu, telur, dan kacang. Analisis kandungan lisin sering
sering dijadikan sebagai indikator penurunan mutu akibat proses pengolahan susu.
2. Metionin
Metionin merupakan asam amino netral dan termasuk asam amino esensial yang
terdapat pada protein hewani (2-4%) dan protein nabati (1-2%). Metionin sangat
mudah rusak oleh adanya oksigen dan perlakuan panas.
3. Asam glutamat
Asam glutamat merupakan kelompok asam amino asam yang mempunyai dua
gugus karboksilat. Sifat dari asam glutamat menyebabkannya dapat membentuk
ikatan interaksi elektrostatik. Asam glutamat bukan termasuk asam amino esensial
karena dapat diproduksi oleh tubuh.
Denaturasi Protein
Denaturasi didefinisikan sebagai suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen,
interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan molekul (Winarno
2004). Perlakuan panas, pH ekstrim, alkohol gangguan fisik dan kimia dapat
memicu terjadinya denaturasi (Brown, 2000). Davidek et al. (1990) menyatakan
bahwa proses penggilingan daging menyebabkan protein terdenaturasi.
Pada penelitian Mastuti (2008) menyatakan bahwa proses yang terjadi selama
pemasakan daging menyebabkan perubahan-perubahan pada hubungan antara
protein-protein miofibril dan jaringan ikat. Kenaikan suhu pada potongan daging
menyebabkan protein miofibril dan jaringan ikat mengalami denaturasi pada
tingkatan yang berbeda. Ikatan-ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi
protein antara lain adalah ikatan hidrogen (glisin), ikatan hidrofobik (leusin, valin,
fenilalanin, dan triptofan), ikatan ionik, dan ikatan intramolekuler seperti gugus
disulfida dalam sisten.
Koagulasi protein
Menurut Winarno (2004) koagulasi terjadi setelah pengembangan molekul protein
yang terdenaturasi. Setelah protein terdenaturasi unit ikatan gugus reaktif pada
rantai polipeptida yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak terdispersi
lagi sebagai suatu koloid.
Rasemisasi Protein
Rasemisasi protein adalah perubahan konfigurasi asam amino dari bentuk L ke
bentuk D. Proses pemanasan dengan suhu tinggi dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya rasemisasi (Astawan 2005; Muchtadi 1993 (dalam Dalilah
2006)).
Reaksi Maillard
Sumber utama penyebab menurunnya nilai gizi protein selama pengolahan dan
penyimpanan adalah reaksi browning non enzimatis (reaksi Maillard), yaitu reaksi
antara protein dengan gula pereduksi (Muchtadi 1993). De Man (1997)
menyatakan bahwa asam amino lisin merupakan asam amino yang peka terhadap
kerusakan terutama pencoklatan non enzimatis, karena asam amino ini cenderung
untuk terikat pada senyawa karbonil melalui gugus ε-asam amino bebas.
F. Analisis Protein
Berbagai metode yang digunakan untuk menganalisa kandungan protein,
diantaranya yaitu Kjeldahl, Bradford, Biuret dan Lowry. Metode Bradford adalah
suatu uji untuk mengukur konsentrasi protein total secara kolorimetri dalam
larutan. Uji ini menggunakan pewarna Coomassie Brillant Blue (CBB). CBB
berikatan dengan protein dalam larutan yang bersifat asam sehingga memberikan
warna biru. Dengan adanya perubahan warna tersebut, larutan dapat diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang
465-595 nm. Metode Bradford menggunakan Bovine Serum Albumine (BSA)
sebagai larutan standar.
Contoh praktik dalam masyarakat mengenai “PROTEIN”
1. Mitos Seputar Telur Ayam Kampung dan Telur Ayam Negeri
Mitos pada masyarakat Tradisional :
Secara umum, telur memang merupakan salah satu sumber pangan yang bernilai
gizi tinggi karena fungsi telur sebenarnya adalah mempersiapkan makanan bagi
calon mahluk hidup (ayam) selama jangka waktu tertentu. Kandungan zat gizi telur
adalah protein, lemak, air, vitamin,dan mineral, yang tersebar pada putih dan
kuning telur. Kuning telur mengandung zat gizi yang lebih lengkap dan tinggi
dibandingkan putih telur.
Berdasarkan penelitian ini terhadap telur ayam kampung dan studi literatur,
ditemukan memang kandungan protein ayam kampung lebih besar dibandingkan
ayam negeri berdasarkan berat basah. Artinya bila penggunaan telur sama, sama
dalam keadaan belum diolah yaitu sama-sama masih dalam bentuk segar,
kandungan protein pada bagian putih maupun kuning dan lemak pada kuning telur
ayam kampung memang lebih tinggi untuk bobot telur yang sama.
Tetapi bila dibandingkan berdasarkan bobot kering, yaitu kedua jenis telur sama-
sama dalam keadaan kering, kadar protein dan lemak pada bagian kuning dan putih
serta lemak pada kuning telur ayam negeri lebih tinggi dibandingkan ayam
kampung.
Hal ini disebabkan telur ayam negeri, khususnya pada bagian putih telur,
mempunyai kadar air lebih tinggi dibandingkan telur ayam kampung. Menurut Dr
Ir Ibnu Katsir Amarullah, staf pengajar Jurusan 11mu Nutrisi Makanan Ternak,
Fapet IPB, protein dan lemak telur ayam kampung lebih tinggi karena memang
diperlukan untuk meneruskan keturunan di lingkungan alam bebas.
Kalau ada anggapan bahwa telur ayam kampung gizinya lebih baik justru karena
ayam kampung dibiarkan bebas mencari makan, Amarullah yang ahli nutrisi
unggas mengatakan, memang jenis pakan yang dikonsumsi ada pengaruhnya,
tetapi tidak langsung pada kandungan gizi melainkan pada berat/ringan bobot telur
itu. Sedangkan kandungan gizi telur lebih dipengaruhi oleh faktor genetik (sifat
yang dibawa induk ayam).Memang kandungan gizi telur ayam bisa diatur melalui
pakan yang diberikan, tetapi ini memerlukan perlakuan sangat khusus dan akan
membuat harga telur menjadi sangat mahal.
Keunggulan protein telur ayam adalah mutunya yang tinggi. Laporan Departemen
Kesehatan dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor (1990)
melaporkan, telur ayam negeri maupun kampung, mutu proteinnya sangat baik
karena terdiri atas asam-asam amino esensial yang lengkap dan dalam jumlah sama
atau di atas Pola Asam Amino Esensial yang dianjurkan Organisasi Pangan dan
Pertanian PBB (FAO). Pola Asam Amino Esensial adalah susunan asam amino
esensial, yaitu asam-asam amino (penyusun protein) yang mutlak diperlukan
tubuh, yang harus ada dalam makanan yang dikonsumsi manusia. Bila salah jenis
satu asam amino tersebut jumlahnya lebih rendah dibandingkan kebutuhan
minimal, maka ketersediaan asam-asam amino lainnya untuk tubuh, akan ikut
menurun, meskipun bahan pangan itu mengandung asam-asam amino lain yang
lebih tinggi dari kebutuhan minimal tadi. Itu sebabnya konsumsi pangan sehari-
hari dianjurkan tidak berasal dari satu sumber pangan saja, tetapi merupakan
kombinasi.
Selama penyimpanan, komposisi gizi berubah, antara lain kadar airnya. Air akan
berpindah dari putih ke kuning telur, dan terjadi penguapan air dari putih telur ke
luar telur. Kandungan protein pada putih telur sedikit menurun setelah
penyimpanan tiga minggu dalam suhu dingin, sebaliknya sedikit meningkat pada
kuning telur. Hasil analisis kimiawi di atas menunjukkan semua jenis telur
memiliki nilai gizi yang relatif hampir sama, baik protein asam amino esensial,
maupun lemaknya. Perbedaan menyolok sebenarnya tampak pada berat yaitu telur
ayam negeri rata-rata lebih berat dibandingkan telur ayam kampung. Perbandingan
bobot kuning maupun putih kedua jenis telur juga berbeda. Perbandingan bobot
kuning dan putih pada ayam negeri adalah 2:1, sedangkan pada ayam kampung
1:1.
Namun tidak tertutup kemungkinan melalui penelitian yang lebih canggih akan
ditemukan suatu zat aktif tertentu yang belum terungkap hingga saat ini.
Menurut Afrianto, dan Liviawati (1991) dalam proses pengasapan ikan, unsur yang
paling berperan adalah asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu. Berdasarkan
penelitian laboratorium, asap mempunyai kandungan kimia sebagai berikut : air,
asam asetat, alkohol, aldehid, keton, asam formiat, phenol, karbon
dioksida. Ternyata yang dapat meningkatkan daya awet ikan dalam proses
pengasapan bukan asap, melainkan unsur–unsur kimia yang terkandung dalam
asap.