Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan bipolar atau mannic-depressive illness (MDI) merupakan salah satu
gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai dengan
suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu
periode yang meningkat secara cepat dan atau dapat menimbulkan amarah yang
dikenal sebagai mania. Gejala-gejala mania meliputi kurangnya tidur, nada suara
tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa mempertimbangkan
konsekuensinya, dan gangguan fikiran berat yang mungkin atau tidak termasuk
psikosis. Diantara kedua periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki
periode yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan bipolar merupakan
suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan bipolar mendasari satu
spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi bipolar I (BP I),
bipolar II (BP II), siklotimia (periode manik dan depresi yang bergantian/naik-turun)
dan depresi yang hebat.1
Gangguan bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi yaitu gangguan
pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana
perasaan dan proses berpikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini
didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah
tinggi yang tak terkendali) dan depresi.1
Pada gangguan mood bipolar I, penderita tidak hanya mengalami depresi, tetapi
pada suatu saat akan mengalami episode manik, sedangkan pada bipolar II, tidak ada
episode manik, hanya hipomanik (tidak separah manik) dan yang selalu ada adalah
episode depresi. Penyakit manik depresi biasanya diawali oleh depresi yang meliputi
setidaknya satu episode manik dalam perjalanan penyakitnya. Episode depresi
berlangsung selama 3-6 bulan.1,2

1
Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan
menetap sebesar 0,3 – 1,5 %. Di Amerika Serikat tingkat prevalensi ini dapat
mencapai 1 – 6 %, dimana dua jenis gangguan bipolar ini berbeda pada populasi
dewasa, yaitu sekitar 0,8 % populasi mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami
BP II. Morbiditas dan mortalitas dari gangguan bipolar sangat signifikan. Banyaknya
angka kehilangan pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari gangguan
tingkat produktivitas yang disebabkan gangguan ini di Amerika Serikat sepanjang
periode awal tahun 1990an diperkirakan sebesar US $ 15,5 Miliar. Perkiraan lainnya
sekitar 25-50% individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri
dan 11% benar-benar tewas karena bunuh diri.1,2
Di Indonesia jumlah pasien yang mengalami gangguan ini tidak diketahui
dengan pasti. Sekitar 10%, individu dengan gangguan depresi mayor biasanya akan
mengalami episode manik atau hipomanik pada perkembangan penyakitnya. Onset
usia yang muda, ditemukannya gejala psikotik (menyerupai skizoprenia), dan
ditemukannya episode depresi berulang merupakan faktor resiko gangguan bipolar.
Rata-rata angka morbiditas dari pasien yang tidak diterapi adalah 14 tahun dimana
akan muncul kondisi hilangnya produktivitas dan gangguan dalam fungsi hidup
sehari-hari. Dijumpai perilaku bunh diri pada 10-20% pasien. Gangguan ini
umumnya muncul pada awal usia 20 tahunan walaupun variasinya luas.1,2
Maka dari itu, dirasa perlu untuk mengetaui lebih mendalam mengenai
Gangguan Bipolar pada masing-masing periode. Pada referat ini kami akan menyoroti
mengenai Gangguan Bipolar episode manik.1,2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gangguan bipolar menurut Diagnostic And Statistical Manual Of Mental
Disorders-Text Revision edisi ke empat ialah gangguan mood yang terdiri dari paling
sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya disertai dengan
adanya riwayat episode depresi mayor.1

B. Etiologi
Penyebab gangguan bipolar multifaktor.Secara biologis dikaitkan dengan faktor
genetik dan gangguan neurotransmitter yaitu dopamin, serotonin dan noraderenalin di
otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, misalnya
pola asuh yang overprotectivedan authoritarian.1,2

C. Klasifikasi
Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:1
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2, yaitu gangguan bipolar I dan II.Gangguan bipolar I atau tipe
klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan
gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya
dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita.1

3
Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut
derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik
dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan
yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.
Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang
meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan
daripada manik karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi social.1,2
Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu
optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi(suasana
perasaan yang meningkat). Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham
maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan. Bertolak belakang
dengan hipomanik/manik, gejala pada depresi terjadi sebaliknya. Suasana hati diliputi
perasaan depresif, tiada minat dan semangat, aktivitas berkurang, pesimis, dan timbul
perasaan bersalah dan tidak berguna. Episode depresi tersebut harus berlangsung
minimal selama 2 minggu baru diagnosis dapat ditegakkan. Bila perasaan depresi

4
sudah menimbulkan keinginan untuk bunuh diri berarti sudah masuk dalam depresif
derajat berat.1,2

D. Faktor Resiko
1. Genetik
Gen adalah sebuah bangunan. Gen yang terkandung dalam sel seseorang yang
diturunkan dari orang tua ke anak. Anak-anak dengan orang tua atau saudara yang
memiliki gangguan bipolar adalah empat sampai enam kali lebih mungkin untuk
mengembangkan penyakit, dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki keluarga
dengan riwayat gangguan bipolar. Namun, sebagian besar anak-anak dengan riwayat
keluarga bipolar tidak mengalami gangguan bipolar.3
Gangguan Bipolar terutama BP I, memiliki komponen genetik utama. Bukti
yang mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan Bipolar
terdapat beberapa bentuk, antara lain:3
a. Perlu digaris bawahi keturunan dari orang tua yang menderita gangguan
Bipolar memiliki kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik lain.
Secara genetik, diketahui bahwa pasien dengan gangguan Bipolar tipe I, 80-
90% di antaranya memiliki keluarga dengan gangguan depresi atau gangguan
Bipolar juga (yang mana 10-20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang
ditemukan pada populasi umum).
b. Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan adanya hubungan 33-90 %
menderita BP I dari saudara kembar yang identik. Anak kembar yang berasal
dari satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita gangguan
yang serupa dibandingkan anak kembar yang berasal dari dua telur, jika anak
kembar tersebut dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Rata-rata tingkat
kemungkinan pasangan kembar menderita gangguan yang sama berkisar 60-
70%.
c. Penelitian pada keluarga adopsi, membuktikan bahwa lingkungan umum
bukan satu-satunya faktor yang membuat gangguan Bipolar terjadi dalam

5
keluarga. Anak dengan hubungan bilogis pada orang tua yang menderita BP I
atau gangguan depresif hebat memiliki resiko lebih tinggi dari perkembangan
gangguan afektif, bahkan meskipun mereka bertempat tinggal dan dibesarkan
oleh orangtua yang mengadopsi dan tidak menderita gangguan.

Namun gen bukanlah satu-satunya faktor risiko untuk gangguan bipolar. Studi
kembar identik telah menunjukkan bahwa kembar dari seseorang dengan penyakit
bipolar tidak selalu mengembangkan gangguan tersebut. Hal ini dapat terjadi pada
kembar identik bahwa dengan gen yang sama dapat tidak tertular untuk terjadi
gangguan bipolar.3

2. Ras
Tidak ada kelompok ras tertentu yang memilik predileksi kecendereungan
terjadinya gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para klinisi
menyatakan bahwa kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi pada populasi
Afrika-Amerika.3

3. Jenis kelamin
Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun Rapidcycling
Bipolar Disorder (gangguan dengan 4 atau lebih episode dalam setahun) lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pria. Insiden BP II lebih sering pada wanita
daripada pria.3

4. Usia
Usia individu yang mengalami gangguan Bipolar ini bervariasi cukup besar.
Rentang usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak hingga 50 tahun,
dengan perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak pada usia 15-19 tahun
dan rentang usia terbanyak kedua adalah pada usia 20-24 tahun. Sebagian penderita
yang didiagnosa dengan depresi hebat berulang mungkin saja juga mengalami

6
gangguan Bipolar dan baru berkembang mengalami episode manik yang pertama saat
usia mereka lebih dari 50 tahun. Mereka mungkin memiliki riwayat keluarga yang
juga menderita gangguan Bipolar. Sebagian besar menderita dengan onset manik
pada usia lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya gangguan
neurologis seperti penyakit serebrovaskuler. Gangguan Bipolar juga dipengaruh oleh
beberapa faktor meliputi genetik dan lingkungan.3

5. Lingkungan
a. Faktor psikososial yang diketahui sering memicu timbulnya gangguan
mood ini, di antaranya tekanan lingkungan sosial, gangguan tidur, atau
kejadian traumatis lainnya seperti pola asuh masa kanak-kanak, stres yang
menyakitkan, stres kehidupan yang berat dan berkepanjangan.
b. Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan langsung
dengan stress eksternal dan tekanan eksternal yang dapat memperburuk
berulangnya gangguan pada beberapa kasus yang memang sudah memiliki
predisposisi genetik atau kimiawi.
c. Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita dengan riwayat mannic-
depressive illness (MDI) dan meningkatkan kemungkinan psikosis
postpartum.3

E. Penegakan Diagnosis

Gangguan bipolar ditandai oleh dua episode berulang (sekurang-kurangnya dua


episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania),
dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas
(depresi). Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depesi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata
sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut.

7
Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress
atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).4

Episode manik terdiri dari:4


a. Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)
Pedoman diagnostik gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
(F31.0)
Untuk menegakkan diagnostik pasti.4
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kiteria hipomania (F30.0)
2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
Pedoman diagnostik hipomania (F 30.0).4
1. Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F 30.1) afek yang
meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama
sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat
intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi
siklotima (F34.0) dan tidak disertai halusinasi atau waham.
2. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang
sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat
atau mnyeluruh maka diagnosis mania harus ditegakkan.

a. Gangguan afektif bipolar, episode kini tanpa gejala psikotik (F31.1)


Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik tanpa gejala
psikotik menurut PPDGJ III (F31.1):4
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik (F30.1); dan
2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran di masa lampau).

8
Pedoman diagnostik F30.1 mania tanpa gejala psikotik:4
1. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu, dan
cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial yan biasa dilakukan.
2. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga
terjadi aktivitas berlebih, percepatan dan kebanyakan bicara,
kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran dan terlalu
optimistik.

b. Gangguan afektif bipolar, episode kini dengsn gejala psikotik (F31.2)


Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala
psikotik menurut PPDGJ III (F31.2):4
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2) dan
2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran di masa lampau).

Pedoman diagnostik F30.2 mania dengan gejala psikotik:4


1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1
(mania tanpa psikotik)
2. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadi waham kebesaan, iritabilitas dan kecurigaan
menjadi waham kejar, waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan
afek tersebut.
Untuk mendiagnosis gangguan bipolar episode manic dengan anamnesis yang
terdiri dari alloanamnesis dengan keluarga, saudara, atau teman pasien yang paham
kondisi pasien, selain itu autoanamnesis atau anamnesis terhadap pasien sendiri.
Pemeriksaan lain seperti fisik diagnostik, status mentalis, laboratorium, dan radiologi
bila diperlukan.1,3

9
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
a. Riwayat Gangguan Sekarang
Gejala-gejala dari tahap gangguan bipolar episode mania adalah sebagai
berikut:5
1. Gembira berlebihan
2. Mudah tersinggung sehingga mudah marah
3. Merasa dirinya sangat penting
4. Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang
lain
5. Penuh ide dan semangat baru
6. Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
7. Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
8. Nafsu seksual meningkat
9. Menyusun rencana yang tidak masuk akal
10. Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
11. Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang
dibicarakan
12. Menghamburkan uang
13. Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung
membahayakan
14. Merasa sangat mengenal orang lain
15. Mudah melempar kritik terhadap orang lain
16. Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
17. Sulit tidur
18. Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24
jam
b. Riwayat Gangguan Dahulu
Riwayat stress, riwayat melahirkan, riwayat epilepsi, riwayat trauma pasca
operasi, riwayat penggunaan obat antidepresan, alkohol, antikonvulsan,

10
bronkodilator, cimetidin, dekongestan, disulfiram, halusinogen, steroid,
isoniazid, prokainamid. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder (
gangguan bipolar) yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja
kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang
menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi.1,3
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Memiliki keluarga dengan riwayat yang sama. Gen bawaan adalah faktor
umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua
yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko
mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang
tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya
beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang
pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan
berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik.
Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah
dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami
gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan
mood.1,3,5
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya
penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-
peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan
perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat.
Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus
sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Stres dapat memicu gangguan bipolar
pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung
melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan

11
menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai,
dipecat.1,3
e. Perubahan Musiman.
Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman. Manik
episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif
lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi
(untuk negara dengan 4 musim). Kurang tidur atau sesedikit melewatkan
beberapa jam istirahat bisa memicu episode mania.5

1. Autoanamnesis Episode Manik:5


a. Deskripsi Umum atau kesan umum
1. Penampilan : umumnya pasien dalam episode manik
penampilannya rapi, menggunakan pakaian yang berwarna cerah,
terkadang tidak tampak sakit jiwa.
2. Tatapan mata: bias berbinar atau hidup, dan sering mengarah pada
orang yang mengajak bicara, misalnya pemeriksa.
b. Sikap : pasien episode manik biasanya kooperatif atau mau bekerja
sama dengan pemeriksa, tetapi sedikit agresif.
c. Tingkah laku : biasanya hiperaktif (aktivitas motorik meningkat),
bersemangat, dan terkadang seperti menantang.
d. Orientasi
1) Waktu : bisa baik, bisa buruk
2) Orang : bias baik, bisa buruk
3) Tempat: bias baik, bisa buruk
4) Situasi : bisa baik, bisa buruk
e. Kesadaran :compos mentis
f. Proses pikiran
1) Bentuk pikir : bisa realistis atau nonrealistsc, pada hipomanik,
manik tanpa psikosis umumnya realitis atau sesuai kenyataan.

12
Sedangkan pada manik dengan gejala psikosis bentuk pikirnya
nonrealistik karena pasien dengan psikosis mempunyai waham dan
atau halusinasi.
2) Isi pikir: terdapat waham atau tidak. Isi pikirannya termasuk tema
kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya mudah
dialihkan
3) Progresi pikir: fligh of idea atau penuturan pikiran dan
pembicaraan yang meloncat-loncat, logorrhea atau intonasi bicara
keras dan cepat alurnya banyak bicara tidak dapat disela,
sirkumtangensial atau bicara memutar-mutar.
g. Roman muka: biasanya banyak mimik
h. Afek: terkadang afek inappropriate atau afek tidak sesuai , selain itu
pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki
toleransi frustasi yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan
kemarahan dan permusuhan. Secara emosional adalah labil, beralih
dari tertawa menjadi lekas marah .
i. Gangguan Persepsi : jika nonpsikosis tidak ada halusinasi, tetapi jika
psikosis ada halusinasi.
j. Hubungan jiwa: jika non psikosis hubungan jiwa bias masih baik,
tetapi jika psikosis umumnya hubungan jiwa cenderung buruk.
k. Perhatian : bias mudah ditarik atau sukar ditarik, dan mudah dicantum
atau sukar dicantum.
l. Insight/ tilikan berbeda-beda setiap pasien:
Jenis - jenis tilikan:
1) Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya
2) Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya
3) Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab
penyakitnya

13
4) Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan
namum tidak memahami penyebab sakitnya
5) Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor - faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam
perilaku praktisnya
6) Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi
dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan

F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Lini I
Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR,
aripiprazol, litium atau divalproat + risperidon, litium atau divalproat
+ quetiapin, litium atau divalproat + olanzapin, litium atau divalproat
+ aripiprazol. 6
b. Lini II
Karbamazepin, TKL*, litium + divalproat, paliperidon. 6
c. Lini III
Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol, litium +
karbamazepin, klozapin. 6
Tidak direkomendasikan Gabapentin, topiramat, lamotrigin,
risperidon+ karbamazepin, olanzapin + karbamazepin.6

Masing – masing obat dapat dijelaskan sebagai berikut: 6


a. Stabilisator Mood
1) Litium
Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun
yang lalu. Ia lebih superior bila dibandingkan dengan plasebo.
Farmakologi

14
Sejumlah kecil litium terikat dengan protein. Litium dieksresikan
dalam bentuk utuh hanya melalui ginjal.
Indikasi
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat
sebagai terapi rumatan GB.
Dosis
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan
menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar
antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal
yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi keadaan akut lebih
tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan. Untuk terapi
rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil dari 0,4
mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala
toksisitas litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
Efek samping
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor,
somnolen, penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif.
Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati dapat pula terjadi akibat
penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat ireversibel. Akibat
intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi misalnya,
ataksia, defisist memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi
intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat
merusak tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah
intoksikasi litium, polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya.
Pasien yang mengonsumsi litium dapat mengalami poliuri. Oleh
karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak meminum air.
Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan
fungsi tiroid, harusdiperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang

15
berumur di atas 40 tahun, pemeriksaan EKG harusdilakukan. Fungsi
ginjal harus diperiksa setiap 2-3 bulan dan fungsi tiroid dalam enam
bulanpertama. Setelah enam bulan, fungsi ginjal dan tiroid diperiksa
sekali dalam 6-12 bulan atau bilaada indikasi.
Efek Samping Obat
Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan
malformasi janin. Kejadiannyameningkat bila janin terpapar pada
kehamilan yang lebih dini. Wanita dengan GB yang derajatnya berat,
yang mendapat rumatan litium, dapat melanjutkan litium selama
kehamilan bilaada indikasi secara klinis. Kadar litium darahnya
harus dipantau dengan seksama. PemeriksaanUSG untuk memantau
janin, harus dilakukan. Selama kehamilannya, wanita tersebut
harusdisupervisi oleh ahli kebidanan dan psikiater. Sebelum
kehamilan terjadi, risiko litium terhadapjanin dan efek putus litium
terhadap ibu harus didiskusikan. 6
2) Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA
sebagai antimania.
Valproat tersedia dalam bentuk:
Preparat oral:
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan
sodiumvalproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel
salut yang dapat dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan
ke dalam makanan.
e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari.
Preparat intravena

16
Preparat supositoria
Farmakologi
Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian
oral. Konsentrasi puncak plasma valproat sodium dan asam valproat
dicapai dalam dua jam sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam.
Awitan absorbsi divalproat lepas lambat lebih cepat bila
dibandingkan dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi lambat bila obat
diminum bersamaan dengan makanan. Ikatan valproat dengan
protein meningkat bila diet mengandung rendah lemak dan menurun
bila diet mengandung tinggi lemak.
Dosis
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam
serum berkisar antara 45 -125 g/mL. Untuk GB II dan siklotimia
diperlukan divalproat dengan konsentrasi plasma 50 g/mL. Dosis
awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 – 500
mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi
serum 45- 125 g/mL. Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan
nafsu makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi
bila konsentrasi serum 100 g/mL. Untuk terapi rumatan, konsentrasi
valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 g/mL.
Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor
akut, terapi rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons
dengan litium, siklus cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB
pada lanjut usia.
Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi,
misalnya anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan
(derajat ringan) enzim transaminase, sedasi, dan tremor. Efek

17
samping ini sering terjadi pada awal pengobatan dan bekurang
dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu. Efek
samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam
valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut
sodium divalproat. 6

3) Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia
menghambat kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan
glutamat.
Farmakokinetik
Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati
sawar otak dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam.
Sebanyak 10% lamotrigin dieksresikan dalam bentuk utuh.
Indikasi
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut
maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
Dosis
Berkisar antara 50-200 mg/hari.
Efek Samping
Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan
berbagai bentuk kemerahan di kulit(Tim PDSKJI, 2010).

b. Antipsikotika atipik
Baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai
terapi lini pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut
adalah olanzapin, risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.
1. Risperidon

18
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan
antipsikotika atipik pertama yang mendapat persetujuan FDA
setelah klozapin.
Absorbsi
Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia
dimetabolisme oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6.
Dosis
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan
yaitu tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2
mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4
mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari.
Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan
untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang
dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak
berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg -
50 mg per dua minggu.
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk
terapi rumatan
Efek Samping
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan,
berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi
pada risperidon bila dibandingkan dengan pada plasebo. Meskipun
risperidon tidak terikat secara bermakna dengan reseptor
kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin,
dapat terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara.
Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat pula terjadi pada
pemberian risperidon. 6
2. Olanzapin

19
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki
afinitas terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2
(5-HT2); muskarinik, histamin 1(H1), dan 1- adrenergik.
Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode
akut mania dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk
terapi rumatan GB.
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah
beberapa lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi
kejadiannya sangat rendah dan tidak menyebabkan penghentian
pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif tinggi bila
dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini
dapat diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah
gaya hidup, diet dan latihan fisik. 6

3. Quetiapin
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja
sebagai antagonis 5- HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2,
histamin H1 serta reseptor adrenergik 1 dan2. Afinitasnya rendah
terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-
HT2A.
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800
mg/hari. Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release)
dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan 300 mg, dengan

20
pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-XR
dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi,
campuran, siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan
efek samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang
dengan berjalannya waktu. Perubahan dalam berat badan dengan
quetiapin adalah sedang dan tidak menyebabkan penghentian
pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila dibandingkan
dengan antipsikotika tipik. 6
4. Aripiprazol
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.
Farmakologi
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-
HT1A serta antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang
tinggi pada reseptor D3, afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-
HT7,1- adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin reuptake site
(SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg.
Kisaran dosis efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis
awal yang direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan
sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan akatisia,
dianjurkan untuk menurunkan dosis. Beberapa klinikus
mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan
tolerabilitas.
Indikasi

21
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran
akut. Ia juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga
efektif sebagai terapi tambahan pada GB I, episode depresi.
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual
merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara
spontan oleh kelompok yang mendapat aripiprazol. Efek samping
ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara bermakna dengan plasebo.
Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat
mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan penghentian
pengobatan. Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan
berat badan dan diabetes melitus pada penggunaan aripiprazol.
Selain itu, peningkatan kadar prolaktin juga tidak dijumpai.
Aripiprazol tidak menyebabkan perubahan interval QTc. 6

3. Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi.
Penggunaannya harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka
panjang berpotensi meginduksi hipomania atau mania. Untuk
menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah
dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik.
1,3,6

2. Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya,
cognitive behavioral therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal,
terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai bentuk terapi psikologi atau
psikososial lainnya. Intervensi psiksosial sangat perlu untuk
mempertahankan keadaan remisi.3,5,6

22
3. Rawat Inap
Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase
dari episodenya, seperti depresi atau manic, dan derajat keparahan fase
tersebut.Contoh, seseorang dengan depresi yang ekstrim dan menunjukkan
perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat
inap.Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat
bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan.6
Pengobatan pasien rawat inap : indikasi seseorang dengan gangguan
bipolar untuk dirawat inap adalah sebagai berikut:6
a. Berbahaya untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode
depresif, dapat terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri.
Percobaan bunuh diri yang serius dan ideasi spesifik dengan rencana
menghilangkan bukti, memerlukan observasi yang ketat dan
perlindungan pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita bisa datang
dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang penderita depresi
yang tidak cukup makan beresiko kematian, sejalan dengan itu,
penderita dengan manik yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan
mungkin mengalami kelelahan yang hebat.
b. Berbahaya bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat
mengancam nyawa ornag lain, contohnya seorang penderita yang
mengalami depresi yang berat meyakini bahwa dunia itu sangat
suram/gelap, sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya untuk
membebaskan mereka dari kesengsaraan dunia
c. Ketidakmampuan total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami
terlalu dalam, sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya sama
sekali, meninggalkan orang seperti ini sendirian sangat berbahaya dan
tidak menyembuhkannya.
d. Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama
episode manik. Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar

23
batas, mereka menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di
sekitarnya.
e. Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan
jiwa yang disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medi,
dimana obat psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.

Rawat inap parsial atau program perawatan sehari


Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun
memiliki tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil.
Contohnya, penderita dengan depresi berat yang berpikir akan bunuh diri
tapi tidak berencana untuk melakukannya dan dapat memiliki tingkat
motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan interpersonal, terutama
sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari keluarga.
Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malamdan harus peduli
terhadap penderita.Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa
segera kembali bekerja.Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali
sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap parsial
memberi dukungan dan hubungan interpersonal.6

Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama, yaitu:6


a. Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini
bisa berasal dari keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi,
mereka mendorong penderita menjadi manic atau depresi. Hal ini
merupakan bagian dari psikoterapi.
b. Kedua, memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan membuat
perubahan yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan
dan mencegah efek samping. Penderita memiliki rasa yang
bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa
obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun

24
mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus
dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka
untuk mau melanjutkan pengobatan. Ketiga, membangun dan
memelihara sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu
dari banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi
penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu, kekuatan
sekumpulan orang yang peduli membantu mempertahankan gejala
penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita tinggal
dan diterima di masyarakat. Keempat, aspek yang melibatkan edukasi.
Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang
penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya
penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu kekambuhan, dan
peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok bagi penderita
dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.
c. Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus
diperhatikan oleh para praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular,
diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi sistem urinari, dan
gangguan keseimbangan elektrolit

G. Diagnosis Banding
1. Gangguan Bipolar II
Ciri khas yang penting pada gangguan bipolar II secara klinis adalah ditandai
dengan munculnya satu atau lebih episode defresi berat yang disertai dengan
episode hipomanik. Adanya episode manik atau episode campuran
menyingkirkan diagnosis gangguan bipolar II. Selain itu gejala mood pada
depresi berat dan hipomanik dimasukan kedalam gangguan skizoafektif.7
2. Gangguan Siklotimik
Gejala gangguan siklotimik adalah identik dengan gejala yang ditemukan
pada gangguan bipolar I. Gejalanya sama dalam segi keparahannya tetapi

25
dengan durasi yang lebih singkat dari pada yang terlihat pada gangguan
bipolar I. Penyalahgunaan alkohol dan penyalahgunaan zat lain sering
ditemukan pada pasien gangguan siklotimik. Yang menggunakan zat untuk
mengobati dirinya sendiri( dengan alkohol, benzodiazepin).7

H. Komplikasi
1. Gangguan neurologis atau Emosional
Pasien dengan gangguan bipolar, terutama tipe II atau gangguan cyclothymic,
memiliki episode sering depresi berat. Gangguan kecemasan, seperti
gangguan panik, pasien dengan gangguan bipolar, terutama mereka dengan
tipe II, mengalami fobia. Gejala gangguan bipolar pada anak-anak sering
bingung dengan perhatian-deficit hyperactivity disorder (ADHD), ADHD
mempengaruhi anak usia sekolah sehingga mengalami kegelisahan, bertindak
impulsif, dan kurangnya fokus yang mengganggu kemampuan mereka untuk
belajar dengan baik.8

2. Bunuh diri
Risiko bunuh diri sangat tinggi pada pasien yang menderita gangguan bipolar
dan yang tidak menerima perhatian medis. Antara 10 - 15% dari pasien
dengan gangguan bipolar I bunuh diri, dengan risiko yang tertinggi selama
episode depresi atau mania campuran (depresi dan mania simultan). Pasien
yang menderita gangguan kecemasan juga beresiko lebih besar untuk bunuh
diri.8
Banyak pra-remaja dengan gangguan bipolar lebih sakit parah daripada orang
dewasa dengan penyakit, dan risiko bunuh diri tinggi. Mereka memiliki risiko
lebih tinggi untuk mania campuran, ganda dan sering siklus, dan durasi
panjang penyakit tanpa periode baik.8

26
3. Efek Perilaku dan Emosional fase manik
Sebagian kecil pasien gangguan bipolar menunjukkan produktivitas tinggi
atau kreativitas selama fase manik. Pemikiran menyimpang dan gangguan
penilaian yang merupakan ciri khas dari episode manik dapat menyebabkan
perilaku berbahaya, termasuk:8
a. Menghabiskan uang menyebabkan kehancuran finansial
b. Marah, perilaku paranoid, dan bahkan kekerasan
c. Perilaku terbuka promiscuous
Perilaku seperti ini sering diikuti dengan rendah diri dan rasa
bersalah, yang dialami selama fase depresi. Selama semua tahapan
penyakit, pasien perlu diingatkan bahwa gangguan mood akan berlalu
dan beratnya bisa dikurangi dengan pengobatan.

4. Penyalahgunaan Zat
Merokok adalah umum di antara pasien dengan gangguan bipolar, terutama
mereka yang memiliki gejala psikotik sering atau berat. Beberapa dokter
berspekulasi bahwa, seperti dalam skizofrenia, penggunaan nikotin dapat
menjadi bentuk pengobatan sendiri karena efek tertentu pada otak.
Hingga 60% dari pasien dengan gangguan bipolar penyalahgunaan zat lain
(paling sering alkohol, diikuti dengan ganja atau kokain) di beberapa titik
dalamperjalanan penyakit mereka. Berikut ini adalah faktor risiko untuk
alkoholisme dan penyalahgunaan zat pada pasien dengan gangguan bipolar: 8
a. Setelah episode campuran daripada yang mania murni
b. Menjadi seorang pria dengan gangguan bipolar

5. Asosiasi dengan Penyakit Fisik


Orang dengan penyakit mental memiliki insiden yang lebih tinggi dari
kondisi medis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru-paru
lainnya, gangguan pencernaan, infeksi kulit, diabetes, hipertensi, sakit kepala

27
migrain, hipotiroidisme, dan kanker. Pasien dengan gangguan bipolar juga
kurang mungkin untuk menerima perawatan medis dibandingkan orang tanpa
gangguan mental. Penyalahgunaan zat, termasuk merokok, alkoholisme, dan
penyalahgunaan narkoba, juga berkontribusi pada banyak masalah ini serta
mengurangi akses ke perawatan. Obat yang digunakan untuk gangguan
bipolar juga dapat meningkatkan risiko untuk masalah kesehatan.8,9
Namun, orang dengan gangguan bipolar dan penyakit mental lainnya
memiliki risiko lebih tinggi untuk sejumlah kondisi ini independen dari faktor
tersebut:8,9

a. Diabetes
Diabetes didiagnosis hampir tiga kali lebih sering pada orang
dengan gangguan bipolar daripada di populasi umum. Banyak pasien
dengan gangguan bipolar mengalami kelebihan berat badan, dengan
sekitar 25% memenuhi kriteria untuk obesitas. Kelebihan berat badan
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk diabetes dan sehingga
mungkin menjadi faktor umum di kedua penyakit. Obat yang
digunakan untuk mengobati bipolar juga dapat menyebabkan
kenaikan berat badan dan diabetes. Faktor genetik umum pada
diabetes dan gangguan bipolar dapat menyebabkan gangguan langka
yang disebut sindrom Wolfram dan masalah lain dengan metabolisme
karbohidrat.
b. Tekanan Darah Tinggi
Pasien dengan gangguan bipolar mungkin berada pada risiko
yang lebih tinggi untuk tekanan darah tinggi (hipertensi)
dibandingkan pasien tanpa gangguan. Tingginya prevalensi hipertensi
pada pasien dengan gangguan bipolar juga dapat menjelaskan risiko
lebih besar untuk penyakit dan kematian dari kondisi yang
berhubungan dengan jantung.

28
c. Migraine Headaches
Migrain adalah umum pada pasien dengan sejumlah penyakit
mental, tetapi mereka sangat umum di antara pasien dengan gangguan
bipolar II. Pasien dengan bipolar II menderita migrain lebih sering
dibandingkan pasien dengan bipolar I, menunjukkan bahwa faktor
biologis yang berbeda mungkin terlibat dengan setiap bentuk bipolar.
d. Hypothyroidism
Hypothyroidism (tingkat tiroid yang rendah) adalah efek
samping yang umum dari lithium, pengobatan standar untuk bipolar.
Namun, bukti juga menunjukkan bahwa pasien, khususnya
perempuan, mungkin berada pada risiko yang lebih tinggi untuk
tingkat tiroid rendah terlepas dari obat yang mereka gunakan.
Hypothyroidism mungkin, pada kenyataannya, menjadi faktor risiko
untuk gangguan bipolar pada beberapa pasien.

I. Prognosis
Gangguan bipolar dapat parah dan jangka panjang, atau dapat ringan dengan
episode jarang. Pasien dengan penyakit ini dapat mengalami gejala dengan cara yang
sangat berbeda. Sebuah khas gangguan bipolar pasien rata-rata 8-10 manik atau
episode depresif selama seumur hidup. Namun, beberapa orang mengalami episode
lebih dan beberapa sedikit.8,9,10
Dari segi medis, pasien dengan gangguan bipolar memiliki tingkat kematian
yang lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian dari semua
penyebab dibandingkan populasi umum. Pasien yang mendapatkan pengobatan,
bagaimanapun, mengalami peningkatan besar dalam tingkat kelangsungan hidup,
termasuk kematian akibat bunuh diri. 9,10
a. Bipolar Cycles.
Dalam kebanyakan kasus gangguan bipolar, fase depresi jauh melebihi jumlah
fase manik, dan siklus mania dan depresi yang tidak teratur atau diprediksi.

29
Banyak pasien mengalami mania campuran, atau keadaan campuran, di mana
kedua mania dan depresi hidup berdampingan selama 7 hari.8,9,10
b. Bersepeda cepat
Sekitar 15% pasien dengan gangguan tersebut memiliki sementara, fase yang
rumit yang dikenal sebagai bersepeda cepat. Dengan tahap yaitu manik dan
depresi episode alternatif setidaknya empat kali setahun dan dalam kasus yang
parah, bahkan dapat berkembang menjadi beberapa siklus sehari. Bersepeda
cepat cenderung terjadi lebih sering pada wanita dan pada mereka dengan
bipolar II. Biasanya, bersepeda cepat dimulai pada fase depresi, dan episode
sering dan parah dari depresi mungkin ciri khas acara ini. Fase ini sulit untuk
mengobati, terutama karena antidepresan dapat memicu beralih ke mania dan
mengatur pola siklus. 8,9,10

30
BAB III
KESIMPULAN

1. Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran,
biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.
2. Episode depresif dari gangguan bipolar memiliki kriteria diagnostik yang sama
dengan gangguan depresi mayor episode tunggal.
3. Sedangkan pada gangguan bipolar episode campuran terdapat gejala-gejala manik
atau hipomanik dan depresi yang berganti-ganti secara cepat pada suatu periode
waktu yang berlangsung sekurangnya satu minggu.
4. Pada tampilan klinis, seorang yang menderita gangguan bipolar episode campuran
biasanya mengalami kondisi mood yang sangat tidak stabil.
5. Secara umum, terdapat dua jenis gangguan bipolar, pada gangguan bipolar tipe
satu, ditemukan sekurangnya satu episode manik. Sedangkan pada gangguan
bipolar tipe dua ditemukan sekurangnya satu episode hipomanik.
6. Hingga saat ini, tatalaksana untuk gangguan bipolar masih difokuskan dalam
pemberian terapi farmakologi. Obat-obat golongan mood stabilizer diberikan
(seperti Lithium dan Valproate) baik untuk kondisi akut maupun untuk terapi
maintenance yang bertujuan mencegah kekambuhan. Terapi farmakologis
biasanya dikombinasi dengan terapi non farmakologis berupa psikoterapi.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Amalina, Dian Budianti. 2011. Gangguan Bipolar. Medan: FK Universitas


Sumatera Utara.
2. Maddock, L. 2003. Pschyatry Clerckship Gude, chapter 29 figure 2. Manley :
MRS, United State of America.
3. National Institute of Mental Health. 2011. Bipolar Disorder. Bathesda: National
Institute of Mental Health U.S. Departement Of Health and Human Services.
4. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika AtmaJaya.
5. Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.
6. Tim PDSKJI. Panduan Tatalaksana Gangguan Bipolar Pokja SPM & Seksi
Bipolar PDSKJI. Rapat Kerja Konsensus Nasional Terapi Gangguan bipolar.
Novotel Hotel Mangga Dua Square. Jakarta. 7 Maret 2010.
7. Kaplan I. H. 2005. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis,
Edisi Ketujuh, Wiguna M. S; Jakarta, 1997. Hal:799-806.
8. Smith LA, Cornelius V, Warnock A, Bell A, Young AH. 2007. Effectiveness of
mood stabilizers and antipsychotics in the maintenance phase of bipolar disorder:
a systematic review of randomized controlled trials.Bipolar Disord.
9. American Psychiatric Association.2005. Mood Disorders. Dalam: Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Ed, Text Revision, DSM-IV-TR,
Washington DC: hal. 345
10. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. 2010. Pedoman
Tatalaksana Gangguan Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
Indonesia 2010. Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai