Anda di halaman 1dari 28

4.

Analisa Lokasi Prioritas RTH


Berdasarkan pada lokasi-lokasi potensi RTH yang telah
dipetakan dalam rangka peningkatan kuantitas RTH (merujuk
pada BAB III, bagian atribut Green Open Space). Minimal 3
lokasi prioritas dianalisa untuk diusulkan menjadi lokasi
perencanaan detail (DED) Taman Kota Hijau. Analisa tiga lokasi
proritas memuat informasi, antara lain sebagai berikut :
1. Gambaran eksisting kondisi site;
2. Gambaran eksisting kondisi site terhadap lingkungan;
3. Koordinat lokasi;
4. Luasan lahan;
5. Peta kontur;
6. Analisa potensi, aksesibilitas lahan, kedekatan dengan pusat
kegiatan masyarakat dan pusat kota;
7. Peta vegetasi eksisting;
8. Rencana pengembangan RTH kawasan tersebut telah
tertuang dalam RTBL yang telah disusun
9. Kepemilikan lahan.
Satu dari 3 (tiga) lokasi tersebut yang akan ditajamkan
menjadi DED Taman.

24 Manual Kegiatan
1.1.4 Metoda Perhitungan RTH Eksisting
1. Metodologi Pemetaan Ruang Terbuka hijau (RTH)
Berbasis Sistem Informasi Geografis dan
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk
mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan
dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor.
Data yang digunakan dalam penginderaan jauh dapat berbentuk
hasil dari variasi daya gelombang bunyi dan atau energi
elektromagnetik. Sebagai contoh grafimeter memperoleh data
dari variasi daya tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem navigasi
memperoleh data dari gelombang bunyi dan maka kita
memperoleh data dari energi elektromagnetik. Data yang
diperoleh itu dikelola dan akan digunakan untuk kepentingan
tertentu.
Salah satu pemanfaatan penginderaan jauh tersebut adalah
Sistem Informasi Geografi. Citra yang diperoleh melalui
penginderaan jauh merupakan data dasar atau input yang
selanjutnya diolah dan disajikan oleh Sistem Informasi Geografi.
Posisi data dari citra Penginderaan Jauh dapat dikoreksi kembali
dalam Sistem Informasi Geografi. Dengan demikian, integrasi
antara data Penginderaan Jauh dengan Sistem Informasi Geografi
(SIG) akan memperoleh informasi yang optimal sebagai data
pemanfaatan wilayah.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik, introduksi) guna
mendukung manfaat langsung dan tidak langsung yang dihasilkan
oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Ruang
Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang terbuka yang
pemanfaatannya sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (budidaya

Perencanaan RTH 25
tanaman), seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan, dan
sebagainya (Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007). Penyediaan
ruang terbuka hijau pada wilayah perkotaan menurut Pedoman
penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan terbagi
menjadi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat
dimana proporsi ruang terbuka hijau yang sesuai adalah sebesar
30% dari keseluruhan luas lahan yang komposisinya terbagi atas
20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau
privat.
Terkait dengan metode pemetaan RTH terutama di kawasan
perkotaan baik kondisi eksisting maupun analisis kebutuhan-nya,
maka secara detail metodologi pemetaan RTH disajikan pada
gambar berikut ini.

26 Manual Kegiatan
27
Perencanaan RTH
Gambar 1.1. Diagram Metodologi Pemetaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan
A. Tahap Pemetaan RTH Perkotaan untuk Kondisi Eksisting
Langkah awal didalam pemetaan RTH Kawasan Perkotaan adalah
bagaimana memetakan RTH eksisting ke dalam peta dasar,
mengingat prosentase atau jumlah luasan RTH eksisting di suatu
wilayah perkotaan menjadi tolak ukur didalam implementasi
Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007.
Teknik pemetaan yang digunakan untuk memetakan RTH eksisting
adalah dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dengan
teknik pengolahan melalui teknologi Sistem Informasi Geografis
(SIG).
Hal-hal yang harus diperhatikan didalam memetakan RTH
Eksisting didalam wilayah perkotaan antara lain :
1) Sumber Data Penginderaan Jauh
Sumber data penginderaan jauh yang dimaksud adalah
pemanfaatan citra satelit untuk menginterpretasi RTH secara
langsung melalui perhitungan terhadap panjang gelombang
pantulan spektral hasil perekaman atau penyiaman satelit.
Metode yang digunakan adalah dengan membedakan pantulan
panjang geloombang untuk obyek/kenampakan tubuh air,
vegetasi dan tanah. Dengan membedakan ketiga unsur tersebut
(air, tanah dan vegetasi) maka dalam suatu areal pemetaan dapat
dengan mudah ditentukan sebaran ruang terbuka hijau yang
berasosiasi dengan obyek vegetasi hasil perekaman citra satelit.
Sumber data penginderaan jauh yang dapat digunakan antara lain
Citra Satelit Landsat, Citra SPOT dan citra satelit dengan resolusi
tinggi dengan catatan semua citra tersebut bukan citra hasil
pengolahan melainkan citra satelit asli yang metadatanya terekam
dengan baik. Untuk data penginderaan jauh yang berupa foto
udara, maka diharapkan untuk pemetaan RTH menggunakan foto
udara stereoskopis dengan resolusi tinggi sehingga obyek RTH
yang dipetakan akan terlihat kesan 3 Dimensi dan unsur tegakan
vegetasi didalam RTH tersebut dapat terlihat dengan jelas.

28 Manual Kegiatan
Gambar 1.2. Penginderaan jarak jauh

Gambar 1.3. Pemanfaatan Citra Satelit Resolusi Tinggi untuk


Pemetaan RTH

Perencanaan RTH 29
Gambar 1.4. Pekarangan Pemanfaatan Citra Landsat untuk
Interpretasi Obyek Vegetasi dan Non Vegetasi
2) Peta Dasar Wilayah dan Data Spasial Lainnya
Selain citra satelit sebagai data dasar, peta dasar suatu wilayah
menjadi data pendukung yang sangat penting mengingat didalam
peta dasar tersebut akan muncul informasi terkait dengan batas
suatu wilayah (administrasi), jaringan jalan, sungai dan batas atau
tubuh perairan (garis pantai). Hasil overlay antara data citra satelit
dengan data peta administrasi suatu wilayah menjadi proses
kontrol dan koreksi spasial terhadap hasil interpretasi yang akan
dilakukan.
Selain peta dasar atau peta wilayah administrasi suatu wilayah,
data spasial yang sangat penting didalam proses interpretasi dan
pemetaan RTH Eksisting adalah peta pendukung seperti Peta
RTRW, Peta RDTR maupun Peta Kepemilikan Lahan. Peta RTRW
dan RDTR akan menunjukkan sebaran RTH eksisting dan rencana
sedangkan peta kepemilikan lahan akan menunjukkan batas tanah
yang selanjutnya dioverlay dengan hasil interpretasi RTH akan
menghasilkan sebaran RTH privat.

30 Manual Kegiatan
3) Unsur-unsur Interpretasi Citra Satelit
Interpretasi visual merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah
yang meliputi deteksi dan identifikasi obyek di muka bumi pada
foto udara, dengan mengenali obyek-obyek tersebut melalui
unsur-unsur utama spektral dan spasial. Prinsip-prinsip
interpretasi citra telah dikembangkan secara empiris lebih dari
150 tahun. Yang paling dasar dari prinsip-prinsip ini adalah unsur-
unsur interpretasi citra diantaranya: lokasi, ukuran, bentuk,
bayangan, nada / warna, tekstur, pola, tinggi/kedalaman dan
situs/situasi/asosiasi. Unsur-unsur ini secara rutin digunakan
ketika menafsirkan sebuah foto udara atau menganalisis gambar
foto.
a) Rona dan Warna
Rona (tone/color tone/grey tone)
adalah tingkat kegelapan atau
tingkat kecerahan obyek pada citra.
Rona pada foto pankromatik
merupakan atribut bagi obyek yang
berinteraksi dengan seluruh
spektrum tampak yang sering
disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang
gelombang (0,4 – 0,7) μm. Berkaitan dengan penginderaan
jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi rona
merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
Warna merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum
tampak. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau
merah bila hanya memantulkan spektrum dengan panjang
gelombang (0,4 – 0,5) μm, (0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 – 0,7)
μm. Sebaliknya, bila objek menyerap sinar biru maka ia akan
memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya
maka obyek akan tampak dengan warna kuning.

Perencanaan RTH 31
b) Bentuk
Bentuk merupakan variabel
kualitatif yang memerikan
konfigurasi atau kerangka suatu
obyek (Lo, 1976). Bentuk
merupakan atribut yang jelas
sehingga banyak obyek yang dapat
dikenali berdasarkan bentuknya
saja. Bentuk, ukuran, dan tekstur pada Gambar 1
dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunder
dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona yang
merupakan unsur dasar dan termasuk primer dalam segi
kerumitannya. Pengamatan atas rona dapat dilakukan paling
mudah.
c) Ukuran
Ukuran ialah atribut obyek berupa
jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada
citra merupakan fungsi skala, maka
di dalam memanfaatkan ukuran
sebagai unsur interpretasi citra
harus selalu diingat skalanya.
d) Tekstur
Tekstur adalah frekuensi
perubahan rona pada citra
(Lillesand dan Kiefer, 1979) atau
pengulangan rona kelompok obyek
yang terlalu kecil untuk dibedakan
secara individual (Estes dan
Simonett, 1975). Tekstur sering
dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur :
 Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang,
semak bertekstur halus.

32 Manual Kegiatan
 Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu
bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan
bertekstur kasar
 Permukaan air yang tenang bertekstur halus.

e) Pola
Pola, tinggi, dan bayangan pada peta
dikelompokkan ke dalam tingkat
kerumitan tertier. Tingkat
kerumitannya setingkat lebih tinggi
dari tingkat kerumitan bentuk,
ukuran, dan tekstur sebagai unsur
interpretasi citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
Contoh:
 Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi
dan jenis batuan. Pola aliran trellis menandai struktur
lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan
peresapan air kurang sehingga pengikisan
berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan
jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan
sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan.
Pola aliran dendritik pada umumnya terdapat pada
batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan endapan
tebal oleh gletser yang telah terkikis (Paine, 1981)
 Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang
teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran dan
jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke
jalan.
 Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan
sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu
dari pola serta jarak tanamnya.

Perencanaan RTH 3333


f) Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan
detail atau obyek yang berada di
daerah gelap. Obyek atau gejala yang
terletak di daerah bayangan pada
umumnya tidak tampak sama sekali
atau kadang-kadang tampak samar-
samar. Meskipun demikian, bayangan
sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya.
g) Situs
Bersama-sama dengan asosiasi, situs
dikelompokkan ke dalam kerumitan
yang lebih tinggi pada Gambar diatas.
Situs bukan merupakan ciri obyek
secara langsung, melainkan dalam
kaitannya dengan lingkungan
sekitarnya.
h) Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai
keterkaitan antara obyek yang satu
dengan obyek lain. Adanya
keterkaitan ini maka terlihatnya
suatu obyek pada citra sering
merupakan petunjuk bagi adanya
obyek lain.

4) Uji Hasil Interpretasi RTH di Lapangan


Metode yang digunakan didalam tahap identifikasi RTH
dilapangan yaitu dengan cara mendatangi, mengamati,
memploting data koordinat dengan GPS dan mencatat setiap
informasi yang dibutuhkan terkait dengan identifikasi RTH.
Sebagai data pendukung mengenai kondisi RTH yang diidentifikasi
dan diamati selanjutnya dilakukan pengambilan gambar atau foto
terhadap masing-masing RTH yang akan dipetakan.

34 Manual Kegiatan
Agar semua informasi RTH tercatat dengan baik, maka daftar isian
lapangan sangat diperlukan didalam identifikasi. Daftar isian
lapangan tersebut berisikan data yang harus disi dilapangan
meliputi :
 Nomor Titik/Lokasi
 Tanggal Survey
 Nama RTH
 Jenis RTH
 Titik Koordinat GPS (UTM)
 Luas (ha atau m2) / panjang (m)
 Ketinggian Tempat (m)
 Kondisi
 Wilayah Kelurahan dan Kecamatan
 Nomor Dokumentasi
 Sketsa/Denah lokasi RTH
 Jenis Tanaman
Poin-poin tersebut diatas selanjutnya dibuat kedalam daftar isian
lapangan identifikasi RTH eksisting sebagaimana gambar berikut
ini.

Tabel 1.1. Daftar Isian Lapangan Identifikasi RTH Eksisting

DAFTAR ISIAN IDENTIFIKASI RTH EKSISTING


No. Titik
KAWASAN PERKOTAAN

Tanggal Survey : .................................................


Nama RTH : .................................................
Jenis RTH : .................................................
Kelompok RTH : .................................................
Jenis Tanaman : .................................................
Titik Koordinat GPS (UTM) : X: Y:
Luas (ha / m2), Panjang (m) : .................................................
Ketinggian Tempat (m) : .................................................

Perencanaan RTH 3533


DAFTAR ISIAN IDENTIFIKASI RTH EKSISTING
No. Titik
KAWASAN PERKOTAAN

...
Kondisi : .................................................
Alamat : .................................................
Kelurahan / Desa : .................................................
Kecamatan : .................................................
No. Dokumentasi : .................................................
Skets Lokasi RTH :

Uji interpretasi yang dilakukan melalui identifikasi RTH eksisting


dilapangan menjadi proses yang sangat penting didalam
memverifikasi hasil olahan diatas citra satelit, dengan uji
interpretasi ini diharapkan dapat diperoleh gambaran yang
sesungguhnya terhadap RTH yang akan dipetakan.
Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas, maka didalam
pemetaan RTH eksisting dapat disusun suatu pentahapan atau
proses yang harus dilalui sebagaimana disajikan didalam kerangka
kerja berikut ini.

36 Manual Kegiatan
Gambar 1.5. Kerangka Kerja Pemetaan RTH Eksisting

Berdasarkan kerangka kerja pemetaan RTH eksisting di atas,


proses terpenting yang harus dilakukan adalah mengolah data
citra satelit yang digunakan kedalam dua klasifikasi utama yaitu
obyek yang bervegetasi dan obyek yang non vegetasi. Teknik atau
metode yang digunakan adalah dengan membedakan pantulan
panjang gelombang untuk obyek tanaman, air dan tanah atau
yang lebih dikenal dengan istilah Nilai Indeks Vegetasi (Normalized
Difference Vegetation Index / NDVI).
NDVI adalah salah satu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi kondisi vegetasi atau ruang terbuka hijau pada
suatu wilayah. Metode ini digunakan untuk menghitung indeks
kanopi tanaman hijau pada multispektral data penginderaan jauh.
Dengan menggunakan NDVI, maka kita dapat membedakan
antara lahan yang memiliki obyek vegetasi yang rapat maupun
tidak dengan obyek yang berupa non vegetasi seperti tanah
terbuka dan perairan. NDVI pada dasarnya menghitung seberapa
besar penyerapan radiasi matahari oleh tanaman terutama pada

Perencanaan RTH 3733


bagian daun Nilai NDVI berkisar antara -1 hingga + 1, dengan
model matematis sebagai berikut :

Keterangan : NIR = Spektrum Dekat Infra Merah


RED = Spektrum Infra Merah

Nilai NDVI akan lebih mudah diinterpretasi dan dianalisis apabila


diturunkan dalam bentuk simbol warna untuk membedakan
kenampakan pantulan obyek di permukaan bumi sebagaimana
gambar dibawah ini.

Gambar 1.6. Nilai NDVI dalam Bentuk Skala Warna atau Simbol
Warna

Berdasarkan nilai NDVI skala warna tersebut diatas dapat


dianalisis bahwa untuk wilayah yang mempunyai nilai tingkat
kehijauan vegetasi NDVI di bawah 0,2, maka wilayah tersebut
sudah keluar dari kelompok vegetasi (bisa berupa wilayah
perairan ataupun tanah dan bebatuan). Untuk wilayah yang
mempunyai NDVI bernilai di atas 0,4 dapat disimpulkan bahwa
wilayah tersebut merupakan kawasan yang ditutupi hutan lebat
dan subur (Ruang Terbuka Hijau).

Indeks vegetasi merupakan nilai yang diperoleh dari gabungan


beberapa spektral band spesifik dari citra penginderaan jauh.
Gelombang indeks vegetasi diperoleh dari energi yang
dipancarkan oleh vegetasi pada citra penginderaan jauh untuk
menunjukkan ukuran kehidupan dan jumlah dari suatu tanaman.
Tanaman memancarkan dan menyerap gelombang yang unik

38 Manual Kegiatan
sehingga keadaan ini dapat di hubungakan dengan pancaran
gelombang dari objek-objek yang lain sehingga dapat di bedakan
antara vegetasi dan objek selain vegetasi (Horning, 2004).
Beberapa nilai panjang gelombang yang menjadi rujukan didalam
menentukan nilai spektral pantulan obyek vegetasi, air dan tanah
disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2. Kisaran Panjang Gelombang dan Kegunaannya

Panjang
No Gelombang Kegunaan
(µm)
Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan
1 0,45 – 0,52 lahan, tanah dan vegetasi, pembedaan
vegetasi dan lahan
Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada
saluran hijau yang terletak diantara dua
2 0,52 – 0,60
saluran penyerapan yaitu untuk membedakan
tanaman yang tidak sehat
Untuk membedakan jenis vegetasi dimana
saluran ini terletak pada salah satu daerah
3 0,63 – 0,69 penyerapan klorofil dan memudahkan
pembedaan antara lahan terbuka dengan
lahan bervegetasi
Saluran yang peka terhadap biomassa
vegetasi yaitu untuk identifikasi jenis
4 0,76 – 0,90 tanaman, memudahkan didalam
membedakan antara tanah dan tanaman
serta lahan dan air
Untuk membedakan jenis tanaman,
5 1,55 – 1,75 kandungan air pada tanaman dan kondisi
kelembaban tanah
Untuk membedakan formasi batuan dan
6 2,08 – 2,35
untuk pemetaan hidrothermal
Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan
vegetasi, perbedaan kelembaban tanah dan
7 10,40 – 12,50
keperluan lain yang berhubungan dengan
gejala thermal
Sumber : Sutanto, 1986

Perencanaan RTH 3933


Grafik pantulan sebagaimana nilai panjang gelombang diatas,
dapat digambarkan melalui diagram pantulan spektral terhadap
hasil perekaman obyek vegetasi, tanah dan air pada suatu hasil
perekaman citra satelit. Diagram pantulan panjang gelombang
tersebut secara rinci digambarkan sebagaimana grafik dibawah
ini.

Gambar 1.7. Pantulan Spektral untuk Obyek Vegetasi, Tanah dan Air

Klasifikasi terhadap jenis RTH yang dapat ditentukan dengan


menggunakan metode NDVI antara lain :
1) Ruang terbuka hijau yang diindikasikan memiliki obyek
vegetasi, meliputi :
 Taman
 Hutan Kota
 Pertanian dan Perkebunan
 Bentang Alam
2) Ruang terbuka yang tidak memiliki obyek vegetasi, meliputi
:
 Bangunan
 Infrastruktur
 RTNH

Perencanaan RTH 41
B. Teknik Penentuan NDVI Menggunakan Software Pengolahan
Citra Satelit Er - Mapper
Didalam aplikasi perhitungan nilai NDVI pada umumnya
menggunakan software pengolahan citra satelit yaitu Er Mapper,
agar memperoleh gambaran terhadap metode perhitungan NDVI
maka secara teknis pengolahan metode tersebut antara lain :
1) Menyiapkan citra satelit yang akan diolah, misal citra
Landsat, sehingga diperlukan paling tidak Band 4 dan Band 3
2) Buka ER Mapper
3) Buka file citra landsat yang akan diolah
4) Buka algorithm
5) Set Surface dan layer dalam Pseudocolor
> Gunakan Klik - kanan > Pseudocolorpada surface dan layer

> Hapus dua buah layer sehingga hanya tersisa 1


layer saja

6) Edit Formula (formula editor)


7) Edit Formula manually

40 Manual Kegiatan
> Ketik (i1 – i2) / (i1 + i2) pada kotak INPUT1
Tidak perlu khawatir dengan spasi. Kita bisa
mengetik(i1 – i2) / (i1 + i2) atau (i1-i2)/(i1+i2)
> Klik Apply Changes
> Tentukan i1 (INPUT1) sebagai B4 dan i2 sebagai B3
seperti tampak pada gambar di bawah ini

42 Manual Kegiatan
8) Catatan: Membuat rumus NDVI bisa dilakukan dengan klik
pada menu Ratios > Landsat TM NDVI. Untuk tutorial ini
sengaja menggunakan cara menulis formula secara manual
Tutup jendela Formula Editor
9) Atur Transformasi
> Klik pada ikon yang ditunjuk pada gambar berikut

> Sehingga muncul gambar sebagai berikut

Perencanaan RTH 4343


10) Pada gambar di atas tampak bahwa Actual Input Limits
adalah -1 to 1, sedangkan yang ditransformasi adalah 0 to
255
> Ketik -1 dan 1 pada kotak input transformasi, set
transformasi linear seperti pada gambar di bawah ini

11) Berikut adalah contoh hasil perhitungan NDVI

44 Manual Kegiatan
12) Warna cerah/putih berarti NDVI tinggi, warna gelap
menunjukan NDVI rendah
13) Meyimpan NDVI ke dataset
> Sebelum mengekspor NDVI ke dataset kita harus
mematikan dulu transformasi seperti gambar berikut ini
agar nilai yang dihasilkan masih dalam range -1 s/d 1. Jika
transformasi tidak dimatikan maka nilai NDVI akan memiliki
range 0 – 255

Perencanaan RTH 4543


2. Interpretasi pada Citra Satelit
1) Interpretasi pada Citra Satelit untuk Sebaran Vegetasi

Gambar 1.8. Interpretasi pada Citra Satelit untuk Sebaran


Vegetasi Dengan Citra Quick Bird (Taman, Hutan, Pertanian, dan
Perikanan)

46 Manual Kegiatan
2) Interpretasi Bentang Alam (Melalui Analisis 3D/Data Kontur)

Perencanaan RTH 4743


Gambar 1.9. Interpretasi Bentang Alam Melalui Analisis 3D/Data
Kontur Kawasan dengan lereng terjal (rawan longsor), mata air,
dll

48 Manual Kegiatan
Gambar 1.10. Interpretasi Bentang Alam Kota Pekalongan
Kawasan pantai, wilayah pasang surut, dataran banjir, rawa dll

3) Interpretasi Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) Menggunakan


Citra Quick Bird

Gambar 1.11. Interpretasi Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)


Menggunakan Citra Quick Bird, contoh Hardscape : Ruang Parkir
dan Plaza Gedung

Perencanaan RTH 4943


4) Interpretasi Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) Green
Infrastructure dan Bangunan Menggunakan Citra Quick Bird

Gambar 1.12. Interpretasi Ruang Terbuka Non Hijau Green


Infrastructure dan Bangunan Menggunakan Citra Quick Bird

50 Manual Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai