Anda di halaman 1dari 6

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP

MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK


Dadang Koswara
dadangkoswara@rocketmail.com
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menelaah pencapaian dan peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan pembelajaran
langsung. Desain penelitiannya adalah eksperimen kelompok kontrol pretes-postes dengan populasi seluruh siswa SMP Islam
At-Taqwa Cilaku Cianjur dan sampel siswa kelas VII yang dipilih 2 kelas dengan tidak menggunakan kelas secara acak, tetapi
menerima keadaan subjek apa adanya. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan yang lain sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran
langsung. Pengumpulan data hasil penelitian menggunakan instrumen berupa soal-soal tes kemampuan berpikir kritis matematik
yang dianalisis secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik
dapat mencapai dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang lebih baik dari pembelajaran langsung.

Kata Kunci: pendekatan saintifik, kemampuan berpikir kritis matematik.

PENDAHULUAN masih belum memenuhi harapan yang diinginkan baik


proses maupun hasil pembelajarannya.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di
Hal ini dapat dilihat dari beberapa studi dan hasil
era globalisasi ini berkembang sangat pesat yang
penelitian yang telah dilakukan, diantaranya:
berdampak semakin kompleksnya permasalahan yang
dihadapi. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan yang 1. (OECD, 2016:5) menyatakan bahwa kemampuan
cukup untuk menghadapinya. Salah satu kemampuan dalam bidang matematika Indonesia menunjukkan
yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan berpikir skor yang berada di bawah rata-rata OECD dan
kritis. Johnson (2007:183) menyebutkan bahwa pemikir menduduki posisi ke-63 dari 72 negara. Padahal soal-
kritis akan muncul beberapa sikap seperti berhati-hati soal matematika dalam PISA lebih banyak mengukur
dalam mengambil keputusan, cepat mengakui kemampuan bernalar, pemecahan masalah,
kebodohan, rindu mendapat informasi baru, sabar dalam berargumentasi, berkomunikasi, dan berpikir tingkat
menyelidiki bukti, toleran terhadap sudut pandang baru, tinggi daripada soal-soal yang mengukur kemampuan
dan mau mengakui kelebihan sudut pandang orang lain teknis baku yang berkaitan dengan ingatan dan
dibandingkan dengan dirinya sendiri. Sikap seorang perhitungan semata.
pemikir kritis seperti itu sangat diperlukan oleh siswa 2. Koran Jakarta edisi Selasa, 8 Desember 2016
selama proses pembelajaran. menyatakan kemampuan anak Indonesia usia 15
Pentingnya berpikir kritis juga diungkapkan oleh tahun di bidang matematika, sains, dan membaca
Peter (2012:39) bahwa: “Student who are able to think dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih
critically are able to solve problem effectively”. Agar rendah. Hasil Programme for International Student
dapat bersaing dalam era global, siswa harus memiliki Assessment (PISA) 2015, Indonesia berada di
kemampuan berpikir kritis dan kreatif sehingga mampu peringkat ke-63 dari 72 negara yang berpartisipasi
memecahkan masalah secara efektif. Oleh karena itu, dalam tes.
setiap kegiatan pembelajaran harus mengembangkan Hasil tersebut mengungkapkan bahwa
kemampuan berpikir kritis termasuk pembelajaran kemampuan bernalar siswa Indonesia masih rendah.
matematika. Sebagaimana diungkapkan oleh Lunenburg Berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran, sesuai
(2011:3), “ … in the minds of student thinking critically, dengan pernyataan Krulick dan Rudnick (1995:2) bahwa
mathematicall content is transformed into mathematical penalaran mencakup ingatan (recall), berpikir dasar
thinking”. (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis berpikir kreatif (creative thinking). Hal ini berarti
dan kreatif matematik siswa, telah banyak upaya yang kemampuan berpikir kritis siswa juga masih rendah.
dilakukan untuk memperbaiki aspek-aspek yang Mengingat kemampuan berpikir kritis merupakan
berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran, antara salah satu aspek yang sangat penting dalam
lain perubahan kurikulum, standar isi, standar proses, pembelajaran, maka guru harus cerdas dalam memilih
maupun standar penilaian. Akan tetapi pada pendekatan, strategi, teknik, dan metode maupun model
kenyataannya kondisi pembelajaran matematika saat ini pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis matematik siswa. Setiap konsep akan lebih
mudah unuk dipahami dan diingat siswa apabila Sementara itu Ellis (1998: 12) mengemukakan
disajikan dengan pendekatan, strategi, teknik atau pun bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-
metode yang tepat. Apalagi salah satu alasan Pemerintah kemampuan sebagai berikut : (1). Mampu membedakan
mengubah Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai.
diindikasikan dari yang dikemukakan oleh Menteri (2). Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan
Pendidikan dan Kebudayaan adalah lemahnya tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak
kemampuan siswa dalam berpikir kritis Salah satu cara relevan. (3). Mampu menetapkan fakta yang akurat. (4).
mengatasinya adalah dengan mengajak siswa belajar Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
mengamati dengan memanpaatkan indrawi untuk (5). Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-
melihat fenomena. Tidak hanya mengamati, tetapi argumen yang ambiguistik. (6). Mampu
didorong untuk menanya, mencoba, menalar, dan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak
mengkomunikasikan. Kurikulum 2013 menekankan diungkapkan. (7). Mampu mendeteksi bias. (8). Mampu
pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, mengidentifikasi logika-logika yang keliru. (9). Mampu
yaitu dengan menggunakan pendekatan ilmiah atau mengenali logika yang tidak konsisten. (10). Mampu
pendekatan saintifik. Pendekatan ilmiah (scientific menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
approach) dalam pembelajaran meliputi: mengamati Dari berbagai indikator-indikator kemampuan
(observing), menanya (questioning), mencoba berpikir kritis matematik yang disampaikan para ahli di
(experimenting), menalar (associating), dan membentuk atas, maka indikator kemampuan berpikir kritis matema-
jejaring (networking) untuk semua mata pelajaran tik digunakan dalam penelitian ini mencakup:
melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan menganalisa argumen, mengidentifikasi data relevan dan
yang terintegrasi. tidak relevan suatu masalah matematika,
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki mengidentifikasi asumsi, dan menyelesaikan masalah
karakteristik sebagai berikut: matematika disertai alasan.
1. berpusat pada siswa; Daryanto (2014:51) mengungkapkan bahwa
2. melibatkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip; pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
3. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
4. dapat mengembangkan karakter siswa. hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan
KAJIAN TEORI DAN METODE mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
Ennis (2011:1), “Critical thinking is reasonable ditemukan. Sedangkan menurut Nur (dalam Ibrahim,
and reflective thinking focused on deciding what to 2010:3), pendekatan atau metode saintifik adalah
believe or do”. Berpikir kritis adalah pemikiran yang pendekatan atau metode untuk mendapatkan
masuk akal dan reflektif yang berfokus pada penentuan pengetahuan melalui dua jalur yaitu jalur akal (nalar) dan
apa yang harus dipercaya atau dilakukan. jalur pengamatan. Adapun wujud operasional dari
Sedangkan Susanto (2013:121) menyatakan pendekatan saintifik adalah penyelidikan ilmiah.
bahwa berpikir kritis matematik adalah suatu kegiatan Penyelidikan ilmiah ini didefinisikan sebagai usaha
berpikir tentang idea atau gagasan yang berhubungan sistematik untuk mendapatkan jawaban atas masalah
dengan konsep atau masalah yang diberikan. atau pertanyaan. Dengan demikian, ciri khas pendekatan
Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat saintifik adalah pemecahan masalah melalui penalaran
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan pengamatan.
matematik adalah suatu kecakapan berpikir secara Hosnan (2014:34) menyatakan bahwa
efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
yang diyakini atau dilakukan. siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
Beyer (1995:12) menyatakan bahwa keterampilan prinsip melalui tahap mengamati (untuk
berpikir kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai mengidentifikasi atau menemukan masalah),
berikut : (1) Menentukan kredibilitas suatu sumber. (2). merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
Membedakan antara yang relevan dari yang tidak hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
relevan. (3). Membedakan fakta dari penilaian. (4). menganalisis data, menarik kesimpulan dan
Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
terucapkan. (5). Mengidentifikasi bias yang ada. (6). ditemukan.
Mengidentifikasi sudut pandang. (7). Mengevaluasi Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan. bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik merupakan suatu pendekatan ilmiah yang dalam Keterangan:
pelaksanaannya melaui tahap mengamati, merumuskan O : Pretes/postes terhadap kemampuan berpikir kritis
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, X : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, --- : Pengambilan sampel tidak acak subjek
menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep yang ditemukan. Pendekatan HASIL DAN PEMBAHASAN
ini mendorong siswa berpikir secara kritis, analitis, dan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan skor pretes dan skor postes kemampuan berpikir kritis
masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran. matematik dari siswa yang memperoleh pembelajaran
Hosnan (2014:34) menyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan saintifik dan siswa yang
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses memperoleh pembelajaran langsung.
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar Data hasil pretes digunakan untuk mengetahui
siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau gambaran kemampuan awal siswa, data hasil postes
prinsip melalui tahap mengamati (untuk digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan
mengidentifikasi atau menemukan masalah), berpikir kritis siswa melalui nilai gain. Pengolahan data
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan dilakukan dengan menggunakan Program SPSS Versi 24
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, dan Microsoft Office Excel 2013.
menganalisis data, menarik kesimpulan dan Data yang diperoleh dan dianalisa dalam penelitian
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ini berupa skor hasil pretes, postes dan N-gain
ditemukan. kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Deskripsi
Sedangkan Majid (2014: 211) menyebutkan hasil pretes, postes dan N-gain tersebut adalah sebagai
bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi berikut:
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, Tabel 1.1.
menyimpulkan, dan mencipta. Deskriptif Hasil Pretes, Postes dan Gain
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa
bahwa langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam proses pembelajaran pada kurikulum Pretes Postes N-Gain
Kemampuan Kelas N SMI
2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan 𝑥̅ s 𝑥̅ s 𝑥̅ s
menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), meliputi : Berpikir Eksperimen 32 32 2,47 2,17 21,03 7,83 0,59 0,24
menggali informasi melalui mengamati (observing), Kritis
bertanya (questioning), percobaan (experimenting), Matematik Kontrol 34 32 2,44 1,67 13,74 8,87 0,37 0,27
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan
data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, Rata-rata kemampuan awal berpikir kritis
menalar (associating), kemudian menyimpulkan dan matematik siswa berdasarkan Tabel 1.1. terlihat bahwa
mencipta serta membentuk jaringan. kelas eksperimen 2,47 dengan simpangan baku 2,17 dan
Metode penelitian yang digunakan adalah kelas kontrol memiliki rata-rata 2,44 dengan simpangan
penelitian kuasi eksperimen. Penelitian kuasi baku 1,67. Skor rata-rata hasil pretes kedua kelompok
eksperimen dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
berusaha untuk mengungkapkan hubungan antara dua kemampuan awal berpikir kritis matematis siswa kelas
variabel atau lebih. Ruseffendi (2005:32) eksperimen sama dengan kelas kontrol..
mengemukakan bahwa penelitian eksperimen adalah Rata–rata hasil postes kemampuan berpikir kritis
penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan matematik berdasarkan Tabel 1.1. menunjukkan bahwa
sebab akibat. kelas eksperimen 21,03 dengan simpangan baku 13,74
Metode eksperimen yang dilakukan dalam dan kelas kontrol memiliki skor rata-rata 13,74 dengan
penelitian ini yaitu: dengan cara memberikan perlakuan simpangan baku 8,87. Skor rata-rata hasil postes berpikir
terhadap subjek penelitian berupa penggunaan kritis menunjukkan adanya perbedaan. Skor rata-rata
pendekatan yang berbeda. Pendekatan saintifik diberikan hasil postes kemampuan berpikir kritis matematik siswa
kepada kelas eksperimen, sedangkan pembelajaran kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
langsung diberikan kepada kelas kontrol. Penelitian ini Rata-rata N-gain kelas eksperimen 0,59 dengan
tidak menggunakan kelas secara acak, tetapi menerima simpangan baku 0,24, sedangkan pada kelas kontrol
keadaan subjek apa adanya, sehingga penelitian ini rata-rata N-gain 0,37 dengan simpangan baku 0,27. Hal ini
menggunakan kuasi eksperimen dengan desain menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir
kelompok kontrol non-ekuivalen sebagai berikut: kritis matematik siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari
O X O kelas kontrol.
----------------------------------
O O
Rata–rata N-gain kemampuan berpikir kritis kelas Kriteria pengujian :
eksperimen yaitu 0,59 berada pada kategori sedang Jika (Sig) > 0,05, maka sampel berdistribusi normal.
mendekati tinggi, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata
N-gainnya 0,37 termasuk kategori sedang mendekati Dari statistik uji, karena sampel yang diambil
rendah. merupakan sampel kecil (n<40) maka diambil nilai Sig
Deskripsi lebih jelasnya dapat terlihat pada grafik pada kolom Kolmogorov-Smirnov, dengan nilai Sig.
berikut: untuk hasil pretes berpikir kritis matematik kelas
eksperimen = 0,005 yang mengakibatkan (Sig) < ᾳ.
Data Hasil Penelitian
Maka dapat disimpulkan bahwa sampel tidak
berdistribusi normal. Sedangkan nilai Sig. untuk hasil
16 pretes berpikir kritis matematik kelas kontrol = 0,000
yang mengakibatkan (Sig) < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa sampel tidak berdistribusi normal.
0.25 Pretes Postes N-Gain Karena kedua sampel tidak berdistribusi normal maka
tidak perlu diuji homogenitasnya, selanjutnya
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
dilanjutkan ke uji Non parametric Mann whitney berikut
Gambar 1 Data Hasil Penelitian ini:

Hasil postes berdasarkan Gambar 1.1. mengalami Tabel 1.3.


peningkatan, untuk kemampuan berpikir kritis Deskriptif Uji Homogenitas
matematis tingkat pencapaian postes kelas eksperimen Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa
65,7% sedangkan kelas kontrol 42,9%. Dilihat dari
perbedaan skor rata-rata hasil pretes dan postes Berpikir Kritis Matematik
berdasarkan Gambar 1.1. kemampuan berpikir kritis
Mann-Whitney U 523.500
matematis kelas eksperimen mengalami perbedaan 18,56
Wilcoxon W 1051.500
dan 11,33 untuk kelas kontrol. Selisih kelas eksperimen
Z -.267
dan kelas kontrol adalah 7,23. Artinya, kelas eksperimen
Asymp. Sig. (2-tailed) .790
lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini
memperlihatkan bahwa pembelajaran menggunakan a. Grouping Variable: Kelas
pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Dari tabel di atas, diperoleh nilai sig = 0,790; atau
Hasil pretes, postes dan N-gain selanjutnya diuji dengan kata lain sig > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
persyaratan analisis, yaitu uji normalitas, uji bahwa H0 diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan
homogenitas dan uji-t. Data yang berdistribusi normal yang signifikan antara hasil pretes kemampuan berpikir
akan dilanjutkan dengan uji homogenitas, apabila tidak kritis matematik siswa antara kelas kontrol dan kelas
normal maka dilakukan uji Mann-Whitney. Data yang eksperimen pada taraf signifikansi 5%.
telah diuji berditribusi normal namun tidak homogen,
akan dilanjutkan dengan uj-t’.
Tabel 1.4.
Deskripsi hasil uji normalitas, uji homogenintas, dan
Deskriptif Uji Normalitas
uji –t pretes, postes dan N-gain adalah sebagai berikut: Postes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa
Tabel 1.2. Kolmogorov-
Deskriptif Uji Normalitas Smirnova Shapiro-Wilk
Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Pendekatan
Pembelajaran Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Berpikir Pendekatan .125 32 .200* .915 32 .015


Kolmogorov-
Saintifik
Smirnova Shapiro-Wilk Kritis
Pendekatan .225 34 .000 .857 34 .000
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig. Matematik Pembelajaran
Kelas .188 32 .005 .901 32 .007 Langsung
Berpikir
Eksperimen a. Lilliefors Significance Correction
Kritis *. This is a lower bound of the true significance.
Kelas .222 34 .000 .875 34 .001
Matematik Kontrol
a. Lilliefors Significance Correction Kriteria pengujian :
Jika (Sig) > 0,05, maka sampel berdistribusi normal.
Dari statistik uji, karena sampel yang diambil Kriteria pengujian :
merupakan sampel kecil (n<40) maka diambil nilai Sig Jika (Sig) > ᾳ, maka sampel berdistribusi normal.
pada kolom Kolmogorov-Smirnov, dengan nilai Sig.
untuk hasil belajar berpikir kritis matematik dengan Dari statistik uji, karena sampel yang diambil
pendekatan saintifik = 0,200 yang mengakibatkan (Sig) merupakan sampel kecil (n<40) maka diambil nilai Sig
> 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel pada kolom Kolmogorov-Smirnov, dengan nilai Sig.
berdistribusi normal. Sedangkan nilai Sig. untuk hasil untuk hasil gain ternormalisasi kemampuan berpikir
belajar dengan pendekatan pembelajaran langsung = kritis matematik kelas eksperimen = 0,146 yang
0,000 yang mengakibatkan (Sig) < ᾳ. Maka dapat mengakibatkan (Sig) > ᾳ. Maka dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa sampel tidak berdistribusi normal. bahwa sampel berdistribusi normal. Sedangkan nilai Sig.
Karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal untuk hasil gain ternormalisasi berpikir kritis matematik
maka tidak perlu diuji homogenitasnya, selanjutnya kelas kontrol = 0,000 yang mengakibatkan (Sig) < ᾳ.
dilanjutkan ke uji Non parametric Mann whitney berikut Maka dapat disimpulkan bahwa sampel tidak
ini: berdistribusi normal.
Karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal
Tabel 1.5. maka tidak perlu diuji homogenitasnya, selanjutnya
Deskriptif Uji Homogenitas dilanjutkan ke uji Non parametric Mann whitney berikut
Postes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa ini:

Berpikir Kritis Matematik Tabel 1.7.


Deskriptif Uji Homogenitas
Mann-Whitney U 260.500
N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa
Wilcoxon W 855.500
Z -3.653
Gain Ternormalisasi
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Mann-Whitney U 254.000
a. Grouping Variable: Pendekatan Pembelajaran
Wilcoxon W 849.000
Dari tabel di atas, diperoleh nilai sig = 0,000; atau Z -3.723
dengan kata lain sig < 0,05, sehingga dapat disimpulkan Asymp. Sig. (2-tailed) .000
bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang a. Grouping Variable: Kelas
signifikan antara hasil belajar kemampuan berpikir kritis
matematik siswa antara yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran Dari tabel di atas, diperoleh nilai sig = 0,000; atau
yang menggunakan pendekatan langsung pada taraf dengan kata lain sig < 0,05, sehingga dapat disimpulkan
signifikansi 5%. bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang
Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) signifikan antara hasil gain ternormalisasi kemampuan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika g ≥ 0,7, berpikir kritis matematik siswa antara kelas eksperimen
maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi; dan kelas kontrol pada taraf signifikansi 5%.
(2) jika 0,7 > g≥ 0,3, maka N-gain yang dihasilkan Nilai signifikansi uji Mann-Whitney berdasarkan Tabel 1.7.
termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3 maka N- 0,000
memperlihatkan bahwa P-value(1-tailed) = = 0,000
gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah. 2
< 0,05, artinya H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 1.6.
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa
Deskriptif Uji Normalitas
N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran langsung.
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk KESIMPULAN
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Berdasarkan keseluruhan tahap penelitian yang
Gain Kelas .135 32 .146 .917 32 .017
Ternormalisasi Eksperimen
telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yang
berkaitan dengan pengaruh pembelajaran dengan
Kelas .216 34 .000 .853 34 .000
menggunakan pendekatan saintifik terhadap peningkatan
Kontrol
kemampuan berpikir kritis siswa sebagai berikut:
a. Lilliefors Significance Correction
1. Pencapaian berpikir kritis matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik
lebih baik daripada yang menggunakan Peter, E.E. (2012). “Critical Thinking: Essence for
pembelajaran biasa. Teaching Mathematics and Mathematics Problem
2. Peningkatan berpikir kritis matematik siswa yang Solving Skills”. African Journal of Mathematics
pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik and Computer Science Research. 5, 93), 39-43.
lebih baik daripada yang menggunakan Rohayati, A. (2005). Pendekatan Kontekstual dalam
pembelajaran biasa. Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Berpikir Kritis [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FMIPA/JUR._PEND.
DAFTAR PUSTAKA
_MATEMATIKA/196005011985032-
Beyer, B.K. (1995). Critical Thinking, Bloomington. Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian
IN: Phi Delta Kappa Educational Foundation. Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Bandung : Tarsito.
Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di
Ellis, A.K. (1998). Teaching and Learning Elementary Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Social Studies. (6th ed). Boston: Allyn and Group.
Bacon.

Ennis, R. H. (2011). “Critical Thinking: Reflection And


Perspective—Part I”. Inquiry, Vol. 26, 1.
Hassoubah, I.J. (2004). Cara Berpikir Kreatif dan
Kritis. Bandung: Nuansa.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual
dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Ibrahim, M. dkk. (2010). Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: University Press.
Johnson, E. (2007). Contextual Teaching &Learning;
Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC.
Kurniasih, I. dan Sani, B. (2014). Implementasi
Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan.
Surabaya: Kata Pena.
Krulick, S. dan Rudnick, J.A (1995). The New
Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem
Solving in Elementary School. Massachusetts:
Allyn & Bacon A Simon & Schuster Company.
Liliawati, W. dan Puspita, E. (2010). “Efektivitas
Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa”. Dalam Prosiding Seminar Nasional
Fisika, Bandung.
Lunenburg, F.C. (2011). “Critical Thinking and
Constructivism Techniques for Improving Student
Achievement”. National Forum Teacher
Education Journal. 21,(3), 1-9.
Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
OECD. (2016). PISA 2015 Results in Focus
[Online].Tersedia:
https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-
focus.pdf
Pertiwi, N. (2011). Pengaruh Metode Kooperatif
Strategi The Power of Two terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Pembelajaran
Matematika. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai