Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keluarga binaan


Keluarga yang merupakanbagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan
yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah
pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan
perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang
strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada
akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.
2.1.1 Ciri-ciri keluarga
Menurut pendapat Robert Mac Iver dan Charles Horton, bahwa ciri-ciri suatu keluarga
antara lain :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan
yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) dan perhitungan garis
keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota keluarganya
yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
2.1.2 Tipe/ bentuk keluarga
Gambaran tentang pembagian Tipe Keluarga sangat beraneka ragam, tergantung
pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian
Tipe Keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Pengelompokan secara Tradisional Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat
dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu :
a) Nuclear Family (Keluarga Inti) Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b) Extended Family (Keluarga Besar) Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, bibi dsb.
2.1.3 Fungsi Pokok Keluarga
Terdapat 3 Fungsi Pokok Keluarga terhadap anggota keluarganya yaitu :
a. Asih
Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada
anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usia dan kebutuhannya.g. Dodiet Aditya Setyawan, SKM. 2012
b. Asuh
Memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mampu menjadikan mereka anakanak
yang sehat, baik fisik maupun mental, social dan spiritual.
c. Asah
Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa
yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
Sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan, keluarga mempunyai Tugas-tugas dalam
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu membantu
dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
2.2.Balita dikeluarga dan masyarakat islami
Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi.
Anak balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan
suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi
pada masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental
(Tarigan, 2003).
2.2.1 status gizi
Selain faktor konsumsi makan dan faktor infeksi kesehatan, factor ketersediaan
sumberdaya keluarga seperti pendidikan dan pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, pola
pengasuhan, sanitasi dan kesehatan rumah, ketersediaan waktu serta dukungan keluarga, sebagai
faktor yang mempengaruhi status gizi. Pola Pengasuhan juga turut berkontribusi terhadap status
gizi anak, salah satu pola pengasuhan yang berhubungan dengan status gizi anak adalah pola asuh
makan. Selain pola asuh makan, pola asuh kesehatan yang dimiliki ibu juga turut mempengaruhi
status kesehatan anak balita dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi anak balita secara
tidak langsung (Karyadi,2005).
Dalam hal ini juga diperlukan orang tua . kelurga bahkan masyarakat untuk meningkatkan
gizi pada balita dan pentingnya mengetahui mana makanan yang halal dan tidak halal untuk
diberikan.
Islam telah menetapkan bahwa yang berhak atau berwenang menentukan kehalalan segala
sesuatu adalah Allah Swt. Sebab, tidak ada seorang pun yang berhak melarang sesuatu yang
dibolehkan oleh Allah, demikan pula sebaliknya. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam al-
Qur’an surat Yunus ayat 59, yaitu:

Artinya:“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu,


lalu kamu jadikan sebagiannya Haram dan (sebagiannya) halal". Katakanlah: "Apakah Allah
telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah
?" (Q.S Yunus: 59).
Selanjutnya, berkaitan dengan masalah makanan apa yang dihalalkan oleh Allah untuk
dikonsumsi, maka al-Qur’an menyatakan dalam Q.S. al-Baqarah ayat 29 dan Q.S. Luqman ayat
20

Artinya: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui
segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 29)8
Akibat kurangnya gizi pada proses tubuh yang bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang, maka
dari itulah Allah telah berulang kali menekankan melalui ayat-ayat al-Qur’an kepada manusia
untuk selalu memperhatikan tentang makanannya. Baik itu tentang kehalalan hukum, cara
memperolehnya, dan baik buruk bagi tubuh. Adapun akibat kekurangan gizi yang disebabkan oleh
makanan baik itu dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas yang mana dapat menyebabkan
gangguan pada tubuh yang diantaranya :
1. Pertumbuhan pada anak-anak. Apabila makanan yang diberikan tidak seimbang ataupun
tidak mencukupi gizi yang diperlukan, maka pertumbuhan yang dialami pada anak akan
cenderung lambat. Seperti halnya kekurangan protein yang mengakibatkan otot-otot anak
menjadi lembek dan rambut mudah rontok.
2. Produksi tenaga. Jika seseorang kekurangan energi yang berasal dari makanan, maka akan
menyebabkan seseorang tersebut kekurangan tenaga untuk gerak dan melakukan segala
aktivitasnya, seperti malas, lemah dan aktivitas bekerja menurun.
3. Pertahanan tubuh. Seseorang jika kekurangan akan zat gizi yang terdapat pada makanan,
maka daya tubuh akan menurun, stres, sistem imunisasi dan anitibodi berkurang sehingga
mudah terkena virus penyakit. Seperti batuk, pilek dan diare. Apabila anak-anak yang
terkena hal ini akan membawa pada kematian.
4. Struktur dan fungsi otak. Apabila seseorang kekurangan gizi pada usia muda maka dapat
berpengaruh terhadap perkembangan mental.
5. Dengan demikian kemampuan berfikir akan berkurang, karena otak mencapai bentuk
maksimal pada usia dua tahun. Perilaku. Apabila seseorang kurang gizi baik itu anak-anak
ataupun orang dewasa perilaku meraka akan berpengaruh. Seperti mudah tersinggung,
apatis dan cengeng. Tidak hanya kekurangan gizi yang diperhatikan dalam tubuh saja,
akan tetapi kelebihan gizi juga perlu diperhatikan. Karena, jika seorang kelebihan gizi
dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas pada tubuh. Di dalam al-Qur’an Allah telah
menjelaskan bahwasanya manusia tidak boleh berlebihan dalam hal apapun termasuk
dalam hal makanan. Hal itu terdapat pada QS. Al-A’raf : 31 yang berbunyi:

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(Al-A’raf: 31)
Manusia dalam hal ini tidak mempunyai kewenangan sedikitpun. Menurutnya,
siapa yang melakukanya berarti telah membuat sekutu bagi-Nya. Karena sesuatu yang
dihalalkan bagi Allah adalah bermanfaat bagi manusia sendiri, baik bagi jasmani maupun
mental.
Status gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor langsung berupa asupan makanan itu
sendiri dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung
adalah pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial
budaya. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan seseorang, tetapi begitu juga
sebaliknya makanan dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang dan status
gizi bahkan mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku seseorang
terhadap makanan tersebut (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan ibu tentang gizi adalah yang diketahui ibu tentang pangan sehat,
pangan sehat untuk golongan usia tertentu dan cara ibu memilih, mengolah dan
menyiapkan pangan dengan benar. Pengetahuan ibu rumah tangga tentang bahan pangan
akan mempengaruhi perilaku pemilihan pangan dan ketidaktahuan dapat menyebabkan
kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan pangan. Pengetahuan tentang gizi dan pangan
yang harus dikonsumsi agar tetap sehat, merupakan factor penentu kesehatan seseorang,
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi juga berperan dalam besaran masalah gizi di Indonesia
(Notoatmodjo, 2007).

Menurut (Saputra & Nurrizka, 2012, p.100) perlu strategi khusus dalam menangani
persoalan gizi ini.

1. Pertama, pendekatan kesejahteraan rumah tangga menjadi poin penting untuk


mengatasi gizi kurang pada balita. Di mana risiko kemiskinan terhadap gizi kurang
pada balita cukup besar. Perlu sentuhan terhadap program kemiskinan yang berkaitan
langsung dengan peningkatan gizi balita terutama di kantong-kantong kemiskinan
seperti nelayan, pertanian dan perkotaan. Program ini dapat melalui peningkatan
pendapatan rumah tangga yang akhirnya berujung kepada perbaikan asupan gizi balita.
2. Kedua, pelayanan kesehatan pada level posyandu perlu intensif dilakukan terutama
pelayanan terhadap perbaikan gizi balita. Pemberian makanan tambahan pada balita
merupakan hal terbaik untuk meningkatkan gizi balita.
3. Ketiga, ditemukan lemahnya pengetahuan orang tua terhadap persoalan gizi
ditemukan dalam studi ini. Untuk itu sosialisasi gizi perlu diintensifkan agar setiap
keluarga dapat paham mengenai gizi tersebut.
4. Keempat, program-program bantuan untuk masyarakat miskin perlu diintensifkan
terutama melakukan versifikasi bantuan bukan saja terhadap karbohidrat tapi juga
mencakup protein dan vitamin. Strategi ini akan efektif bila secara makro,
perekonomian nasional dapat ditingkatkan dan kesejahteraan serta pendidikan
masyarakat juga lebih dikembangkan sehingga angka balita gizi kurang di Indonesia
menjadi lebih kecil.

2.2.2 status kesehatan

Masalah selalu menghinggapi anak-anak Indonesia khususnya yang berkaitan erat


dengan kesehatan. Masalah kesehatan yang mengancam anak-anak Indonesia bukan hanya
berdampak kepada fisik saja tapi juga tidak sedikit yang berakhir dengan kematian.
Salah satu masalah kesehatan yang mengancam anak-anak Indonesia adalah gizi
buruk. Setiap tahun pemerintah terus menggenjot program untuk menurunkan angka gizi
buruk agar tidak bertambah. Berbagai program baik itu pada aspek kesehatan, pendidikan dan
ekonomi diadakan untuk mencegah terjadinya gizi buruk dari berbagai hulu. Meskipun
Indonesia telah berusaha menekan angka peningkatan kasus gizi buruk, pada kenyataannya
kasus gizi buruk tetap marak terjadi dan tidak turun secara drastis.

a. Pentingnya Gizi bagi Kehidupan


Gizi sangatlah penting bagi kehidupan manusia mulai dari dalam kandungan hingga
lanjut usia. Karena gizi tidak bisa dipisahkan sebagai elemen pendukung dalam kesehatan
manusia. Gizi sangat penting untuk membantu pertumbuhan. Dengan gizi yang baik akan
semakin meningkatkan kualitas hidup seseorang. Gizi yang baik juga berfungsi sebagai imun
atau penangkal terhadap munculnya berbagai jenis penyakit. Makanan yang dikonsumsi oleh
manusia harus dipertimbangkan kadar dan kualitas gizi yang ada di dalamnya sehingga dapat
menjadi obat sekaligus imun bagi tubuh bukan menjadi sumber penyakit bagi tubuh.
Kandungan utama yang terkandung pada makanan adalah air, karbohidrat, protein, dan
lemak. Makanan juga mengandung unsur penting lainnya seperti vitamin, mineral, antioksidan
dan serat meskipun dalam jumlah yang kecil. Nilai gizi suatu makanan berkaitan erat dan
bergantung pada komponen-komponen tersebut, dengan begitu akan memudahkan manusia
untuk memilih makanan yang baik (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dan LIPI, 2013,
p.11).
Kandungan gizi dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari akan sangat berpengaruh
terhadap daya imunitas tubuh dan gerakan manusia. Selain itu gizi juga akan berpengaruh
terhadap kesehatan manusia. Gizi yang baik akan memperlancar pertumbuhan dan daya
kembang seseorang, sedangkan gizi buruk dapat berakibat berhentinya sebuah pertumbuhan.
Contohnya dengan mengonsumsi buah-buahan, sayuran akan memperlancar pertumbuhan dan
menyehatkan karena di dalamnya terkandung banyak vitamin. Jika kita malas atau kurang
dalam mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, tentu ada nilai gizi yang seharusnya terpenuhi
dalam tubuh kita tapi tidak kita penuhi.
Dalam mengonsumsi sesuatu sudah selayaknya manusia bersifat lebih selektif. Jangan
yang penting enak tapi tidak menyehatkan. Kesehatan pada dasarnya kembali pada diri kita
sendiri, kalau kita tidak menyayangi tubuh kita berarti kita sendiri yang memang sudah
merencanakan untuk segera mati.
Oleh sebab itu, kebutuhan asupan gizi yang cukup dan baik akan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan manusia dan juga kesehatan. Dengan demikian, persoalan gizi tidak
dapat disepelekan dan dianggap sebagai sesuatu yang remeh, justru perlu diperhatikan dengan
baik sehingga tubuh mendapatkan haknya yaitu mendapatkan asupan gizi yang baik dan
cukup.

Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi setiap orang untuk memelihara kesehatannya,
sebagaimana perintah yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw.: “Sesungguhnya badanmu
mempunyai hak atas dirimu.” Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban bagi seseorang untuk
memelihara jasmaninya, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Para ulama bersepakat bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan, bahkan bertujuan
untuk memelihara segala aspek kebutuhan yang paling pokok bagi manusia, yaitu agama, jiwa
raga, akal, kehormatan (keturunan), dan harta benda. Sebab upaya meningkatkan kualitas fisik
manusia muslim melalui perbaikan gizi makanan, olahraga, dan pola hidup sehat atau cara
lainnya, merupakan bagian dari upaya merealisasikan tujuan pokok syariat
DAFTAR PUSTAKA

Siti Mariah ulfah, Tahun 2012 Penerapan Pendidikan Terhadap Anak Secara Islam, Al-‘Ulum;
Vol. 1, Jakarta
Egi Sukma Baihaki, Vol. 2, Nomor 2, Juli - Desember 2017 ISSN: 2527-8118 (p); 2527-8126
(e) LP2M IAIN Surakarta Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra Jakarta
Syaikh Yūsuf Muhammad al-Hasan, Pendidikan anak dalam islam
Shodiq amirus , Desember 2015 , Konsep Kesejateraan Dalam Islam , Vol. 3, No. 2, STAIN
Kudus e-mail: amirus_sodiq@yahoo.co.id, Jakarta
Dodoiet Aditya Setyawan ,2012 , Konsep Dasar Keluarga ,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai