Oleh:
Khayzuran Afifah 2016-013
Niken Sapta Wulan 2016-021
1.1.Latar Belakang
Produk olahan pangan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat yang ingin serba cepat
sehingga produksi makanan pun mencari produk yang siap saji namun dapat mencukupi
kebutuhan gizi setiap hari. Produk olahan yang banyak digemari masyarakat di Indonesia
antara lain: roti, biskuit, mie, dan termasuk cookies. Cookies merupakan makanan yang praktis
dan dapat dimakan kapan saja cukup popular di Indonesia bahkan di dunia. Penggunaan
pengemasan yang baik, cookies dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Berbagai jenis
cookies telah dikembangkan untuk menghasilkan cookies yang baik dan juga menyehatkan
(Manley, 2000).
Ketergantungan bahan baku industri pengolahan pangan termasuk Cookies terhadap
gandum yang harus diimpor akan menjadi beban bagi Negara. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk, pemerintah juga harus meningkatkan penyediaan gandum/terigu. Oleh karena itu,
perlu dicari alternatif komoditas pangan. Salah satu komoditas tanaman pangan yang dapat
tumbuh dengan baik pada iklim tropis dan menghasilkan tepung adalah sorgum. Sorgum
(Sorgum bicolor (L) Moech) merupakan komoditas sumber karbohidrat yang cukup potensial
karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi, yaitu sekitar 73 g/100 g bahan (Sirappa, 2005).
Menurut Suarni (2009), sorgum memiliki kandungan protein yang hampir mirip dengan terigu.
Oleh karena itu, sorgum memiliki peluang yang cukup besar untuk menggantikan posisi terigu
pada pengolahan bahan pangan pokok. Sorgum memiliki kandungan nutrisi diantaranya adalah
lemak 3,65%. Serat kasar 2,74%, Abu 2,24%, Protein 10,11%, Pati 80,42%, dan lainnya.
Cookies berbahan baku kombinasi tepung terigu dan tepung sorgum perlu ada
penambahan bahan lain yang mengandung serat tinggi antara lain bekatul. Bekatul (dedak padi)
merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang jumlahnya mencapai 8 – 12%,
selain sekam (15 – 20%) dan menir (5%) (Damardjati et al . 1990. Selain itu kandungan serat
makanan khususnya serat larut, minyak dan kandungan komponen bioaktif yaitu oryzanol
dilaporkan sebagai komponen yang dapat menyehatkan tubuh manusia. Kandungan zat gizi
yang dimiliki bekatul yaitu protein 13,11 – 17,19 persen, lemak 2,52-5,05 persen, karbohidrat
67,58 – 72,74 persen, dan serat kasar 370,91 – 387,3 kalori serta kaya akan vitamin B, terutama
vitamin B1 (thiamin). Berdasarkan sumbernya, protein yang terdapat dalam bekatul dapat
dimanfaatkan untuk dibuat suatu produk yang dimungkinkan dapat mengatasi masalah kurang
gizi. Selain memiliki kandungan protein yang cukup tinggi bekatul juga tergolong sebagai
bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi.
1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung modifikasi sorgum dan terigu dengan
penambahan bekatul beras terhadap karakteristik cookies sorgum yang dihasilkan.
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh dari tepung modifikasi sorgum terhadap
kandungan nilai gizi, menentukan substitusi tepung modifikasi sorgum dan terigu
dengan penambahan bekatul beras sehingga diperoleh karakteristik cookies yang
terbaik yang dapat diterima oleh masyarakat
1.3.Manfaat
1. Memanfaatkan dan meningkatkan produktivitas pangan lokal sebagai diversifikasi
pangan yang berbasis pangan fungsional.
2. Meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis terhadap tepung sorgum dan bekatul.
3. Memanfaatkan sumber pangan yang terdapat di Indonesia semaksimal mungkin agar
masyarakat tidak terlalu bergantung terhadap produk dari luar Indonesia.
BAB.II.METODE
Diagram Alir.1. Pembuatan Tepung Sorgum
Diagram Alir.2. Proses Pembuatan Cookies
BAB.3.HASIL PEMBAHASAN
3.1.Pemilihan Rancangan Percobaan
Alasan memilih rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok Faktorial
karena pada penelitian ini tidak menggunakan jenis bahan yang homogen, sehingga
termasuk kedalam rancangan acak kelompok dan dikatakan faktorial karena terdapat
dua faktor yaitu penambahan tepung sorgum dan konsentrasi bekatul beras.
3.2.Variabel
1. Variabel Bebas yaitu: Tepung Sorgum dan Betakul Beras
2. Variabel Terikat yaitu: Kadar Serat
3.3.Rancangan Perlakuan
Rancangan perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu faktor pertama substitusi
tepung modifikasi sorgum dan terigu dan kedua penambahan bekatul beras, terdiri
dari:
1. Tepung modifikasi sorgum : Terigu dengan 3 taraf, yaitu :
a1 = 70% : 30%
a2 = 80% : 20%
a3 = 90% : 10%
2. Penambahan bekatul beras dengan 3 taraf, yaitu :
b1 = 5%
b2 = 10%
b3 = 150%
3.4.Rancangan Percobaan
3.5.Metode Pengacakan
Metode pengacakan data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
lotre. Pengaplikasian pada metode pengacakan ini adalah untuk mendapatkan atau
mengetahui tata letak percobaan faktorial 3x3 dengan 3 kali ulangan.
Kelompok Ulangan I
a3b2 a1b1 a3b1 a2b2 a1b2 a2b1 a2b3 a3b3 a1b3
Kelompok Ulangan II
a2b2 a1b2 a2b1 a1b3 a3b2 a3b1 a1b1 a2b3 a3b3
kadar serat
Duncana,b
Subset
tepung sorgum N 1 2
70:30 9 16,5778
80:20 9 18,1756
90:10 9 18,5567
Sig. 1,000 ,415
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,932.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,000.
b. Alpha = ,05.
kadar serat
Duncana,b
Subset
bekatul beras N 1 2
5% 9 17,1478
10% 9 17,7789 17,7789
15% 9 18,3833
Sig. ,185 ,203
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,932.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,000.
b. Alpha = ,05.
B. Cara Menghitung Uji Asumsi Homogenitas dengan SPSS
1. Menghilangkan “Kelompok” dan “Interaksi”, kemudian klik “Unvariate” lalu
masukan “kadar_serat” pada kolom dependent selanjutnya masukan
“tepung_sorgum” dan “bekatul_beras” pada kolom “fixed factors”
3. Klik “Plots” lalu ceklis pada kolom “Normality plots with test” selanjutnya
klik “continue”
4. Lalu klik “Ok” maka akan muncul hasil “Test of Normality” sebagai
berikut:
Tabel.4. Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Residual for Kadar_serat ,080 27 ,200* ,975 27 ,726