Anda di halaman 1dari 11

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga penyusunan makalah berjudul “Perkembangan Embrio
Mamalia” ini telah dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu syarat
untuk mengikuti mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan II. Selesainya
penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang
terhormat:
1. Ibu Umi Lestari yang telah mendukung dan memberi ide dan memberi saran dan
motivasi terhadap penulis karna dukungan beliau makalah ini telah selesai dan
sesuai dengan apa yang di inginkan oleh penulis.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan moril dan materil.
3. Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan dari jurusan Biologi khususnya
offering G yang berbahagia. Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkompeten.

Malang, 24 Oktober 2014

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bereproduksi (berkembang biak).
Reproduksi bertujuan untuk melestarikan atau mempertahankan keberadaan atau
eksistensi suatu spesies tersebut. Ada dua cara perkembangbiakan secara umum
yaitu vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif umumnya terjadi
pada tumbuhan dan hewan tingkat rendah. Sedangkan perkembangbiakan secara
generatif umumnya terjadi pada hewan dan tumbuhan tingkat tinggi.
Perkembangbiakan secara generatif melibatkan individu jantan dan individu
betina. Individu jantan akan menghasilkan sel kelamin jantan atau sperma,
sedangkan individu betina akan menghasilkan sel kelamin betina atau sel telur
(ovum).
Seperti organisme lainnya, manusia berkembangbiak secara seksual dan
pada saat tertentu akan membentuk sel-sel kelamin (gamet). Setelah sel telur di
dalam ovarium masak, dinding rahim menebal dan banyak mengandung
pembuluh darah. Pembuahan didahului oleh peristiwa ovulasi yaitu lepasnya sel
telur yang masak dari ovarium. Jika sperma bertemu dengan ovum akan terjadi
pembuahan. Pembuahan terjadi di oviduk. Sel telur yang telah dibuahi akan
membentuk zigot. Zigot yang terbentuk segera diselubungi oleh selaput,
kemudian menuju ke rahim. Di dalam rahim zigot menanamkan diri pada dinding
rahim yang telah menebal.
Selaput ini dikenal dengan nama selaput embrionik. Selaput terbentuk
selama perkembangan embrio dan bukan merupakan bagian dari tubuh embrio,
terletak di luar tubuh embrio. Memiliki fungsi sebagai media perantara pertukaran
zat serta perlindungan bagi embrio (pemberi nutrisi, proteksi dan sekresi).
Plasenta adalah organ ekstra embrio yang merupakan pertautan antara
jaringan embrio dan jaringan induk. Pada manusia, jaringan induk yang ikut serta
dalam pembentukan plasenta adalah endometrium uterus bagian desidua basalis.
Pembentukan plasenta manusia dimulai pada minggu pertama kehamilan dan
berkembang terus sampai kehamilan berumur sekitar 8 bulan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini diantaranya yaitu :
1. Apa definisi selaput ektra embrio ?
2. Apa saja jenis-jenis dan fungsi dari selaput ekstra embrio ?
3. Bagaimana macam-macam plasenta pada hewan ?
4. Bagaimana mekanisme pembentukan selaput ekstra embrio pada ayam dan
mamalia ?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang terdapat dalam makalah ini diantaranya yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi selaput ekstra embrio
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan fungsi selaput ekstra embrio
3. Untuk mengetahui macam-macam plasenta pada hewan
4. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan selaput ekstra embrio pada ayam
dan mamalia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian selaput ekstra embrio


Selaput ekstra embrio merupakan selaput pada bagian luar yang
membungkus embrio agar berada persis pada posisi normal di dalam organ
reproduksi betina (tempat embrio berkembang) yang berfungsi dalam
perlindungan agar embrio tidak terkontaminasi oleh antigen lain. Dan juga selaput
ekstra embrionik berfungsi sebagai media perantara bagi pertukaran zat serta
perlindungan bagi embrio. Embrio dapat bertahan hidup sendiri selama beberapa
waktu dengan menyerap makanan dari kantung kuning telur dan susu uterus,
tetapi tidak lama kantung kuning telur tersebut dapat menyuplai makanan kepada
embrio tersebut. Sehingga embrio membutuhkan makanan yang lebih baik untuk
kelangsungan hidupnya.

2.2. Jenis-jenis dan fungsi selaput ekstra embrio


Ada empat macam selaput ekstra embrio yang umum terdapat pada embrio
vertebrata tinggi. Amnion, seperti kantung tipis yang berasal dari somaotopleura,
membentuk suatu kantung menyelubungi embrio dan berisi dengan cairan.
Keberadaan selaput ini sangat khas pada reptilia, burung dan mamalia sehingga
kelompok ini sering disebut dengan kelompok amniota, sedangkan ikan dan
amphibia tidak mempunyai amnion dan disebut anamniota. Fungsi amnion :
- Berisi cairan amnion berasal dari ginjal fetus, kelenjar mulut, alat pernapasan
- Menyelubungi dan melindungi embrio dari tekanan fisik
- Tempat mengambang, memungkinkan pergerakan tungkai dan tubuh embrio
Kantung yolk suatu selaput splanknopleura, sangat erat fungsinya dalam
nutrisi pada embrio kelompok burung dan reptilia yang mempunyai yolk sangat
banyak. Walaupun telur-telur mamalia tidak mempunyai yolk, kantung yolk
masih dipertahankan dan digunakan untuk fungsi vital yang lain. Endoderm
kantung yolk merupakan sumber BSK, sedang mesoderm kantung yolk
merupakan sumber sel-sel kantung darah. Kuning telur ini bekerja dalam waktu
yang cukup singkat karena fungsi kerjanya dalam pertumbuhan berikutnya akan
dilanjutkan oleh allantois.

Allantois merupakan suatu kantung yang terbentuk sebagai suatu evaginasi


dari bagian ventral usus belakan pada tahap awal. Fungsi utamanya adalah sebagai
tempat penampung dan penyimpanan urin dan sebagai organ pertukaran gas antar
embrio dan lingkungan luarnya. Pada reptilia dan burung, allantois merupakan
suatu sistem tertutup, maka allantois harus memisahkan sisa-sisa metabolisme
nitrogen agar tidak menimbukan efek toksik terhadap embrio. Pada mamalia,
peran allantois erat kaitannya dengan efisiensi pertukaran yang berlangsung pada
perbatasan fetus maternal. Allantois embrio babi mempunyai ukuran dan fungsi
yang sama seperti pada burung, sedangkan allantois manusia telah sangat terduksi
dan hanya berperan sebagai tempat lalunya pembuluh darah ke plasenta.
Karion atau serosa adalah membrane ekstra embrio yang paling luar dan
berbatasan dengan cangkang atau jaringan induk, jadi merupakan tempat
pertukaran antara embrio dan lingkungan sekitarnya. Pada hewan-hewan ovipar,
korion berfungsi terutama pada pertukaran gas bagi respirasi. Pada mamalia,
korion tidak hanya berperan sebagai pembungkus dan respirasi saja tetapi juga
dalam nutrisi, ekskresi, filtrasi dan sintesis hormon.

2.3. Macam-macam plasenta pada hewan


Perbedaan 4 macam plasenta dan masing-masing 2 contoh hewannya,
yaitu :
1. Plasenta difusa ( babi dan kuda )
Plasenta yang keadaan filinya menyebar merata diseluruh bagian korion
serta penembusan filinya ke dalam selaput lendir rahim dangkal.
2. Plasenta kotiledon ( hewan ternak dan dominansia )
Filinya berkelompok-kelompok dan pertautannya lebih dalam pada selaput
lendir rahim dan kotiledonnya menjulur ke dalam pori-pori selaput lendir rahim.
3. Plasenta zonaria ( hewan kornivora )
Plasenta yang berbentuk ikat pinggang dan mengintari rahim di bagian
tengah korioalantoisnya.
4. Plasenta diskoidal ( primata dan rodensia )
Berbentuk cakram, jumlahnya bisa satu atau lebih.
2.4. Mekanisme pembentukan selaput ekstra embrio pada ayam dan mamalia
2.4.1. Mekanisme pembentukan selaput ekstra embrio pada ayam
Pada embrio awal, somatopleura dan splanknopleura meluas ke
luar daerah tubuh embrio sampai ke atas yolk. Daerah di luar (distal) dari tubuh
embrio disebut ekstra embrio. Mula-mula tubuh embrio ayam tidak mempunyai
batas sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio saling berkelanjutan. Dengan
terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan dibentuk lipatan-lipatan sehingga
akhirnya tubuh embrio hampir terpisah dari yolk. Dengan adanya lipatan-lipatan
tubuh ini maka batas antara daerah intra embrio dan ekstra embrio menjadi jelas.
Kantung yolk merupakan selaput ekstra embrio yang paling awal
dibentuk. Splanknopleura embrio ayam tidak membentuk suatu saluran tertutup
tetapi tumbuh diatas permukaan yolk, mengelilinginya sehingga membentuk suatu
kantung. Splanknopleura yang mengelilingi yolk awalnya berasal dari hipoblast
primer dan skunder. Masing dari empat membrane utama (ditandai dengan cetak
tebal) yang menyokong embrio merupakan lembaran sel-sel yang berkembang
dari lembaran epitelium yang berada di sisi luar proper embrio. Kantung kuning
telur meluas di atas permukaan massa kuning telur. Sel-sel kantung kuning telur
akan mencerna kuning telur, dan pembuluh darah yang berkembang di dalam
membran itu akan membawa nutrien ke dalam embrio.
Lipatan lateral jaringan ekstra embrionik menjulur di atas bagian
atas embrio itu dan menyatu untuk membentuk dua membran tambahan, yaitu
amnion dan korion yang dipisahkan oleh perluasan ekstra embrionik selom.
Amnion membungkus embrio dalam kantung yang penuh cairan untuk
melindungi embrio dari kekeringan, dan bersama-sama dengan korion
menyediakan bantalan bagi embrio agar terlindung dari setiap guncangan
mekanis. Membran keempat, yaitu alantois, berasal dari pelipatan ke luar perut
belakang embrio.
Allantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom ekstra
embrionik. Allantois berfungsi sebagai kantong pembuangan untuk asam urat
yaitu limbah bernotrogen yang tidak larut dari embrio. Sementara allantois terus
mengembang, allantois menekan korion ke membran vitelin, yaitu laidan dalam
cangkang sel telur. Bersama-sama, allantois dan korion membentuk organ
respirasi yang melayani embrio. Pembuluh darah yang terbentuk dalam epitelium
allantois mengangkut oksigen ke embrio ayam itu. Membran ekstra embrionik
reptilia dan burung merupakan adaptasi yang berkaitan dengan permasalahan
khusus perkembangan di darat.

2.4.2. Mekanisme pembentukan selaput ekstraembrio pada mamalia


(manusia)
Pada umumnya, membran ekstra embrionik mempunyai fungsi
yang sama pada mamalia dan reptil, konsisten dengan asal evolusi yang sama.
Korion merupakan tempat pertukaran gas, dan fluida dalam amnion secara fisik
melindungi perkembangan embrio. (Ini cairan ketuban dilepaskan dari vagina saat
wanita hamil "Air istirahat" sebelum melahirkan.) Allantois, yang ini menentukan
limbah dalam telur reptil, dimasukkan ke dalam pusat tali pada mamalia. Tidak
membentuk pembuluh darah yang mengangkut oksigen dan nutrisi dari plasenta
ke embrio dan melepaskan embrio karbon dioksida dan nitrogen limbah. Ekstra
embrionik keempat membran, itu yolk sac, membungkus kuning telur dalam telur
reptil. Pada mamalia itu adalah tempat dari awal pembentukan sel-sel darah yang
kemudian bermigrasi menjadi embrio tepat. Dengan demikian, meskipun ekstra
embrionik membran reptil yang dilestarikan di mamalia dalam perjalanan evolusi,
modifikasi muncul yang disesuaikan dengan perkembangan dalam rahim ibu.
Setelah gastrulasi selesai dan setiap ekstra embrionik membran terbentuk, tahap
berikutnya perkembangan embrio dimulai : pembentukan organ.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Selaput ekstra embrio merupakan selaput pada bagian luar yang
membungkus embrio agar berada persis pada posisi normal di dalam organ
reproduksi betina (tempat embrio berkembang) yang berfungsi dalam
perlindungan embrio. Ada empat macam selaput ekstra embrio yang umum
terdapat pada embrio vertebrata tinggi.
Amnion berfungsi untuk menyelubungi dan melindungi embrio dari
tekanan fisik, kantong kuning telur berfungsi untuk nutrisi pada embrio kelompok
burung dan reptilia yang mempunyai yolk sangat banyak, allantois berfungsi
sebagai tempat penampung dan penyimpanan urin dan sebagai organ pertukaran
gas antar embrio dan lingkungan luarnya, karion berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas. Ada 4 macam plasenta pada hewan yaitu plasenta difusa, plasenta
kotiledon, plasenta zonaria dan plasenta diskoidial.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A, J.B. Reece, M.R. Taylor, E.J Simon, J.L Dickey. 2012.
Campbell Biology Concepts & Connections, Seventh Edition. USA : Perason
Education, Inc
Gilbert, Scott F. 2010. Developmental Biology 9th Edition. Massachusetts, USA : Sinauer
Associates, Inc.
Gray, Henry. 1918. Anatomy of the Human Body 20th edition thoroughly and re
edited. Philadelphia and New York: Lea & Febiger.
Renfree, M. B. 1982. Implantation and placentation. In Austin, C. R. and Short, R. V.
(eds.) Reproduction in Mammals 2. Embryonic and Fetal Development(Second
edition). Cambridge University Press, Cambridge. Pp. 26-69.
Rudd, Steve. Embriology :”the biogenetic law”. ( http://www.bible.ca/tracks/textbook-
fraud-embryology-earnst-haeckel-biogenetic-law.htm ) diakses pada 24 Oktober
2014

Anda mungkin juga menyukai

  • Metode Penelitian
    Metode Penelitian
    Dokumen7 halaman
    Metode Penelitian
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Amphibi
    Amphibi
    Dokumen20 halaman
    Amphibi
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen39 halaman
    Bab Ii
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Mets
    Mets
    Dokumen21 halaman
    Mets
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Softskills Hardskills
    Softskills Hardskills
    Dokumen2 halaman
    Softskills Hardskills
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Softskillshardskills 2
    Softskillshardskills 2
    Dokumen3 halaman
    Softskillshardskills 2
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Okra 1
    Okra 1
    Dokumen109 halaman
    Okra 1
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi Telur
    Bab Vi Telur
    Dokumen41 halaman
    Bab Vi Telur
    Friskihari
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Dokumen16 halaman
    Naskah Publikasi
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • OKRA
    OKRA
    Dokumen17 halaman
    OKRA
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen18 halaman
    Chapter II
    Larissa Risky Amalia
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi PDF
    Naskah Publikasi PDF
    Dokumen12 halaman
    Naskah Publikasi PDF
    AdeliaNantasya
    Belum ada peringkat
  • Laporan Bioteknologi Peternakan
    Laporan Bioteknologi Peternakan
    Dokumen24 halaman
    Laporan Bioteknologi Peternakan
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • JURNAL Aditya Susanto Hadiputra
    JURNAL Aditya Susanto Hadiputra
    Dokumen11 halaman
    JURNAL Aditya Susanto Hadiputra
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Lisosom
    Lisosom
    Dokumen1 halaman
    Lisosom
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Bioetanolbuahsalak
    Bioetanolbuahsalak
    Dokumen5 halaman
    Bioetanolbuahsalak
    Anggra Retno
    Belum ada peringkat
  • JURNAL Aditya Susanto Hadiputra PDF
    JURNAL Aditya Susanto Hadiputra PDF
    Dokumen5 halaman
    JURNAL Aditya Susanto Hadiputra PDF
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Sampul Bioetanol
    Sampul Bioetanol
    Dokumen1 halaman
    Sampul Bioetanol
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Biosel Re
    Biosel Re
    Dokumen10 halaman
    Biosel Re
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Ikanmasrevised PDF
    Ikanmasrevised PDF
    Dokumen84 halaman
    Ikanmasrevised PDF
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Makalah Rumen
    Makalah Rumen
    Dokumen22 halaman
    Makalah Rumen
    DwiiAddena
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen17 halaman
    Bab I
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Capppp Asin
    Capppp Asin
    Dokumen20 halaman
    Capppp Asin
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Lisosom
    Lisosom
    Dokumen18 halaman
    Lisosom
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Ureter
    Ureter
    Dokumen1 halaman
    Ureter
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Proposal Reuni Akbar Fmipa
    Proposal Reuni Akbar Fmipa
    Dokumen30 halaman
    Proposal Reuni Akbar Fmipa
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Dna
    Dna
    Dokumen12 halaman
    Dna
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 8: Yang Disusun Oleh: 1. Dea Rizkytiana Oktaviyani (15-250-0020) 2. Rosalia Yulian Musthofa (15-250-0021)
    Kelompok 8: Yang Disusun Oleh: 1. Dea Rizkytiana Oktaviyani (15-250-0020) 2. Rosalia Yulian Musthofa (15-250-0021)
    Dokumen12 halaman
    Kelompok 8: Yang Disusun Oleh: 1. Dea Rizkytiana Oktaviyani (15-250-0020) 2. Rosalia Yulian Musthofa (15-250-0021)
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat
  • Proposal Reuni Akbar Fmipa
    Proposal Reuni Akbar Fmipa
    Dokumen8 halaman
    Proposal Reuni Akbar Fmipa
    Dhea Rizkytiana Oktaviani II
    Belum ada peringkat