Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lisosom merupakan organel pencerna yang ada dalam sel hewan. Pada sel tumbuhan
organel ini lebih dikenal sebagai vakuola, yang selain untuk mencerna, mempunyai fungsi
menyimpan senyawa organik yang dihasilkan tanaman. Seperti halnya retikulum endoplasma,
aparatus golgi, lisosom juga tersusun dari membran seperti halnya membran sel, tetapi hanya
terdiri dari satu lapis. Hasil pengamatan dari mikroskop elektron menunjukkan bahwa bentuk
dan ukuran lisosom sangat bervariasi. Meski demikian lisosom tetap dapat di identifikasi
sebagai salah satu organel sel.
Lisosom terbagi menjadi beberapa macam jika ditinjau dari segi fisiologis. Didalamnya
ada lebih dari 40 jenis enzim hidrolitik asam. Selain itu fungsi utama lisosom adalah
endositosis, fagositosis, dan autofagi. Begitu banyak keunikan dan karakteristik dari lisosom
yang membedakannya dari organel sel lainnya. Macam, peranan, struktur serta fungsinya
sangat kompleks. Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya mencoba membahas mengenai
lisosom dan semua hal yang berkaitan dengannya. Baik dari macam, fungsi, enzim-enzim di
dalamnya dan lain-lain, agar kita lebih mengetahui dan memahami mengenai organel sel yang
bernama lisosom.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah penemuan lisosom?
2. Bagaimana struktur dari lisosom?
3. Bagaimana proses pembentukan lisosom?
4. Bagaimana fungsi dan peranan lisosom?
5. Apa saja kelainan yang terjadi akibat lisosom?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah penemuan lisosom
2. Mahasiswa dapat mengetahui struktur lisosom
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan lisosom
4. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan peranan dari lisosom
5. Mahasiswa dapat mengetahui kelainan akibat lisosom

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penemuan Lisosom
Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan dipostulatkan olehnya
pada tahun 1955 dari data biokimia. Sebelumnya de Duve dan kawan-kawannya mencoba
meneliti kandungan enzim dari fraksi-fraksi yang dipisahkan dari homogenate sel hati tikus
melalui pemusingan atau sentrifugasi deferensial. Hal menarik perhatian mereka adalah
penelitian tentang enzim dan fraksi yang dikandung oleh mitokondria.
Mereka mencoba memperhalus prosedur pemusingan dan mereka berhasil mendapat
fraksi yang kompleks, meskipun serupa dengan mitokondria dan sifat-sifat sedimentasinya,
tetapi ada enzim yang berbeda dengan apa yang ada pada mitokondria. Dalam fraksi ini mereka
secara tidak sengaja mendapat sejumlah enzim hidrolitik, termasuk fosfatase asam. Mereka
kemudian melakukan eksperimen biokimia yang menghasilkan postulat bahwa enzim hidrolik
akan tertampung dalam vasikel berukuran 0,4 µm dan bahwa setiap vesikel akan dibatasi
membran yang mencegah enzim ini bereaksi dengan substrat dalam sitoplasma.
Menyadari bahwa badan-badan kecil dalam fraksi ini bukan mitokondria tetapi sejenis
organel sitoplasma baru. Akhirnya mereka mengusulkan nama lisosom untuk organel sel ini.
Lisosom ditemukan setelah mempelajari distribusi beberapa jenis enzim yang terlibat di dalam
metabolisme karbohidrat. Salah satu enzim yang terlibat di dalam metabolisme karbohidrat.
Salah satu enzim yang dipelajari adalah fosfatase asam yang memecah gugus fosfat pada
beberapa fosfat yang mengandung ester fosfat.

2.2 Struktur Lisosom


Lisosom adalah organel pencerna pada sel hewan dan ditemukan di semua sel
eukariotik. Lisosom berasal dari bahasa latin (kata lyso = pencernaan dan soma = tubuh).
Lisosom adalah organel yang termasuk dalam sistem endomembran, produk dari retikulum
endoplasma kasar dan apparatus golgi. Lisosom memiliki keanekaragaman morfologi.
Berbentuk agak bulat dan dikelilingi oleh membran tunggal bilayer yang digunakan untuk
mencerna makromolekul.

2
Gambar 1. Struktur lisosom berbentuk agak bulat yang dikelilingi membran tunggal
dan berisi enzim hidrolitik.

Organel ini bermembran bulat dengan diameter yang begitu kecil (hanya 0,2 µm sampai
0,4 µm) sehingga sukar dilihat dalam mikroskop. Jumlah lisosom dalam sangat bervariasi
menurut jenis selnya. Namun, ciri paling mencolok pada organel khusus ini adalah bahwa ia
mengandung sejumlah besar enzim hidrolase asam yang aktivitas enzimnya aktif pada keadaan
pH kurang lebih 5.

1. Membran Lisosom
Lisosom dapat mempertahankan kondisi asam ini dengan cara membran lisosom
memompa ion hidrogen dengan menggunakan bantuan ATP sebagai sumber energi dari sitosol
ke dalam lumen lisosom. Proses masuknya ion hidrogen ini karena membran lisosom
mengandung protein integral yang kandungan glikosilatnya tinggi dan terdapat garis pelindung
dari karbohidrat yang mampu melindungi membran dari kerusakan. Membran lisosom juga
sangat terglikosilasi yang dikenal dengan lysosomal-associated membran proteins (LAMP).
Sampai saat ini sudah terdeteksi LAMP-1, LAMP-2, dan CD63 atau LAMP-3. LAMP berguna
sebagai reseptor penerimaan kantong vesikel pada lisosom.
Lisosom memiliki protein maker yang disebut sebagai “Docking-marker acceptor”.
Dengan demikian, lisosom akan dapat berfusi dengan vesikula-vesikula target dengan tepat.
Beberapa molekul sederhana dapat menembus membran lisosom, misalnya quinakrin.
Quinakrin dapat meningkatkan pH di dalam lisosom jika diberikan ke dalam sel. Quinakrin
digunakan di laboratorium sebagai inhibitor fungsi lisosom. Lisosom memiliki fungsi
pencernaan intra sel yang sangat luas meliputi pencernaan bahan-bahan intra dan ekstra sel,
mikroorganisme yang telah di fagositosis dan program kematian sel selama organogenesis.

3
2. Enzim Lisosom
Ada banyak macam enzim yang terkandung dalam lisosom. Yang khas dari lisosom
adalah terdiri atas sekitar 50 enzim hidrolitik yang berbeda yang dihasilkan di dalam retikulum
endoplasma kasar. Enzim ini disebut dengan lisosom. Enzim-enzim ini dapat menghidrolisis
semua bentuk makromolekul antara lain polisakarida, lipid, fosfolipid, asam nukleat, dan
protein. Enzim hidrolisis tersebut bekerja optimum pada pH asam (sekitar 4,6). Kondisi asam
ini dihasilkan dari pompa proton di membran organel.
Jika dikelompokkan, maka ada kelompok enzim fosfatase, nuclease, protease, dan
enzim pemecah lipid. Dari semua kelompok enzim ini, enzim fosfatase asam adalah yang
terbanyak. Substratnya sebagian besar adalah ester dan lisosomnya sendiri berasal dari
jaringan-jaringan hewan, tumbuhan maupun protista. Enzim fosfatase yang lain adalah
monofosfat dan fosfodiesterase asam yang substratnya oligonukleotida dan diester fosfat.
Berikut ini merupakan tabel pengelompokkan beberapa enzim yang terdapat pada lisosom.
Tabel 1. Pengelompokkan enzim lisosom
Enzim Substrat
Phosphatase:
Acid phosphatase Phosphomonoesterus
Acid phosphodiesterase Phosphodiesters
Nucleases:
Acid ribonuclease RNA
Acid deoxyribinuclease DNA
Proteases:
Cathepsin Protein
Collagenase Collagen
GAG-hydrolizing enzymes:
Iduronate Sulfatase Dermatan sulfate
Β-galactosidase Keratan sulfate
Heparan N-sulfatase Heparan sulfate
α-N- Acetylglucosaminidase Heparan sulfate
Polysaccharidases dan Oligosaccharidases:
α-glucosidase Glycogen
Fucosidase Fucosyloligosaccharides
α-manosidase Mannosyloligossacharides

4
Sialidase Sialyloligosaccharides
Sphingolipid hydrolyzing enzymes:
Ceramidase Ceramide
Glucocerebosidase Glucosylceramide
β-Hexosaminidase GM2ganglioside
Arylsulfatase Galactosylsulfatide
Lipid hidrolysing enzimes:
Acid lipase Triacylglycerols
Phospholipase Phospholipids

Enzim yang tergolong dalam nuclease adalah RNA ase substratnya RNA, dan DNA ase
substratnya DNA. Asal lisosom keduanya sama yaitu berasal dari jaringan hewan, tumbuhan,
dan protista. Enzim hidrolase terdiri dari: α-galaktosidase substratnya galaktosida asal
lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan, dan protista; α-glukosidase substratnya
glikogen; α-manosidase substratnya manosida; dan α-glukoronidase substratnya polisakarida
dan mukopolisakarida. Enzim berikutnya adalah enzim yang termasuk ke dalam golongan
enzim protease yakni enzim katepsin substratnya protein, asal lisosomnya adalah sel hewan.
Berikutnya adalah enzim kolagenase, substratnya kolagen, asal lisosomnya adalah sel tulang.
Enzim terakhir dalam kelompok protease adalah peptidase, substratnya peptide, asal
lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan, dan protista.
Berikutnya adalah enzim-enzim perombak lipid yang terdiri dari esterase substratnya
ester asam lemak, asal lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan, dan protista. Enzim
fosfolipase dengan substratnya fosfolipid, lisosomnya juga berasal dari jaringan tumbuhan.
Jika ditinjau dari segi fisiologis, lisosom terdiri dari dua kategori yaitu:
1. Lisosom primer yang berisi enzim-enzim hidrolase dan lisosom sekunder yang selain berisi
hidrolase juga terdapat substrat yang sedang dicerna.
2. Vakuola pencernaan yang berasal dari fusi antara fagosoma atau endosoma dengan lisosom
primer pada beberapa macam sel hewan.
Ada dua macam lisosom, yaitu lisosom primer dan sekunder. Lisosom primer
memproduksi enzim-enzim yang belum aktif. Fungsinya adalah sebagai vakuola makanan.
Lisosom sekunder adalah lisosom yang terlibat dalam kegiatan mencerna. Berfungsi sebagai
autofagosom. Lisosom primer pada umumnya adalah vesikuli yang berbalutkan protein yang
disebut klatrin. Klatrin akan lepas begitu vesikuli juga lepas.

5
Lisosom yang pertama dibentuk oleh sel dan belum terlibat dalam aktivitas pencernaan
sel disebut lisosom primer. Sedangkan lisosom sekunder adalah lisosom yang merupakan hasil
fusi berulang antara lisosom primer dengan berbagai substrat yang berbatas membran. Dengan
demikian, lisosom sekunder telah terlibat dalam aktivitas pencernaan sel dan di dalam
lumennya terdapat substrat dan enzim-enzim hidrolitik. Lisosom sekunder memiliki dua fungsi
yang berbeda yaitu:
1. Heterolisosom, yaitu bila substrat yang dicerna berasal dari luar sel. Dengan demikian,
heterolisosom dibentuk dari hasil fusi antara lisosom primer dengan fagosom atau endosom.
Heterolisosom sering disebut sebagai vakuola pencerna. Albert et al. (1983) membagi
heterolisosom menjadi dua tipe yaitu:
a) Vakuola pencerna yaitu hasil fusi antara fagosom (partikel-partikel yang difagositosis
seperti bakteri) dengan lisosom primer.
b) Badan-badan multivesikula yaitu hasil fusi antara beberapa endosom (substrat yang masuk
secara endositosis dan bukan dalam bentuk partikel) dengan lisosom primer. Dengan
demikian, badan-badan multivesikula merupakan kantung-kantung berbatas membran
dimana didalamnya mengandung banyak vesikula-vesikula kecil dengan diameter berkisar
50 nm.
2. Vakuola autofagi atau autolisosom yaitu lisosom yang mengandung dan mungkin mencerna
substrat-substrat intraseluler yang berbatas membran (sitosegresom), misalnya organel-organel
intraseluler seperti mitokondria. Autolisosom dibentuk dari hasil fusi antara sitosegresom
dengan lisosom primer.
Dalam sel, sesungguhnya terdapat kerjasama yang erat antara heterolisosom dengan
autolisosom. Selama heterofagi berlangsung, protein- protein ditempatkan di dalam vesikula-
vesikula endosom, kemudian berfusi dengan lisosom primer dan selanjutnya mengalami
hidrolisis. Selama autofagi, sitosegresom berfusi dengan lisosom primer membentuk
autolisosom dan memasuki siklus pencernaan intrasel. Tergantung pada keadaan fisiologisnya,
vakuola pencerna atau vakuola autofagi pada akhirnya mengalami satu dari tiga kemungkinan
yang terjadi yaitu:
1. Mengosongkan kandungannya dengan cara eksositosis atau defekasi seluler
2. Menjadi bahan residu tanpa bahan hidrolase
3. Menghidrolisis kandungannya secara sempurna untuk dapat berdifusi dan selanjutnya siap
untuk siklus aktivitas yang baru

6
Tentang pembentukan sitosegresom, ada beberapa pandangan yang diusulkan yaitu:
1. Sitosegresom dibentuk dari suatu membran sisterna yang melingkupi mitokondria secara
sempurna dan selanjutnya diikuti dengan degenerasinya membran dalam
2. Sitosegresom dibentuk dari suatu membran yang melingkupi mitokondria secara sempurna
3. Sitosegresom dibentuk dari vesikula endosom yang melingkupi mitokondria secara sempurna
yang selanjutnya diikuti dengan berdegenerasinya membran dalam
4. Sitosegresom dibentuk dari vesikula endosom, dimana mitokondria memasuki vesikula
endosom melalui suatu celah
Bentuk akhir heteroslisosom dan autolisoson disebut telolisosom atau postlisosom atau
badan residu. Bahan-bahan yang terkandung di dalam telolisosom sewaktu-waktu dapat
dilepaskan. Proses pelepasannya dinamakan defekasi seluler. Bahan-bahan yang telah dicerna
di dalam lisosom dapat kembali dilepaskan ke dalam sitoplasma dan selanjutnya terlibat di
dalam proses katabolisme atau anabolisme

2.3 Proses Pembentukan Lisosom


Lisosom dibentuk dari protein yang dihasilkan oleh ribosom dan kemudian masuk ke
retikulum endoplasma. Protein yang dimasukkan kedalam membran kemudian dikeluarkan ke
sitoplasma. Namun, ada juga yang masuk ke golgi terlebih dahulu baru kemudian dilepas ke
sitoplasma. Jadi proses pembentukan lisosom ada 2 macam: pertama dibentuk secara langsung
di retikulum endoplasma dan kedua oleh golgi.

Gambar 2. Proses pembentukan lisosom

7
Untuk prosesnya, enzim ini mempunyai molekul penanda unik yaitu manosa 6-fosfat
(M6P) yang berikatan dengan oligosakarida terikat-N. Seluruh glikoprotein yang ditransfer
oleh retikulum endoplasma ke cis golgi memiliki rantai oligosakarida terikat-N yang identik,
dengan manosa di ujung terminalnya. Untuk membentuk manosa 6-fosfat, cis golgi
membutuhkan situs pengenalan, yang disebut signal patch, yang memiliki situs H3N+–COO−.
Pembentukan M6P ini memerlukan dua buah enzim, yaitu GlcNac fosfotransferase
yang berfungsi untuk mengikat enzim hidrolitik secara spesifik dan menambah GlcNac-fosfat
ke enzim. Kemudian terdapat enzim kedua yang memotong GlcNac sehingga membentuk
M6P. Satu enzim hidrolitik mengandung banyak oligosakarida sehingga dapat mengandung
banyak residu M6P. Setelah itu, dari cis golgi, enzim hidrolitik ini akan ditransfer ke trans
Golgi.
M6P yang terikat pada enzim hidrolitik akan berikatan pada reseptor protein M6P yang
berada pada jaringan trans Golgi. Reseptor ini terikat pada membran dan berguna untuk
pemaketan enzim hidrolitik dengan memasukkan enzim tersebut ke vesikel clathrin coats, dan
nantinya vesikel tersebut dikirim ke endosom lanjut. Pemaketan ini terjadi pada pH 6,5 – 6,7,
dan dikeluarkan pada pH 6.
Pada endosom, enzim hidrolitik akan terlepas dari reseptor M6P karena adanya
penurunan pH (menjadi 5). Setelah terlepas, reseptor M6P akan dibawa oleh vesikel transpor
dari endosom kembali ke membran trans golgi untuk digunakan kembali. Transpor, baik
menuju endosom atau kebalikannya, membutuhkan peptida penanda (signal peptide) yang
terdapat pada ekor sitoplasmik dari reseptor M6P. Namun demikian, tidak semua molekul
dengan M6P dikirim ke lisosom; ada yang 'lolos' dari pengepakan dan ditransfer ke luar sel.
Reseptor M6P juga terdapat di membran plasma, yang berguna untuk menangkap enzim
hidrolitik yang lolos tersebut dan membawanya kembali ke endosom. Ada dua pendapat yang
berkenaan dengan asal dan pembentukan lisosom yaitu:
1. Berbagai bukti telah ditemukan bahwa protein-protein hidrolitik dibentuk oleh ribosom yang
terdapat pada retikulum endoplasma. Dari retikulum endoplasma kasar, selanjutnya protein
tersebut ditranslokasikan menuju permukaan pembentukan badan golgi untuk diproses lebih
lanjut. Setelah itu, protein-protein hidrolitik dikemas dan dibungkus dalam bentuk vesikula-
vesikula untuk selanjutnya dilepaskan sebagai lisosom primer.
2. Protein-protein hidrolitik dibentuk pada ribosom yang terdapat pada retikulum endoplasma
kasar, selanjutnya ia dilepaskan dalam bentuk vesikula menuju daerah GERL (Golgi associated
Endoplasmic Reticulum giving rise to Lisosom) yang berdekatan dengan daerah permukaan

8
matang badan golgi. Dari GERL, selanjutnya dilepaskan vesiula-vesikula yang disebut lisosom
primer.

2.4 Fungsi dan Peranan Lisosom


Peranan fisiologi lisosom umumnya berhubungan dengan pencernaan intraseluler.
Misalnya pencernaan makanan yang berlangsung pada protozoa dimana bahan-bahan yang
berasal dari luar dicerna secara intraseluler atau heterofagi. Endositosis merupakan persyaratan
bagi pencernaan intraseluler bahan eksogen dengan molekul tinggi. Bukti menunjukkan bahwa
vakuola makanan dihasilkan dari fusi antara endosom dengan lisosom primer.
Dalam darah, terdapat banyak sel-sel fagosit yang bekerja sebagai penghalang yang
efektif dari invasi mikroorganisme atau benda-benda asing lainnya. Ada empat tipe fagosit
darah yaitu: Polymorpho Nuclear Neutrofic Leukocytes (PMNs), Eosinofil, Basofil, dan
Monosit. Meskipun keempat tipe tersebut bersirkulasi di dalam darah, neutrofil dan monosit
memiliki kemampuan untuk meninggalkan aliran darah dan mengembara di seluruh jaringan
untuk menghilangkan bahan-bahan asing dalam jaringan dengan cara memfagositosisnya.
Monosit di dalam jaringan akan berkembang menjadi dewasa dan menjadi sel-sel
makrofag. Berbagai jenis makrofag antara lain histiosit dalam jaringan pengikat, makrofag
alveolar di dalam paru-paru, sel-sel kuffer di dalam jaringan hati, makrofag pelural di dalam
peritoneal, osteoklas di dalam tulang, sel mikroglia di dalam sistim saraf pusat, sel schwann di
dalam serabut saraf perifer, sel sinvial tipe A di dalam ruang sendi, dan makrofag di dalam
jaringan limfoid dan jaringan ikat. Lisosom memainkan peranan yang sangat penting dalam
resorbsi tulang yang dilakukan oleh osteoklas. Selain itu, lisosom memegang peranan penting
di dalam sekresi kelenjar tiroid oleh sel-sel epitel dari folikel tiroid. Lisosom memainkan
peranan yang sangat penting selama berlangsungnya fertilisasi pada berbagai jenis hewan
termasuk manusia, terutama selama berlangsungnya reaksi akrosom. Enzim-enzim yang
dilepaskan dari vesikula akrosom melakukan pencernaan terhadap selaput pelindung telur
sehingga memungkinkan sel pronukleid jantan masuk menembus membran telur untuk berfusi
dengan pronuklei betina. Selain itu, fungsi dan peranan lisosom meliputi endositosis, autofagi
dan fagositosis.
1. Endositosis
Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui
mekanisme endositosis yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak
beraturan yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang
digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma) yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom

9
lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal,
pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan
membentuk lisosom.

Gambar 3. Mekanisme endositosis

Endositosis dapat dibedakan ke dalam 2 kategori: Bulk-phases endocytosis (dikenal


juga sebagai pinositosis) dan Receptor-mediated endocytosis.
a) Bulk-phases endocytosis adalah pengambilan cairan dari bagian ekstraselular untuk dibawa ke
bagian dalam sel. Bulk-phases endosistosis juga dapat digunakan untuk memindahkan bagian
dari membran plasma ke organel lain yang membutuhkan dan mengembalikan kembali bagian
tersebut ke membran plasma.
b) Receptor-mediated endocytosis adalah pengambilan makromolekul (ligand) yang spesifik dari
bagian luar. Makromolekul ini akan terikat pada reseptor yang terletak pada bagian luar
membran plasma.
Molekul yang diambil menuju sel dengan cara endositosis berjalan melewati endocytic
pathway. Ada dua tipe reseptor yang berperan dalam endositosis. Reseptor tersebut terletak
pada bagian luar membran plasma. Reseptor pertama adalah “Houskeeping receptors”, yang
bertanggung jawab dalam pengambilan materi yang akan digunakan oleh sel. Reseptor yang
kedua adalah “Signaling receptors”, yang bertanggung jawab dalam pengikatan ligan di bagian
ekstraseluler yang membawa pesan untuk mengubah aktivitas di dalam sel.
Molekul yang ditangkap oleh reseptor di membran plasma di transportasikan ke
endosom. Endosom berperan sebagai pusat pendistribusian selama endositosis berlangsung.
Cairan yang terdapat di dalam endosom di jaga keasamannya dengan adanya sebuah H +-
ATPase di membran endosom. Endosom dapat dibagi menjadi dua yaitu early endosom yang
terletak di daerah sekitar dalam sel dan yang kedua adalah late endosom yang terletak lebih
dekat ke bagian nukleus.

10
Early endosom dan late endosom dapat dibedakan dari berat jenisnya, pH dan
komposisi protein. Late endosom juga menerima enzim lisosom yang baru saja disintesis dari
bagian trans golgi network. Enzim ini dibawa oleh manosa-6-fospat (M6P). M6P akan kembali
lagi ke TGN apabila enzim lisosom telah dimasukkan ke dalam late endosom. Materi yang
sudah ada di dalam late endosom akan dicerna oleh enzim lisosom.
2. Autofagi
Autofagi merupakan proses yang digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian
sel sendiri seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Selama proses ini berlangsung, sebuah
organel seperti mitokondria akan diselubungi oleh membran ganda yang merupakan derivat
dari sisterna retikulum endoplasma. Membran retikulum endoplasma kemudian bergabung
dengan lisosom untuk membentuk autofagolisosom. Mula-mula, bagian dari retikulum
endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom.
Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan
berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Ketika proses autofagolisosom selesai,
organel yang dicerna dikeluarkan sebagai residual body. Berdasarkan tipe dari sel yang
bersangkutan, isi dari residual body dikeluarkan dari dalam sel secara eksositosis atau disimpan
di dalam sitoplasma disebut lipofuscin granule. Lipofuscin granule akan meningkat jumlahnya
seiring penambahan umur sel. Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi
katak, dan embrio manusia.

Gambar 4. Mekanisme autofagi

11
Perusakan sel terprogram oleh enzim lisosomnya sendiri penting dalam perkembangan
organisme. Misal, pada waktu kecebong berubah menjadi katak, ekornya diserap secara
bertahap. Sel-sel ekor yang kaya akan lisosom mati dan hasil penghancuran digunakan di dalam
pertumbuhan sel-sel baru yang berkembang. Pada perkembangan tangan embrio manusia yang
semula berselaput hingga lisosom mencerna jaringan diantara jari-jari tangan tersebut sehingga
terbentuk jari yang terpisah seperti yang kita punya sekarang.
Proses pencernaan yang terjadi secara enzimatis di lisosom terdiri dari berbagai macam
tergantung dari jenis dan asal bahan yang akan dicerna. Bila bahan yang dicerna berasal dari
luar sel proses pencernaanya disebut heterofagi, sedangkan bila bahannya berasal dari dalam
disebut autofagi. Kedua proses pencernaan ini banyak dijumpai misalnya pada mekanisme
pertahanan tubuh, nutrisi, dan pengaturan sekresi. Selain kedua proses pencernaan tersebut
yang sifatnya intraseluler, enzim lisosom dapat pula disekresikan ke luar dari sel atau disebut
pencernaan ekstra sel misalnya yang terjadi pada jaringan ikat hewan dan juga pada jenis jamur.
Proses pencernaan ekstra seluler yang dilakukan oleh lisosom dilakukan dengan
mencurahkan isi lisosom ke dalam daerah ekstra seluler. Jadi pada proses ini yang dicerna
adalah substabsi antar sel, misalnya pencernaan ekstra sel yang mengakibatkan perubahan
tulang dan tulang rawan. Sebagai contoh dalam sel hati, mitokondria rata-rata berumur 10 hari.
Mitokondria yang telah berumur 10 hari dan tidak berfungsi dilingkupi oleh sebuah organel
yang berasal dari membran retikulum endoplasma membentuk autofagosom. Kemudian
autofagosom bergabung dengan lisosom agar mitokondria dapat dihancurkan oleh enzim
hidrolitik.
3. Fagositosis
Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan
mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus
partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi
dengan enzim hidrolitik dari trans golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).

Gambar 5. Mekanisme fagositosis

12
Fagositosis dilakukan oleh beberapa tipe sel yang telah mengalami spesialisasi untuk
mendegradasi partikel besar (diameter > 0,5 μm) atau mikroorganisme dari lingkungan.
Kebanyakan protista seperti amoeba dan siliata memenuhi kebutuhan makanan mereka dengan
cara menangkap partikel makanan atau organisme yang lebih kecil. Partikel makanan yang
ditangkap dimasukkan ke dalam organel yang disebut vakuola atau fagosom. Vakuola atau
fagosom ini berasal dari sebagian kecil (cubitan ke arah dalam) membran plasma. Fagosom
akan bergabung dengan lisosom, sehingga pertikel makanan yang ditangkap dicerna di dalam
fagolisosom.

2.5 Kelainan Lisosom (Lysosomal Storage Disease)


Berbagai kelainan turunan yang disebut sebagai penyakit penyimpangan lisosom
(lysosomal storage disease) mempengaruhi metabolisme lisosom. Lysosomal storage diseases
terjadi karena mutasi di gen struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik aktif
yang secara normal ada dalam lisosom. Substrat yang tidak tercerna akan menumpuk dan
mengganggu fungsi seluler lainnya. Penyakit ini sangat jarang ditemukan yaitu sekitar 1 dari
7.700 kelahiran manusia.

1. Penyakit Pompe

Gambar 6. Penderita Pompe

Penyakit pompe adalah penyakit genetik neuromuskular yang dapat terjadi pada bayi,
anak-anak, dan manusia dewasa yang membawa gen cacat dari orang tuanya. Gejala penyakit
ini adalah perkembangan otot lemah, terutama pada otot untuk bernafas dan bergerak. Pada
bayi, penyakit ini juga menyerang otot jantung. Penyebabnya adalah cacat pada gen yang
bertanggung jawab untuk membuat enzim acid alpha-glucosidase (GAA) yang terletak pada
kromosom 17.

13
Enzim GAA ini hilang atau diproduksi dalam jumlah sedikit. Fungsi enzim ini untuk
memecah glikogen, bentuk gula yang disimpan pada otot sehingga terjadi penumpukan
glikogen pada lisosom. Pada penyakit pompe misalnya, hati dirusak oleh akumulasi glikogen
akibat ketiadaan enzim lisosom yang dibutuhkan untuk memecah polisakarida. Terdapat dua
onset pada penyakit pompe yaitu:
 Pada onset dini atau pada bayi, gejala penyakit Pompe mulai terlihat di bulan pertama
kehidupan. Orang tua biasanya mengeluhkan adanya permasalahan dalam kurangnya nafsu
makan bayi, berat badan bayi yang cenderung sulit bertambah, adanya kelemahan otot,
kesulitan mengangkat kepala pada bayi dan adanya keterlambatan dari perkembangan bayi.
Biasanya bayi yang mengalami penyakit pompe juga mengalami gejala di saluran pernapasan
akibat paru-paru yang rentan terinfeksi serta mulai terdapat adanya kelemahan dari otot
jantung. Umumnya bayi yang mengalami penyakit pompe meninggal sebelum berusia 1 tahun.
 Pada onset lama yaitu pada anak-anak maupun dewasa, penyakit pompe merupakan penyakit
bawaan yang sifatnya parsial akibat kurangnya enzim GAA yang telah dijelaskan sebelumnya.
Onset ini bisa terjadi pada dekade pertama kehidupan anak maupun dekade keenam pada
dewasa. Gejala yang muncul adalah kelemahan otot yang progresif hingga muncul kelemahan
otot pada saluran pernapasan dan mengalami kematian akibat gagal nafas setelah beberapa
tahun kemudian.
Untuk pengobatannya sendiri dengan enzyme replacement therapy atau terapi
penggantian enzim. Dan keberhasilan dari pengobatannya sendiri tergantung dari sudah
seberapa jauh kelemahan otot terjadi pada pasien.

2. Penyakit Tay-Sachs

Gambar 7. Penderita Tay-Sachs

14
Penyakit Tay-Sachs (disingkat TSD, juga dikenal sebagai GM2 gangliosidosis atau
Hexosaminidase defisiensi A) adalah suatu kelainan genetik resesif autosom. Dalam varian
yang paling umum dikenal sebagai kekanak penyakit Tay-Sachs ini menyajikan dengan
kerusakan tanpa henti dari kemampuan mental dan fisik yang dimulai pada usia 6 bulan dan
biasanya menyebabkan kematian pada usia empat. Hal ini disebabkan oleh cacat genetik dalam
gen tunggal dengan satu salinan gen cacat dari yang diwariskan dari setiap orang tua.
Penyakit ini terjadi ketika jumlah berbahaya dari Gangliosida terakumulasi dalam sel-
sel saraf otak, akhirnya mengarah pada kematian dini sel-sel. Saat ini tidak ada obat atau
pengobatan. Penyakit Tay-Sachs adalah penyakit langka. Gangguan autosomal lain seperti
cystic fibrosis dan anemia sel sabit jauh lebih umum. Penelitian di akhir abad 20 menunjukkan
bahwa penyakit Tay-Sachs disebabkan oleh mutasi genetik pada gen pada kromosom 15 hexa.
Sejumlah besar mutasi Hexa telah ditemukan dan yang baru masih sedang dilaporkan.
Mutasi ini mencapai frekuensi yang signifikan dalam beberapa populasi. Kebanyakan mutasi
hexa yang langka dan tidak terjadi pada populasi terisolasi secara genetik. Penyakit ini
berpotensi dapat terjadi dari warisan dua mutasi gen yang tidak terkait dalam hexa. TSD adalah
gangguan genetik autosom resesif yang berarti bahwa ketika kedua orangtua adalah pembawa,
ada risiko 25% melahirkan anak yang terkena.

Gejala Penyakit Tay-Sachs


Penyakit ini ditandai dengan timbulnya keterbelakangan mental dan perkembangan
berat selama 4-8 bulan pertama kehidupan. Proses dimulai pada janin awal kehamilan. Bayi
tampak normal saat lahir dan tampaknya berkembang secara normal sampai enam bulan.
Tanda-tanda pertama dari Tay-Sachs bervariasi dan jelas pada usia yang berbeda pada anak-
anak yang terkena dampak. Awalnya pembangunan melambat, ada kehilangan penglihatan
perifer yang disebabkan oleh kelainan pada retina dari mereka dan mengagetkan refleks
abnormal.
Pada usia dua tahun kebanyakan bayi Tay-Sachs mengalami kejang berulang dan status
mental berkurang. Bayi secara bertahap regresi, kehilangan kemampuannya satu per satu.
Lebih jelasnya anak yang menderita penyakit Tay-Sach akan mengalami gejala antara lain
mengalami kelemahan otot yang progresi, kehilangan keterampilan motorik (berbalik, duduk,
merangkak), respon kaget yang berlebihan terhadap suara keras, berkurangnya perhatian,
mengalami spastisitas (otot-otot tegang), penglihatan dan pendengaran mulai menghilang serta
keterbelakangan mental yang berat.

15
Pengobatan Penyakit Tay-Sachs
Belum ada pengobatan khusus untuk penyakit Tay-Sach. Pengobatan yang diberikan
biasanya hanya untuk membuat penderitanya lebih merasa nyaman. Namun, para peneliti
berfokus pada menemukan obat. Salah satu metode yang sedang dieksplorasi oleh para
ilmuwan adalah terapi penggantian enzim untuk menggantikan Hex-A yang kurang pada bayi
yang menderita Tay-Sachs. Selain itu para peneliti berfokus pada terapi gen yang akan
melibatkan transfer gen normal untuk mengganti gen abnormal.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan dipostulatkan olehnya
pada tahun 1955 dari data biokimia. Lisosom adalah organel yang termasuk dalam sistem
endomembran, produk dari retikulum endoplasma kasar dan apparatus golgi, yang memiliki
keanekaragaman morfologi yakni berbentuk agak bulat dan dikelilingi oleh membran tunggal
bilayer yang digunakan untuk mencerna makromolekul.
Beberapa fungsi dan peranan lisosom yaitu endositosis, autofagi dan fagositosis.
Lysosomal storage diseases adalah penyakit keturunan yang mempengaruhi metabolisme
lisosom, terjadi karena mutasi di gen struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik
aktif yang secara normal ada dalam lisosom. Substrat yang tidak tercerna akan menumpuk dan
mengganggu fungsi seluler lainnya. Contoh kelainan lisosom yaitu penyakit pompe dan
penyakit Tay-Sachs.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alberts B. 1994. Biologi Molekuler Sel, Edisi Kedua. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Kimball, J.W., 1990. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.
Sumadi dan Aditia, 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu: Jakarta.
Sumadi dan Marianti A., 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu: Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai