Anda di halaman 1dari 2

3.

SEKRESI HORMON ADROGEN DAN ESTEROGEN


Estrogen disekresikan pada awal siklus menstruasi oleh karena respon dari LH dan FSH.
Sintesis estrogen menempati perkembangan folikel ovarium baik sel teka dan sel granulosa akibat
rangsangan LH sel-sel teka akan mengubah kolesterol menjadi androgen yang kemudian berdifusi ke
dalam sel-sel granulosamelalui dasar membran. Sel-sel granulosa karena dirangsang oleh FSH akan
mengaktifkan enzim aromatase untuk mengubah androgen menjadi estrogen.Sebagian estrogen
tetap berada di folikel ovarium untuk membentuk antrum, sedangkan sebagian lainnya disekresikan
ke dalam darah untuk mengikat SHBG dan albumin yang bekerja melalui reseptor intraseluler
menuju sel target.

karena kadar basal FSH yang rendah sudah cukup untuk mendorong perubahan menjadi
estrogen, kecepatan sekresi estrogen oleh folikel terutama bergantung pada kadar LH dalam darah
yang terus meningkat selama fase folikel. Selain itu sewaktu folikel terus tumbuh estrogen yang
dihasilkan juga meningkat karena bertambahnya jumlah sel folikel penghasil estrogen. Estrogen
bekerja pada pituitari anterior dan hipotalamus untuk mengatur sistem mekanisme umpan balik.
Biasanya mekanisme ini bersifat negatif oleh karena konsentrsi estrogen yang tinggi dalam waktu
yang lama menyebabkan terjadi mekanisme positif untuk merangsang LH.

Sebelum menopause dan pascamenopause hormon estradiol memegang peranan,


sedangkan sesudahnya estradiol mengalami penurunan disisi lain estrogen akan meningkat.
Konversi dari steroid pada jaringan peripheral tidak selalu dalam bentuk yang aktif dan
androgen yang bebas akan diubah menjadi estrogen bebas, contohnya pada jaringan kulit
dan sel lemak. Lokasi dari sel lemak akan mempengaruhi kerja androgen. Wanita yang gemuk
akan menghasilkan lebih banyak androgen, jumlah estrogen yang cukup, yang berasal dari
sirkulasi androgen dapat memicu timbulnya perdarahan pada wanita post menopause. Pada
wanita, kelenjar adrenal menyisakan sumber utama androgen khususnya androstenedion.
Sedangkan pada pria, hampir seluruh dari sirkulasi estrogen berasal dari peripheral konversi
androgen.

4. DAMPAK HORMON ANDROGEN DAN TESTOSTERON


A. PENURUNAN KADAR HORMON TESTOSTERON
Menurunnya kadar hormon testosteron sebenarnya merupakan kondisi alamiah
seiring penuaan pada laki-laki. Kondisi kekurangan testosteron juga dapat disebabkan oleh
infeksi dan cedera pada testis gagal ginjal kronis sindrom klinefelter, dan sirosis hati. Kondisi
stres dan terlalu banyak mengonsumsi alkohol juga dapat menyebabkan kondisi tersebut.
Ketika kadar hormon testosteron menurun, laki-laki akan mengalami gejala yang berkaitan
dengan fungsi seksual seperti ketidaksuburan, berkurangnya hasrat seksual, serta
berkurangnya frekuensi ereksi yang terjadi secara spontan ketika sedang tidur. Selain itu,
berkurangnya kadar hormon testosteron juga dapat diiringi oleh gejala lain yang mencakup
perubahan fisik, seperti:
1.Berkurangnya rambut-rambut pada tubuh.
2.Tulang yang lebih rapuh.
3.Meningkatnya lemak tubuh.
4.erkurangnya kekuatan atau massa otot.
5.kelelahan yang meningkat.
ementara itu, dampak menurunnya kadar hormon testosteron terhadap perubahan psikis
antara lain kecenderungan untuk merasakan depresi atau perasaan sedih yang secara
keseluruhan dapat menurunkan kualitas hidup. Sebagian orang lainnya juga bisa mengalami
penurunan rasa percaya diri, berkurangnya motivasi, serta memiliki masalah pada memori
dan konsentrasi. Meski begitu, semua kondisi ini juga bisa merupakan efek samping proses
penuaan yang normal. Selain itu bisa disebabkan oleh kondisi medis lainnya, seperti efek
samping pengobatan, kondisi tiroid, maupun efek mengonsumsi minuman beralkohol. Selain
faktor penuaan, rendahnya hormon testosteron juga dapat dipicu oleh kondisi
hipogonadisme. Pada kondisi tersebut testis memproduksi terlalu sedikit hormon
testosteron.
B. TINGKAT HORMON TERTOSTERON YANG BERLEBIHAN
DIsisi lain, ada pula laki-laki yang memiliki kadar hormon testosteron di atas angka
normal. Positifnya, kadar hormon testosteron yang tinggi dapat menormalkan tekanan darah
dan menurunkan kecenderungan laki-laki untuk mengalami obesitas dan serangan jantung.
Sementara itu, beberapa studi menunjukkan keterkaitan antara kadar hormon testosteron
yang tinggi dengan kecenderungan laki-laki untuk melakukan perilaku berisiko, seperti
dorongan perilaku seksual berlebihan yang berisiko kepada tindakan kriminal. Namun, masih
diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk membuktikan hal ini. Kadar testosteron
yang tinggi juga membuat kecenderungan laki-laki untuk lebih mengonsumsi alkohol dan
merokok.

Anda mungkin juga menyukai