Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan kesehatan yang muncul pada anak cukup komprehensif dan

menjadi perhatian khusus keluarganya. Berdasarkan survei dari WHO (World

Health Organization) di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5 juta anak (usia

0-21 tahun menurut WHO) mengalami hospitalisasi karena prosedur pembedahan

dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut anak mengalami kecemasan dan stres.

Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak usia dini 0-8 tahun menjalani

hospitalisasi disebabkan karena injury dan berbagai penyebab lainnya Kaluas dkk,

2015.

Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa

yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Oleh karena itu

perhatian dan harapan yang besar perlu diberikan kepada anak. Terbukti dengan

adanya undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlingdungan anak

(Kemenkes RI, 2014).

Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional

(Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun

sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,9%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%,

usia 16-18 tahun sebesar 8,13%. Angka keSakitan anak usia 0-18 tahun apabila

dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44% (Apriany, 2013).

Diperkirakan anak mengalami hospitalisasi disebabkan oleh penyakit akut

1
(penyakit pernapasan 50%, infeksi dan penyakit parasit 11%), cedera 15%, dan

ketidak mampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat tertentu

(Setiawan dkk, 2014).

Anak yang dirawat di Rumah Sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik

dan psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi. Hospitalisasi pada anak

merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan

anak untuk tinggal di Rumah Sakit menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangan kembali ke Rumah. Selama proses tersebut, anak dapat mengalami

berbagai kejadian yang menunjukkan pengalaman yang sangat trauma dan penuh

dengan stres yang menimbulkan kecemasan pada anak (Nursalam dkk, 2010).

Berdasarkan Survei Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2010 sebesar 72% dari

jumlah total penduduk Indonesia. Diperkirakan 35 per 100 anak mengalami

hospitalisasi dan 45% diantarannya mengalami kecemasan (Sumaryoko dalam

Nurhayatin, 2012). Survei Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2010 didapatkan bahwa

dari 1,425 anak mengalami dampak hospitalisasi, dan 33,2% diantaranya

mengalami dampak hospitalisasi berat, 41,6% mengalami dampak hospitalisasi

sedang, dan 25,2% mengalami dampak hospitalisasi ringan (Nurhayatin, 2012 ).

Hasil penelitian dari Sherlock dalam Setiawan dkk, (2014) menunjukkan

bahwa lingkungan Rumah Sakit yang dapat menimbulkan trauma dan menjadi

stresor pada anak adalah lingkungan fisik Rumah Sakit, tenaga kesehatan baik dari

sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan dan lingkungan sosial antar

sesama pasien. Dengan adanya stresor tersebut, anak dapat mengalami gangguan

2
tidur, pembatasan aktifitas, perasaan nyeri, suara bising, takut, kecewa, sedih,

malu, rasa bersalah dan cemas.

Kecemasan yang berlebihan pada anak akan membuat anak mengalami

perubahan konsep diri, regresi, depensi, takut sehingga anak mengalami gangguan

pertumbuhan (Kaplan & Sadocks, 2009). Respon kecemasan anak usia 6-8 tahun

terkait hospitalisasi umumnya sudah muncul ketika anak baru pertama kali datang

untuk dirawat di Rumah Sakit misalnya, menjerit-jerit saat sedang menangis dan

tidak mau didekati, mencari-cari orang tua, menolak dan bahkan menyuruh pergi

orang lain yang dianggapnya asing, tidak mau beraktivitas dan cenderung tidur-

tiduran saja, tidak menunjukkan minat atau rasa antusias, hal ini disebabkan

karena anak berpersepsi negatif terhadap Rumah Sakit. Sehingga perlu suatu

aktivitas bermain yang dapat mengurangi persepsi negatif tersebut (Nursalam dkk,

2010).

Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk

menstimulasi perkembangan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program

pengobatan serta perawatan. Terapi bermain telah didokumentasikan sejak tahun

1940 dan 1950. Pada dasarnya terapi bermain adalah alat bagi anak untuk

mengekspresikan emosi dan ketakutan mereka dan merupakan alat komunikasi

(Landreth dalam Supartini, 2010). Bercerita bisa jadi ajang pelepasan ekspresi

anak sehingga perasaan atau emosi anak dapat dilatih untuk merasakan dan

menghayati berbagai peran dalam kehidupan, bercerita tentang Hospital Story

pada anak akan membantu anak untuk melepaskan ketakutan, kecemasan,

3
mengekspresikan kemarahan dan permusuhan yang dialami oleh anak (Sururi,

2016).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kartinawati (2011) tentang

kecemasan anak usia sekolah yang menunjukkan adanya perbedaan kecemasan

anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain, di mana sebelum terapi

bermain 80% anak mengalami kecemasan sedang dan 20% anak mengalami

kecemasan berat dan setelah diberikan terapi bermain 86% anak mengalami

kecemasan ringan dan 14% anak mengalami kecemasan sedang.

Berdasarkan catatan rekam medik pada tanggal 4 Mei 2016 di Rumah

Sakit Umum Bahteramas Kendari pada tahun 2012 dari bulan Januari sampai

Desember pasien anak usia 6-8 tahun yang dirawat inap dengan berbagai penyakit

berjumlah 181 orang anak. Pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai Desember

pasien anak usia 6-8 tahun yang rawat inap dengan berbagai penyakit berjumlah

146 orang anak. Pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai Desember pasien anak

usia 6-8 tahun yang rawat inap dengan berbagai penyakit berjumlah 84 orang

anak. Pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai Desember pasien anak usia 6-8

tahun yang rawat inap dengan berbagai penyakit berjumlah 156 orang anak. Pada

tahun 2016 dari bulan Januari sampai 31 Maret pasien anak usia 6-8 tahun yang

rawat inap dengan berbagai penyakit berjumlah 90 orang anak (RSUDD

Bahteramas Kendari, 2016).

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 12 Mei 2016 di

Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, sebanyak 8

4
orang anak usia 6-8 tahun yang dirawat inap menunjukkan 100% ingin terus

menerus didampingi orang tuannya. Dengan menunjukkan tingkah laku yang

agresif seperti menangis terus menerus jika ditinggalkan oleh orang tuannya

sehingga orang tua harus tetap berada didekatnya, hal ini mungkin disebabkan

karena anak usia sekolah 6-8 tahun merasa asing dengan lingkungan Rumah Sakit,

dimana situasinya sangat berbeda dengan lingkungan Rumah, apalagi lingkungan

Sekolah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap fasilitas

bermain, didapatkan bahwa tidak adanya ruang khusus yang digunakan sabagai

tempat untuk terapi bermain bagi anak yang menjalani perawatan, selain itu juga

belum ada perlakukan atau tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

hospitalisasi serta tidak adanya Standar Prosedur Operasional (SOP) terhadap

pasien anak yang mengalami dampak hospitalisasi.

Berdasarkan observasi tersebut diatas, merupakan alasan peneliti terdorong

untuk mengetahui “Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story Terhadap Kecemasan

Anak Usia 6-8 Tahun yang dirawat di Ruang Perawatan Anak RSUDD

Bahteramas Tahun 2016”

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kecemasan pada anak usia 6-8 tahun sebelum diberikan

terapi bermain Hospital Story yang dirawat di Ruang Perawatan Anak RSUD

Bahteramas tahun 2016 ?

2. Bagaimana gambaran kecemasan pada anak usia 6-8 tahun setelah diberikan

terapi bermain Hospital Story yang dirawat di Ruang Perawatan Anak RSUD

Bahteramas tahun 2016 ?

3. Apakah ada pengaruh terapi bermain Hospital Story terhadap kecemasan anak

usia 6-8 tahun yang dirawat di Ruang Perawatan Anak RSUD Bahteramas

tahun 2016 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi bermain Hospital Story terhadap kecemasan

anak usia 6-8 tahun yang dirawat di Ruang Perawatan Anak RSUD Bahteramas

Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

2.1 Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada anak usia 6-8 tahun sebelum

diberikan terapi bermain Hospital Story di Ruang Perawatan Anak RSUD

Bahteramas tahun 2016.

6
2.2 Untuk mengetahui gambaran kecemasan pada anak usia 6-8 tahun setelah

diberikan terapi bermain Hospital Story di Ruang Perawatan Anak RSUD

Bahteramas tahun 2016.

2.3 Untuk mengetahui pengaruh terapi bermain Hospital Story terhadap

kecemasan pada anak usia 6-8 tahun di Ruang Perawatan Anak RSUD

Bahteramas tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan tentang terapi bermain terhadap anak dalam

bentuk ilmu dan pengalaman di Rumah Sakit.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberi masukan pentingnya terapi bermain bagi anak yang mengalami

kecemasan di Rumah Sakit.

3. Bagi Institusi RSUD Bahteramas Kendari

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pengelola institusi pelayanan kesehatan agar dapat menerapkan metode

bermain dengan menyesuaikan perkembangan anak didalam prosedur

perawatan yang dapat mengurangi dampak hospitalisasi pada anak sehingga

mempercepat proses penyembuhan. Diharapkan dengan menerapkan metode

bermain di Rumah Sakit akan menambah nilai jual sehingga profit/pendapatan

yang di peroleh oleh Rumah Sakit meningkat serta memiliki daya tarik

7
tersendiri bagi masyarakat khususnya para orang tua untuk merawat anaknya di

RSUD Bahteramas Kendari.

4. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pengembangan ilmu keperawatan, khususnya ilmu keperawatan anak dalam

mempersiapkan tenaga keperawatan yang profesional dan handal dalam

melaksanakan tugasnya. Sehingga mutu pelayanan asuhan keperawatan

terutama ditujukan dalam perawatan anak usia sekolah yang mengalami

kecemasan di Rumah Sakit dengan menerapkan konsep bermain dalam

merawatnya.

5. Bagi Masyarakat atau Orang Tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pendidikan

kesehatan bagi masyarakat.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya membahas pengaruh terapi bermain dengan tehnik

bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di

Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Kendari Tahun

2016.

Anda mungkin juga menyukai