Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Lokasi Penelitian

1. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Kendari 2016

Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara (RSU Prov.

Sultra) dibangun secara bertahap pada tahun 1969/1970 dengan sebutan

“perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik pemerintah Prov. Sultra dengan

klasifikasi type C berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/II/1979 tanggal 22

Februari 1979. Susunan Struktur Organisasi berdasarkan SK Gubernur Provinsi

Sulawesi Tenggara No.77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.

Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Prov. Sultra meningkat

klasifikasinya menjadi type B (non pendidikan) sesuai dengan SK Menkes

No.1482/Menkes/SK/XII/1998, yang ditetapakan dengan Perda No.3 tahun

1999 tanggal 8 mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit secara teknis berada

dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan secara operasional

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Sesuai dengan

kebutuhan pendidikan medik di Sulawesi Tenggara maka sejak tahun 2013

RSU Prov. Sultra telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu administrasi

manajemen, pelayanan medik, pelayanan gawat darurat, pelayanan

keperawatan dan rekam medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed

No.HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12 Pelayanan sesuai dengan SK

Dirjen Yanmed No.HK.00.06.3.5.139. Tanggal 31 desember 2010, yang

66
meliputi pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan medik, pelayanan

gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan rekam medis, pelayanan

radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan laboratorium, pelayanan peristi,

pelayanan kamar operasi, pelayanan pencegahan infeksi, pelayanan

keselamatan dan kesehatan kerja.

Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No.44 tahun 2009 dan

untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov. Sultra telah menjadi

Badan Layanan Umum DaerahDaerah (BLUD) yang ditetapkan melalui Surat

Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 tahun 2010 tanggal 15

oktober 2010. Pada tanggal 21 november 2012 RSU Prov. Sultra pindah lokasi

dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum DaerahDaerah Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara (RSUD Bahteramas Prov. Sultra), yang

diresmikan penggunaannya oleh Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan

Keuangan RI, Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Nur

Alam SE. Pada tahun 2013 telah terakreditasi menjadi Rumah Sakit Pendidikan

(SK Mentri Kesehatan tahun 2013).

2. Letak Geografis

Sejak tanggal 21 November 2012 RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya

Kecamatan Mandonga Ke Jalan Kapt. Pierre Tendean No. 40 Baruga, bernama

Rumah Sakit Umum DaerahDaerah (RSUD) Bahteramas Prov. Sultra. Di

67
lokasi yang baru ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum, dengan batas

wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama

Sebelah Selatan : Kantor Polsek Baruga

Sebelah Barat : Perumahan Penduduk

Sebelah Timur : Balai Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara

3. Lingkungan Fisik

RSUD Bahteramas Prov. Sultra berdiri diatas lahan seluas 17,5 Ha. Luas

seluruh bangunan adalah 53,269 m2. Luas bangunan yang terealisasi sampai

dengan akhir tahun 2015 adalah 35,410 m2. Pengelompokkan ruangan

berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu kelompok

kegiatan pelayanan Rumah Sakit, kelompok kegiatan penunjang medis,

kelompok kegiatan penunjang non medis, dan kelompok kegiatan administrasi.

4. Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

ditetapkan berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 yang dituangkan dalam

Perda Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2008, Peraturan Gubernur

Sulawesi Tenggara Nomor 65 Tahun 2008 dan Pola Tata Kelola RSUD

Prov.Sultra.

Pimpinan RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi tenggara disebut

Direktur dan menduduki jabatan struktural eselon II B, Direktur dibantu oleh 3

(tiga) orang wakil yaitu direktur Umum Daerahdan keuangan, dan wakil

68
Direktur Perencanaan dan Diklat, masing-masing menduduki jabatan struktural

eselon III.A.

Wakil direktur pelayanan membawahi 3 (tiga) bidang, yakni bidang

pelayanan medis, pelayanan keperawatan, dan bidang penunjang pelayanan.

Wakil Direktur Umum Daerahdan keuangan membawahi 3 (tiga) bagian, yakni

bagian umum, bagian sumber daya manusia, dan bagian perencanaan

keuangan. Wakil Direktur Perencanan dan Diklat membawahi 3 (tiga) bidang,

yakni bidang perencanaan dan evaluasi, bidang informasi dan rekam medis,

bidang diklat dan litbang, kepala sub bagian menduduki jabatan structural

eselon IV.A.

Wakil Direktur Pelayanan Medis membawahi :

1. Kepala Bidang Pelayanan Medik, yang membawahi Seksi Pelayanan

Fasilitas Medik, dan Seksi Pelayanan Mutu dan Pelayanan Medik.

2. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan, yang membawahi Seksi Asuhan

Keperawatan dan Seksi Manajemen Keperawatan.

3. Kepala Bidang Penunjang Pelayanan, yang membawahi Seksi Pelayanan

Fasilitas Penunjang Medis dan Seksi Pengendalian Mutu dan Medis

Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi :

1. Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi, yang membawahi Seksi

Penyusun Program dan Anggaran dan Seksi Evaluasi Penyusunan Laporan.

2. Kepala Bidang Informasi dan Rekam Medis, yang membawahi Seksi Sistim

Informasi dan Pemasaran dan Seksi Rekam Medis.

69
3. Kepala Bidang Diklat dan Litbang, yang membawahi Seksi Diklat dan Seksi

Diklat dan Seksi Litbang dan Perpustakaan.

Wakil Direktur Umum Daerahdan Keuangan, membawahi :

1. Bagian Umum, yang membawahi Sub Bagian Administrasi dan

Ketatausahaan, Sub Bagian Perlengkapan, dan Rumah Tangga, dan Sub

Bagian Humas dan Hukum.

2. Bagian Sumber Daya Manusia, yang membawahi Sub Bagian Administrasi

Keperawatan dan Penempatan, Sub Bagian Pengembangan SDM, dan Sub

Bagian Mutasi dan Akreditasi.

3. Bagian Keuangan, yang membawahi Sub Bagian Perbendaharaan, Sub

Bagian Akuntasi dan Vertikasi, dan Sub Bagian Mobilisai dana.

Selain jabatan structural juga terdapat kelompok fungsi yang terdiri dari

komite antara lain Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite Pencagahan

dan Pengendalian Infeks, Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Komite

Keselamatan Pasien, Komite Mutu, Komite Etik dan Hukum. Kelompok

Fungsional lainnya terdiri dari Staf Medis Fungsional ( SMF), Instalasi, dan

beberapa jabatan fungsional lain. Untuk kegiatan pengawasan dan

pengendalian dilakukan oleh Satuan Pengawas Interen (SPI) dan Dewan

Pengawas.

Untuk menunjang kegiatan pelayanan, terdapat 16 Instalasi penunjang

dan Unit Tranfusi darah (UTD). Intalasi yang ada yaitu Instalasi Rawat Jalan,

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan

70
Intensif (ICU), Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi Klinik (Laboratorium),

Instalasi Patologi Anatomi, Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi

Rehabilitas Medik, Instalasi Gizi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

(IPSRS), Instalasi Sanitasi, Instalasi Binatu, Instalasi Sterilisasi dan Desinfeksi,

Instalasi Gas Medik, dan Instalasi Pemulasaran Jenazah.

5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas pokok dan fungsi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara,

berdasarkan pada Perda No. 5 tahun 2008 tentang usunan organisasi dan tata

kerja kembaga teknis Daerah RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dan pola tata

kelola RSUD Prov. Sultra adalah melaksanakann upaya kesehatan secara

berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan penyembuhan,

pemulihan yang dilakasanakan secara serasi, terpadu dengan upaya

peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.

Untuk menyelengarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas,

RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai fungsi, yakni :

1. Menyelenggarakan pelayanan medik;

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik;

3. Menyelengarakan pelayanan penunjang dan asuhan keperawatan;

4. Menyelenggarakan pelayan rujukan;

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan;

6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan;

7. Menyelenggarakan administrasi Umum Daerahdan keuangan;

71
8. Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif.

6. Sarana dan Prasarana

6.1 Luas Lahan dan Bangunan

RSUD Bahteramas Prov. Sultra dengan luas lahan 17 Ha, memiliki

17 Bangunan fisik, yang sampai saat ini masih terus menerus di tambah

sesuai dengan master plan pembangunan Rumah Sakit. Luas seluruh

bangunan adalah 22.577,38 m2, dan halaman parkir seluas + 1.500 m2.

Semua bangunan mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi.

Disamping kegiatan administrasi, pengelolaan makanan, pemeliharaan atau

perbaikan instalasi listrik dan air, kebersihan dan lain-lain.

6.2 Faslitas Pelayanan Kesehatan

Sampai dengan akhir tahun 2015 fasilitas/sarana pelayanan

kesehatan yang ada di RSUD Bahteramas Privinsi Sulawesi Tenggara

adalah :

6.2.1 Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

a. Instalasi Gawat Darurat ( IGD)

b. Instalasi Rawat Jalan

1. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

2. Poliklinik Kesehatan Anak

3. Poliklinik Penyakit Dalam

4. Poliklinik Bedah

5. Poliklinik Neurologi

72
6. Poliklinik Mata

7. Poliklinik Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT)

8. Poliklinik Gigi dan Mulut

9. Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

10. Poliklinik Kulit dan Kelamin

11. Poliklinik Orthopedy

12. Poliklinik Gizi

13. Poliklinik Jiwa

14. Poliklinik Terpadu (klinik VCT)

15. Poliklinik Onkologi

c. Instalasi Rehabilitasi Medik

1. Fisioterapi

2. Akupuntur

6.2.2 Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

a. Perawatan Intensif (ICU, PICU, NICU, ICCU)

b. Perawatan Kebdanan dan Kandungan

c. Perawatan Inap Lainnya :

1. Ruangan Asoka (kelas III)

2. Ruangan Mawar (kelas II dan kelas III)

3. Ruangan Anggrek (kelas I, VIP, dan VVIP)

6.2.3 Pelayanan Penunjang Medik

a. Patologi Klinik

73
b. Patologi Anatomi

c. Radiologi

d. Farmasi/Apotik

e. Sterilisasi Sentral (CSSD)

f. Sentral Gas Medik

g. Gizi

h. Binatu

i. Pemulasaran Jenazah

j. Ambulance 118

6.3 Fasilitas Tempat Tidur

Jumlah tempat tidur mengalami perubahan seiring dengan berubahnya

bangunan, dan masih ada beberapa perbaikan sesuai standar kebutuhan

pelayanan. Sebagian besar tempat tidur tersedia di ruang perawatan kelas 3,

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur RSUD Bahteramas


Provinsi Sulawesi Tenggara

KELAS 2011 2012 2013 2014 2015


VVIP
VIP 17 25 25 19 22
KELAS I 43 54 61 55 54
KELAS II 48 80 69 59 63
KELAS III 116 103 90 92 103
NON KELAS (ICU /ICCU / PICU/ Is 43 72 76 67 67
Jumlah 267 334 321 295 313
Sumber : Profil RSUD Bahteramas, 2016

74
7. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) di RSUD Bahteramas Provi. Sultra hingga

31 desember 2015 berjumlah 789 orang yang merupakan Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dan pegawai kontrak. terdiri atas tenaga medis, paramedik dan non

medis.

Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSUD Bahteramas Prov.


Sultra Tahun 2011 s/d 2015
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
JENIS TENAGA
2011 2012 2013 2014 2015
Tenaga Medis 70 68 71 76 78
1. Dokter spesialis (S-II) 30 28 30 37 40
- Dokter Spesialis Bedah 5 5 6 6 5
- Dokter Spesialis Bedah
Tumor 0 0 0 0 1
- Dokter Spesialis Penyakit
Dalam 2 3 4 4 6
- Dokter Spesialis Anak 3 2 2 2 2
- Dokter Spesialis Obgin 4 4 2 3 3
- Dokter Spesialis Radiologi 1 1 1 2 2
- Dokter Spesialis Anestesi 2 2 2 2 2
- Dokter Spesialis Patologi
Klinik 1 1 3 2 3
- Dokter Spesialis Mata 2 2 2 2 2
- Dokter Spesialis THT 1 2 2 2 4
- Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin 1 1 1 1 1
- Dokter Spesialis Saraf 2 2 2 3 3
- Dokter Spesialis Patologi
Anatomi 2 1 1 1 1
- Dokter Spesialis
Jantung 1 1 1 2 3
- Dokter Spesialis
Kedokteran Gigi Anak 1 0 0 0 0
- Dokter Spesialis Orthopedi 1 1 1 1 2
- Dokter Spesialis Jiwa 1 0 1 0 0
2. Dokter Umum 37 37 38 35 34

75
Daerah(S-I)
3. Dokter Gigi (S-I) 3 3 3 4 4
Paramedis Perawatan 378 330 369 363 357
1. Sarjana (S-I dan D-IV) 27 26 39 65 67
- S2 Keperawatan 0 0 0 0 1
- S2 Kebidanan 0 0 0 0 1
- Ners 0 0 0 0 12
- Sarjana Keperawatan 22 22 33 56 42
- D-IV Kebidanan 5 4 6 9 11
2. Akademi (D-III) 276 278 268 249 241
- D-III Keperawatan 202 207 188 167 161
- D-III Keperawatan
Anastesi 5 6 7 7 8
- D-III Kebidanan 68 64 71 73 70
- D-III Perawat Mata 0 0 1 1 1
- Akademi Perawat Jiwa 0 0 0 0 0
- D-III Kesehatan Gigi 1 1 1 1 1
3. Diploma I (D-I) 3 3 0 4 4
- Bidan 3 3 0 4 4
4. SLTA 72 71 56 45 45
- SPK-Jiwa 0 1 0 0 0
- SPK 67 65 50 40 40
- SPRG 5 5 6 5 5
Paramedis Non Perawatan 207 207 214 217 214
1. Pasca Sarjana (S-II) 20 22 27 35 34
- Magister Keperawatan 1 1 1 1 0
- Magister Kesehtan
Masyarakat 9 7 1 10 17
- Magister Hukum dan
Kesehatan 0 0 1 1 0
- Magister Manajemen
Rumah Sakit 1 3 0 1 2
- Magister Kedokteran 0 0 1 1 1
- Magister Gizi 1 1 1 1 1
- Magister Administrasi
Rumah Sakit 1 1 1 3 0
- Magister Of Public
Health 2 3 4 4 0
- Magister Sains 5 6 7 13 13

76
2. Sarjana (S-I dan D-IV) 83 78 82 94 94
- Apoteker 6 5 10 13 12
- Sarjana Kesehatan
Masyarakat 62 58 50 66 65
- Sarjana Sains 2 3 8 0 0
- Sarjana Teknologi Pangan 2 2 2 2 2
- Sarjana Kimia 0 2 2 0 0
- Sarjana Biologi 2 3 0 2 2
- Sarjana Gizi 3 2 2 2 3
- Sarjana Rekam Medis 1 1 1 1 0
- Sarjana Fisioterapi 2 1 2 1 3
- D-IV Elektromedik 1 1 1 1 1
- D-IV Radiologi 1 1 1 1 1
- D-IV Fisioterapi 1 1 1 3 3
- D-IV Gizi 0 0 2 2 2
3. Akademi (D-III) 76 81 77 73 74
- Aknes / Aspernes 0 0 0 0 0
- D-III Gizi 18 18 19 20 20
- D-III Fisioterapi 6 7 6 4 3
- D-III Farmasi 17 17 16 17 17
- D-III Kesehatan
Lingkungan 17 17 16 13 13
- D-III Analis Kesehatan 8 8 11 10 13
- D-III Teknik
Elektromedik 1 1 1 1 1
- D-III Perekam dan
Informatika kesehatan 0 1 0 0 0
- D-III Radiologi 9 11 7 8 7
- D-III Manajemen Rumah
Sakit 0 1 0 0 0
4. Diploma (D-I) 11 10 16 8 8
- DI Gizi/ SPAG 4 4 6 3 3
- D-I Teknik Transfusi
Darah 7 6 10 5 5
5. SLTA 17 16 12 7 4
- Pekarya Kesehatan
Menegah 0 3 0 0 0
- SMF 7 5 4 3 0
- SMAK 8 6 7 4 4

77
- SPPH 116 98 115 131 124
Non Medis 116 98 115 131 124
1. Sarjana (S-I) 27 27 30 36 39
- Sarjana Hukum 2 0 2 2 2
- Sarjana Ekonomi 11 14 11 18 18
- Sarjana Akuntasi 0 0 0 1 2
- Sarjana Psikologi 2 2 1 2 2
- Sarjana FISIP/Sosial 4 4 4 5 5
- Sarjana Biologi 2 2 3 2 2
- Sarjana Komputer 2 2 4 6 6
- Sarjana Teknik 1 1 2 0 2
- Sarjana Ilmu Pemerintah 3 2 1 0 0
- Sarjana Pendidikan 1 1 1 0 0
- Sarjana Pertanian 1 1 1 0 0
2. Akademi (D-III) 6 4 3 3 2
- Sarjana Muda Hukum 1 1 1 1 1
- D-III Akuntansi 0 0 0 1 0
- D-III Humas 1 0 0 0 0
- D-III Komputer 4 3 2 1 1
- D-I Akuntansi 0 0 0 0 0
3. SLTA 83 67 83 84 79
- STM 1 1 1 3 3
- SMKK 0 1 5 3 3
- SKKA 0 0 0 1 0
- SPMA 0 2 1 0 0
- SMEA 0 2 4 1 1
- SMK 0 3 4 2 2
- SMPP 0 2 2 4 0
- SMA 82 56 66 70 70
4. SLTP 0 1 1 4 4
- SMP 0 1 1 4 4
5. SD 0 0 0 0 0
- SD 0 0 0 0 0
TOTAL 771 703 763 780 789
Sumber : Profil RSUD Bahteramas, 2016

78
8. Program, Kegiatan dan Pencapaian

Perencanaan pengembangan RSUD Bahteramas Prov. Sultra disusun

berdasarkan skala prioritas yang mengacu pada visi dan misi Rumah Sakit

secara bertahap dan berkelanjutan.

Dalam mencapai hal tersebut, tentunya beberapa langkah-langkah dan

strategi yang dilakukan agar rencana ini dapat terealisasi dengan baik, supaya

masyarakat mampu menjangkau pelayanan kesehatan secara adil dan merata

sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal.

8.1 VISI

Visi pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

“Mewujudkan Sulawesi Tenggara Sejahtera,Mandiri Dan Berdaya Saing

Tahun 2013-2018”. RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat mengacu pada visi dan misi Pemerintah

Daerah dan visi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Visi

RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah “Rumah Sakit Unggulan Dalam

Pelayanan Kesehatan Rujukan, Pendidikan Dan Penelitian Di Sulawesi

Tenggara Tahun 2018”

8.2 MISI

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut RSUD Bahteramas

Prov. Sultra mempunyai misi sebagai berikut :

8.2.1 Meningkatnya pelayana kesehatan prima berlandaskan etika profesi

79
8.2.2 Menyelenggarakan pendidikan profesi dokter, pendidikan kesehatan

lainnya serta pelatihan dan penelitian.

8.2.3 Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang Rumah Sakit

pendidikan.

8.2.4 Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan

kesejahteraan karyawan.

8.3 MOTTO

Dalam melakukan tugas dan fungsinya, RSUD Bahteramas Prov. Sultra

mempunyai moto “Melayani Dengan Hati Dan Senyum”

8.4 Nilai-nilai Dasar

Nilai nilai yang mendasari pelayanan yang di berikan RSUD Bahteramas

Prov. Sultra adalah :

8.4.1 Ketulusan

Kebersihan hati dalam memberikan pelayanan sebagai ibadah yang

berkenan kepada tuhan yang maha esa

8.4.2 Kepedulian

Kepada sesama manusia adalah sikap kerja karyawan Rumah Sakit

Umum DaerahDaerah Bahtetamas Provinsi Sulawesi Tenggara

sebagai bukti terhadap pelayana yang diberikan

8.4.3 Kerendaan hati

Sikap karyawan Rumah Sakit yang menyadari bahwa

keberadaan/ekistensi karyawan Rumah Sakit oleh karena adanya

80
pasien yang memerlukan pertolongan, sehingga kepentingan pasien

dan keluarga menjadi priortas utama.

8.4.4 Keakraban

Setiap karyawan Rumah Sakit akan senantiasa membina persahabatan

demi kepuasan pelanggan dan wajib menjaga harkat serta martabat

Rumah Sakit dengan menjadi Insan kesehatan yang professional.

8.4.5 Kesportifan

Sifat ksatria dalam bekerja sebagai tim work, dimana pasien adalah

mahluk insani yang komplek sehingga dibutuhkan pelayanan Rumah

Sakit yang paripurna, terpadu dan holistic

8.5 Filosopi

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat RSUD Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai filosofi “Melayani Dengan Baik

Merupakan Ibadah.”

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum DaerahDaerah

Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tanggal 7 November

sampai dengan 5 Desember 2016. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah

dilakukan, maka hasil penelitian adalah sebagai berikut :

81
1. Analisis Univariat

1.1 Kelompok Umur

Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik Kelompok Umur Anak Usia 6 – 8 Tahun di
Ruang Mawar Lantai II RSU Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Kendari Tahun 2016
No Usia (Tahun) n %
1 6 11 57,8
2 7 4 21,1
3 8 4 21,1
Total 19 100
Sumber : data primer diolah 2016
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dlihat karakteristik kelompok usia anak 6 –

8 tahun di Ruang Mawar Lantai II Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, selama penelitian berlangsung dari 19

responden kelompok usia terbanyak yaitu usia 11 tahun sebanyak 11 orang

atau 57,8%, kemudian usia 7 dan 8 tahun memiliki distribusi yang sama yaitu

sebanyak 4 orang atau 21,1 %.

1.2 Jenis Kelamin

Tabel 4.4
Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Anak Usia 6 – 8 Tahun di
Ruang Mawar Lantai II RSU Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara Kendari Tahun 2016
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 10 52,6
2 Perempuan 9 47,4
Total 19 100
Sumber : data primer diolah 2016

82
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat karakteristik jenis kelamin anak usia

6 - 8 tahun yang dirawat inap di Ruang Mawar Lantai II Rumah Sakit Umum

Daerah Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara selama penelitian

berlangsung dari 19 responden jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki

sebanyak 10 orang atau 52,6%, dan perempuan sebanyak 9 orang atau 47,4%.

1.3 Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan Terapi Bermain

Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Kecemasan Sebelum Terapi Bermain

Valid Cumulative
Tingkat Kecemasan Frequency Percent
Percent Percent
Cemas Ringan 6 31.6 31.6 31.6
Cemas Sedang 9 47.4 47.4 78.9
Cemas Berat 4 21 21 100.0
Total 19 100.0 100.0
Sumber : data primer diolah 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat distribusi tingkat kecemasan sebelum

terapi bermain dari 19 responden, responden yang mengalami kecemasan

ringan sebanyak 6 orang atau 31,6%, kecemasan sedang sebanyak 9 orang atau

47,4%, sedangkan kecemasan berat sebanyak 4 orang atau 21%.

83
1.4 Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Bermain

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kecemasan Setelah Terapi Bermain

Valid Cumulative
Tingkat Kecemasan Frequency Percent
Percent Percent
Tidak Cemas 6 31.6 31.6 31.6
Cemas Ringan 10 52.6 52.6 84.2
Cemas Sedang 3 15.8 15.8 100.0
Total 19 100.0 100.0
Sumber : data primer diolah 2016
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat distribusi tingkat kecemasan sesudah

terapi bermain dimana dari 19 responden yang menjadi sampel penelitian,

keselruhan mengalami penurunan kecemasan setelah diberikan terapi bermain.

Untuk kecemasan setelah dilakukan terapi bermain yaitu tidak cemas sebanyak

6 orang atau 31,6%, kecemasan ringan sebanyak 10 orang responden, dan

kecemasan sedang sebanyak 11 responden.

2. Anasis Bivariat

2.1 Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story terhadap Kecemasan Anak


Usia 6 – 8 Tahun di Ruang Mawar Lantai II RSU Bahteramas
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari Tahun 2016

Tabel 4.7
Distribusi Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story terhadap
Kecemasan Anak Usia 6 – 8 Tahun di Ruang Mawar Lantai II RSU
Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari
Tahun 2016
Terapi Bermain Mean N Sig 2 (tailed)
Pre Test 79.89 19
0,000
Post Test 57.79 19
Sumber : data primer diolah 2016

84
Berdasarkan Tabel 4.5 memperlihatkan nilai sig (2-tailed), dimana nilai

sig = 0,000, < p,0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti terdapat

pengaruh terapi bermain terhadap penurunan kecemasan pada anak usia 6 – 8

tahun di Ruang Mawar Lantai II RSUD Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara Kendari Tahun 2016.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari karakteristik umur yang terbagi

atas tiga kelompok umur yakni umur 6 tahun, 7 tahun, dan 8 tahun didapatkan

hasil bahwa sebelum dilakukan terapi bermain Hospital Story untuk kelompok

umur 6 tahun terdapat 1 responden yang mengalami kecemasan ringan, 6

responden yang mengalami kecemasan sedang dan 4 responden yang mengalami

kecemasan berat, yang keseluruhannya berjumlah 11 responden (57,8%) dari total

sampel 19 responden, dari kelompok umur 7 tahun didapatkan 3 responden yang

mengalami kecemasan ringan dan 1 responden yang mengalami kecemasan

sedang, yang berjumlah 4 responden (21,1%) dari total sampel 19 responden, dari

kelompok umur 8 tahun didapatkan 2 responden yang mengalami kecemasan

ringan dan 2 responden yang mengalami kecemasan sedang, yang berjumlah 4

responden (21,1%) dari total sampel 19 responden.

Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik umur didapatkan bahwa

semakin muda usia anak semakin sukar baginya untuk menyesuaikan diri dengan

pengalaman dirawat di Rumah Sakit terbukti dengan terdapatnya 4 responden

yang mengalami kecemasan berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nursalam

85
(2010), bahwa anak usia sekolah kelas dasar (6 – 8 tahun) sangat rentan terhadap

stres karena kemampuan anak untuk mengatasi stres masih sangat terbatas selain

itu anak belajar beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang dianggap

asing. Pernyataan Nursalam sejalan dengan pendapat Perry & Potter (2005),

bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada anak salah

satunya adalah faktor umur.

Sedangkan jika dilihat dari karakteristik jenis kelamin yang terbagi atas

dua kelompok yakni laki-laki dan perempuan didapatkan hasil bahwa sebelum

dilakukan terapi bermain Hospital Story untuk kelompok umur laki-laki terdapat 1

responden yang mengalami kecemasan ringan, 7 responden yang mengalami

kecemasan sedang, dan 2 responden yang mengalami kecemasan berat, yang

berjumlah 10 responden (52,6%) dari total sampel 19 responden, dari kelompok

jenis kelamin perempuan didapatkan 5 responden yang mengalami kecemasan

ringan, 2 responden yang mengalami kecemasan sedang, dan 2 responden yang

mengalami kecemasan berat, yang berjumlah 9 responden (47,4%) dari total

sampel 19 responden. Sebelum dilakukan terapi bermain Hospital Story terdapat

tiga kategori tingkat kecemasan yakni, cemas ringan, cemas sedang, dan cemas

berat.

Perry & Potter (2005), menjelaskan bahwa jenis kelamin merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan seorang anak. Anak umur 6-8

tahun, kecemasan lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan laki-

laki. Hal ini karena laki-laki lebih aktif dan eksploratif sedangkan perempuan

86
lebih sensitif dan banyak menggunakan perasaan. Selain itu perempuan lebih

muda dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan dari pada laki-laki,

perempuan kurang sabar dan mudah menggunakan air mata.

Setelah diberikan terapi bermain Hospital Story untuk kelompok umur 6

tahun dari 1 responden yang mengalami kecemasan ringan kini meningkat

menjadi 7 responden, dari 6 responden yang mengalami kecemasan sedang kini

menurun menjadi 3 responden, sedangkan dari 4 responden yang mengalami

kecemasan berat kini tidak ada lagi tetapi terdapat 1 responden yang tidak cemas,

yang keseluruhannya berjumlah 11 responden (57,8%) dari total sampel 19

responden, dari kelompok umur 7 tahun didapatkan dari 3 responden yang

mengalami kecemasan ringan kini menurun menjadi 1 responden, dari 1

responden yang mengalami kecemasan sedang kini tidak terdapat lagi, dan kini

terdapat 3 responden yang tidak mengalami kecemasan, yang berjumlah 4

responden (21,1%) dari total sampel 19 responden, dari kelompok umur 8 tahun

didapatkan dari 2 responden yang mengalami kecemasan ringan tidak mengalami

perubahan, dari 2 responden yang mengalami kecemasan sedang kini tidak

terdapat lagi, dan kini didapatkan bahwa 2 responden yang tidak mengalami

cemas, yang berjumlah 4 responden (21,1%) dari total sampel 19 responden.

Sedangkan jika dilihat dari karakteristik jenis kelamin yang terbagi atas

dua kelompok yakni laki-laki dan perempuan didapatkan hasil bahwa setelah

dilakukan terapi bermain Hospital Story untuk kelompok umur laki-laki terdapat

dari 1 responden yang mengalami kecemasan ringan kini mengkat menjadi 7

87
responden, dari 7 responden yang mengalami kecemasan sedang kini menurun

menjadi 2 responden, dari 2 responden yang mengalami kecemasan berat kini

tidak terdapat lagi, dan kini didapatkan bahwa 1 responden yang tidak cemas,

yang berjumlah 10 responden (52,6%) dari total sampel 19 responden, dari

kelompok jenis kelamin perempuan didapatkan dari 5 responden yang mengalami

kecemasan ringan kini menurun menjadi 3 responden, dari 2 responden yang

mengalami kecemasan sedang kini menurun menjadi 1 responden, dari 2

responden yang mengalami kecemasan berat tidak adalagi, dan kini terdapat 5

responden yang tidak cemas, yang berjumlah 9 responden (47,4%) dari total

sampel 19 responden. Setelah dilakukan terapi bermain Hospital Story dari tiga

kategori tigkat kecemasan yakni, cemas ringan, cemas sedang, dan cemas berat.

Kini menjadi tidak cemas, cemas ringan, dan cemas sedang.

Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story

Terhadap Kecemasan Anak Usia 6 – 8 Tahun di Gedung Mawar Lantai II Rumah

Sakit Umum Daerah Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, dapat

dikemukakan pembahasan sebagai berikut :

1. Kecemasan Pada Anak Sebelum Diberikan Terapi Bermain Hospital


Story

Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden yang terdiri dari 10 laki-

laki (52,6%) dan 9 perempuan (47,4%), dan jika dilihat dari kelompok usia

didominasi usia 6 tahun sebanyak 11 responden (57,8%), sedangkan kelompok

usia 7 dan 8 tahun memiliki jumlah yang sama yakni sebanyak 4 responden

88
(21,1%). Nilai untuk kecemasan berat sebanyak 4 responden (21%), kecemasan

sedang sebanyak 9 responden (47,4%) kecemasan ringan sebanyak 6 responden

(31,6%). Hal ini menggambarkan bahwa responden mengalami kecemasan

akibat hospitalisasi yang dibuktikan dengan menunjukkan 8 respon kecemasan

dengan jumlah sekor tertinggi yang diobservasi dalam kuesioner, seperti : dari

14 orang tua dari responden mengatakan bahwa anaknya segera mendekati

orang tuanya jika perawat masuk kedalam ruangan, 14 orang tua responden

mengatakan bahwa anaknya sering mengajak untuk pulang, dan 19 orang tua

responden mengatakan bahwa anaknya tidak menyapa perawat atau tidak acuh

terhadap lingkungan sekitarnya, dan 2 orang tua responden mengatakan bahwa

anaknya menolak mengikuti instruksi dokter. Hal ini tentu sejalan dengan teori

Wong dkk (2013) bahwa salah satu faktor yang memicu timbulnya kecemasan

pada anak adalah perubahan psikososial atau kebiasaan sehari-hari. Respon ini

terjadi akibat anak usia 6-8 tahun harus berpisah dengan teman dan orang

terdekatnya. Perilaku yang muncul diantaranya anak menangis ketika pertama

kali dirawat di Rumah Sakit, menangis ketika orang tua meninggalkan ruangan

untuk suau keperluan, tidak mau beraktivitas dan cenderung tidur-tiduran saja,

tidak menunjukan minat atau rasa antusias, terlihat murung, tidak acuh

terhadap lingkungan.

2. Kecemasan Pada Anak Setelah Diberikan Terapi Bermain Hospital Story

Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik memperlihatkan perubahan

kecemasan, dimana dari 19 responden yang menjadi sampel penelitian,

89
keseluruhan mengalami penurunan kecemasan setelah diberikan terapi

bermain. Untuk kecemasan setelah dilakukan terapi bermain yaitu tidak cemas

sebanyak 6 responden (31,6%), kecemasan ringan sebanyak 10 responden

(52,6%), dan kecemasan sedang sebanyak 3 reponden (15,8%).

Hal ini dikarenakan anak usia 6 – 8 tahun dalam perkembangan

psikologis menurut Jean Peaget masuk di dalam konkrit operasional dimana

anak sudah mulai dapat berpikir logis, terarah, dapat memilih atau

menggolongkan, mampu berpikir dari sudut pandang orang lain dan dapat

mengatasi persoalan dengan konkret dengan sistematis, menurut presepsinya.

Sehingga, secara bertahap respon psikis maupun fisiologis kecemasan akan

berkurang dan kepercayaan diri anak akan berkembang optimal pula.

3. Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story Terhadap Penurunan


Kecemasan

Berdasarkan analisa data menggunakan uji statistik dengan menggunakan

T-Paired program SPSS versi 16.0 diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0,000

setelah di uji normalitas menggunakan Kolmogrov-Smirnov Test, dimana p

<0,05 yang berarti H0 ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat penurunan kecemasan anak sesudah diberikan terapi bermain di Ruang

Mawar Lantai II Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Kendari Provinsi

Sulawesi Tanggara, hal ini berarti menunjukkan ada pengaruh yang bermakna

terapi bermain terhadap penurunan kacemasan.

90
Hal ini karena dipengaruhi oleh terapi bercerita Hospital Story

menggunakan audiovisual yang membuat anak menjadi senang bahwa orang

asing, peneliti/perawat bukanlah orang yang menyeramkan. Perhatiannya

terhadap proses hospitalisasi yang menurut anak adalah proses yang

menyakitkan. Terapi bercerita melalui audiovisual dapat memberikan efek

bahagia karena dengan pembawaan cerita yang menarik anak akan menikmati

jalannya cerita dan tokoh gambar yang lucu dan bisa bergerak seperti manusia.

Menurut Koller dan Goldman (2012), dalam studinya mengatakan bahwa

pemberian cerita melalui audiovisual guna menurunkan kecemasan termasuk

tehnik distraksi kecemasan dengan tehnik audiovisual. Perhatian anak yang

berfokus kepada cerita Hospital Story menggunakanan audiovisual yang

disimaknya mendistraksikan atau mengalihkan persepsi kecemasan anak dalam

cortex serebral. Tehnik distraksi yang diberikan berupa visual, audotory dan

tactile dalam bentuk vidio. Otak yang semula mempersepsikan kecemasan

karena memproses rangsangan baru yang diterima sehingga respon-respon

fisiologis otomatis menurun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hale & Tjahjono (2014), dengan jumlah sampel sebanyak 27 responden

dimana sebagian besar responden berusia 6 tahun sebanyak 14 responden

(52%), responden terbanyak sebelum diberikan terapi bermain memiliki tingkat

kecemasan oversensitivity sebanyak 15 responden (55%) dan setelah diberikan

terapi bermain didapatkan 13 orang mengalami perubahan/penurunan

91
skor/skala kecemasan. Sedabgkan berdasarkan uji statistik dengan tingkat

kesignifikansinya 0,000 dimana p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terapi

bermain berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak. Tidak hanya akan

memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga anak akan lebih kooperatif

terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga diharapkan dapat

mempercepat proses penyembuhan.

Hasil penelitian ini sejalan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Lestiawati (2016) terhadap pengaruh terapi menggunakan media

audiovisual terhadap stres hospitalisasi pada anak usia 6 – 8 tahun di RSPAU

Hardjolukito Yogyakarta menunjukkan bahwa nilai P value = 0,000 (<0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada oengaruh terapi musik audiovisual

terhadap stres hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun.

Penelitian pembanding lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Pratiwi (2009), tentang penurunan tingkat kecemasan anak rawat inap dengan

permainan Hospital Story di RSUD Krato Pekalongan. Dengan jumlah

responden sebanyak 28 responden. Dengan hasil uji statistik wilcoxom

diperoleh skor Z = - 4,596 dan nilai p =0,000 (p<0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara terapi bermain

Hospital Story terhadap penurunan kecemasan anak usia 6 – 8 tahun.

92

Anda mungkin juga menyukai